Anda di halaman 1dari 29

PARAGRAF DAN WACANA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

AMALIA ADRIATNA (061740421536)

MUHAMAD ARIF RACHMAN (061740421544)

NYAYU FIA ATINDU (061740421546)

TONI OKTA FIANSYAH (061740421555)

KELAS : 4 KIA

DOSEN PEMBIMBING :

MUHAMMAD YUSUF, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT karena berkat Ridho dan
Rahmat-Nya lah kami bisa menyelesaikan hasil diskusi kami.Pertama-tama kami
ucapkan terima kasih kepada pembimbing yang sudah membimbing kami agar
dapat membuat laporan ini.

Laporan yang kami buat bertema kan “PARAGRAF DAN WACANA” ini
disusun agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang paragraf dan wacana.

Semoga laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa
umum dan khususnya pada diri kami sendiri.Dalam penyelesaian makalah ini
kami mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan yang


kami buat ini masih banyak kekurangan dalam penulisan.Dengan itu kami mohon
maaf kepada para pembaca dan mohon ampun kepada ALLAH SWT.Atas
perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Palembang, 24 April 2019

ii
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II ISI .............................................................................................................. 3
2.1. PARAGRAF................................................................................................ 3
2.1.1. Pengertian Paragraf ........................................................................... 3
2.1.2. Fungsi Paragraf ................................................................................. 3
2.1.3. Persyaratan yang Baik dan Benar dalam Paragraf ............................ 4
2.1.4. Jenis Paragraf .................................................................................... 4
2.1.5. Pola Pengembangan Paragraf ............................................................ 6
2.2. WACANA .................................................................................................. 10
2.2.1. Pengertian Wacana .......................................................................... 10
2.2.2. Fungsi Wacana ................................................................................ 11
2.2.3. Persyaratan yang Baik dan Benar dalam Wacana ........................... 12
2.2.4. Jenis-Jenis Wacana.......................................................................... 17
2.2.5. Pola Pengembangan Wacana .......................................................... 21
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 25
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 25
3.2. Saran ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu hal yang tidak bisa terpisahkan dalam
kehidupan seharihari.Bahasa selalu berkaitan dengan setiap aktifitas
kita.Selain sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan media penyampai
informasi.Secara tidak sadar kita sudah melakukan fungsi itu.Ketika kita
berdialog dengan tetangga, dengan kawan, dengan penjual sayur, dan
sebagainya. Bahkan ketika kita membaca sebuah pengumuman di pinggir
jalan, membaca surat kabar pagi, mendengarkan informasi dari televisi,
maupun radio.
Bahasa, mulai dari unit gramatikal terkecil, yaitu kata, kalimat, paragraf,
wacana, semuanya mempunyai kesinambungan yang tidak dapat
terpisahkan.Dari mulai unsur kata, hingga wacana yang merupakan unit
gramatikal terbesar dari bahasa, mempunyai sebuah maksud yang ingin
disampaikan kepada pembaca.Wacana yang merupakan gramatikal terbesar
mempunyai peran untuk menyampaikan maksud secara rinci dan jelas kepada
pembaca.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya
merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat.Dalam upaya menghimpun
beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan
dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf
membicarakan satu gagasan (gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh
kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan
tunggal paragraf. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin
memaparkan tentang paragraf dan wacana.

1.2.Rumusan Masalah
2. Apakah pengertian paragraf dan wacana ?
3. Apakah fungsi paragraf dan wacana ?

1
4. Apa saja jenis – jenis paragraf dan wacana ?

1.3.Tujuan Penulisan
2. Untuk mengetahui pengertian paragraf dan wacana.
3. Untuk mengetahui ciri – ciri paragraf dan wacana.
4. Untuk mengetahui jenis – jenis paragraf dan wacana.

2
BAB II

ISI

2.1. PARAGRAF

2.1.1. Pengertian Paragraf


Paragraf ialah suatu kumpulan dari kesatuan pikiran yang kedudukannya
lebih tinggi serta lebih luas dari pada kalimat.Atau dapat diartikan pula paragraf
adalah bagian dari sebuah karangan yang terdiri dari beberapa kalimat, yang
berisikan tentang informasi dari penulis untuk pembaca dengan pikiran utama
sebagai pusatnya dan juga pikiran penjelas sebagai pendukungnya.Paragraf
terdiri dari beberapa kalimat yang berhubungan antara satu dengan yang lain
dalam suatu rangkaian yang mengahasilkan sebuah informasi. Paragaraf juga
dapat disebut sebagai penuangan ide dari penulis melalui beberapa kalimat yang
berkaitan dan memiliki satu tema. Paragraf juga dapat disebut sebagai karangan
yang singkat.

2.1.2. Fungsi Paragraf


Adapun fungsi dari paragraf sendiri adalah :
1. Mengekspresikan gagasan yang tertulis
Maksudnya mengekspresikan gagasan disisni ialah memberikan bentuk suatu
pikiran dan juga perasaan ke dalam rangkaian kalimat yang tersusun sehingga
membentuk suatu kesatuan.
2. Untuk menandai peralihan gagasan baru
Maksudnya sebuah karangan yang terdiri beberapa paragraf memiliki
beberapa ide atau gagasan.Dan ide atau gagasan tersebuat teletad di masing
masing paragraf.Sehingga jika kita membuat paragraf baru maka kita juga
membuat gagasan baru.
3. Untuk memudahkan menulis dan pembaca
Yakni memudahkan penulis dalam menyusun gagasannya.Dan untuk
memudahkan pembaca dalam memahami gagasan dari penulis.

3
4. Memudahkan pengembangan topic
Yakni dalam mengembangkan topik sebuah karangan ke dalam bentuk
pemikiran yang lebih kecil.
5. Untuk memudahkan pengendalian variable
Yakni pengarang lebih mudah dalam mengendalikan variabel, terutama pada
karangan yang terdiri dari banyak variabel.

2.1.3. Persyaratan yang Baik dan Benar dalam Paragraf


Sebuah paragraf harus memenuhi syarat-syarat tertentu.Paragraf yang baik
setidaknya harus memenuhi syarat kohesi, koherensi, kelengkapan dan
kevariasian.
1. Kesatuan (kohesi): sebuah paragraf dianggap memenuhi kriteria kesatuan
apabila kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut bersama-sama mendukung
suatu hal atau tema tertentu yang diangkat. Hal ini karena sebuah paragraf
yang baik biasanya hanya mengangkat satu gagasan pokok saja.
2. Kepaduan (koherensi): sebuah paragraf dianggap memenuhi kriteria
kepaduan apabila semua kalimat yang membangun paragraf saling terkait
antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya yang membentuk paragraf
tersebut.
3. Kelengkapan: sebuah paragraf dianggap lengkap jika paragraf tersebut
dibangun oleh beberapa kalimat yang terdiri atas kalimat utama dan kalimat-
kalimat uraian atau penjelas.
4. Kevariasian: sebuah paragraf dinyatakan memenuhi kriteria kevariasian
apabila kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut bervariasi baik
dari segi struktur kalimat, bentuk kata, maupun pilihan kata (diksi) yang
digunakan.

2.1.4. Jenis Paragraf


Paragraf berdasarkan jenis ceritanya:
1. Paragraf Narasi:Paragraf Narasi merupakan paragraf yang menceritakan
suatu kejadian berdasarkan urutan waktunya. Paragraf narasi terdiri dua jenis
yakni narasi kejadian dan narasi runtut cerita. Paragraf narasi kejadian

4
merupakan paragraf yang menceritakan suatu kejadian. Sedangkan paragraf
narasi runtut cerita yaitu paragraf yang pola pengembangannya dimulai
dengan sebuah tindakan yang menghasilkan sesuatu berlanjut ketahap
berikutnya hingga tahap ahir dari cerita.

2. Paragraf Eksposisi: Paragraf Eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan


untuk memaparkan, menyampaikan informasi, menjelaskan dan juga
menerangkan suatu topik kepada orang lain. Tujuan paragraf eksposisi ialah
untuk memberikan informasi kepada oarang lain. Untuk memahami paragraf
eksposisi kita harus mengana lisis dan juga menghubungkan
dengan pengetahuan ynag kita miliki.

3. Paragraf Agumentasi: Paragraf Agumentasi merupakan paragraf yang


diguakan untuk mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat penulis yang
disertai bukti dan juga fakta (yang benar terjadi). Paragraf argumentasi
bertujuan untuk meyakinkan orang lain bahwa ide, gagasan, dan pendapat
tersebut adalah benar adanya dan terbukti nyata.

4. Paragraf persuasi: Paragraf persuasi merupakan paragraf yang mempunyai


tujuan untuk membujuk orang lain supaya melakuan sesuatu yang di inginkan
oleh penulisnya. Agar tujuan tersebut bisa tercapai, penulis harus bisa
pembaca percaya dengan disertai pembuktian yang nyata.

Paragraf berdasarkan letak dari pikiran utamanya:


1. Paragraf deduktif: Paragraf deduktif merupakan paragraf yang kalimat
utamanya terlatak di awal paragraf. Dan untuk kalimat penjelasnya diletakkan
setelah kalimat utama.

2. Paragraf induktif: Paragraf induktif merupakan paragraf yang kalimat


utamanya terletak diakhir paragraf. Dan kalimat penjelsanya diletakan
sebelum kalimat utama.

5
3. Paragraf campuran (deduktifinduktif): Paragraf campuran
(deduktifinduktif) merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal
dan akhir paragraf. Sedangkan kalimat penjelasnya berada di tengah-tengah
paragraf.

2.1.5. Pola Pengembangan Paragraf


1. Pola umum-khusus (deduktif)
Diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum.Ditandai dengan kata-kata
‘umumnya’, ‘banyak’.Pernyataan tersebut kemudian dijelaskan dengan
pernyataan berikutnya yang lebih khusus.
Contoh:
Memiliki server sendiri memiliki banyak keuntungan.Salah satunya kita
dapat memanfaatkannya secara maksimal.Meskipun demikian biaya yang
dikeluarkan jauh lebih besar.Biaya untuk hardware saja sudah di atas Rp
10 juta, belum lagi biaya perbulan.Selain itu kita juga membutuhkan
tenaga professional untuk menjadi operatornya.

2. Pola khusus-umum (induktif)


Merupakan kebalikan dari pola deduktif.
Contoh:
Sebagian besar orang tampak berjejer di pinggir jalan masuk. Sebagian
lagi duduk santai di atas motor dan mobil yang diparkir seenaknya di kiri
dan kanan jalan masuk. Kawasan bandara sore ini memang benar-benar
telah dibanjiri lautan manusia.

3. Pola definisi luas


Definisi dalam pembentukan sebuah paragraf adalah usaha penulis untuk
memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah kata atau hal. Penulis dapat
mengemukakan hal yang berupa definisi formal, definisi dengan contoh dan
keterangan lain yang bersifat menjelaskan arti dari sutau kata.
Contoh:

6
Istilah Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan
antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,
budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-
batas suatu negaramenjadi semakin sempit.Globalisasi adalah suatu proses
di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling
berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang
melintasi batas Negara. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak
karakteristik yang sama dengan internasionalisasisehingga kedua istilah ini
sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah
globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-
batas negara.

4. Pola proses
Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau
menghasilkan suatu peristiwa.
Contoh:
Pohon anggur selain airnya dapat diminum, daunnya pun dapat digunakan
sebagai pembersih wajah.Caranya, ambillah daun anggur secukupnya.Lalu
tumbuk sampai halus.Masaklah hasil tumbukan itu dengan air
secukupnya.Tunggu sampai mendidih.Setelah ramuan mendingin, ramuan
siap digunakan.Oleskan ramuan pada wajah, tunggu beberapa saat, lalu
bersihkan.

5. Pola kausalitas (sebab-akibat; akibat sebab)


Dalam pola ini sebab bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat
sebagai rincian pengembangannya. Namun demikian, susunan tersebut bias
juga terbalik. Akibat dapat berperan sebagai gagasan utama, sedangkan sebab
menjadi rincian pengembangannya.
Contoh:
Beberapa pohon di kebun tidak mau berbungan seperti tanaman yang lain.
Padahal pohon tersebut sudah disiram dengan rutin.Pemberian pupuk juga
dilakukan seminggu sekali.Setelah diperiksa ternyata pohon tersebut tidak

7
mendapat cahaya matahari karena terhalang oleh pohon besar yang ada di
sampingnya.

6. Pola ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi atau contoh-contoh
yang nyata.Ilustrasi tersebut dipakai untuk menjelaskan maksud penulis.
Contoh:
Sebelas tahun lalu Indonesia mengimpor gerbong kereta api dari Perancis.
Gerbong tersebut tampak mentereng karena dilengkapi dengan alat-alat
conditioning.Namun dimanakah sekarang gerbong-gerbong itu?Ternyata
sudah banyak yang rusak. Gerbong-gerbong itu kini hanya dipakai dalam
trayek tingkat tiga untuk mengangkut anak-anak sekolah dan para petani
dari desa ke kota. Siapa yang salah?Penumpangnya atau pegawai PT KAI?
Itulah contoh penggunaan teknologi yang tak dibarengi SDM yang
memadai, sehingga teknologi pun lekas rusak sebelum waktunya

7. Pola pertentangan atau perbandingan


Pola ini digunakan ketika membahas dua hal berdasarkan persamaan dan
perbedaannya.
Contoh:
Pemerintah telah menyediakan listrik dengan tarif yang murah.Setiap
orang dapat menjadi pelanggan dengan tidak banyak mengeluarkan
biaya.Berbeda halnya dengan petromaks.Meskipun sama-sama
membutuhkan bahan bakar, tetapi energi yang dihasilkan petromaks sangat
kecil jika dibandingkan dengan pembangkit listrik biasa.Petromaks hanya
digunakan di desa-desa, sedangkan listrik terdapat di kota-kota.

8. Pola analisis
Pola ini digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau agagsan yang umum ke
dalam perincian yang lebih logis.Dalam pola ini ada bagian yang dianalisis
yang terletak di awal paragraf dan yang menganalisis terletak setelahnya.

8
Contoh:
APBN 2001 menghadapi tekanan yang berat.Tekanan itu pada dasarnya
berkaitan dengan tiga faktor.Pertama, memburuknya lingkungan ekonomi
makro. Kedua, tidak dapat dilaksanakannya secara optimal kebijakan
fiscal di bidang perpajakan, bea cukai, dan pengurangan subsidi BBM.
Ketiga, adanya pembatalan sebagian pencairan pinjaman untuk biaya
pembangunan.

9. Pola klasifikasi
Merupakan sebuah proses untuk mengelompokkan hal atau peistiwa atau
benda yang dianggap punya kesamaan-kesamaan tertentu.
Contoh:
Ikan air tawar terbagi ke dalam tiga golongan, yakni ikan peliharaan, ikan
buas, dan ikan liar. Ikan peliharaan terdiri atas ikan-ikan yang mudah
diperbanyak. Contohnya: ikan bandeng, ikan mas, ikan gurami, dan lain-
lain. Ikan buas memiliki sifat jahat terhadap ikan-ikan lain. Contohnya:
ikan gabus dan ikan lele. Ikan liar, meskipun jarang dipelihara, tetapi
memiliki keuntungan secara ekonomis. Contohnya: ikan paray, ikan bunter
dan ikan ikan jeler.

10. Pola seleksi


Penggambaran objek tidak dilakukan secara utuh, tetapi dipilih secara
perbagian berdasarkan fungsi, kondisi, atau bentuk.
Contoh:
Sejak suaminya terpilih menjadi ketua partai politik, ia memutuskan
untuk mengubah penampilannya. Kini ia lebih banyak mengenakan
busana panjang yang sopan. Namun demikian kesan modis tak pernah
ditinggalkan. Untuk menghadiri jamuan makan malam, ia mengenakan
busana bergaya Thailand. Untuk acara formal, atasan model jas berlengan
panjang dan rok span menjadi favoritnya. Untuk santai, ia memilih busana
model sackdress.

9
11. Pola sudut pandang atau titik pandang
Merupakan tempat pengarang melihat atau menceritakan suatu hal.Sudut
pandang diartikan sebagai penglihatan seseorang atas suatu
barang.Misalnya dari samping, dari atas, atau dari bawah.Sebagai orang
pertama, orang kedua, atau orang ketiga.
Contoh:
Dengan tersipu Imas dan Jaka menghalau kerbau mereka ke
sungai.Bersama-sama mereka memandikan kerbaunya.Mereka pun sama-
sama mandi.Namun hal itu tidak lama karena hari sudah senja. Ayah Imas
melinting rokok di depan gubuk kecilnya semabrai menunggu Imas
pulang. Malam pun terasa mulai sunyi.Dari tepi hutan terdengar lolongan
anjing.

12. Pola dramatis


Dalampola ini cerita tidak disampaikan secara langsung, tetapi
dikemukakan melalui dialog-dialog. Hal yang membedakannya dengan
pola sudut pandang adalah cara penyampaiannya.

Contoh:
Ayah Imas mengangguk.Diisapnya lagi sisa rokoknya dalam-dalam.“Ayo,
silakan!” ujar Pak Somad semabri menyodorkan kotak tembakau.“Terima
kasih, ini sudah cukup.Lagi pula hari sudah larut, saya mau pamit pulang.”
ujar Ayah Imas.

2.2. WACANA

2.2.1. Pengertian Wacana


Wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan dan
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan
makna (semantis) antarbagian didalam suatu bangun bahasa. Wacana merupakan
satuan bahasa terlengkap dan utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu
berhubungan secara padu.

10
Wacana di dalam kebahasaan menempati hierarki teratas karena merupakan
satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.Wacana dapat berupa kata, kalimat,
paragraf, atau karangan utuh yang lebih besar, seperti buku atau artikel yang berisi
amanat lengkap.Kata yang digunakan dalam wacana haruslah berpotensi sebagai
kalimat, bukan kata yang lepas konteks.Wacana amat bergantung pada keutuhan
unsur makna dan konteks yang melingkupinya.

2.2.2. Fungsi Wacana

Secara umum fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Fungsi
bahasa tersebut dikelompokkan kepada 2 kategori utama yaitu fungsi
transaksional dan fungsi interaksional. Brown dan Yule (1996: 1) menjelaskan
fungsi transaksional bertujuan untuk menyampaikan informasi faktual atau
proposisional. Sedangkan fungsi interaksional bertujuan untuk memantapkan dan
memelihara hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi.
Wacana dengan unit konversasi memerlukan unsur komunikasi yang berupa
sumber (pembicara san penulis) dan penerima (pendengar dan pembaca). Semua
unsur komunikasi berhubungan dengan fungsi bahasa (Djajasudarma, 1994:15).
Fungsi bahasa meliputi (1) fungsi ekspresif yang menghasilkan jenis wacana
berdasarkan pemaparan secara ekspositoris, (2) fungsi fatik (pembuka konversasi)
yang menghasilkan dialog pembuka, (3) fungsi estetik, yang menyangkut unsur
pesan sebagai unsur komunikasi, dan (4) fungsi direktif yang berhubungan dengan
pembaca atau pendengar sebagai penerima isi wacana secara langsung dari
sumber.
Selanjutnya Halliday (1970, 1973) dalam Leech (1993:86) membedakan tiga
fungsi bahasa atas fungsi idesional, interpersonal, dan tekstual. Pada fungsi
idesional bahasa dipakai untuk alat pengungkap sikap penutur dan pengaruhnya
pada sikap dan perilaku penutur. Sedangkan pada fungsi tekstual bahasa
difungsikan sebagai alat untuk membangun dan menyusun sebuah teks. Lebih
lanjut Halliday menjelaskan bahwa interpersonal terdiri atas fungsi ekspresif dan
informatif sebagaimana telah dikemukakan Popper.
Pada dasarnya pengenalan terhadap berbagai fungsi bahasa akan sangat
membantu dalam penelaahan wacana. Sebaliknya tanpa pengenalan terhadap

11
berbagai fungsi bahasa akan dapat menjadi halangan di dalam
menginterpretasikan sebuah wacana. Seorang penganalisis wacana di dalam
menganalisis sebuah wacana harus selalu mengaitkan bentuk-bentuk bahasa yang
digunakan dengan tujuan dan fungsi di mana dan untuk apa bahasa itu digunakan
dalam wacana tersebut.
Analisis wacana pada prinsipnya adalah analisis satuan-satuan bahasa di atas
kalimat yang digunakan dalamproses komunikasi. Untuk itu analisis tidak dapat
dibatasi pada pembentukan bahasa yang bebas dari tujuan dan fungsinya. Karena
itu, wacana berkaitan erat dengan fungsi bahasa.

2.2.3. Persyaratan yang Baik dan Benar dalam Wacana

Berkaitan dengan syarat-syarat terbentuknya wacana, dapat kita tarik kesimpulan


dari beberapa pengertian.Seperti Tarigan (2009:19) yang mengatakan bahwa
wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas
kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang
berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan
secara lisan dan tertulis.Tarigan menyebutkan “dengan koherensi dan kohesi yang
tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir” berarti dalam
wacana haruslah ada koherensi dan kohesi dari awal sampai akhir.Namun
terbentuknya wacana tidak cukup hanya dengan hoherensi dan kohesi.
Alwi, dkk. (1998:419) yang mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat
yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang
lain dan membentuk kesatuan.
Kohesi dan koherensi juga merupakan syarat terbentuknya suatu wacana selain
syarat lain, yaitu topik. Koherensi tidak harus selalu dicapai dengan bantuan
kohesi (Alwi et.al. dalam Hartono, 2000: 144).Sedangkan menurut Widowson
(1978:22) wacana mempunyai dua hal penting, yaitu proposisi (sejajar dengan
topik) dan tindak tutur (tuturan pengungkap topik).
Dari beberapa pengertian tersebut didapatkan syarat terbentuknya wacana
diantaranya ialah :

1. Topik

12
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan tersebut
akan diurai, membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk pada satu
topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang dimaksud memberikan suatu
tujuan.Tujuan-tujuan yang teradapat dalam wacana, dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis wacana.Seperti wacana persuasif, tujuannya untuk mempengaruhi
pembaca.Atau bisa berupa simbol huruf P pada rambu-rambu lalu lintas,
memberikan tujuan menginformasikan pengguna jalan, bahwa tempat bersimbol
P, adalah tempat parkir.

2. Kohesi dan Koherensi

a. Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara struktural
membentuk ikatan sintaktikal.Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada
hubungan bentuk.Artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan
untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh.Hanya
dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur dalam wacana dapat di
interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan unsur-unsur lainnya.
Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi
leksikal.Kohesi gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata
bahasa.Kohesi leksikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
1.Kohesi gramatikal meliputi:
a)Referensi (pengacuan), merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap
satuan lainnya. Di lihat dari acuannya, referensi terbagi atas:
- Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks
wacana. Contoh: Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada
sesuatu di luar teks, yaitu “benda berpijar yang menerangi alam ini”.
- Referensi endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks
wacana. Referensi endofora terbagi atas:
- Referensi anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih
dahulu, mengacu yang sebelah kiri.
- Referensi katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya,
mengacu yang sebelah kanan.

13
b) Substitusi ( penggantian), diartikan sebagai penggantian satuan lingual dengan
satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Substitusi
dilihat dari satuan lingualnya dapat dibedakan atas:
1) Substitusi nominal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain
yang berupa kata benda. Contoh: Memang Soni mencintai gadis itu. Wanita itu
berasal dari Surakarta.Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasanya, dan
bersifat keibuan.
2) Substitusi verbal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain
yang berupa kata kerja. Contoh: Soni berusaha menyembuhkan penyakitnya
dengan berobat ke dokter kemarin sore. Ternyata dia di vonis menderita penyakit
kanker. Selain berusaha ke dokter, dia juga tidak lupa berdoa dan selalu berikhtiar
pada allah.
3) Substitusi frasa yaitu penggantisn satuan lingual tertentu dengan satuan
lingual lain yang berupa frasa. Contoh: Hari ini hari minggu. Mumpung hari libur
aku manfaatkan saja untuk menengok Nenek di desa.
4) Substitusi klausal yaitu penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan
lingual lain yang berupa klausa. Contoh:
Nida : jika perubahan yang dialami oleh azam tidak bisa diterima dengan baik
oleh orang-orang di sekitarnya, mungkin hal itu dikarenakan oleh kenyataan
bahwa orang –orang tesebut banyak yang tidak sukses seperti azam.
Barik : tampaknya memang begitu!
c) Elipsis atau pelesapan, adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah
disebutkan sebelumnya. Contoh: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan,
ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini.
Terima kasih.Kalimat kedua yang berbunyi terima kasih merupakan elipsis.Unsur
yang hilang adalah subjek dan predikat. Kalimat tersebut selengkapnya berbunyi:
Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya menghadapi saat-
saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Saya mengucapkan terima
kasih.

14
d) Konjungsi (perangkaian), adalah kohesi gramatikal yang dilakukan dengan
menghubungkan unsure yang satu dengan unsure yang lain. Unsur yang dirangkai
berupa kata, frasa, klausa, dan paragraf.
Macam-macam konjungsi sebagai berikut:

- Sebab-akibat. Konjungsi yang digunakan antara lain: karena, sebab, makanya,


sehingga, oleh karena itu, dengan demikian dan sebagainya.
- Pertentangan. Konjungsi yang digunakan yaitu tetapi dan namun.
- Kelebihan atau eksesif ditandai dengan konjungsi malah.
- Perkecualian atau eksepsif ditandai dengan konjungsi kecuali.
- Tujuan. Konjungsi yang digunakan yaitu: agar dan sehingga.
- Penambahan atau aditif. Konjungsi yang digunakan yaitu: dan, juga, serta,
selain itu.
- Pilihan atau alternative. Konjungsi yang digunakan yaitu atau dan apa.
- Harapan atau optatif. Konjungsi yang digunakan yaitu semoga, moga-moga.
- Urutan atau sekuential. Konjungsi yang digunakan yaitu setelah itu, lalu,
kemudian, terus, mula-mula.
- Syarat. Konjungsi yang digunakan yaitu: apabila dan jika.
- Cara. Konjungsi yang digunakan yaitu: dengan cara.

2.Kohesi leksikal yaitu perpaduan bentuk dalam struktur kata.Kohesi leksikal


meliputi:
a) Pengulangan atau repetisi
Repetisi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan konsesif
antar kalimat. Hubungan ini dibentuk dengan mengulang satuan lingual.
Contoh: Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa
yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya
akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini.
b ) Sinonimi
Contoh: Hari pahlawan diperingati tiap 10 November. Mereka adalah pejuang
bangsa yang rela mengorbankan jiwa raga demi kesatuan Negara Republik
Indonesia.Jasa mereka selalu dikenang sepanjang masa.
c) Antonim

15
Contoh: Dalam rangka menyambut peringatan kemerdekaan Republic Indonesia,
warga setempat mengadakan kerja bakti. Bagi yang putri sebagian besar
membawa sapu, sedangkan yang putra membawa sabit.Tak ketinggalan pula
nenek maupun kakek ikut serta meramaikan peringatan tersebut.
d) Hiponim
Contoh: Setiap hari Anita menyiram bunga di taman. Bermacam-macam bunga
diantaranya mawar, melati, dahlia, dan anggrek.
e) Kolokasi
Contoh: Bermula dari goresan bolpoin pada selembar kertas namanya sekarang
tenar. Dari lembaran-lembaran kertas tersebut di gabung dalam satu buku. Buku
tersebut menjadi perbincangan banyak orang karena banyak dimuat dalam
majalah, koran, televisi. Berkat media massa, namanya menjadi terkenal.
f) Ekuivalensi
Contoh: Setiap hari aku belajar dengan rajin. Bu Narti sebagai guruku selain
mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, beliau juga
mengajarkan pendidikan moral.

b. Koherensi
Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang
lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh.
Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:

a. Penambahan, yang berupa: dan, juga, lagi pula, selanjutnya, dll.


b. Repetisi atau pengulangan
c. Pronomina
d. Sinonimi
e. Totalitas Bagian
f. Komparasi atau perbandingan. Komparasi digunakan untuk membandingkan
dua hal yang berbeda.
g. Penekanan, penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting.
h. Kontras

16
2. Simpulan, dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun,
kita dapat juga meningkatkan kekoherensifan wacana. Penggunaan sarana
seperti itu dapat dilihat pada contoh berikut ini.
3. Contoh, dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula
menciptakan kekoherensifan wacana.
4. Paralelisme atau kesejajaran. Kesejajaran bisa berupa subjek predikat, subjek
predikat objek, atau yang lain.
5. Waktu

3. Proporsional

Prosorsional yang dimaksud ialah keseimbangan dalam makna yang ingin


dijabarkan dalam wacana, atau makna yang terdapat dalam wacana, ialah
seimbang. Misalnya apabila sebuah wacana persuasif, wacana yang
mempengaruhi pembaca untuk membeli suatu produk, maka dalam wacana
tersebut harus terdapat kesinambungan yang tepat antara paragraf yang satu
dengan yang lain. apabila paragraf pertama terdapat beberapa tuturan yang
mempengaruhi pembaca dengan satu topik, maka paragraf kedua juga harus tetap
meruju pada satu topik dan dimungkinkan lebih merujuk pada hal yang khusus.
Sehingga antara paragraf yang satu dengan yang lain padu dan tidak
membingungkn pembaca.

4. Tuturan

Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang ada dalam
wacana.Baik tutur tulis atau tutur lisan.tuturan kaitannya menjelaskan suatu topik
yang terdapat dalam wacana dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang
proporsional di dalamnya.

2.2.4. Jenis-Jenis Wacana


Menurut Praptomo Baryadi (2001, h. 3 dalam Sumarlam, 2003, h. 15-20)
wacana dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis menurut dasar

17
pengklasifikasiannya.Misalnya berdasarkan bahasanya, media yang
dipakai untuk mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk, serta cara dan
tujuan pemaparan.
1. Bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkannya wacana
dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Wacana bahasa nasional (Indonesia).
b. Wacana bahasa daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura, dan
sebagainya).
c. Wacana bahasa internasional (Inggris).
d. Wacana bahasa lainnya seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis, dan
sebagainya.

2. Berdasarkan media yang digunakannya maka wacana dapat dibedakan


atas:
a. Wacana tulis artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis
atau melalui media tulis. Untuk dapat menerima atau memahami
wacana tulis maka sang penerima atau pesapa harus membacanya.
b. Wacana lisan berarti wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan
atau media lisan. Untuk dapat menerima dan memahami wacana lisan
maka sang penerima atau pesapa harus menyimak atau mendengarnya.

3. Berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya wacana dapat dibedakan


antara wacana monolog dan wacana dialog.
a. Wacana monolog (monologue discourse) artinya wacana yang
disampaikan oleh seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk
berpartisipasi secara langsung.
b. Wacana dialog (dialogue discourse) yaitu wacana yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih secara langsung.

4. Berdasarkan bentuknya wacana dapat diklasifikasikan menjadi tiga


bentuk wacana prosa, puisi, dan drama.

18
a. Wacana prosa yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa
(Jawa: gancaran).Wacana berbentuk prosa ini dapat berupa wacana
tulis atau lisan. Contoh wacana prosa tulis misalnya cerita pendek
(cerpen), cerita bersambung (cerbung), novel, artikel, dan undang-
undang; sedangkan contoh wacana prosa lisan misalnya pidato,
khotbah, dan kuliah.
b. Wacana puisi yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi
(Jawa: geguritan). Seperti halnya wacana prosa, wacana puisi juga
dapat berupa wacana tulis maupun lisan.Puisi dan syair adalah contoh
wacana tulis, sedangkan puitisasi atau puisi yang dideklamasikan dan
lagu-lagu merupakan contoh jenis wacana lisan.
c. Wacana drama yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk drama,
dalam bentuk dialog baik berupa wacana tulis maupun wacana lisan.
Bentuk wacana drama tulis terdapat pada naskah drama atau
sandiwara, sedangkan bentuk wacana drama lisan terdapat pada
pemakaian bahasa dalam peristiwa pementasan drama, yakni
percakapan antarpelaku dalam drama tersebut.

5. Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya pada umumnya wacana


diklasifikasikan menjadi lima macam yaitu wacana narasi, deskripsi,
eksposisi, argumentasi dan persuasi.
a. Wacana narasi atau wacana penceritaan disebut juga wacana
penuturan yaitu wacana yang mementingkan urutan waktu dituturkan
oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu. Wacana narasi
ini berorientasi pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat secara
kronologis.Jenis wacana narasi pada umumnya terdapat pada berbagai
fiksi.
b. Wacana deskripsi yaitu wacana yang bertujuan melukiskan,
menggambarkan atau memerikan sesuatu menurut apa adanya.
c. Wacana eksposisi atau wacana yang tidak mementingkan waktu dan
pelaku. Wacana eksposisi ini berorientasi pada pokok pembicaraan,
dan bagian-bagiannya diikat secara logis.

19
d. Wacana argumentasi adalah yang berisi dea tau gagasan yang
dilengkapi dengan data-data sebagai bukti dan bertujuan menyakinkan
pembaca akan kebenaran dea tau gagasannya. Wacana argumentasi ini
ada yang pendek dan ada pula yang panjang.Argumentasi yang
pendek dapat terdiri atas satu kalimat atau beberapa kalimat.
e. Wacana persuasi yaitu wacana yang bersifat ajakan atau nasihat
biasanya ringkas dan menarik serta bertujuan untuk mempengaruhi
secara kuat pada pembaca atau pendengar agar melakukan nasehat
atau ajakan tersebut.

Menurut Fatimah Djajasudarma (1994, h. 6-14) jenis wacana dapat dikaji


dari segi eksistensinya (realitasnya), media komunikasinya, cara
pemaparannya, dan jenis pemakaiannya.
1. Berdasarkan realitasnya wacana ada dua yaitu :
a. Wacana verbal yaitu rangkaian kebahasaan verbal atau language exist
(kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktural bahasa,
mengacu pada struktur apa adanya.
b. Non verbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai
rangkaian non bahasa, yakni rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang
bermakna (bahasa isyarat).

2. Berdasarkan media komunikasinya wacana dapat diklasifikasikan


menjadi wacana lisan dan wacana tulisan.
a. Wacana lisan wujudnya berupa sebuah percakapan struktural bahasa
mengacu pada struktur apa adanya.
b. Wacana tulisan yang berwujud sebuah teks atau bahan tertulis yang
dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang merupakan wacana.

3. Berdasarkan pemaparannya, wacana meliputi :


a. Wacana naratif yaitu rangkaian tuturan yang menceritakan hal atau
kejadian (peristiwa) melalui penonjolan pelaku (persona I atau III).

20
b. Wacana deskripsi yaitu rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu
atau melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun
pengetahuan penuturnya.
c. Wacana prosedural yaitu rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu
berurutan dan secara kronlogis.
d. Wacana ekspositori yaitu tuturan yang bersifat menjelaskan sesuatu
berisi pendapat atau simpulan dari sebuah pandangan.
e. Wacana hortatori yaitu tuturan yang berisi ajakan atau nasehat.
f. Wacana dramatik yaitu menyangkut beberapa orang penutur dan
sedikit bagian naratif.
g. Wacana epistorari yaitu dalam surat-surat, dengan sistem dan bentuk
tertentu.
h. Wacana seremonial yaitu wacana yang berhubungan dengan upacara
adat yang berlaku, di masyarakat bahasa, berupa nasehat atau pidato
pada upacara perkawinan, kematian , syukuran.

4. Berdasarkan jenis pemakaiannya diklasifikasikan menjadi:


a. Monolog (satu orang penutur) yaitu wacana yang tidak melibatkan
bentuk tutur percakapan antara dua pihak yang berkepentingan.
b. Dialog (dua orang penutur) yaitu wacana yang berupa percakapan
antara dua pihak.
c. Polilog (lebih dari dua penutur) yaitu wacana yang melibatkan
partisipan pembicaraan di dalam konversasi.

2.2.5. Pola Pengembangan Wacana

1. Pola Umum- Khusus (General-Partikular).


Pola susunan umum-khusus adalah wacana yang diungkapkan dengan pola
pengembangan dari hal-hal atau kalimat yang bersifat umum diikuti
kalimat-kalimat yang bersifat khusus. Dengan kata lain, pikiran utama
bersifat umum diletakkan di awal wacana kemudian pikiran penjelas yang

21
bersifat khusus diletakkan di akhir wacana. Pola pengembangan ini juga
bersifat sebaliknya, yaitu khusus-umum.Pola ini meletakkan pernyataan-
pernyataan khusus di awal wacana dan ditutup dengan pernyataan yang
bersifat umum.
2. Pola Seluruh-Bagian (Whole-Part/Componen).
Pola susunan wacana ini mengedepankan sesuatu secara menyeluruh
terlebih dahulu kemudian diikuti bagian-bagian dari keseluruhan tersebut.
Dengan kata lain suatu objek disampaikan secara keseluruhannya terlebih
dahulu kemudian diikuti penjelasan secara lebih mendalam terhadap
bagian-bagian yang telah disampaikan.Seorang pengguna bahasa kadang-
kadang tidak menyampaikan seluruh informasi dengan menggunakan satu
kalimat. Hal ini disebabkan keterbatasan bahasa si penutur dan
pertimbangannya atas kemampuan penerima informasi.Dalam hal ini
penutur menyampaikan secara bertahap.

3. Pola Latar-Subjek-Unsur (Set-Subject-Element).


Pola latar-subjek-unsur adalah pola wacana yang di dalamnya terdapat
latar (waktu dan tempat peristiwa itu terjadi) dengan jelas, disertai dengan
subjek atau pelaku, serta diikuti dengan unsur-unsur yang mendukung
wacana tersebut.

4. Pola yang Mencakup-yang Tercakup (Including-Included).


Pola wacana ini mengedepankan bagian yang mencakupi suatu objek
sebagai pikiran pokoknya. Pada bagian ini disampaikan hal-hal yang
mencakupi atau yang menjadi inti dari suatu objek.Pada bagian
selanjutnya diikuti pikiran penjelas yang berupa bagian yang dicakupi atau
yang tercakup di dalam sesuatu yang telah dijelaskan pada bagian
awal.Pola ini senada dengan pola umum khushs hanya saja lebih
menonjolkan sesuatu objek.

5. Pola Besar-Kecil (Large-Small).

22
Selanggam dengan pola sebelumnya, pola besar-keci diawali diawali
dengan pikiran utama yang bersifat lebih besar
cakupannya/bidangnya/ukurannya. Setelah menyampaikan bagian tersebut
diikuti dengan pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang bersifat lebih
kecil.Namun demikian, antar bagian tersebut bukan sesuatu yang saling
bergantung/berkaitan sebagaimana dalam pola yang mencakup dan
tercakup.

6. Pola Luas-Dalam (Outside-Inside).


Pola ini hampir mirip dengan pola mencakup-tercakup, hanya saja yang
ditekankan bukan pada aspek keberkaitan/hubungan antarbagian
melainkan lebih pada aspek keluasan topik. Pola ini diawali dengan
pikiran utama yang bersifat luas dan menyeluruh.Setelah itu, barulah
diikuti dengan pikiran-pikiran penjelas yang bersifat lebih dalam atau
mengkhusus.

7. Polayang Memiliki-yang dimiliki (Possessor-Possessed).


Pola ini berfokus pada sesuatu yang bersifat yang memiliki dan yang
dimiliki. Dengan bahasa lain pikiran utamanya berupa hal-hal yang
memiliki. Selanjutnya, diikuti dengan pikiran penjelas yang berupa hal-hal
yang dimiliki oleh sesuatu yang telah disampaikan dalam pikiran utama.

8. Pola Sekuensi Temporal.


Pola wacana ini dibuat berdasarkan urutan waktu atau kronologis. Wacana
ini umumnyamenggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau
tinakan.

9. Pola Sekuensi Spasial.


Pola ini menekankan pada aspek spasial/ruang.Wacana dibuat berdasarkan
urutan ruang/tempat. Pembaca atau pendengar diharapkan dapat
membayangkan urutan dari satu titik ke titik yang lain atau dari suatu
tempat ke tempat yang lain.

23
10. Pola Ekuivalensi-Kontras.
Pola ini sering disebut dengan pola perbandingan dan pertentangan. Untuk
memperjelas suatu paparan biasanya pengguna bahasa berusaha
memperbandingan dengan melihat aspek-aspek kesamaan suatu objek dan
mengontraskannya atau mempertentangkannya dengan sesuatuhal yang
lain.
Suatu objek dipaparkan kesamaanya kemudian diikuti perbedaan-
perbedaan.Hal ini dimaksudkan untuk menandaskan sesuatu.Hal-hal yang
diperbandingkan dan dipertentangkan ini lazimnya hal-hal yangbersifat
sepadandanmencolok.

11. Pola Sebab-Akibat.


Senada dengan pola yang lain, pola ini didahului dengan pikiran utama
yang berupa hal-hal yang menjadi penyebab kemudian diikuti dengan
pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang menjadi akibat dari pikiran
utama. Pola ini berlaku pula sebalinya.Artinya terdapat pula pola akibat-
sebab.
Secara umum kesebelas pola ini tidak bersifat saling mengecualikan. Hal
ini berarti bahwa sebuah pola wacana tidak serta-merta tidak dapat
dipandang sebagai pola yang lain. Dalam arti mudahnya, sebuah wacana
dikatakan memiliki pola A bukan berarti tidak dapat dikatakan memiliki
pola pengembangan B atau yang lain.

24
BAB III

PENUTUP
3.1.Kesimpulan

Setelah pemaparan diatas, dapat kita simpulkan bahwa paragrafmerupakan


inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf
terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam
paragraf tersebut. Atau dapat dikatakan Karangan yang pendek / singkat yang
berisi sebuah pikiran dan didukung himpunan kalimat yang saling berhubungan
untuk membentuk satu gagasan disebut paragraph / alinea.
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar
diatas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang
berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.

3.2.Saran

Sebaiknya dalam penyusunan paragraf dan wacana harus menggunakan


aturan-aturan yang sudah disepakati, karena masih banyak orang yang menulis
sebuah paragraf bahkan wacana tidak mengikuti aturan-aturan dalam penulisan
paragraf yang baik dan benar.

25
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.


Badudu, J. S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar IV. Jakarta: Gramedia.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahsa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Depdiknasa.

Dini, Dahlia dan Sitorus. 2004. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia.


Bandung: CV Yrama Widya.
Wiyanto, Asul. 2006. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.

26

Anda mungkin juga menyukai