Anda di halaman 1dari 25

PARAGRAF DAN WACANA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

KELAS : 1 TC

DWI RAHMADITA (061730330933)

HAJIJAH NURLIANA (061730330936)

M. AGUS PRIYANTO (061730330940)

R.M ADRIAN ASYHARI (061730330946)

DOSEN PEMBIMBING :

MUHAMMAD YUSUF, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

PALEMBANG

TAHUN PEMBUATAN 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada ALLAH SWT karena berkat Ridho dan Rahmat-Nya
lah kami bisa menyelesaikan hasil diskusi kami.Pertama-tama kami ucapkan terima kasih
kepada pembimbing yang sudah membimbing kami agar dapat membuat laporan ini.

Laporan yang kami buat bertema kan “PARAGRAF DAN WACANA” ini disusun
agar pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang paragraf dan wacana.

Semoga laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa umum dan
khususnya pada diri kami sendiri.Dalam penyelesaian makalah ini kami mendapatkan
bantuan dan dukungan dari banyak pihak.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan yang kami buat ini
masih banyak kekurangan dalam penulisan.Dengan itu kami mohon maaf kepada para
pembaca dan mohon ampun kepada ALLAH SWT.Atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.

Palembang,November 2017

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………........................................................................ 1

KATA PENGANTAR …………………………………......................................................... 2

DAFTAR ISI …………………………………….…………………………………............... 3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………....................................................... 4

 A. Latar Belakang.……………………..……………................................................... 5
 B. Rumusan Masalah ………………………………………........................................ 6
 C. Tujuan Penulisan …………………………………..…............................................7

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................... 8

 A. Pengertian Paragraf …………………….....…….................................................... 9


 B. Fungsi Paragraf…………...………………………................................................ 10
 C. Persyaratan yang Baik dan Benar dalam Paragraf.................................................. 11
 D. Jenis Paragraf………………………………..……................................................ 12
 E. Pola Pengembangan Paragraf………………………............................................. 13
 F. Pengertian Wacana…………………………………….......................................... 14
 G. Fungsi Wacana……….…………………….......................................................... 15
 H. Persyaratan yang Baik dan Benar dalam Wacana.................................................. 16
 I. Jenis Wacana…………………………………........................................................ 17
 J. Pola Pengembangan Wacana…………………..…................................................. 18

BAB III PENUTUP …………………………….................................................................... 19

 A.Kesimpulan …………………………...…….................................................... 20
 B. Saran …………………………………............................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ……………………………................................................................ 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu hal yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan
seharihari.Bahasa selalu berkaitan dengan setiap aktifitas kita.Selain sebagai alat
komunikasi, bahasa merupakan media penyampai informasi.Secara tidak sadar kita sudah
melakukan fungsi itu.Ketika kita berdialog dengan tetangga, dengan kawan, dengan
penjual sayur, dan sebagainya. Bahkan ketika kita membaca sebuah pengumuman di
pinggir jalan, membaca surat kabar pagi, mendengarkan informasi dari televisi, maupun
radio.
Bahasa, mulai dari unit gramatikal terkecil, yaitu kata, kalimat, paragraf, wacana,
semuanya mempunyai kesinambungan yang tidak dapat terpisahkan.Dari mulai unsur
kata, hingga wacana yang merupakan unit gramatikal terbesar dari bahasa, mempunyai
sebuah maksud yang ingin disampaikan kepada pembaca.Wacana yang merupakan
gramatikal terbesar mempunyai peran untuk menyampaikan maksud secara rinci dan jelas
kepada pembaca.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat.Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi
paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti
seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan
berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan
tunggal paragraf. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin memaparkan tentang
paragraf dan wacana.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian paragraf dan wacana ?


2. Apakah fungsi paragraf dan wacana ?
3. Apa saja jenis – jenis paragraf dan wacana ?

4
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian paragraf dan wacana.


2. Untuk mengetahui ciri – ciri paragraf dan wacana.
3. Untuk mengetahui jenis – jenis paragraf dan wacana.

PARAGRAF

A. Pengertian Paragraf
Paragraf ialah suatu kumpulan dari kesatuan pikiran yang kedudukannya lebih tinggi
serta lebih luas dari pada kalimat.Atau dapat diartikan pula paragraf adalah bagian dari
sebuah karangan yang terdiri dari beberapa kalimat, yang berisikan tentang informasi dari
penulis untuk pembaca dengan pikiran utama sebagai pusatnya dan juga pikiran penjelas
sebagai pendukungnya.Paragraf terdiri dari beberapa kalimat yang berhubungan antara satu
dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang mengahasilkan sebuah informasi. Paragaraf
juga dapat disebut sebagai penuangan ide dari penulis melalui beberapa kalimat yang
berkaitan dan memiliki satu tema. Paragraf juga dapat disebut sebagai karangan yang
singkat.

B. Fungsi Paragraf
Adapun fungsi dari paragraf sendiri adalah :
1. Mengekspresikan gagasan yang tertulis
Maksudnya mengekspresikan gagasan disisni ialah memberikan bentuk suatu pikiran dan
juga perasaan ke dalam rangkaian kalimat yang tersusun sehingga membentuk suatu
kesatuan.
2. Untuk menandai peralihan gagasan baru
Maksudnya sebuah karangan yang terdiri beberapa paragraf memiliki beberapa ide atau
gagasan.Dan ide atau gagasan tersebuat teletad di masing masing paragraf.Sehingga jika
kita membuat paragraf baru maka kita juga membuat gagasan baru.
3. Untuk memudahkan menulis dan pembaca
Yakni memudahkan penulis dalam menyusun gagasannya.Dan untuk memudahkan
pembaca dalam memahami gagasan dari penulis.

5
4. Memudahkan pengembangan topic
Yakni dalam mengembangkan topik sebuah karangan ke dalam bentuk pemikiran yang
lebih kecil.
5. Untuk memudahkan pengendalian variable
Yakni pengarang lebih mudah dalam mengendalikan variabel, terutama pada karangan
yang terdiri dari banyak variabel.

C. Persyaratan yang Baik dan Benar dalam Paragraf


Sebuah paragraf harus memenuhi syarat-syarat tertentu.Paragraf yang baik setidaknya
harus memenuhi syarat kohesi, koherensi, kelengkapan dan kevariasian.
1. Kesatuan (kohesi): sebuah paragraf dianggap memenuhi kriteria kesatuan apabila
kalimat-kalimat dalam paragraf tersebut bersama-sama mendukung suatu hal atau tema
tertentu yang diangkat. Hal ini karena sebuah paragraf yang baik biasanya hanya
mengangkat satu gagasan pokok saja.
2. Kepaduan (koherensi): sebuah paragraf dianggap memenuhi kriteria kepaduan apabila
semua kalimat yang membangun paragraf saling terkait antara kalimat yang satu dan
kalimat lainnya yang membentuk paragraf tersebut.
3. Kelengkapan: sebuah paragraf dianggap lengkap jika paragraf tersebut dibangun oleh
beberapa kalimat yang terdiri atas kalimat utama dan kalimat-kalimat uraian atau
penjelas.
4. Kevariasian: sebuah paragraf dinyatakan memenuhi kriteria kevariasian apabila kalimat-
kalimat yang membangun paragraf tersebut bervariasi baik dari segi struktur kalimat,
bentuk kata, maupun pilihan kata (diksi) yang digunakan.

D. Jenis Paragraf
Paragraf berdasarkan jenis ceritanya:
1. Paragraf Narasi:Paragraf Narasi merupakan paragraf yang menceritakan suatu kejadian
berdasarkan urutan waktunya. Paragraf narasi terdiri dua jenis yakni narasi kejadian dan
narasi runtut cerita. Paragraf narasi kejadian merupakan paragraf yang menceritakan
suatu kejadian. Sedangkan paragraf narasi runtut cerita yaitu paragraf yang pola
pengembangannya dimulai dengan sebuah tindakan yang menghasilkan sesuatu berlanjut
ketahap berikutnya hingga tahap ahir dari cerita.

6
2. Paragraf Eksposisi: Paragraf Eksposisi merupakan paragraf yang bertujuan untuk
memaparkan, menyampaikan informasi, menjelaskan dan juga menerangkan suatu topik
kepada orang lain. Tujuan paragraf eksposisi ialah untuk memberikan informasi kepada
oarang lain. Untuk memahami paragraf eksposisi kita harus mengana lisis dan juga
menghubungkan dengan pengetahuan ynag kita miliki.

3. Paragraf Agumentasi: Paragraf Agumentasi merupakan paragraf yang diguakan untuk


mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat penulis yang disertai bukti dan juga fakta
(yang benar terjadi). Paragraf argumentasi bertujuan untuk meyakinkan orang lain bahwa
ide, gagasan, dan pendapat tersebut adalah benar adanya dan terbukti nyata.

4. Paragraf persuasi: Paragraf persuasi merupakan paragraf yang mempunyai tujuan untuk
membujuk orang lain supaya melakuan sesuatu yang di inginkan oleh penulisnya. Agar
tujuan tersebut bisa tercapai, penulis harus bisa pembaca percaya dengan disertai
pembuktian yang nyata.

Paragraf berdasarkan letak dari pikiran utamanya:


1. Paragraf deduktif: Paragraf deduktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya
terlatak di awal paragraf. Dan untuk kalimat penjelasnya diletakkan setelah kalimat
utama.

2. Paragraf induktif: Paragraf induktif merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak
diakhir paragraf. Dan kalimat penjelsanya diletakan sebelum kalimat utama.

3. Paragraf campuran (deduktifinduktif): Paragraf campuran (deduktifinduktif)


merupakan paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan akhir paragraf.
Sedangkan kalimat penjelasnya berada di tengah-tengah paragraf.

E. Pola Pengembangan Paragraf


1. Pola umum-khusus (deduktif)
Diawali dengan pernyataan yang sifatnya umum.Ditandai dengan kata-kata ‘umumnya’,
‘banyak’.Pernyataan tersebut kemudian dijelaskan dengan pernyataan berikutnya yang
lebih khusus.
7
Contoh:
Memiliki server sendiri memiliki banyak keuntungan.Salah satunya kita dapat
memanfaatkannya secara maksimal.Meskipun demikian biaya yang dikeluarkan jauh
lebih besar.Biaya untuk hardware saja sudah di atas Rp 10 juta, belum lagi biaya
perbulan.Selain itu kita juga membutuhkan tenaga professional untuk menjadi
operatornya.

2. Pola khusus-umum (induktif)


Merupakan kebalikan dari pola deduktif.
Contoh:
Sebagian besar orang tampak berjejer di pinggir jalan masuk. Sebagian lagi duduk
santai di atas motor dan mobil yang diparkir seenaknya di kiri dan kanan jalan masuk.
Kawasan bandara sore ini memang benar-benar telah dibanjiri lautan manusia.

3. Pola definisi luas


Definisi dalam pembentukan sebuah paragraf adalah usaha penulis untuk memberikan
keterangan atau arti terhadap sebuah kata atau hal. Penulis dapat mengemukakan hal yang
berupa definisi formal, definisi dengan contoh dan keterangan lain yang bersifat
menjelaskan arti dari sutau kata.
Contoh:
Istilah Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar
manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer,
dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negaramenjadi
semakin sempit.Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar
kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi
satu sama lain yang melintasi batas Negara. Dalam banyak hal, globalisasi
mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasisehingga kedua
istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah
globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.

4. Pola proses
Merupakan suatu urutan dari tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau
menghasilkan suatu peristiwa.
Contoh:
8
Pohon anggur selain airnya dapat diminum, daunnya pun dapat digunakan sebagai
pembersih wajah.Caranya, ambillah daun anggur secukupnya.Lalu tumbuk sampai
halus.Masaklah hasil tumbukan itu dengan air secukupnya.Tunggu sampai
mendidih.Setelah ramuan mendingin, ramuan siap digunakan.Oleskan ramuan pada
wajah, tunggu beberapa saat, lalu bersihkan.

5. Pola kausalitas (sebab-akibat; akibat sebab)


Dalam pola ini sebab bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai rincian
pengembangannya. Namun demikian, susunan tersebut bias juga terbalik. Akibat dapat
berperan sebagai gagasan utama, sedangkan sebab menjadi rincian pengembangannya.
Contoh:
Beberapa pohon di kebun tidak mau berbungan seperti tanaman yang lain. Padahal
pohon tersebut sudah disiram dengan rutin.Pemberian pupuk juga dilakukan seminggu
sekali.Setelah diperiksa ternyata pohon tersebut tidak mendapat cahaya matahari
karena terhalang oleh pohon besar yang ada di sampingnya.

6. Pola ilustrasi
Sebuah gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi atau contoh-contoh yang
nyata.Ilustrasi tersebut dipakai untuk menjelaskan maksud penulis.
Contoh:
Sebelas tahun lalu Indonesia mengimpor gerbong kereta api dari Perancis. Gerbong
tersebut tampak mentereng karena dilengkapi dengan alat-alat conditioning.Namun
dimanakah sekarang gerbong-gerbong itu?Ternyata sudah banyak yang rusak.
Gerbong-gerbong itu kini hanya dipakai dalam trayek tingkat tiga untuk mengangkut
anak-anak sekolah dan para petani dari desa ke kota. Siapa yang salah?Penumpangnya
atau pegawai PT KAI? Itulah contoh penggunaan teknologi yang tak dibarengi SDM
yang memadai, sehingga teknologi pun lekas rusak sebelum waktunya

7. Pola pertentangan atau perbandingan


Pola ini digunakan ketika membahas dua hal berdasarkan persamaan dan perbedaannya.
Contoh:
Pemerintah telah menyediakan listrik dengan tarif yang murah.Setiap orang dapat
menjadi pelanggan dengan tidak banyak mengeluarkan biaya.Berbeda halnya dengan
petromaks.Meskipun sama-sama membutuhkan bahan bakar, tetapi energi yang
9
dihasilkan petromaks sangat kecil jika dibandingkan dengan pembangkit listrik
biasa.Petromaks hanya digunakan di desa-desa, sedangkan listrik terdapat di kota-
kota.

8. Pola analisis
Pola ini digunakan ketika menjelaskan suatu hal atau agagsan yang umum ke dalam
perincian yang lebih logis.Dalam pola ini ada bagian yang dianalisis yang terletak di awal
paragraf dan yang menganalisis terletak setelahnya.

Contoh:
APBN 2001 menghadapi tekanan yang berat.Tekanan itu pada dasarnya berkaitan
dengan tiga faktor.Pertama, memburuknya lingkungan ekonomi makro. Kedua, tidak
dapat dilaksanakannya secara optimal kebijakan fiscal di bidang perpajakan, bea
cukai, dan pengurangan subsidi BBM. Ketiga, adanya pembatalan sebagian pencairan
pinjaman untuk biaya pembangunan.

9. Pola klasifikasi
Merupakan sebuah proses untuk mengelompokkan hal atau peistiwa atau benda yang
dianggap punya kesamaan-kesamaan tertentu.
Contoh:
Ikan air tawar terbagi ke dalam tiga golongan, yakni ikan peliharaan, ikan buas, dan
ikan liar. Ikan peliharaan terdiri atas ikan-ikan yang mudah diperbanyak. Contohnya:
ikan bandeng, ikan mas, ikan gurami, dan lain-lain. Ikan buas memiliki sifat jahat
terhadap ikan-ikan lain. Contohnya: ikan gabus dan ikan lele. Ikan liar, meskipun
jarang dipelihara, tetapi memiliki keuntungan secara ekonomis. Contohnya: ikan
paray, ikan bunter dan ikan ikan jeler.

10. Pola seleksi


Penggambaran objek tidak dilakukan secara utuh, tetapi dipilih secara perbagian
berdasarkan fungsi, kondisi, atau bentuk.
Contoh:
Sejak suaminya terpilih menjadi ketua partai politik, ia memutuskan untuk mengubah
penampilannya. Kini ia lebih banyak mengenakan busana panjang yang sopan.
Namun demikian kesan modis tak pernah ditinggalkan. Untuk menghadiri jamuan
10
makan malam, ia mengenakan busana bergaya Thailand. Untuk acara formal, atasan
model jas berlengan panjang dan rok span menjadi favoritnya. Untuk santai, ia
memilih busana model sackdress.

11. Pola sudut pandang atau titik pandang


Merupakan tempat pengarang melihat atau menceritakan suatu hal.Sudut pandang
diartikan sebagai penglihatan seseorang atas suatu barang.Misalnya dari samping, dari
atas, atau dari bawah.Sebagai orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga.
Contoh:
Dengan tersipu Imas dan Jaka menghalau kerbau mereka ke sungai.Bersama-sama
mereka memandikan kerbaunya.Mereka pun sama-sama mandi.Namun hal itu tidak
lama karena hari sudah senja. Ayah Imas melinting rokok di depan gubuk kecilnya
semabrai menunggu Imas pulang. Malam pun terasa mulai sunyi.Dari tepi hutan
terdengar lolongan anjing.

12. Pola dramatis


Dalampola ini cerita tidak disampaikan secara langsung, tetapi dikemukakan melalui
dialog-dialog. Hal yang membedakannya dengan pola sudut pandang adalah cara
penyampaiannya.

Contoh:
Ayah Imas mengangguk.Diisapnya lagi sisa rokoknya dalam-dalam.“Ayo, silakan!”
ujar Pak Somad semabri menyodorkan kotak tembakau.“Terima kasih, ini sudah
cukup.Lagi pula hari sudah larut, saya mau pamit pulang.” ujar Ayah Imas.

11
WACANA

F.Pengertian Wacana

Wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan dan


menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan makna
(semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Wacana merupakan satuan bahasa
terlengkap dan utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.

Wacana di dalam kebahasaan menempati hierarki teratas karena merupakan satuan


gramatikal tertinggi dan terbesar.Wacana dapat berupa kata, kalimat, paragraf, atau karangan
utuh yang lebih besar, seperti buku atau artikel yang berisi amanat lengkap.Kata yang
digunakan dalam wacana haruslah berpotensi sebagai kalimat, bukan kata yang lepas
konteks.Wacana amat bergantung pada keutuhan unsur makna dan konteks yang
melingkupinya.

G.Fungsi Wacana

Secara umum fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Fungsi bahasa
tersebut dikelompokkan kepada 2 kategori utama yaitu fungsi transaksional dan fungsi
interaksional. Brown dan Yule (1996: 1) menjelaskan fungsi transaksional bertujuan untuk
menyampaikan informasi faktual atau proposisional. Sedangkan fungsi interaksional
bertujuan untuk memantapkan dan memelihara hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi.
Wacana dengan unit konversasi memerlukan unsur komunikasi yang berupa sumber
(pembicara san penulis) dan penerima (pendengar dan pembaca). Semua unsur komunikasi
berhubungan dengan fungsi bahasa (Djajasudarma, 1994:15). Fungsi bahasa meliputi (1)
fungsi ekspresif yang menghasilkan jenis wacana berdasarkan pemaparan secara ekspositoris,
(2) fungsi fatik (pembuka konversasi) yang menghasilkan dialog pembuka, (3) fungsi estetik,
yang menyangkut unsur pesan sebagai unsur komunikasi, dan (4) fungsi direktif yang
berhubungan dengan pembaca atau pendengar sebagai penerima isi wacana secara langsung
dari sumber.
Selanjutnya Halliday (1970, 1973) dalam Leech (1993:86) membedakan tiga fungsi
bahasa atas fungsi idesional, interpersonal, dan tekstual. Pada fungsi idesional bahasa dipakai
untuk alat pengungkap sikap penutur dan pengaruhnya pada sikap dan perilaku penutur.
Sedangkan pada fungsi tekstual bahasa difungsikan sebagai alat untuk membangun dan

12
menyusun sebuah teks. Lebih lanjut Halliday menjelaskan bahwa interpersonal terdiri atas
fungsi ekspresif dan informatif sebagaimana telah dikemukakan Popper.
Pada dasarnya pengenalan terhadap berbagai fungsi bahasa akan sangat membantu
dalam penelaahan wacana. Sebaliknya tanpa pengenalan terhadap berbagai fungsi bahasa
akan dapat menjadi halangan di dalam menginterpretasikan sebuah wacana. Seorang
penganalisis wacana di dalam menganalisis sebuah wacana harus selalu mengaitkan bentuk-
bentuk bahasa yang digunakan dengan tujuan dan fungsi di mana dan untuk apa bahasa itu
digunakan dalam wacana tersebut.
Analisis wacana pada prinsipnya adalah analisis satuan-satuan bahasa di atas kalimat
yang digunakan dalamproses komunikasi. Untuk itu analisis tidak dapat dibatasi pada
pembentukan bahasa yang bebas dari tujuan dan fungsinya. Karena itu, wacana berkaitan erat
dengan fungsi bahasa.

H.Persyaratan yang Baik dan Benar dalam Wacana

Berkaitan dengan syarat-syarat terbentuknya wacana, dapat kita tarik kesimpulan dari
beberapa pengertian.Seperti Tarigan (2009:19) yang mengatakan bahwa wacana adalah
satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan
koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir
yang nyata disampaikan secara lisan dan tertulis.Tarigan menyebutkan “dengan koherensi
dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir” berarti
dalam wacana haruslah ada koherensi dan kohesi dari awal sampai akhir.Namun
terbentuknya wacana tidak cukup hanya dengan hoherensi dan kohesi.
Alwi, dkk. (1998:419) yang mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang
berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan
membentuk kesatuan.
Kohesi dan koherensi juga merupakan syarat terbentuknya suatu wacana selain syarat lain,
yaitu topik. Koherensi tidak harus selalu dicapai dengan bantuan kohesi (Alwi et.al. dalam
Hartono, 2000: 144).Sedangkan menurut Widowson (1978:22) wacana mempunyai dua hal
penting, yaitu proposisi (sejajar dengan topik) dan tindak tutur (tuturan pengungkap topik).
Dari beberapa pengertian tersebut didapatkan syarat terbentuknya wacana diantaranya ialah :
1.Topik
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan tersebut akan diurai,
membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk pada satu topik. Sehingga topik yang

13
diangkat atau yang dimaksud memberikan suatu tujuan.Tujuan-tujuan yang teradapat dalam
wacana, dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis wacana.Seperti wacana persuasif,
tujuannya untuk mempengaruhi pembaca.Atau bisa berupa simbol huruf P pada rambu-rambu
lalu lintas, memberikan tujuan menginformasikan pengguna jalan, bahwa tempat bersimbol
P, adalah tempat parkir.
2.Kohesi dan Koherensi
a.Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara struktural membentuk ikatan
sintaktikal.Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada hubungan bentuk.Artinya unsur-
unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki
keterkaitan secara padu dan utuh.Hanya dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur
dalam wacana dapat di interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan unsur-unsur
lainnya.
Kohesi wacana terbagi dalam dua aspek yaitu kohesi gramatikal dan kohesi leksikal.Kohesi
gramatikal artinya kepaduan bentuk sesuai dengan tata bahasa.Kohesi leksikal artinya
kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
1.Kohesi gramatikal meliputi:
a)Referensi (pengacuan), merupakan pengacuan satuan lingual tertentu terhadap satuan
lainnya. Di lihat dari acuannya, referensi terbagi atas:
- Referensi eksofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di luar teks wacana.
Contoh: Itu matahari, kata itu pada tuturan tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu
“benda berpijar yang menerangi alam ini”.
- Referensi endofora yaitu pengacuan satuan lingual yang berada di dalam teks wacana.
Referensi endofora terbagi atas:
- Referensi anaphora yaitu pengacuan satual lingual yang disebutkan terlebih dahulu,
mengacu yang sebelah kiri.
- Referensi katafora yaitu pengacuan satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu
yang sebelah kanan.

b)Substitusi ( penggantian), diartikan sebagai penggantian satuan lingual dengan satuan


lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Substitusi dilihat dari satuan
lingualnya dapat dibedakan atas:

14
1) Substitusi nominal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang
berupa kata benda. Contoh: Memang Soni mencintai gadis itu. Wanita itu berasal dari
Surakarta.Pacarnya itu memang cantik, halus budi bahasanya, dan bersifat keibuan.
2)Substitusi verbal yaitu penggantian satuan lingual dengan satuan lingual lain yang berupa
kata kerja. Contoh: Soni berusaha menyembuhkan penyakitnya dengan berobat ke dokter
kemarin sore. Ternyata dia di vonis menderita penyakit kanker. Selain berusaha ke dokter, dia
juga tidak lupa berdoa dan selalu berikhtiar pada allah.
3)Substitusi frasa yaitu penggantisn satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang
berupa frasa. Contoh: Hari ini hari minggu. Mumpung hari libur aku manfaatkan saja untuk
menengok Nenek di desa.
4)Substitusi klausal yaitu penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain yang
berupa klausa. Contoh:
Nida : jika perubahan yang dialami oleh azam tidak bisa diterima dengan baik oleh orang-
orang di sekitarnya, mungkin hal itu dikarenakan oleh kenyataan bahwa orang –orang tesebut
banyak yang tidak sukses seperti azam.
Barik : tampaknya memang begitu!
c)Elipsis atau pelesapan, adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang sudah disebutkan
sebelumnya. Contoh: Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya
menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih.Kalimat
kedua yang berbunyi terima kasih merupakan elipsis.Unsur yang hilang adalah subjek dan
predikat. Kalimat tersebut selengkapnya berbunyi: Tuhan selalu memberikan kekuatan,
ketenangan, ketika saya menghadapi saat-saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi
ini. Saya mengucapkan terima kasih.
d)Konjungsi (perangkaian), adalah kohesi gramatikal yang dilakukan dengan
menghubungkan unsure yang satu dengan unsure yang lain. Unsur yang dirangkai berupa
kata, frasa, klausa, dan paragraf.
Macam-macam konjungsi sebagai berikut:
- Sebab-akibat. Konjungsi yang digunakan antara lain: karena, sebab, makanya, sehingga,
oleh karena itu, dengan demikian dan sebagainya.
-Pertentangan. Konjungsi yang digunakan yaitu tetapi dan namun.
-Kelebihan atau eksesif ditandai dengan konjungsi malah.
-Perkecualian atau eksepsif ditandai dengan konjungsi kecuali.
-Tujuan. Konjungsi yang digunakan yaitu: agar dan sehingga.
-Penambahan atau aditif. Konjungsi yang digunakan yaitu: dan, juga, serta, selain itu.
15
-Pilihan atau alternative. Konjungsi yang digunakan yaitu atau dan apa.
-Harapan atau optatif. Konjungsi yang digunakan yaitu semoga, moga-moga.
-Urutan atau sekuential. Konjungsi yang digunakan yaitu setelah itu, lalu, kemudian, terus,
mula-mula.
-Syarat. Konjungsi yang digunakan yaitu: apabila dan jika.
-Cara. Konjungsi yang digunakan yaitu: dengan cara.
2.Kohesi leksikal yaitu perpaduan bentuk dalam struktur kata.Kohesi leksikal meliputi:
a)Pengulangan atau repetisi
Repetisi merupakan salah satu cara untuk mempertahankan hubungan konsesif antar kalimat.
Hubungan ini dibentuk dengan mengulang satuan lingual.
Contoh: Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum
kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui
dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini.
b)Sinonimi
Contoh: Hari pahlawan diperingati tiap 10 November. Mereka adalah pejuang bangsa yang
rela mengorbankan jiwa raga demi kesatuan Negara Republik Indonesia.Jasa mereka selalu
dikenang sepanjang masa.
c)Antonim
Contoh: Dalam rangka menyambut peringatan kemerdekaan Republic Indonesia, warga
setempat mengadakan kerja bakti. Bagi yang putri sebagian besar membawa sapu, sedangkan
yang putra membawa sabit.Tak ketinggalan pula nenek maupun kakek ikut serta meramaikan
peringatan tersebut.
d)Hiponim
Contoh: Setiap hari Anita menyiram bunga di taman. Bermacam-macam bunga diantaranya
mawar, melati, dahlia, dan anggrek.
e)Kolokasi
Contoh: Bermula dari goresan bolpoin pada selembar kertas namanya sekarang tenar. Dari
lembaran-lembaran kertas tersebut di gabung dalam satu buku. Buku tersebut menjadi
perbincangan banyak orang karena banyak dimuat dalam majalah, koran, televisi. Berkat
media massa, namanya menjadi terkenal.
f)Ekuivalensi
Contoh: Setiap hari aku belajar dengan rajin. Bu Narti sebagai guruku selain mengajarkan
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, beliau juga mengajarkan pendidikan moral.

16
b.Koherensi
Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya
sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh.
Yang termasuk unsur-unsur koherensi meliputi:
1)Penambahan, yang berupa: dan, juga, lagi pula, selanjutnya, dll.
2)Repetisi atau pengulangan
3)Pronomina
4)Sinonimi
5)Totalitas Bagian
6)Komparasi atau perbandingan. Komparasi digunakan untuk membandingkan dua hal yang
berbeda.
7)Penekanan, penekanan digunakan untuk menekankan yang dianggap penting.
8)Kontras
9)Simpulan, dengan kata-kata yang mengacu kepada hasil atau simpulan pun, kita dapat juga
meningkatkan kekoherensifan wacana. Penggunaan sarana seperti itu dapat dilihat pada
contoh berikut ini.
10)Contoh, dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi, kita dapat pula menciptakan
kekoherensifan wacana.
11)Paralelisme atau kesejajaran. Kesejajaran bisa berupa subjek predikat, subjek predikat
objek, atau yang lain.
12)Waktu

3.Proporsional
Prosorsional yang dimaksud ialah keseimbangan dalam makna yang ingin dijabarkan dalam
wacana, atau makna yang terdapat dalam wacana, ialah seimbang. Misalnya apabila sebuah
wacana persuasif, wacana yang mempengaruhi pembaca untuk membeli suatu produk, maka
dalam wacana tersebut harus terdapat kesinambungan yang tepat antara paragraf yang satu
dengan yang lain. apabila paragraf pertama terdapat beberapa tuturan yang mempengaruhi
pembaca dengan satu topik, maka paragraf kedua juga harus tetap meruju pada satu topik dan
dimungkinkan lebih merujuk pada hal yang khusus. Sehingga antara paragraf yang satu
dengan yang lain padu dan tidak membingungkn pembaca.

4.Tuturan

17
Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang ada dalam wacana.Baik tutur
tulis atau tutur lisan.tuturan kaitannya menjelaskan suatu topik yang terdapat dalam wacana
dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang proporsional di dalamnya.

I.Jenis-Jenis Wacana

Menurut Praptomo Baryadi (2001, h. 3 dalam Sumarlam, 2003, h. 15-20) wacana


dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis menurut dasar
pengklasifikasiannya.Misalnya berdasarkan bahasanya, media yang dipakai untuk
mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk, serta cara dan tujuan pemaparan.
1.Bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk mengungkapkannya wacana dapat
diklasifikasikan menjadi:
a.Wacana bahasa nasional (Indonesia).
b.Wacana bahasa daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda, Madura, dan sebagainya).
c.Wacana bahasa internasional (Inggris).
d.Wacana bahasa lainnya seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis, dan sebagainya.

2.Berdasarkan media yang digunakannya maka wacana dapat dibedakan atas:


a.Wacana tulis artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau melalui
media tulis. Untuk dapat menerima atau memahami wacana tulis maka sang penerima
atau pesapa harus membacanya.
b.Wacana lisan berarti wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media
lisan. Untuk dapat menerima dan memahami wacana lisan maka sang penerima atau
pesapa harus menyimak atau mendengarnya.

3.Berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya wacana dapat dibedakan antara wacana
monolog dan wacana dialog.
a.Wacana monolog (monologue discourse) artinya wacana yang disampaikan oleh
seorang diri tanpa melibatkan orang lain untuk berpartisipasi secara langsung.
b.Wacana dialog (dialogue discourse) yaitu wacana yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih secara langsung.

18
4.Berdasarkan bentuknya wacana dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk wacana
prosa, puisi, dan drama.
a.Wacana prosa yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa (Jawa:
gancaran).Wacana berbentuk prosa ini dapat berupa wacana tulis atau lisan. Contoh
wacana prosa tulis misalnya cerita pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung),
novel, artikel, dan undang-undang; sedangkan contoh wacana prosa lisan misalnya
pidato, khotbah, dan kuliah.
b.Wacana puisi yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi (Jawa: geguritan).
Seperti halnya wacana prosa, wacana puisi juga dapat berupa wacana tulis maupun
lisan.Puisi dan syair adalah contoh wacana tulis, sedangkan puitisasi atau puisi yang
dideklamasikan dan lagu-lagu merupakan contoh jenis wacana lisan.
c.Wacana drama yaitu wacana yang disampaikan dalam bentuk drama, dalam bentuk
dialog baik berupa wacana tulis maupun wacana lisan. Bentuk wacana drama tulis
terdapat pada naskah drama atau sandiwara, sedangkan bentuk wacana drama lisan
terdapat pada pemakaian bahasa dalam peristiwa pementasan drama, yakni
percakapan antarpelaku dalam drama tersebut.

5.Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya pada umumnya wacana diklasifikasikan


menjadi lima macam yaitu wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan
persuasi.
a.Wacana narasi atau wacana penceritaan disebut juga wacana penuturan yaitu
wacana yang mementingkan urutan waktu dituturkan oleh persona pertama atau
ketiga dalam waktu tertentu. Wacana narasi ini berorientasi pada pelaku dan seluruh
bagiannya diikat secara kronologis.Jenis wacana narasi pada umumnya terdapat pada
berbagai fiksi.
b.Wacana deskripsi yaitu wacana yang bertujuan melukiskan, menggambarkan atau
memerikan sesuatu menurut apa adanya.
c.Wacana eksposisi atau wacana yang tidak mementingkan waktu dan pelaku.
Wacana eksposisi ini berorientasi pada pokok pembicaraan, dan bagian-bagiannya
diikat secara logis.
d.Wacana argumentasi adalah yang berisi dea tau gagasan yang dilengkapi dengan
data-data sebagai bukti dan bertujuan menyakinkan pembaca akan kebenaran dea tau
gagasannya. Wacana argumentasi ini ada yang pendek dan ada pula yang

19
panjang.Argumentasi yang pendek dapat terdiri atas satu kalimat atau beberapa
kalimat.
e.Wacana persuasi yaitu wacana yang bersifat ajakan atau nasihat biasanya ringkas
dan menarik serta bertujuan untuk mempengaruhi secara kuat pada pembaca atau
pendengar agar melakukan nasehat atau ajakan tersebut.

Menurut Fatimah Djajasudarma (1994, h. 6-14) jenis wacana dapat dikaji dari segi
eksistensinya (realitasnya), media komunikasinya, cara pemaparannya, dan jenis
pemakaiannya.
1.Berdasarkan realitasnya wacana ada dua yaitu :
a.Wacana verbal yaitu rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran
kebahasaan) dengan kelengkapan struktural bahasa, mengacu pada struktur apa
adanya.
b.Non verbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian non
bahasa, yakni rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna (bahasa isyarat).

2.Berdasarkan media komunikasinya wacana dapat diklasifikasikan menjadi wacana


lisan dan wacana tulisan.
a.Wacana lisan wujudnya berupa sebuah percakapan struktural bahasa mengacu pada
struktur apa adanya.
b.Wacana tulisan yang berwujud sebuah teks atau bahan tertulis yang dibentuk oleh
lebih dari satu alinea yang merupakan wacana.

3.Berdasarkan pemaparannya, wacana meliputi :


a.Wacana naratif yaitu rangkaian tuturan yang menceritakan hal atau kejadian
(peristiwa) melalui penonjolan pelaku (persona I atau III).
b.Wacana deskripsi yaitu rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau
melukiskan sesuatu baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya.
c.Wacana prosedural yaitu rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu berurutan dan
secara kronlogis.
d.Wacana ekspositori yaitu tuturan yang bersifat menjelaskan sesuatu berisi pendapat
atau simpulan dari sebuah pandangan.
e.Wacana hortatori yaitu tuturan yang berisi ajakan atau nasehat.

20
f.Wacana dramatik yaitu menyangkut beberapa orang penutur dan sedikit bagian
naratif.
g.Wacana epistorari yaitu dalam surat-surat, dengan sistem dan bentuk tertentu.
h.Wacana seremonial yaitu wacana yang berhubungan dengan upacara adat yang
berlaku, di masyarakat bahasa, berupa nasehat atau pidato pada upacara perkawinan,
kematian , syukuran.

4.Berdasarkan jenis pemakaiannya diklasifikasikan menjadi:


a.Monolog (satu orang penutur) yaitu wacana yang tidak melibatkan bentuk tutur
percakapan antara dua pihak yang berkepentingan.
b.Dialog (dua orang penutur) yaitu wacana yang berupa percakapan antara dua pihak.
c.Polilog (lebih dari dua penutur) yaitu wacana yang melibatkan partisipan
pembicaraan di dalam konversasi.

J.Pola Pengembangan Wacana

1.PolaUmum- Khusus (General-Partikular)


Pola susunan umum-khusus adalah wacana yang diungkapkan dengan pola pengembangan
dari hal-hal atau kalimat yang bersifat umum diikuti kalimat-kalimat yang bersifat khusus.
Dengan kata lain, pikiran utama bersifat umum diletakkan di awal wacana kemudian pikiran
penjelas yang bersifat khusus diletakkan di akhir wacana. Pola pengembangan ini juga
bersifat sebaliknya, yaitu khusus-umum.Pola ini meletakkan pernyataan-pernyataan khusus di
awal wacana dan ditutup dengan pernyataan yang bersifat umum.

2. Pola Seluruh-Bagian (Whole-Part/Componen)


Pola susunan wacana ini mengedepankan sesuatu secara menyeluruh terlebih dahulu
kemudian diikuti bagian-bagian dari keseluruhan tersebut. Dengan kata lain suatu objek
disampaikan secara keseluruhannya terlebih dahulu kemudian diikuti penjelasan secara lebih
mendalam terhadap bagian-bagian yang telah disampaikan.Seorang pengguna bahasa kadang-
kadang tidak menyampaikan seluruh informasi dengan menggunakan satu kalimat. Hal ini
disebabkan keterbatasan bahasa si penutur dan pertimbangannya atas kemampuan penerima

21
informasi.Dalam hal ini penutur menyampaikan secara bertahap.

3. Pola Latar-Subjek-Unsur (Set-Subject-Element)


Pola latar-subjek-unsur adalah pola wacana yang di dalamnya terdapat latar (waktu dan
tempat peristiwa itu terjadi) dengan jelas, disertai dengan subjek atau pelaku, serta diikuti
dengan unsur-unsur yang mendukung wacana tersebut.

4. Pola yang Mencakup-yang Tercakup (Including-Included)


Pola wacana ini mengedepankan bagian yang mencakupi suatu objek sebagai pikiran
pokoknya. Pada bagian ini disampaikan hal-hal yang mencakupi atau yang menjadi inti dari
suatu objek.Pada bagian selanjutnya diikuti pikiran penjelas yang berupa bagian yang
dicakupi atau yang tercakup di dalam sesuatu yang telah dijelaskan pada bagian awal.Pola ini
senada dengan pola umum khushs hanya saja lebih menonjolkan sesuatu objek.

5. Pola Besar-Kecil (Large-Small)


Selanggam dengan pola sebelumnya, pola besar-keci diawali diawali dengan pikiran utama
yang bersifat lebih besar cakupannya/bidangnya/ukurannya. Setelah menyampaikan bagian
tersebut diikuti dengan pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang bersifat lebih kecil.Namun
demikian, antar bagian tersebut bukan sesuatu yang saling bergantung/berkaitan sebagaimana
dalam pola yang mencakup dan tercakup.

6. Pola Luas-Dalam (Outside-Inside)


Pola ini hampir mirip dengan pola mencakup-tercakup, hanya saja yang ditekankan bukan
pada aspek keberkaitan/hubungan antarbagian melainkan lebih pada aspek keluasan topik.
Pola ini diawali dengan pikiran utama yang bersifat luas dan menyeluruh.Setelah itu, barulah
diikuti dengan pikiran-pikiran penjelas yang bersifat lebih dalam atau mengkhusus.

7.Polayang Memiliki-yang dimiliki (Possessor-Possessed)


Pola ini berfokus pada sesuatu yang bersifat yang memiliki dan yang dimiliki. Dengan bahasa
lain pikiran utamanya berupa hal-hal yang memiliki. Selanjutnya, diikuti dengan pikiran
penjelas yang berupa hal-hal yang dimiliki oleh sesuatu yang telah disampaikan dalam

22
pikiran utama.

8. Pola Sekuensi Temporal


Pola wacana ini dibuat berdasarkan urutan waktu atau kronologis. Wacana ini
umumnyamenggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tinakan.

9. Pola Sekuensi Spasial


Pola ini menekankan pada aspek spasial/ruang.Wacana dibuat berdasarkan urutan
ruang/tempat. Pembaca atau pendengar diharapkan dapat membayangkan urutan dari satu
titik ke titik yang lain atau dari suatu tempat ke tempat yang lain.

10.PolaEkuivalensi-Kontras
Pola ini sering disebut dengan pola perbandingan dan pertentangan. Untuk memperjelas suatu
paparan biasanya pengguna bahasa berusaha memperbandingan dengan melihat aspek-aspek
kesamaan suatu objek dan mengontraskannya atau mempertentangkannya dengan sesuatuhal
yang lain.
Suatu objek dipaparkan kesamaanya kemudian diikuti perbedaan-perbedaan.Hal ini
dimaksudkan untuk menandaskan sesuatu.Hal-hal yang diperbandingkan dan dipertentangkan
ini lazimnya hal-hal yangbersifat sepadandanmencolok.

11.PolaSebab-Akibat

Senada dengan pola yang lain, pola ini didahului dengan pikiran utama yang berupa hal-hal
yang menjadi penyebab kemudian diikuti dengan pikiran penjelas yang berupa hal-hal yang
menjadi akibat dari pikiran utama. Pola ini berlaku pula sebalinya.Artinya terdapat pula pola
akibat-sebab.
Secara umum kesebelas pola ini tidak bersifat saling mengecualikan. Hal ini berarti bahwa
sebuah pola wacana tidak serta-merta tidak dapat dipandang sebagai pola yang lain. Dalam
arti mudahnya, sebuah wacana dikatakan memiliki pola A bukan berarti tidak dapat dikatakan
memiliki pola pengembangan B atau yang lain.

23
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Setelah pemaparan diatas, dapat kita simpulkan bahwa paragrafmerupakan inti


penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit
buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut. Atau dapat
dikatakan Karangan yang pendek / singkat yang berisi sebuah pikiran dan didukung
himpunan kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk satu gagasan disebut
paragraph / alinea.
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar diatas
kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang
mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.

B.Saran

Sebaiknya dalam penyusunan paragraf dan wacana harus menggunakan aturan-aturan


yang sudah disepakati, karena masih banyak orang yang menulis sebuah paragraf bahkan
wacana tidak mengikuti aturan-aturan dalam penulisan paragraf yang baik dan benar.

24
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.


Badudu, J. S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar IV. Jakarta: Gramedia.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahsa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Depdiknasa.

Dini, Dahlia dan Sitorus. 2004. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung: CV
Yrama Widya.
Wiyanto, Asul. 2006. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.

25

Anda mungkin juga menyukai