Anda di halaman 1dari 18

i

MAKALAH BAHASA INDONESIA

DIKSI

Dosen : Yen Norahma Yeni, M.Pd


Disusun Oleh :
1.Dani Farhan 1904113047
2.Rizky Akbar Putrayudha 1904124588
3.Suliswati 1904110609
4.Tiara Putri Ardiansyah Nst 1904111246

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU

2019/2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah,taufik dan
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.salam dan shalawat semoga selalu tercurah pada
baginda Rasulullah Muhamad SAW.

Makalah yang berjudul “DIKSI”ini kami susun untuk menyelesaikan tugas perkuliahan
umum dan wajib pada mata pelajaran Bahasa Indonesia . kami mengucapkan rasa terimakasih
yang sebesar besarnya atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun
tidak langsung selama penyusunan tugas karya ilmiah ini. Secara khusus rasa terima kasih
tersebut kami sampaikan kepada:

1. Ibu dosen
2. Rekan-rekan kelompok yang telah memberikan informasi kepada kami
sehinga kami dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan tidak terlepas dari sejumlah
kekurangan. Untuk itu kami harapkan saran dan kritik untuk perkembangan ilmu pengetahuan
dan perbaikan pada makalah berikutnya. Terakhir kami berharap,semoga makalah ini dapat
memberikan hal yang dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan
khususnya bagi kami juga.

Pekanbaru , 24 september 2019

ii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................ 2
BAB II .......................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 2
2.1 PENGERTIAN DIKSI...................................................................................................................... 2
A. Fungsi Diksi .................................................................................................................................... 3
2.2 KATA KONOATIF dan DENOTATIF .......................................................................................... 3
2.3 KATA UMUM dan KHUSUS .......................................................................................................... 4
2.4 KATA KONKRET dan ABSTRAK ................................................................................................ 5
1. Kebahasaan ..................................................................................................................................... 5
2. Kesejarahan ......................................................................................................................................... 6
3. Kesosialan ........................................................................................................................................ 6
4. Kejiwaan .......................................................................................................................................... 6
5. Bahasa Asing ................................................................................................................................... 6
6. Kata Baru ........................................................................................................................................ 6
KONOTATIF dan SESONATIS ........................................................................................................... 7
2.5 PEMBENTUKAN KATA................................................................................................................. 8
BAB III....................................................................................................................................................... 12
PENUTUPAN ............................................................................................................................................ 12
3.1 Simpulan .......................................................................................................................................... 12
3.2 KRITIK dan SARAN ..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataranterendah sampai tertinggi adalah kata,
frase, klausa, kalimat. Dalam menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan
dan ucapan. Makadari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya idedan
pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakandalam komunikasi harus
dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata sesuka hati, tetapi
yang harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus menerusdalam bentuk
tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud,gagasan, perasaan ( ekspresif ). Untuk itu
penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosakata. Yang
terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosakata yang merupakan bagian dari diksi. Ketetapandiksi
dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah
dimengerti. Diksi dapat diartikan sebagai pilihan
kata pengarang dalam menggambarkan “ cerita “ pengarang. Walaupun dapat

diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkangagasan pengarang, tetapi
juga meliputi gaya bahasa, dan ungkapan-ungkapan.

Tidak dapat disangkal bahwa dalam penggunaan kosa kata adalah bagianyang sangat penting
dalam dunia perguruan tinggi. Prosesnya mungkin lamban dansukar, tapi orang akan merasa lega dan
puas sebab tidak akan sia-sia semua jerihpayah yang telah diberikan. Manfaat dari kemampuan yang
diperolehnya itu akan lahir dalam bentuk penguasaan terhadap pengertian-pengertian yang tepat
bukansekedar mempergunakan kata-kata yang hebat tanpa isi. Dengan pengertian-pengertian yang tepat
itu, kita dapat pula menyampaikan pikiran kita secarasederhana dan langsung.Mereka yang luas kosa
katanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya kata mana yang
paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya.
Secara populer orang akan mengatakan bahwa kata meneliti sama artinya
dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Karenaitu, kata-kata turunannya seperti penelitian,
penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan adalah kata yang sama artinya atau merupakan kata yang
bersinonim.Mereka yang luas kosa katanya menolak anggapan itu. Karena tidak menerimaanggapan itu,
maka mereka akan berusaha untuk menetapkan secara cermat kata mana yang harus dipakainya dalam
sebuah konteks tertentu. Sebaliknya yang miskin kosa katanya akan sulit menemukan kata lain yang lebih
tepat, karena iatidak tahu bahwa ada kata lain yang lebih tepat dan karena ia tidak tahu bahwa ada
perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu. Maka atas dasar tersebutlah kita sebagai mahasiswa yang
baik hendaknya mengetahui dan memahami bagaimana penggunaan pilihan kata yang tepat dan cermat
dalam konteks yang tepat pula.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

Apa yang dimaksud dengan pengertian diksi ?

1
Apa fungsi diksi ?
Bagaimana pembagian makna kata ?
Apa penyebab kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata ?5. Apa syarat-syarat ketepatan diksi
?
Apa yang di maksud dengan gaya bahasa dan idiom ?

1.3 Tujuan
Pembuatan karya sastra memerlukan teknik yang menggabungkan dari beberapa aspek, termasuk
salah satunya penggunaan diksi. Fungsi diksi adalah agar pemilihan kata dan cara penyampaiannya dapat
dilakukan dengan tepat sehingga orang lain mengerti maksud yang disampaikan. Diksi juga berfungsi
untuk memperindah suatu kalimat. Tujuan penggunaan diksi secara umum antara lain adalah sebagai
berikut.

Membuat orang yang membaca atau pun mendengar karya sastra menjadi lebih paham mengenai
apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.
Membuat komunikasi lebih efektif.
Melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis mau pun terucap).
Membentuk ekspresi atau pun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar atau
pun pembacanya.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DIKSI
Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih katatertentu untuk dipakai
dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapatdilakukan bila tersedia sejumlah kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan.Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang tepat,
melainkan juga memilihkata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai dengan konteks di mana kata itu
berada,dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa masyarakat pemakainya.

Diksi adalah ketepatan pilihan kata.Penggunaan ketepatan pilihan katadipengaruhi oleh


kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan
menggunakan sejumlah kosa kata secaraaktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga
mampumengomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.Pilihan kata merupakan
satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.
Dalam memilih kata yangsetepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita dapat lari dari
kamus.Kamus memberikan suatu ketetapan kepada kita tentang pemakaian kata-kata.Dalam hal ini,
makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepatapa yang ingin
disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu,pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan
situasi dengan situasi dan tempatpenggunaan kata-kata itu. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila

2
tersediasejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketersediaan kata akan ada apabila
seseorang mempunyai bendaharaan kata yang memadai, seakan-akania memiliki senarai (daftar) kata.
Senarai kata itu dipilih satu kata yang paling tepatuntuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa
menguasai sediaan kata yang cukupbanyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau
seleksi kata.Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat,melainkan juga memilih
kata yang cocok.
Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengankonteks dimana kata itu berada, dan maknanya
tidak bertentangan dengan nilai rasamasyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan
analisis danpertimbangan tertentu. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan mampus,wafat, tewas,
gugur, berpulang, kembali ke haribaan, dan lain sebagainya. Akantetapi, kata-kata tersebut tidak dapat
bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai rasa dannuansa makna yang membedakannya.

A. Fungsi Diksi
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,pembuktian, hasil pemikiran,
atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksiantara lain :

Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.


Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
Mencegah perbedaan penafsiran.
Mencagah salah pemahaman.
Mengefektifkan pencapaian target komunikasI

2.2 KATA KONOATIF dan DENOTATIF


Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajarini adalah makna
yang sesuai dengan apa adanya . Denotatif adalah suatu pengertianyang dikandung dalam sebuah kata
secara objektif. Makna denotatif (denotasi)lazim disebut:

makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi(pengamatan) menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, atau pengalamanyang berhubungan dengan informasi
(data) faktual dan objektif.
makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat
(maknasebenarnya).
makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, maknasebenarnya.
Contoh:Wanita dan perempuan secara konseptual sama ; gadis dan perawan secaradenotatif sama
makananya, kumpulan, rombongan, gerombolan, secara konseptualsama maknanya. Istri dan bini
secara konseptual sama.

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat darisikap social, dan
kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.Makna konotatif atau konotasi berarti
makna kias, bukan makna sebenarnya.Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyakat ke masyarakat lain,

3
sesuai denganpandangan hidup dan norma masyarakat tersebut. Makna konotasi juga dapatberubah dari
waktu ke waktu.

Contoh:

“Prabowo Hatta dan Jokowi Kalla berebut kursi presiden.”

Kalimat tersebut tidak menunjukan makna bahwa Prabowo dan Jokowi Kalla tarik-menarik
kursi.Karena kata kursi berarti jabatan presiden.Makna konotatif dan denotatif berhubungan erat dengan
kebutuhan pemakaianbahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada suatu makna
yangmenyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna yang mempunyai tautanpikiran, perasaan,
dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan katalain, makna konotatif lebih bersifat
pribadi dan khusus, sedangkan denotatifmaknanya umum.Kalimat dibawah ini menunjukan hal itu.Dia
adalah wanita manis (konotatif).Dia adalah wanita cantik (denotatif).
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan
memberikangambaran umum seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatumaksud
yang bersifat memukau perasaan kita.Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek.
Kata-katayang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek daripadabodoh ),
mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek daripadarumah). Di pahak lain, kata-kata itu
dapat mengandung arti kiasan yang terjadi darimakna denotative referen lain. Makna yang dikenakan
kepada kata itu dengansendirinya akan ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal
ini.

Perhatikan contoh dibawah ini:

Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperolehkepercayaan masyarakat

. Kata membanting tulang (yang mengambil suatudenotatif kata pekerjaan membanting sebuah tulang)
mengandung makna

“bekerjakeras”

yang mengandung sebuah kiasan. Kata membanting tulang dapat kitamasukan dalam golongan kata yang
bermakna konotatif.

2.3 KATA UMUM dan KHUSUS


Umum dan Khusus Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya. Makin
luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya, mana katamenjadi sempit ruang
lingkupnya makin khusus sifatnya.Makin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham
atau perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang lingkupnya,makin sedikt terjadi
salah paham. Dengan kata lain, semakin khusus makna katayang dipakai, pilihan kata semakin
cepat. Perhatikan contoh berikut:

4
*Kata umum: melihatKata khusus: melotot, melirik, mengintip, menatap, memandang.

*Kata umum: berjalanKata khusus: tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah tegap.

*Kata umum: jatuhKata khusus: terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur,


terjerembab,terperosok, terjungkal.

2.4 KATA KONKRET dan ABSTRAK


Kata konkret dan Abstrak Kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindra disebut kata
konkretseperti meja, rumah, mobil, dan lain-lain. Jika suatu kata tidak mudah dicerap pancaindra maka
kata itu disebut kata abstrak , seperti gagasan dan saran. Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan
gagasan rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat teknis dan khusus.
Akan tetapi jika dihambur-hamburkan dalam suatu karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak
cermat.

Pembentukan KataAda dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan luar bahasa
Indonesia.Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosa kata baru dengan dasar kata yang sudahada,
sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur serapan. Dari dalambahasa Indonesia terbentuk
kata baru, misalnya: tata buku, tata bahasa, daya tahan,dan lain-lain. Dari luar bahasa Indonesia terbentuk
kata-kata melalui pungutan kata,misalnya: bank, valuta, dan lain-lain.

Perubahan MaknaBahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat


pemakainya,pengembangan diksi tejadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh pada penyusunankalimat,
paragraf, dan wacana. Pengembangan tersebut dilakukan memenuhikebutuhan komunikasi. Komunikasi
kreatif berdampak pada perkembangan diksi,berupa penambahan atau pengurangan kuantitas maupun
kualitasnya. Selain itu,bahasa berkembang dengan sesuai kualitas pemikiran pemakainya.
Perkembangandapat menimbulkan perubahan yang mencakup perluasan, penyempitan,pembatasan,
pelemahan, pengaburan, dan penggeseran makna.Faktor penyebab perubahan makna:

1. Kebahasaan
Meliputi perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat.

a) Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkanoleh perubahan nada, irama, dan
tekanan.Contoh dalam kalimat;

*Paman teman saya belum nikah

*Paman, teman saya belum nikah

*Paman, teman, saya belum nikah

*Paman, teman, saya, belum nikah

5
b) Perubahan struktur frasa: kaleng susu (kaleng bekas tempat susu)susu kaleng (susu yang dikemas
dalam kaleng), dokter anak (dokter spesialis anak), anak dokter (anak yang dilahirkan oleh orang tua
yangmenjadi dokter).

c) Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yangditimbulkan oleh perubahan bentuk. Contoh; tua
(tidak muda) jika ditambahawalan ke- maka menjadi ketua, makna berubah menjadi pemimpin.

d) Kalimat akan berubah makna jika struktur kalimatnya berubah.Perhatikan kalimat berikut:

Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapatmeringkus penjahat itu.

Kalimat diatas, salah kesejajaran bentuk kata diketahui seharusnya mengetahui.

Karena mengetahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus penjahat itu.Pencuri itu segera
diringkus oleh satpam karena sudah diketahuisebelumnya

2. Kesejarahan
Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk untukmenyebut perempuan penghibur.
Orang menggantinya dengan kata wanita . Kinisetelah orang melupakan peristiwa tersebut menggunakan
nya kembali, denganpertimbangan, kata perempuan lebih mulia dibanding kata wanita.

3. Kesosialan
Masalah kesosialan berpengaruh terhadap perubahan makna. Contoh; petanikaya disebut petani berdasi,
militer disebut baju hijau.

4. Kejiwaan
Perubahan makna Karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan:rasa takut, kehalusan ekspresi,
dan kesopanan. Perhatikan contoh berikut ini:

a) Tabu:Pelacur disebut tunasusilaGermo disebut hidung belang

b) Kehalusan:Bodoh disebut kurang pandai Malas disebut kurang panadi

c) Kesopanan:Ke kamar mandi disebut kebelakang Gagal disebut kurang berhasil.

5. Bahasa Asing
Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya kata tempat orangterhormat diganti dengan VIP.

6. Kata Baru
Kreativitas pemakai bahasa berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya.Kebutuhan tersebut,
memerlukan bahasa sebagai alat ekspresi dan komunikasi.Pethatikan penggunaan kata: jaringan,
kinerja,dan justifikasi.Jaringan kerja untuk menggantikan networkJustifikasi untuk menggantikan
pembenaranKinerja untuk menggantikan performance

6
KONOTATIF dan SESONATIS
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasanyang sama pada imajinasi
pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan ataudirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap
penulis atau pembicara harusberusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai
maksudtersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.Selain pilihan kata yang tepat,
efektivitas komunikasi menuntut persyaratanyang harus di penuhi oleh pengguna bahasa, yaitu
kemampuan memilih kata yangsesuai dengan tuntutan komunikasi.Adapun syarat-syarat ketepatan pilihan
kata adalah 3 :

1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak
bermakna ganda.Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan bermacam-
macammakna.Contoh :

Ø Bunga eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi. (Denotasi)

Ø Sinta adalah bunga desa di kampungnya. (Konotasi)

2.Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.

Ø Siapa pengubah peraturan yang memberatkan pengusaha?

Ø Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalahpeubahperaturan yang selama ini
memberatkan pengusaha.

3. Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.

Ø Intensif- insensif

Ø Karton-kartun

Ø korporasi - koperasi

4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapatsendiri, jika pemahaman belum
dapat dipastikan.Contoh :

Ø Modern : canggih (secara subjektif)

Ø Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)

Ø Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyakmengetahui, bergaya intelektual (menurut kamus)

5. Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.Contoh :

Ø Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.

Ø Koordinir seharusnya koordinasi.

7
6.Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.Contoh :Pasangan yang salah
Pasangan yang benarantara ..... dengan....antara .... dan .....tidak ..... melainkan .....tidak ..... tetapi .....baik
.....ataupun .....baik ..... maupun .....bukan ..... tetapi .....bukan ...... melainkan.....

7.Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu
kepada suatu hal ataukelompok yang luas bidang lingkupnya. Sedangkan kata khusus adalah katayang
mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.Contoh:

Ø Kata umum :melihat

Ø Kata khusus :melotot, membelak, melirik, mengintai,mengamati, mengawasi.

Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudahdikenal.Contoh :

Ø Isu (berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi,

perkara.

Ø Isu (dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-desus.

Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, danberhomografi.Sinonim adalah kata-kata


yang memiliki arti sama.Homofoni adalah kata yang mempunyai pengertian sama bunyi, berbedatulisan,
dan berbeda makna.Homografi adalah kata yang memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, danberbeda
makna.Contoh :

Ø Sinonim : Hamil (manusia)-Bunting (hewan)

Ø Homofoni : Bank (tempat menyimpan uang)-Bang (panggilankakak laki-laki)

Ø Homografi : Apel (buah)-Apel (upacara)10.

Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.Kata abstrak mempunyai referensi berupa
konsep, sedangkan kata konkretmempunyai referensi objek yang diamati.

Contoh :Ø Kata abstrakKebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat


terpuji.Ø Kata konkretAPBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen

nonton, memandang, menatap.

2.5 PEMBENTUKAN KATA


Untuk dapat digunakan dalam kalimat atau pertuturan tertentu, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam
bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik melalui

8
proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Pembentukan kata ini mempunyai dua
sifat, yaitu:

Inflektif yaitu Alat yang digunakan untuk penyesuaian bentuk itu biasanya berupa afiks, yang mungkin
berupa prefiks, infiks, dan sufiks atau juga berupa modifikasi internal, yakni perubahan yang terjadi di
dalam bentuk dasar itu.Derivatif, Pembentukan kata secara infektif, tidak membentuk kata baru, atau
kata lain yang berbeda identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan
pembentukan kata secara derivatif atau derivasional. Pembentukan kata secara derivatif membentuk kata
baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata. Berikut ini beberapa proses pembentukan
kata. :

1. Gramatikalisasi
Proses gramatikalisasi adalah proses perubahan tataran dari morfem ke kata, yang dalam
tataran sintaksis merupakan perubahan tataran pertama. Tidak semua morfem dengan sendirinya
dapat langsung berubah menjadi kata. Seperti morfem ber-, ter-, ke-, dan sejenisnya yang
tergolong morfem terikat tidak dapat langsung menjadi kata. Seperti halnya juang tidak dapat
langsung menjadi kata karena juang termasuk morfem terikat. Sedangkan rumah dapat langsung
menjadi kata karena dapat berdiri sendiri dan bermakna.
2. Afiks
Satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila di tambahkan pada kata dasar
akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus
melekat pada satuan lain seperti kata dasar. istilah afiks termasuk, prefiks, sufiks, dan konfiks.
a. Prefiks

Afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang
berbeda.

b. Sufiks

Afiks yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang
berbeda.Contoh; Gilang –em- = gemilang

c. Konfiks.

Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar,
dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks adalah satu afiks dengan satu makna gramatikal,
sedangkan kombinasi afiks bukanlah satu afiks, dan kemungkinan dengan beberapa makna gramatikal.
Dalam bahasa Indonesia setidak-tidaknya ada empat konfiks yaitu: ke-…-ar, pen-…-an, per-…-an,dan
ber-…-an.
Contoh: keadaan, pengiriman, persahabatan, bertolongan.

9
d. Kombinasi

Kombinasi afiks adalah pembentukan kata berupa pemberian afiks. Secara kombinasi dari dua afiks
atau lebih yang dihubungkan dengan sebuah bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia misalnya dikenal
beberapa kombinasi afiks: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-kan, pe-an, dan se-nya.

3. Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan,
secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi, seperti meja-meja (dari dasar meja),
reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti
bolak-balik (dari dasar balik). Reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata
yang tampaknya sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.

Proses reduplikasi dapat bersifat paradigmatis (infleksional) dan dapat pula bersifat derivasional.
Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi makna
gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti “banyak meja” dan kecil-kecil yang berarti “banyak yang
kecil”. Yang bersifat derivasional membentuk kata baru atau kata yang identitas leksikalnya berbeda
dengan bentuk dasarnya. Dalam bahasa Indonesia bentuk laba-laba dari dasar laba dan pura-pura dari
dasar pura.

Khusus mengenai reduplikasi dalam bahasa Indonesia ada beberapa catatan yang perlu
dikemukakan,yakni:

Pertama, bentuk dasar reduplikasi dalam bahasa Indonesia dapat berupa morfem dasar seperti
meja yang menjadi meja-meja, bentuk berimbuhan seperti pembangunan yang menjadi pembangunan-
pembangunan, dan bisa juga berupa bentuk gabungan kata seperti surat kabar yang menjadi surat-surat
kabar atau surat kabar-surat kabar.

Kedua, bentuk reduplikasi yang disertai afiks prosesnya mungkin; Proses reduplikasi dan
proses afiksasi itu terjadi bersamaan seperti pada bentuk berton-ton dan bermeter-meter. Proses
reduplikasi terjadi lebih dahulu, baru disusul oleh proses afiksasi, seperti pada berlari-lari dan
mengingat-ingat (dasarnya lari-lari dan ingat-ingat). proses afiksasi terjadi lebih dahulu, baru
kemudian diikuti oleh proses reduplikasi, seperti pada kesatuan-kesatuan dan memukul-
memukul(dasarnya kesatuan dan memukul).

Ketiga, pada dasar yang berupa gabungan kata, proses reduplikasi mungkin harus berupa
reduplikasi penuh, tetapi mungkin juga hanya berupa reduplikasi parsial. Misalnya, ayam itik-ayam
itik dan sawah ladang-sawah ladang (dasarnya ayam itik dan sawah ladang) contoh yang reduplikasi
penuh, dan surat-surat kabar serta rumah-rumah sakit (dasarnya surat kabar dan rumah sakit) contoh
untuk reduplikasi.

Keempat, banyak orang menyangka bahwa reduplikasi dalam bahasa Indonesia hanya
bersifat paradigmatis dan hanya memberi makna jamak atau kevariasian. Namun, sebenarnya
reduplikasi dalam bahasa Indonesia juga bersifat derivasional. Oleh karenaitu, munculnya bentuk-
bentuk seperti mereka-mereka, kita-kita, kamu-kamu, dan diadia tidak dapat dianggap menyalahi
kaidah bahasa Indonesia.

10
Kelima, ada pakar yang menambahkan adanya reduplikasi semantis, yakni dua buah kata
yang maknanya bersinonim membentuk satu kesatuan gramatikal. Misalnya, ilmu pengetahuan,
hancur, luluh, dan alim ulama.

Keenam, dalam bahasa Indonesia ada bentuk-bentuk seperti kering kerontang, tua renta, dan
segar bugar di satu pihak; pada pihak lain ada bentuk-bentuk seperti mondar-mandir, tunggang-
langgang, dan komat-kamit, yang wujud bentuknya perlu dipersoalkan.

4. Komposisi

Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem
dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang
memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.
Dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. Hal ini dapat
dipahami, karena dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak sekali memerlukan
kosakata untuk menampung konsep-konsep yang belum ada kosakatanya atau istilahnya
dalam bahasa Indonesia. Produktifnya proses komposisi itu dalam bahasa Indonesia
menumbulkan berbagai masalah dan berbagai pendapat karena komposisi itu memiliki
jenis dan makna yang berbeda-beda. Masalah-masalah itu antara lain masalah kata
majemuk.

Prinsip ringkas penulisan kata gabungan adalah:

a) Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh: darah daging.

b) Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan menghindari salah
pengertian. Contoh: orang-tua muda.

c) Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima kasih.

d) Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh: menyebarluaskan.

e) Ditulis serangkai untuk beberapa lama yang telah ditentukan. Contohnya: manakala,
kilometer.

5. Konversi dan Modifikasi Internal

Konversi, sering juga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi, adalah
proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur
segmental.

Modifikasi internal (sering disebut juga penambahan internal atau perubahan internal)
adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa
vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap.

11
Contoh: 'dia laki-laki menulis'

'sudah ditulis’

6. Pemendekan

Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem


sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk
utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan. Misalnya, bentuk lab (utuhnya
laboratorium), hlm (utuhnya halaman), l (utuhnya liter), hankam (utuhnya pertahanan dan
keamanan), dan SD (utuhnya Sekolah Dasar).

BAB III

PENUTUPAN

3.1 Simpulan

Dari pembahasan yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan menjadi beberapa poin penting yaitu :

1. Diksi atau pilhan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansamakna dari gagasan yang
ingin disampaikan dan kemampuan untukmenemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai
rasa yangdimiliki kelompok masyarakat pendengar.

2. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasasejumlah besar kosa kata atau
perbendaharaan kata itu.

3. Diksi berfungsi sebagai alat agar tidak terjadi kesalahpahaman antarapembaca atau penulis terhadap
pendengar atau pembaca dalamberkomunikasi.

4. Diksi memiliki beberapa syarat-syarat ketepatan agar menimbulkanimajinasi yang sesuai antara
pembicara dan pendengar.

5. Fungsi diksi secara umum ialah agar masyarakat dapat berkomunikasidengan baik dan benar agar
terhindar dari salah penafsiran dankesalahpahaman antara pembicara/penulis dengan pendengar/pembaca.

12
3.2 KRITIK dan SARAN

Kami meyadari,dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kami
sebagai penyusun berharap ada kritik dan saran dari semua pihak terutama dosen. Kami hanyalah manusia
biasa. Jika ada kesalahan ,itu datangnya dari kami sendiri. Dan jika ada kebenaran , itu datangnya dari
ALLAH SWT.

13
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai