Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PENULISAN ILMIAH

“Pengertian dan Konsep Dasar Penulisan Ilmiah serta Istilah

dalam Penggunaannya”

Disusun oleh

Nama : Helma Vira Yani

NIM : N1A120045

Kelas : 4E

Dosen Pembimbing

Dr. Guspianto, SKM., MKM

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas dalam mata kuliah Penulisan Ilmiah, dengan judul “Pengertian dan Konsep
Dasar Penulisan Ilmiah serta Istilah dalam Penggunaannya”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritikan sehingga makalah ini
dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalamandan pengentahuan yang kami miliki.

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Jambi, 26 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3. Tujuan..........................................................................................................................1

1.4. Manfaat........................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3

2.1. Kajian Pustaka Paragraf..............................................................................................3

2.2. Kajian Pustaka Diksi...................................................................................................3

2.3. Kajian Pustaka Kalimat Pokok....................................................................................3

2.4. Kajian Pustaka Penggunaan EYD...............................................................................4

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................5

3.1. Paragraf........................................................................................................................5

3.2. Diksi..........................................................................................................................12

3.3. Kalimat Pokok...........................................................................................................15

3.4. Penggunaan EYD......................................................................................................16

BAB IV PENUTUP................................................................................................................19

4.1. Kesimpulan................................................................................................................19

4.2. Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa merupakan alat dan sarana dalam berkomunikasi dikehidupan sehari-hari.
Cara seseorang dalam berbahasa mencerminkan bagaimana orang tersebut bernalar.
Dalam menulis suatu karangan, penulis menggambarkan suatu kisah, kejadian, dan
peristiwa. Rangkaian peristiwa tersebut merupakan sebuah karangan fiksi dari imajinasi,
pengalaman, dan pengamatan seorang penulis. Dari pengalaman dan pengamatan tersebut
penulis membuat sebuah karangan yang dikemas dalam cerita yang menarik untuk dibaca.
Tentu saja dalam menulis karangan harus memperhatikan beberapa aspek, salah satunya
dalam pemilihan diksi atau pilihan kata. Penggunaan serta pemilihan kata harus
diperhatikan agar dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca atau pendengar.
Penggunaan dan pemilihan kata harus diperhatikan dalam bahasa lisan atau tulisan.
Dalam menulis suatu karangan penulis harus memilih dan memakai diksi yang tepat dan
selaras dalam penggunaannya.
Dalam suatu karya tulis, baik karya tulis ilmiah maupun nonilmiah, diksi memiliki
peran penting. Dalam sebuah karya seorang penulis akan menuangkan gagasan dan
pikirannya dengan pemilihan diksi atau pilihan kata yang tepat dan selaras
penggunaannya. Sebuah karya tulis dikatakan menarik jika karya tulis tersebut memiliki
beragam kata dan pembaca merasa ikut terbawa dalam suasana yang ada di sebuah cerita.
Pembaca bisa membayangkan sebuah kehidupan yang terjadi di suatu cerita melalui
imajinasi dari sang penulis. Tentunya seorang penulis haruslah pandai merangkai sebuah
cerita yang menarik minat para pembaca. Maka dari itu, kata sangatlah berperan penting.
Kata merupakan ungkapan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa
lisan maupun tulisan. Ketika penulis mampu merangkai kata menjadi kalimat yang tepat
dan selaras, maka pembaca akan mudah memahami dan menagkap maksud dari penulis.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Paragraf?
2. Apa yang dimaksud dengan diksi?
3. Apa yang dimaksud dengan kalimat pokok?
4. Bagaimana penggunaan EYD?
1.3. Tujuan

1
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang paragraph?
2. Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang diksi?
3. Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang kalimat pokok?
4. Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang penggunaan EYD?
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas penulis
serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dan juga pembaca.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Pustaka Paragraf


Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih luas daripada
kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu
rangkaian untuk menjelaskan sebuah pikiran utama. Melalui paragraf itu gagasan menjadi
jelas oleh uraian tambahan, yang tujuannya menonjolkan pikiran utama secara lebih jelas.
Setiap paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran utama atau gagasan utama secara
jelas.
Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam
paragraf membicarakan satu gagasan. Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf
itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal dalam paragraf. Apabila dalam
suatu paragraf terdapat lebih dari satu gagasan berarti paragraf itu tidak tepat dan harus
dipecah ke dalam beberapa paragraf. Jadi, setiap paragraf hanya boleh mengandung satu
pikiran utama atau gagasan utama.
2.2. Kajian Pustaka Diksi
Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat
membuat seseoranmg tersebut mengalami kesulitan mengungkapkan maksudnya kepada
orang lain. Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam menggunakan kosa kata,
dapat mempersulit diterima dan dipahaminya maksud dari isi pesan yang hendak
disampaikan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal demikian, seseorang harus
mengetahui dan memahami bagaimana pemakaian kata dalam komunikasi. Salah satu
yang harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata. Menurut Enre (1988: 101) diksi atau
pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan
perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Widyamartaya (1990: 45) yang menjelaskan bahwa
diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan
tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki sekelompok
masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung
ketepatan makna dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau
pendengar.

3
2.3. Kajian Pustaka Kalimat Pokok
Pujiono (2013:27) menyatakan kalimat utama adalah kalimat inti yang memuat ide
atau gagasan sebuah paragraf. Kalimat inti berisi suatu pernyataan yang akan dijelaskan
lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas. Kemudian Rahardi
(2009:103) mengatakan, “Kalimat utama atau kalimat pokok paragraf itu harus bersisi ide
utama dari paragraf yang bersangkutan.” Kedua kutipan di atas menjelaskan kalimat
utama adalah kalimat inti yang menjelaskan ide atau pokok pembahasan di dalam
paragraf. Kalimat utama biasanya disampaikan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dengan
demikian, kalimat utama bisa memberikan kesempatan kepada kalimat lainnya untuk
memberikan penjelasan dan kalimat tersebut dinamai kalimat
2.4. Kajian Pustaka Penggunaan EYD
Ejaan yang Disempurnakan (disingkat EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang
berlaku dari tahun 1972 hingga 2015. Ejaan ini menggantikan Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi. Ejaan ini digantikan oleh Ejaan Bahasa Indonesia sejak tahun 2015.

4
BAB III

PEMBAHASAN
3.1. Paragraf
3.1.1. Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih luas daripada
kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu
rangkaian untuk menjelaskan sebuah pikiran utama. Melalui paragraf itu gagasan
menjadi jelas oleh uraian tambahan, yang tujuannya menonjolkan pikiran utama
secara lebih jelas. Setiap paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran utama
atau gagasan utama secara jelas.
Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraf, yang perlu
diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat
dalam paragraf membicarakan satu gagasan. Kepaduan berarti seluruh kalimat
dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal dalam
paragraf. Apabila dalam suatu paragraf terdapat lebih dari satu gagasan berarti
paragraf itu tidak tepat dan harus dipecah ke dalam beberapa paragraf. Jadi, setiap
paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran utama atau gagasan utama.
Contoh (1)
Sampah yang kita buang setiap hari sebenarnya dapat digolongkan menjadi
dua macam, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik
adalah sampah yang mudah membusuk, seperti sisa makanan dan daun-daunan
yang umumnya basah. Sampah anorganik adalah sampah yang sulit atau yang
tidak dapat membusuk, contohnya plastik, kaca, logam, kain, dan karet. Kedua
jenis sampah tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan baik jenis
sampah organik maupun sampah anorganik jika diolah dengan baik.

Contoh paragraf di atas terdiri atas empat kalimat. Setelah membaca


keseluruhan paragraf tersebut, terasa bahwa semua kalimat membicarakan satu ide
atau satu gagasan, yaitu sampah organik dan anorganik. Ide tersebut diungkapkan
melalui empat kalimat. Ide tersebut lebih luas jika dibandingkan dengan ide yang ada
dalam sebuah kalimat.

3.1.2. Struktur Paragraf

5
Berdasarkan fungsinya, kalimat yang membangun paragraf pada dasarnya terdiri
atas dua macam, yaitu kalimat topik atau kalimat pokok dan kalimat penjelas atau
pendukung. Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama
paragraf, sedangkan kalimat penjelas atau pendukung adalah kalimat yang berfungsi
menjelaskan atau mendukung ide utama paragraf. Ciri kalimat topik dan kalimat
penjelas adalah sebagai berikut.
Ciri kalimat topik :
a. mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan diuraikan
lebih lanjut,
b. merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri,
c. memunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat
lain,
d. dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frase transisi.

Ciri kalimat penjelas :

a. sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti),
b. arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan
kalimat lain dalam satu paragraf,
c. pembentukannya sering memerlukan pembentukan kata sambung dan frase
transisi,
d. isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan lain yang
bersifat mendukung kalimat topik.

3.1.3. Tujuan Pembentukan Paragraf


Apabila kita pernah membaca sebuah tulisan yang tidak tersusun atas kesatuan
paragraf, kita akan sulit memahami isinya. Kita dituntut untuk memeriksa lebih
cermat pikiran penulis dari awal sampai akhir secara menyeluruh tanpa petunjuk
yang jelas. Hal ini tidak akan terjadi pada tulisan yang tersusun atas serangkaian
paragraf yang baik. Setelah kita membaca sebuah paragraf, kita dapat berhenti
sebentar dan berkonsentrasi terhadap pikiran utama yang terkandung dalam
paragraf tersebut sebelum melangkah pada paragraf berikutnya.
Ada dua tujuan utama pembentukan paragraf. Pertama, pembentukan paragraf
bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan pikiran
utama yang satu dari utama pikiran yang lain. Oleh karena itu, paragraf hanya

6
dapat memuat satu pikiran utama. Apabila terdapat dua pikiran utama, paragraf
tersebut harus dipecah menjadi dua atau lebih. Kedua, pembentukan paragraf
bertujuan memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal untuk
memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir kalimat.
Dengan perhentian yang lebih lama tersebut, kosentrasi terhadap pikiran utama
pada setiap paragraf lebih terarah.
Contoh (2)
Bidang pendidikan merupakan wadah dan lingkunga formal yang harus
menerima anak didik dari semua suku bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
sesuai dengan pokok kebijaksanaan pendidikan dan kebudayaan dan gbhn
maka kedudukan dan fungsi bahasa indonesia dalam hubungannya dengan
pendidikan nasional adalah (1) sebagai mata pelajaran dasar dan pokok dan (2)
sebagai bahasa pengantar di semua jenjang sekolah. Bahasa daerah dapat
dipakai untuk membantu bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di kelas
satu sampai kelas tiga SD di daerah-daerah yang masih memerlukannya. Di
samping itu, bahasa daerah dapat pula diajarkan sebagai satu mata pelajaran.
Selain itu, juga bahasa daerah dianggap sebagai salah satu media
pengembangan kebudayaan.
3.1.4. Jenis-jenis Paragraf
Berdasarkan fungsinya dan wujudnya dalam karangan paragraf dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf
penutup. Ketiga jenis paragraf itu memiliki fungsi tersendiri yang
membedakannya satu sama lain. Secara singkat ketiga jenis paragraf tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Paragraf Pembuka
Isi paragraf pembuka bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok
pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian yang mengawali sebuah
karangan, paragraf pembuka harus dapat difungsikan untuk :
1) mengantar pokok pembicaraan,
2) menarik minat dan perhatian pembaca, dan
3) menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk mengetahui isi
seluruh karangan.
b. Paragraf Penghubung

7
Paragraf ini bertujuan menghubungkan pokok pembicaraan suatu
karangan yang sebelumnya telah dirumuskan di dalam paragraf pembuka.
Contoh dan ilustrasi, inti permasalahan dan uraian pembahasan adalah isi
sebuah paragraf penghubung atau paragraf pegembang. Paragraf
penghubung atau pengembangan berfungsi dalam paragraf untuk :
1) mengemukakan inti persoalan,
2) memberi ilustrasi atau contoh,
3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya,
4) meringkas paragraf sebelumnya, dan
5) mempersiapkan dasar atau landasan bagi kesimpulan.

Semua paragraf yang terletak antara paragraf pendahuluan dan


paragraf penutup digolongkan sebagai paragraf penghubung. Oleh karena
itu, antara paragraf yang satu dan paragraf lainnya harus saling
berhubungan secara logis.

c. Paragraf Penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir tulisan atau
yang mengakhiri sebuah tulisan. Biasanya, paragraf penutup berisi
simpulan dari semua pembahasan yang telah dipaparkan pada paragraf
penghubung. Paragraf ini sering berisi penegasan atau pernyataan kembali
tentang masalah-masalah yang diuraikan pada paragraf penghubung agar
maksud penulis menjadi lebih jelas jika ada hal-hal yang dianggap sangat
penting. Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri
karangan atau bagian karangan, penyajiannya harus memperhatikan hal
berikut ini :
1) sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang,
2) isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir
sebagai cermin inti seluruh uraian,
3) sebagai bagian yang paling akhir dibaca, hendaknya dapat
menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca, dan
4) isi paragraf penutup banyak ditentukan oleh sifat karangan
3.1.5. Syarat Pembentukan Paragraf
Sama halnya dengan kalimat, sebuah paragraf juga harus memenuhi syarat-
syarat tertentu. Jadi, paragraf yang baik atau efektif adalah sebuah paragraf telah

8
memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana dijelaskan di bawah ini. Syarat
tersebut di antaranya adalah :
a. Kesatuan pikiran
Kalimat-kalimat dalam satu paragraf menggambarkan pikiran yang
saling berhubungan dan menunjukkan ikatan untuk mendukung satu
pikiran sebagai pikiran utama. Kesatuan pikiran dalam paragraf berarti
adanya hubungan tentang masalah yang menjadi pikiran utama. Kesatuan
pikiran dalam paragraf berarti adanya hubungan tentang masalah yang
menjadi pikiran utama. Jadi, tidak boleh ada unsur yang sama sekali tidak
berhubungan dengan pikiran tersebut. Penyimpangan uraian akan
menyulitkan pembaca memahami maksud penulis.
Contoh :
Industri perkapalan siap memproduksi jenis kapal untuk mengganti
kapal yang akan dibesituakan. Akan tetapi kemampuan mereka
terbatas. Kalau dalam waktu yang singkat harus memproduksi kapal
sebanyak yang harus dibesituakan, jelas industri dalam negeri tidak
mampu. Peningkatan kemampuan ini memerlukan waktu. Sebaiknya
hal ini dilakukan bertahap. Kalau bentuk peremajaan ini pemerintah
sampai mengimpornya dari luar negeri, tentu peluang yang begitu
besar untuk industri dalam negeri tidak termanfaatkan.

Berdasarkan contoh paragraf di atas dapat dipahami bahwa hanya


mengandung satu pikiran utama, yaitu penggantian kapal yang akan
dibesituakan. Pikiran utama ini kemudian diperinci dengan beberapa pikiran
penjelas, yaitu :

1) kesiapan industri perkapalan dalam negeri,


2) kemampuan terbatas,
3) pelaksanaan secara terbatas, dan
4) impor dapat menghilangkan kesempatan. Penjelasan atau perincian
itu diurutkan sedemikian rupa sehingga hubungan antara satu
kalimat dan kalimat yang lain membentuk kesatuan yang bulat.
b. Koherensi dan Kepaduan
Syarat yang kedua harus dipenuhi oleh sebuah paragraf adalah harus
mengandung koherensi atau kepaduan. Kepaduan itu terjadi apabila hubungan

9
timbal balik antara kalimat-kalimat yang membina paragraf tersebut tersusun
dengan baik. Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan
pikiran penulis karena tidak ada loncatan-loncatan pikiran yang
membingungkan. Kepaduan dalam paragraf dapat dibangun dengan cara-cara
tertentu dalam penggunaan bahasa berupa repetisi, kata ganti, dan kata transisi.
1) Penggunaan repetisi
Repetisi adalah pengulangan kata kunci, yaitu kata yang
dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci mula-mula
timbul pada awal paragraf kemudian diulang-ulang pada kalimat
berikutnya. Pengulangan itu berfungsi memelihara kepaduan semua
kalimat.
Contoh :
Faktur adalah tanda bukti penjualan barang. Faktur ada
yang digabungkan dengan kuitansi dan faktur itu disebut faktur
berkuitansi. Faktur berkuitansi cocok dipakai untuk penjualan
tunai. Faktur yang kedua adalah faktur tanpa kuitansi. Faktur
tanpa kuitansi ini dapat dipakai baik untuk penjualan tunai
maupun kredit.
2) Penggunaan kata ganti
Kata ganti adalah kata-kata yang mengacu kepada manusia atau
benda. Untuk menghindari kebosanan, kata-kata yang mengacu
kepada manusia atau benda itu diganti dengan kata ganti. Pemakaian
kata ganti dalam paragraf berfungsi menjaga kepaduan antara
kalimat-kalimat yang membangun paragraf. Kata ganti dapat
bertugas menunjukkan kepaduan suatu paragraf.
3) Penggunaan kata transisi
Kata transisi adalah kata atau frase yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain untuk
menjaga kepaduan paragraf. Sifat hubungan antarkalimat akan
menentukan pilihan kata /frase transisi yang dipakai dalam paragraf.
3.1.6. Teknik Pengembangan Paragraf
Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling berhubungan.
Kalimat-kalimat tersebut diikat oleh satu pikiran utama dan dijelaskan secara
terinci oleh beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama dan pikiran penjelas masing-

10
masing tertuang dalam kalimat utama dan kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah
paragraf terdapat satu kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Ada
beberapa cara penempatan kalimat utama dalam sebuah paragraf yang sesuai
dengan pikiran penulis. Di samping itu, untuk mengembangkan paragraf ada
beberapa teknik yang dilakukan sehingga para para penulis lebih mudah
menguasai penulisan paragraf tersebut. Selain itu, paragraf dapat dicermati dari
segi sifat isinya yang sangat bergantung pada pada informasi yang akan
disampaikan.
3.1.7. Cara Penempatan Pikiran Utama
a. Pikiran utama pada posisi awal paragraf
Paragraf dimulai dengan mengemukakan pikiran utama yang tertuang
dalam satu kalimat. Penjelasan terhadap pikiran utama tersebut diberikan
melalui sejumlah kalimat penjelas. Penempatan kalimat utama pada awal
paragraf menunjukkan adanya penelanan pikiran utama yang mudah terbaca
oleh pembaca dan dapat mengundang perhatian yang bersangkutan untuk
mengikuti penjelasan selanjutnya. Paragraf yang demikian mengikuti cara
berpikir deduktif (dari umum ke khusus) sehingga disebut pula paragraf
deduktif.
b. Pikiran utama pada akhir paragraf
Pikiran utama sebuah paragraf dapat juga ditempatkan pada akhir
paragraf. Paragraf jenis ini disusun dengan lebih dahulu mengemukakan
kalimat-kalimat penjelas, kemudian disudahi dengan kalimat utama yang
memuat pikiran utama.
c. Pikiran utama pada awal dan akhir paragraf
Kalimat utama dapat diletakkan pada awal paragraf dan diulang pada
akhir paragraf. Maksud pengulangan ini adalah memberikan tekanan pada
pikiran utama paragraf dan sebagai penegasan kembali isi pernyataan yang
dikemukakan pada awal paragraf. Kalimat utama yang diulang tidak harus
sama dengan kalimat utama yang terdapat pada awal paragraf. Pengulangan
tersebut dilakukan dengan mengubah bentuk kata-katanya dan struktur
kalimatnya, tetapi pikiran utamanya tetap sama. Paragraf yang demikian
merupakan perpaduan paragraf deduktif dan induktif.
d. Paragraf dengan pikiran utama tersirat

11
Paragraf dengan pikiran utama tersirat Seluruh kalimat yang
membangun paragraf sama pentingnya dan bekerja sama menggambarkan
pikiran yang terdapat dalam paragraf sehingga tidak satu pun kalimat yang
khusus menjadi kalimat topik. Kalimat-kalimat itu merupakan suatu kesatuan
isi. Kondisi demikian itu biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat
topik karena kalimat yang satu dengan yang lainnya sama-sama pentingnya.
Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat
deskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
3.1.8. Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
a. Paragraf Narasi
Pengertian paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu
peristiwa atau kejadian yang didalamnya terdapat alur cerita, setting, tokoh,
dan konflik, tetapi tidak memiliki kalimat utama.
b. Paragraf Deskripsi
Pengertian Paragraf deskripsi adalah menggambarkan sesuatu dengan
jelas dan terperinci. Paragraf deskrispi bertujuan melukiskan atau
memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga
pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan
hal yang dideskripsikan.
c. Paragraf Argumentasi
Pengertian paragraf argumentasi adalah karangan yang membuktikan
kebenaran tentang sesuatu. Untuk memperkuat ide atau pendapatnya penulis
wacana argumetasi menyertakan data-data pendukung. Tujuannya, pembaca
menjadi yakin atas kebenaran yang disampaikan penulis.
d. Paragraf Persuasi
Pengertian paragrap persuasi adalah paragraf yang mengungkapkan
ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-
benar terjadi).
e. Paragraf Eksposisi
Pengertian Paragraf eksposisi adalah karangan yang menyajikan
sejumlah pengetahuan atau informasi. Tujuannya, pembaca mendapat
pengetahuan atau informasi yang sejelasnya.
3.2. Diksi
3.2.1. Pengertian Diksi

12
Diksi adalah pilihan kata. Pilihan kata merupakan kegiatan untuk memilih kata
secara tepat dan sesuai dalam mengungkapkan maksud dan tujuan kepada
penyimak atau pembaca baik secara lisan maupun tulisan. Ketepatan dan
kesesuaian sangat penting dalam rangka mengekspersikan maksud dan tujuan.
Diksi sangat menentukan gaya bahasa. Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan
kesesuaian pilihan kata. Kata, kalimat, paragraf, atau wacana menjadi efektif jika
diungkapkan dengan gaya bahasa yang tepat. Gaya bahasa mempengaruhi
terbentuknya suasana, kejujuran, kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau
realita.
Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca pula
yang tepat dapa menimbulkan nada kebahasaan , yaitu sugesti yang terekspresi
melalui rangkaian kata yang dsiertai penekanan mampu menghasilkan daya
persuasi yang tinggi. Pemakaian diksi yang baik akan membantu pembicara dan
pendengar dalam menyelesaikan masalah, begitu pula sebaiknya, gagasan atau ide
akan sulit berterima jika diksi yang digunakan salah sasaran atau tidak sesuai
kontek pembicara dan pendengar.

3.2.2. Fungsi Diksi


a. Melambangkan ide yang diungkapkan secara verbal.
b. Membentuk wujud ungkapan gagasan yang tepat sehingga menyenangkan
penyimak atau pembaca.
c. Mewujudkan komunikasi yang berterima.
d. Menciptakan atmosfir yang kondusif.
e. Menghindari dan mencegas perbedaan persepsi atau interpretasi.
f. Mencegah salah pemahaman, dan
g. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
3.2.3. Jenis Diksi
Diksi merupakan salah satu cara yang digunakan pembuat iklan dalam
membuat sebuah iklan agar dapat dipahami oleh pembaca. Ketepatan pemilihan kata
akan berpengaruh dalam pikiran pembaca tentang isi sebuah iklan. Jenis diksi
menurut Keraf, (1996: 89-108) adalah sebagai berikut.
a. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu
menunjuk pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan
kamus atau definisi utama suatu kata, sebagai lawan dari pada 11 konotasi atau

13
makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu pada makna yang
sebenarnya. Contoh makna denotasi:
1) Rumah itu luasnya 250 meter persegi.
2) Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu.
b. Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan,
imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau
asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah
kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Konotasi mengacu pada
makna kias atau makna bukan sebenarnya. Contoh makna konotasi:
1) Rumah itu luas sekali.
2) Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu.
c. Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak
sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan pancaindera
manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas, dingin, baik,
buruk), pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan,
penetapan, kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan
pikiran yang bersifat teknis dan khusus.
d. Kata konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat atau
diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. Kata-kata konkrit
menunjuk kepada barang yang actual dan spesifik dalam pengalaman. Kata
konkrit digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran
pembaca melebihi kata-kata yang lain. Contoh kata konkrit: meja, kursi, rumah,
mobil dsb.
e. Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas,
kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada
keseluruhan. Contoh kata umum: binatang, tumbuh-tumbuhan, penjahat,
kendaraan.
f. Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan
yang khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang
khusus. Contoh kata khusus: Yamaha, nokia, kerapu, kakak tua, sedan.
g. Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam
tulisan-tulisan ilmiah. Contoh kata ilmiah: analogi, formasi, konservatif,
fragmen, kontemporer.

14
h. Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan
masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Contoh kata
popular: bukti, rasa kecewa, maju, gelandangan.
i. Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu tertentu,
dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok
khusus lainnya. Contoh jargon: sikon (situasi dan kondusi), pro dan kon (pro
dan kontra), kep (kapten), dok (dokter), prof (professor).
j. Kata slang adalah kata-kata non standard yang informal, yang disusun secara
khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata 13 slang juga
merupakan kata-kata yang tinggi atau murni. Contoh kata slang: mana tahan, eh
ketemu lagi, unyu-unyu, cabi.
k. Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih
dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya.
Contoh kata asing: computer, cyber, internet, go public.
l. Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud
atau struktur bahasa Indonesia. Contoh kata serapan: ekologi, ekosistem,
motivasi, music, energi.
3.3. Kalimat Pokok
Pujiono (2013:27) menyatakan kalimat utama adalah kalimat inti yang memuat ide
atau gagasan sebuah paragraf. Kalimat inti berisi suatu pernyataan yang akan dijelaskan
lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas. Kemudian Rahardi
(2009:103) mengatakan, “Kalimat utama atau kalimat pokok paragraf itu harus bersisi ide
utama dari paragraf yang bersangkutan.”
Kedua kutipan di atas menjelaskan kalimat utama adalah kalimat inti yang
menjelaskan ide atau pokok pembahasan di dalam paragraf. Kalimat utama biasanya
disampaikan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dengan demikian, kalimat utama bisa
memberikan kesempatan kepada kalimat lainnya untuk memberikan penjelasan dan
kalimat tersebut dinamai kalimat.
Kalimat topik merupakan kalimat utama, atau kalimat pokok yang mengandung ide
pokok dalam suatu pembicaraan. Penguasaan kalimat topik dapat meningkatkan
pemahaman dalam menyimak hal yang dibicarakan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Tarigan (1980:6-7), baha kegiatan menyimak bersifat fungsional dan apresiatif. . Kalimat
topik atau kalimat pokok merupakan wujud dari ide pokok, pikiran pokok, atau gagasan
pokok.

15
Kemudian, Soedarso (2005 : 66) mengatakan dalam satu paragraf ada kalimat pokok
atau kalimat kunci. Kalimat kunci paragraf mengandung pernyataan tentang kata benda
atau kata ganti orang yang dominan atau yang menjadi topik (secara umum, garis besar)
paragraf itu. Kalimat lainnya adalah kalimat pendukung, yang menguraikan, menjelaskan,
melukiskan,
Sunagawa (2000) menyelidiki teks eksposisi untuk menentukan kalimat pokok
melalui sudut pandang pengulangan judul teks baik menyangkut frekuensi kemunculan
maupun penyebaran dari masing-masing kata pembentuk judul teks dalam tubuh teks
yang bersangkutan.
3.4. Penggunaan EYD
3.4.1. Pemakaian Huruf
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang
berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e,
i, o, dan u.
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-
huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p. q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au,
dan oi.
e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
f. Pemenggalan Kata
1) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a) Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan
di antara kedua huruf vokal itu.Misalnya:
ma-in sa-at bu-ah
Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan
kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu. Misalnya:
au-la bukan a-u-la

16
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan am-bo-i
b) Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf
konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan
sebelum huruf konsonan. Misalnya:
ba-pak ba-rang su-lit la-wan de-ngan ke-nyang mu-ta-khir
c) Jika di tengah kata ada dua huruf kosonan yang berurutan, pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan-huruf konsonan
tidak pernah diceraikan.
d) Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan
yang kedua.
g. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.

3.4.2. Pemakaian Huruf


a. Huruf Kapital atau Huruf Besar
1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya, dan peristiwa sejarah.

17
9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali
kata seperti dan.
11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
tidak terletak pada posisi awal.
13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
14) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
b. Huruf Miring
1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

18
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih luas daripada
kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu
rangkaian untuk menjelaskan sebuah pikiran utama. Melalui paragraf itu gagasan menjadi
jelas oleh uraian tambahan, yang tujuannya menonjolkan pikiran utama secara lebih jelas.
Setiap paragraf hanya boleh mengandung satu pikiran utama atau gagasan utama secara
jelas.
Keterbatasan kosakata yang dimiliki seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat
membuat seseoranmg tersebut mengalami kesulitan mengungkapkan maksudnya kepada
orang lain. Sebaliknya, jika seseorang terlalu berlebihan dalam menggunakan kosa kata,
dapat mempersulit diterima dan dipahaminya maksud dari isi pesan yang hendak
disampaikan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal demikian, seseorang harus
mengetahui dan memahami bagaimana pemakaian kata dalam komunikasi. Salah satu
yang harus dikuasai adalah diksi atau pilihan kata. Menurut Enre (1988: 101) diksi atau
pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan
perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.

4.2. Saran
Saran yang bisa disampaikan melalui makalah ini adalah sebaiknya dan sudah
sepatutnya bagi semua orang untuk mempelajarinya dan mengembangkannya, jangan
hanya sekedar mengetahui nama tanpa mengenalnya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani (2017). Penggunaan Diksi pada Antalogi Cerpen Jendela Dua Mata. Skripsi.
Arifin Zaenal dkk. (2010). Cermat Berbahasa Indonesia; untuk Perguruan Tinggi. Jakarta.
Akademika Pressindo.
Saddhono, Kundharu dan St. Y. Slamet. (2014). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa
Indonesia; Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Saryono Djoko. (2010). Bahasa Indonesia; Untuk Karangan Ilmiah. Malang: UMM Press.
Sudaryanto. (1993). Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press

20

Anda mungkin juga menyukai