DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
KELAS : 4 KIA
DOSEN PEMBIMBING :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT karena berkat Ridho dan
Rahmat-Nya lah kami bisa menyelesaikan hasil diskusi kami.Pertama-tama kami
ucapkan terima kasih kepada pembimbing yang sudah membimbing kami agar
dapat membuat laporan ini.
Laporan yang kami buat bertema kan “PARAGRAF DAN WACANA” ini
disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang paragraf dan wacana.
Semoga laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa
umum dan khususnya pada diri kami sendiri.Dalam penyelesaian makalah ini
kami mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak.
ii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II ISI .............................................................................................................. 3
2.1. PARAGRAF................................................................................................ 3
2.1.1. Pengertian Paragraf ........................................................................... 3
2.1.2. Fungsi Paragraf ................................................................................. 3
2.1.3. Persyaratan yang Baik dan Benar dalam Paragraf ............................ 4
2.1.4. Jenis Paragraf .................................................................................... 4
2.1.5. Pola Pengembangan Paragraf ............................................................ 6
2.2. WACANA .................................................................................................. 10
2.2.1. Pengertian Wacana .......................................................................... 10
2.2.2. Fungsi Wacana ................................................................................ 11
2.2.3. Persyaratan yang Baik dan Benar dalam Wacana ........................... 12
2.2.4. Jenis-Jenis Wacana.......................................................................... 17
2.2.5. Pola Pengembangan Wacana .......................................................... 21
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 25
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 25
3.2. Saran ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu hal yang tidak bisa terpisahkan dalam
kehidupan seharihari.Bahasa selalu berkaitan dengan setiap aktifitas
kita.Selain sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan media penyampai
informasi.Secara tidak sadar kita sudah melakukan fungsi itu.Ketika kita
berdialog dengan tetangga, dengan kawan, dengan penjual sayur, dan
sebagainya. Bahkan ketika kita membaca sebuah pengumuman di pinggir
jalan, membaca surat kabar pagi, mendengarkan informasi dari televisi,
maupun radio.
Bahasa, mulai dari unit gramatikal terkecil, yaitu kata, kalimat, paragraf,
wacana, semuanya mempunyai kesinambungan yang tidak dapat
terpisahkan.Dari mulai unsur kata, hingga wacana yang merupakan unit
gramatikal terbesar dari bahasa, mempunyai sebuah maksud yang ingin
disampaikan kepada pembaca.Wacana yang merupakan gramatikal terbesar
mempunyai peran untuk menyampaikan maksud secara rinci dan jelas kepada
pembaca.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya
merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat.Dalam upaya menghimpun
beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan
dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf
membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh
kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan
tunggal paragraf. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin
memaparkan tentang paragraf dan wacana.
1.2.Rumusan Masalah
2. Apakah pengertian paragraf dan wacana ?
3. Apakah fungsi paragraf dan wacana ?
1
4. Apa saja jenis – jenis paragraf dan wacana ?
1.3.Tujuan Penulisan
2. Untuk mengetahui pengertian paragraf dan wacana.
3. Untuk mengetahui ciri – ciri paragraf dan wacana.
4. Untuk mengetahui jenis – jenis paragraf dan wacana.
2
BAB II
ISI
2.1. PARAGRAF
3
4. Memudahkan pengembangan topic
Yakni dalam mengembangkan topik sebuah karangan ke dalam bentuk
pemikiran yang lebih kecil.
5. Untuk memudahkan pengendalian variable
Yakni pengarang lebih mudah dalam mengendalikan variabel, terutama pada
karangan yang terdiri dari banyak variabel.
4
merupakan paragraf yang menceritakan suatu kejadian. Sedangkan paragraf
narasi runtut cerita yaitu paragraf yang pola pengembangannya dimulai
dengan sebuah tindakan yang menghasilkan sesuatu berlanjut ketahap
berikutnya hingga tahap ahir dari cerita.
5
3. Paragraf campuran (deduktifinduktif): Paragraf campuran
(deduktifinduktif) merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal
dan akhir paragraf. Sedangkan kalimat penjelasnya berada di tengah-tengah
paragraf.
6
Istilah Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan
antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,
budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-
batas suatu negaramenjadi semakin sempit.Globalisasi adalah suatu proses
di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling
berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang
melintasi batas Negara. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak
karakteristik yang sama dengan internasionalisasisehingga kedua istilah ini
sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah
globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-
batas negara.
4. Pola proses
Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau
menghasilkan suatu peristiwa.
Contoh:
Pohon anggur selain airnya dapat diminum, daunnya pun dapat digunakan
sebagai pembersih wajah.Caranya, ambillah daun anggur secukupnya.Lalu
tumbuk sampai halus.Masaklah hasil tumbukan itu dengan air
secukupnya.Tunggu sampai mendidih.Setelah ramuan mendingin, ramuan
siap digunakan.Oleskan ramuan pada wajah, tunggu beberapa saat, lalu
bersihkan.
7
mendapat cahaya matahari karena terhalang oleh pohon besar yang ada di
sampingnya.
6. Pola ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi atau contoh-contoh
yang nyata.Ilustrasi tersebut dipakai untuk menjelaskan maksud penulis.
Contoh:
Sebelas tahun lalu Indonesia mengimpor gerbong kereta api dari Perancis.
Gerbong tersebut tampak mentereng karena dilengkapi dengan alat-alat
conditioning.Namun dimanakah sekarang gerbong-gerbong itu?Ternyata
sudah banyak yang rusak. Gerbong-gerbong itu kini hanya dipakai dalam
trayek tingkat tiga untuk mengangkut anak-anak sekolah dan para petani
dari desa ke kota. Siapa yang salah?Penumpangnya atau pegawai PT KAI?
Itulah contoh penggunaan teknologi yang tak dibarengi SDM yang
memadai, sehingga teknologi pun lekas rusak sebelum waktunya
8. Pola analisis
Pola ini digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau agagsan yang umum ke
dalam perincian yang lebih logis.Dalam pola ini ada bagian yang dianalisis
yang terletak di awal paragraf dan yang menganalisis terletak setelahnya.
8
Contoh:
APBN 2001 menghadapi tekanan yang berat.Tekanan itu pada dasarnya
berkaitan dengan tiga faktor.Pertama, memburuknya lingkungan ekonomi
makro. Kedua, tidak dapat dilaksanakannya secara optimal kebijakan
fiscal di bidang perpajakan, bea cukai, dan pengurangan subsidi BBM.
Ketiga, adanya pembatalan sebagian pencairan pinjaman untuk biaya
pembangunan.
9. Pola klasifikasi
Merupakan sebuah proses untuk mengelompokkan hal atau peistiwa atau
benda yang dianggap punya kesamaan-kesamaan tertentu.
Contoh:
Ikan air tawar terbagi ke dalam tiga golongan, yakni ikan peliharaan, ikan
buas, dan ikan liar. Ikan peliharaan terdiri atas ikan-ikan yang mudah
diperbanyak. Contohnya: ikan bandeng, ikan mas, ikan gurami, dan lain-
lain. Ikan buas memiliki sifat jahat terhadap ikan-ikan lain. Contohnya:
ikan gabus dan ikan lele. Ikan liar, meskipun jarang dipelihara, tetapi
memiliki keuntungan secara ekonomis. Contohnya: ikan paray, ikan bunter
dan ikan ikan jeler.
9
11. Pola sudut pandang atau titik pandang
Merupakan tempat pengarang melihat atau menceritakan suatu hal.Sudut
pandang diartikan sebagai penglihatan seseorang atas suatu
barang.Misalnya dari samping, dari atas, atau dari bawah.Sebagai orang
pertama, orang kedua, atau orang ketiga.
Contoh:
Dengan tersipu Imas dan Jaka menghalau kerbau mereka ke
sungai.Bersama-sama mereka memandikan kerbaunya.Mereka pun sama-
sama mandi.Namun hal itu tidak lama karena hari sudah senja. Ayah Imas
melinting rokok di depan gubuk kecilnya semabrai menunggu Imas
pulang. Malam pun terasa mulai sunyi.Dari tepi hutan terdengar lolongan
anjing.
Contoh:
Ayah Imas mengangguk.Diisapnya lagi sisa rokoknya dalam-dalam.“Ayo,
silakan!” ujar Pak Somad semabri menyodorkan kotak tembakau.“Terima
kasih, ini sudah cukup.Lagi pula hari sudah larut, saya mau pamit pulang.”
ujar Ayah Imas.
2.2. WACANA
10
Wacana di dalam kebahasaan menempati hierarki teratas karena merupakan
satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.Wacana dapat berupa kata, kalimat,
paragraf, atau karangan utuh yang lebih besar, seperti buku atau artikel yang berisi
amanat lengkap.Kata yang digunakan dalam wacana haruslah berpotensi sebagai
kalimat, bukan kata yang lepas konteks.Wacana amat bergantung pada keutuhan
unsur makna dan konteks yang melingkupinya.
Secara umum fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Fungsi
bahasa tersebut dikelompokkan kepada 2 kategori utama yaitu fungsi
transaksional dan fungsi interaksional. Brown dan Yule (1996: 1) menjelaskan
fungsi transaksional bertujuan untuk menyampaikan informasi faktual atau
proposisional. Sedangkan fungsi interaksional bertujuan untuk memantapkan dan
memelihara hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi.
Wacana dengan unit konversasi memerlukan unsur komunikasi yang berupa
sumber (pembicara san penulis) dan penerima (pendengar dan pembaca). Semua
unsur komunikasi berhubungan dengan fungsi bahasa (Djajasudarma, 1994:15).
Fungsi bahasa meliputi (1) fungsi ekspresif yang menghasilkan jenis wacana
berdasarkan pemaparan secara ekspositoris, (2) fungsi fatik (pembuka konversasi)
yang menghasilkan dialog pembuka, (3) fungsi estetik, yang menyangkut unsur
pesan sebagai unsur komunikasi, dan (4) fungsi direktif yang berhubungan dengan
pembaca atau pendengar sebagai penerima isi wacana secara langsung dari
sumber.
Selanjutnya Halliday (1970, 1973) dalam Leech (1993:86) membedakan tiga
fungsi bahasa atas fungsi idesional, interpersonal, dan tekstual. Pada fungsi
idesional bahasa dipakai untuk alat pengungkap sikap penutur dan pengaruhnya
pada sikap dan perilaku penutur. Sedangkan pada fungsi tekstual bahasa
difungsikan sebagai alat untuk membangun dan menyusun sebuah teks. Lebih
lanjut Halliday menjelaskan bahwa interpersonal terdiri atas fungsi ekspresif dan
informatif sebagaimana telah dikemukakan Popper.
Pada dasarnya pengenalan terhadap berbagai fungsi bahasa akan sangat
membantu dalam penelaahan wacana. Sebaliknya tanpa pengenalan terhadap
11
berbagai fungsi bahasa akan dapat menjadi halangan di dalam
menginterpretasikan sebuah wacana. Seorang penganalisis wacana di dalam
menganalisis sebuah wacana harus selalu mengaitkan bentuk-bentuk bahasa yang
digunakan dengan tujuan dan fungsi di mana dan untuk apa bahasa itu digunakan
dalam wacana tersebut.
Analisis wacana pada prinsipnya adalah analisis satuan-satuan bahasa di atas
kalimat yang digunakan dalamproses komunikasi. Untuk itu analisis tidak dapat
dibatasi pada pembentukan bahasa yang bebas dari tujuan dan fungsinya. Karena
itu, wacana berkaitan erat dengan fungsi bahasa.
1. Topik
12
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan tersebut
akan diurai, membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk pada satu
topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang dimaksud memberikan suatu
tujuan.Tujuan-tujuan yang teradapat dalam wacana, dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis wacana.Seperti wacana persuasif, tujuannya untuk mempengaruhi
pembaca.Atau bisa berupa simbol huruf P pada rambu-rambu lalu lintas,
memberikan tujuan menginformasikan pengguna jalan, bahwa tempat bersimbol
P, adalah tempat parkir.
a. Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara struktural
membentuk ikatan sintaktikal.Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada
hubungan bentuk.Artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan
untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh.Hanya
dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur dalam wacana dapat di
interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan unsur-unsur lainnya.
Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi
leksikal.Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata
bahasa.Kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
1.Kohesi gramatikal meliputi:
a)Referensi (pengacuan), merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap
satuan lainnya. Di lihat dari acuannya, referensi terbagi atas:
- Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks
wacana. Contoh: Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada
sesuatu di luar teks, yaitu “benda berpijar yang menerangi alam ini”.
- Referensi endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks
wacana. Referensi endofora terbagi atas:
- Referensi anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih
dahulu, mengacu yang sebelah kiri.
- Referensi katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya,
mengacu yang sebelah kanan.
13
b) Substitusi ( penggantian), diartikan sebagai penggantian satuan lingual dengan
satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Substitusi
dilihat dari satuan lingualnya dapat dibedakan atas:
1) Substitusi nominal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain
yang berupa kata benda. Contoh: Memang Soni mencintai gadis itu. Wanita itu
berasal dari Surakarta.Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasanya, dan
bersifat keibuan.
2) Substitusi verbal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain
yang berupa kata kerja. Contoh: Soni berusaha menyembuhkan penyakitnya
dengan berobat ke dokter kemarin sore. Ternyata dia di vonis menderita penyakit
kanker. Selain berusaha ke dokter, dia juga tidak lupa berdoa dan selalu berikhtiar
pada allah.
3) Substitusi frasa yaitu penggantisn satuan lingual tertentu dengan satuan
lingual lain yang berupa frasa. Contoh: Hari ini hari minggu. Mumpung hari libur
aku manfaatkan saja untuk menengok Nenek di desa.
4) Substitusi klausal yaitu penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan
lingual lain yang berupa klausa. Contoh:
Nida : jika perubahan yang dialami oleh azam tidak bisa diterima dengan baik
oleh orang-orang di sekitarnya, mungkin hal itu dikarenakan oleh kenyataan
bahwa orang –orang tesebut banyak yang tidak sukses seperti azam.
Barik : tampaknya memang begitu!
c) Elipsis atau pelesapan, adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah
disebutkan sebelumnya. Contoh: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan,
ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini.
Terima kasih.Kalimat kedua yang berbunyi terima kasih merupakan elipsis.Unsur
yang hilang adalah subjek dan predikat. Kalimat tersebut selengkapnya berbunyi:
Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-
saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Saya mengucapkan terima
kasih.
14
d) Konjungsi (perangkaian), adalah kohesi gramatikal yang dilakukan dengan
menghubungkan unsure yang satu dengan unsure yang lain. Unsur yang dirangkai
berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf.
Macam-macam konjungsi sebagai berikut:
15
Contoh: Dalam rangka menyambut peringatan kemerdekaan Republic Indonesia,
warga setempat mengadakan kerja bakti. Bagi yang putri sebagian besar
membawa sapu, sedangkan yang putra membawa sabit.Tak ketinggalan pula
nenek maupun kakek ikut serta meramaikan peringatan tersebut.
d) Hiponim
Contoh: Setiap hari Anita menyiram bunga di taman. Bermacam-macam bunga
diantaranya mawar, melati, dahlia, dan anggrek.
e) Kolokasi
Contoh: Bermula dari goresan bolpoin pada selembar kertas namanya sekarang
tenar. Dari lembaran-lembaran kertas tersebut di gabung dalam satu buku. Buku
tersebut menjadi perbincangan banyak orang karena banyak dimuat dalam
majalah, koran, televisi. Berkat media massa, namanya menjadi terkenal.
f) Ekuivalensi
Contoh: Setiap hari aku belajar dengan rajin. Bu Narti sebagai guruku selain
mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, beliau juga
mengajarkan pendidikan moral.
b. Koherensi
Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang
lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh.
Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
16
2. Simpulan, dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun,
kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana. Penggunaan sarana
seperti itu dapat dilihat pada contoh berikut ini.
3. Contoh, dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula
menciptakan kekoherensifan wacana.
4. Paralelisme atau kesejajaran. Kesejajaran bisa berupa subjek predikat, subjek
predikat objek, atau yang lain.
5. Waktu
3. Proporsional
4. Tuturan
Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang ada dalam
wacana.Baik tutur tulis atau tutur lisan.tuturan kaitannya menjelaskan suatu topik
yang terdapat dalam wacana dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang
proporsional di dalamnya.
17
pengklasifikasiannya.Misalnya berdasarkan bahasanya, media yang
dipakai untuk mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk, serta cara dan
tujuan pemaparan.
1. Bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkannya wacana
dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Wacana bahasa nasional (Indonesia).
b. Wacana bahasa daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura, dan
sebagainya).
c. Wacana bahasa internasional (Inggris).
d. Wacana bahasa lainnya seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis, dan
sebagainya.
18
a. Wacana prosa yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa
(Jawa: gancaran).Wacana berbentuk prosa ini dapat berupa wacana
tulis atau lisan. Contoh wacana prosa tulis misalnya cerita pendek
(cerpen), cerita bersambung (cerbung), novel, artikel, dan undang-
undang; sedangkan contoh wacana prosa lisan misalnya pidato,
khotbah, dan kuliah.
b. Wacana puisi yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi
(Jawa: geguritan). Seperti halnya wacana prosa, wacana puisi juga
dapat berupa wacana tulis maupun lisan.Puisi dan syair adalah contoh
wacana tulis, sedangkan puitisasi atau puisi yang dideklamasikan dan
lagu-lagu merupakan contoh jenis wacana lisan.
c. Wacana drama yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk drama,
dalam bentuk dialog baik berupa wacana tulis maupun wacana lisan.
Bentuk wacana drama tulis terdapat pada naskah drama atau
sandiwara, sedangkan bentuk wacana drama lisan terdapat pada
pemakaian bahasa dalam peristiwa pementasan drama, yakni
percakapan antarpelaku dalam drama tersebut.
19
d. Wacana argumentasi adalah yang berisi dea tau gagasan yang
dilengkapi dengan data-data sebagai bukti dan bertujuan menyakinkan
pembaca akan kebenaran dea tau gagasannya. Wacana argumentasi ini
ada yang pendek dan ada pula yang panjang.Argumentasi yang
pendek dapat terdiri atas satu kalimat atau beberapa kalimat.
e. Wacana persuasi yaitu wacana yang bersifat ajakan atau nasihat
biasanya ringkas dan menarik serta bertujuan untuk mempengaruhi
secara kuat pada pembaca atau pendengar agar melakukan nasehat
atau ajakan tersebut.
20
b. Wacana deskripsi yaitu rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu
atau melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun
pengetahuan penuturnya.
c. Wacana prosedural yaitu rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu
berurutan dan secara kronlogis.
d. Wacana ekspositori yaitu tuturan yang bersifat menjelaskan sesuatu
berisi pendapat atau simpulan dari sebuah pandangan.
e. Wacana hortatori yaitu tuturan yang berisi ajakan atau nasehat.
f. Wacana dramatik yaitu menyangkut beberapa orang penutur dan
sedikit bagian naratif.
g. Wacana epistorari yaitu dalam surat-surat, dengan sistem dan bentuk
tertentu.
h. Wacana seremonial yaitu wacana yang berhubungan dengan upacara
adat yang berlaku, di masyarakat bahasa, berupa nasehat atau pidato
pada upacara perkawinan, kematian , syukuran.
21
bersifat khusus diletakkan di akhir wacana. Pola pengembangan ini juga
bersifat sebaliknya, yaitu khusus-umum.Pola ini meletakkan pernyataan-
pernyataan khusus di awal wacana dan ditutup dengan pernyataan yang
bersifat umum.
2. Pola Seluruh-Bagian (Whole-Part/Componen).
Pola susunan wacana ini mengedepankan sesuatu secara menyeluruh
terlebih dahulu kemudian diikuti bagian-bagian dari keseluruhan tersebut.
Dengan kata lain suatu objek disampaikan secara keseluruhannya terlebih
dahulu kemudian diikuti penjelasan secara lebih mendalam terhadap
bagian-bagian yang telah disampaikan.Seorang pengguna bahasa kadang-
kadang tidak menyampaikan seluruh informasi dengan menggunakan satu
kalimat. Hal ini disebabkan keterbatasan bahasa si penutur dan
pertimbangannya atas kemampuan penerima informasi.Dalam hal ini
penutur menyampaikan secara bertahap.
22
Selanggam dengan pola sebelumnya, pola besar-keci diawali diawali
dengan pikiran utama yang bersifat lebih besar
cakupannya/bidangnya/ukurannya. Setelah menyampaikan bagian tersebut
diikuti dengan pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang bersifat lebih
kecil.Namun demikian, antar bagian tersebut bukan sesuatu yang saling
bergantung/berkaitan sebagaimana dalam pola yang mencakup dan
tercakup.
23
10. Pola Ekuivalensi-Kontras.
Pola ini sering disebut dengan pola perbandingan dan pertentangan. Untuk
memperjelas suatu paparan biasanya pengguna bahasa berusaha
memperbandingan dengan melihat aspek-aspek kesamaan suatu objek dan
mengontraskannya atau mempertentangkannya dengan sesuatuhal yang
lain.
Suatu objek dipaparkan kesamaanya kemudian diikuti perbedaan-
perbedaan.Hal ini dimaksudkan untuk menandaskan sesuatu.Hal-hal yang
diperbandingkan dan dipertentangkan ini lazimnya hal-hal yangbersifat
sepadandanmencolok.
24
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
26