Anda di halaman 1dari 23

PROSES INDUSTRI KIMIA

PROSES PEMBUTAN ISOPRENE (C3)

Tugas Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah
Proses Industri Kimia
Semester 3 Tahun Pelajaran 2018/2019
OLEH
Kelompok :5
Anggota : 1. Anhar (061740421543)
2. M. Arif Rachman (061740421544)
3. Tri Mawarni (061740421556)
Kelas : 3 KIA
Dosen Pembimbing : Ir. Erwana Dewi, M.Eng

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul “Proses Pembuatan
Isoprene (C3)” ini dapat Penulis selesaikan. Makalah ini dibuat sebagai kewajiban
untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Industri Kimia.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam


kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran
mereka demi terwujudnya makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang
dimaksud untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Isoprene adalah nama umum ( nama trivial ) dari 2-metilbuta-1,3-


diena. Senyawa ini biasa digunakan dalam industri, penyusun berbagai
senyawa biologi penting, serta dapat berbahaya bagi lingkungan dan beracun
bagi manusia bila terpapar secara berlebihan.

Dalam suhu ruang isoprene berwujud cairan bening yang sangat


mudah terbakar dan terpantik. Bila tercampur dengan udara sangat mudah
meledak dan sangat reaktif bila dipanaskan.

Saat ini sekitar 95% produksi isoprene dunia digunakan untuk


membuat karet sintetik. Karet sendiri juga merupakan polimer isoprene .
Isoprene dihasilkan secara alamiah oleh tumbuhan dan hewan. Biasanya dapat
dikatakan bahwa senyawa ini adalah Hidrokarbon yang paling umum
ditemukan pada tubuh manusia. Isoprene biasa juga dikandung pada kadar
rendah pada banyak bahan kemasan makanan. Karena isoprene merupakan
kerangka dasar dari banyak metabolit sekunder pada tumbuhan.

Pada tumbuhan, isoprene dihasilkan pada kloroplas daun melalui


jalur DMAPP (dimetilalil pirofospat), dengan enzim isoprene sintase berperan
sebagai pembuka proses. Karena turunan isoprene banyak yang merupakan
minyak atsiri, banyak isoprene dilepaskan ke udara. Isoprene diketahui
mempengaruhi status oksidasi massa udara, dan merupakan pemicu
terbentuknya ozon pada lapisan bawah atmosfer. Isoprene diduga dapat
menyebabkan kanker.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja bahan baku dalam pembuatan isoprene ?
2. Bagaimana sifat fisik dan sifat kimia pada bahan baku tersebut?
3. Bagaimana proses pembuatan isoprene?
4. bagaimana perhitungan neraca massa nya?

1.3 Tujuan
1. Menegthui apa saja bahan baku pembuatan
2. Mengetahui dan memahami sifat fisik dan sifat kimia dari senyawa
tersebut.
3. Memahami proses pembuatan Isoprene
4. Memahami perhitungan neraca massa dari pembuatan isoprene.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahan baku pembuatan


a. Propylene (C3H6)
Polipropilena atau polipropena (PP) adalah sebuah polimer termo-plastik
yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan dalam berbagai aplikasi,
diantaranya pengemasan, tekstil (contohnya tali, pakaian dalam termal, dan
karpet), alat tulis, berbagai tipe wadah terpakaikan ulang serta bagian plastik,
perlengkapan labolatorium, pengeras suara, komponen otomotif, dan uang kertas
polimer. Polimer adisi yang terbuat dari propilena monomer, permukaannya tidak
rata serta memiliki sifat resistan yang tidak biasa terhadap kebanyakan pelarut
kimia, basa dan asam. Polipropena biasanya didaur-ulang, dan simbol daur

ulangnya adalah nomor "5": .

Pengolahan lelehnya polipropilena bisa dicapai melalui ekstrusi dan


pencetakan. Metode ekstrusi (peleleran) yang umum menyertakan produksi serat
pintal ikat (spun bond) dan tiup (hembus) leleh untuk membentuk gulungan yang
panjang untuk nantinya diubah menjadi berbagai macam produk yang berguna
seperti masker muka, penyaring, popok dan lap.

Teknik pembentukan yang paling umum adalah pencetakan suntik, yang


digunakan untuk berbagai bagian seperti cangkir, alat pemotong, botol kecil, topi,
wadah, perabotan, dan suku cadang otomotif seperti baterai. Teknik pencetakan
tiup dan injection-stretch blow molding juga digunakan, yang melibatkan ekstrusi
dan pencetakan.

Ada banyak penerapan penggunaan akhir untuk PP karena dalam proses


pembuatannya bisa di-tailor grade dengan aditif serta sifat molekul yang spesifik.
Sebagai misal, berbagai aditif antistatik bisa ditambahkan untuk memperkuat
resistensi permukaan PP terhadap debu dan pasir. Kebanyakan teknik
penyelesaikan fisik, seperti pemesinan, bisa pula digunakan pada PP. Perawatan
permukaan bisa diterapkan ke berbagai bagian PP untuk meningkatkan adhesi
(rekatan) cat dan tinta cetak.

b. Isoprena

Isoprena adalah nama umum (nama trivial) dari 2-metilbuta-1,3-diena.


Senyawa ini biasa digunakan dalam industri, penyusun berbagai senyawa biologi
penting, serta dapat berbahaya bagi lingkungan dan beracun bagi manusia bila
terpapar secara berlebihan.

Dalam suhu ruang isoprena berwujud cairan bening yang sangat mudah
terbakar dan terpantik. Bila tercampur dengan udara sangat mudah meledak dan
sangat reaktif bila dipanaskan. Pengangkutan isoprena memerlukan penanganan
khusus.

Secara industri senyawa ini dihasilkan dari hasil sampingan peluruhan


nafta atau minyak. Saat ini sekitar 95% produksi isoprena dunia digunakan untuk
membuat karet sintetik cis-1,4-poliisoprena. Karet sendiri juga merupakan
polimer isoprena — paling sering cis-1,4-poliisoprena - dengan bobot molekul
100.000 hingga 1.000.000. Biasanya ada campuran beberapa persen bahan lain,
seperti protein, asam lemak, resin, dan bahan organik lainnya, pada karet alam
berkualitas tinggi. Getah perca, suatu karet alam lain, merupakan trans-1,4-
poliisoprena, isomer struktural yang memiliki karakteristik mirip namun tidak
persis sama.

Isoprena dihasilkan secara alamiah oleh tumbuhan dan hewan. Biasanya


dapat dikatakan bahwa senyawa ini adalah hidrokarbon yang paling umum
ditemukan pada tubuh manusia. Isoprena biasa juga dikandung pada kadar rendah
pada banyak bahan pangan. Hal ini tidak mengherankan karena isoprena
merupakan kerangka dasar dari banyak metabolit sekunder pada tumbuhan.
Terpena, terpenoid, dan koenzim Q tersusun dari isoprena. Golongan senyawa
lain yang dapat dianggap tersusun dari kerangka isoprena adalah fitol, retinol,
tokoferol, dolikol, dan skualena. Heme A memiliki ekor isoprenoid. Lanosterol,
prekursor sterol pada hewan, diturunkan dari skualena. Satuan isoprena fungsional
dalam organisme adalah dimetilalil pirofosfat (DMAPP) dan isomernya
isopentenil pirofosfat (IPP). Metabolit sekunder tumbuhan yang dapat dirunut
struktur kerangka kimianya sebagai turunan atau polimer isoprena dikenal sebagai
golongan isoprenoid.

Pada tumbuhan, isoprena dihasilkan pada kloroplas daun melalui jalur


DMAPP, dengan enzim isoprena sintase bertanggung jawab sebagai pembuka
proses. Praktis pada semua organisme penurunan isoprena disintesis melalui jalur
HMG-CoA reduktase.

Karena turunan isoprena banyak yang merupakan minyak atsiri, banyak


isoprena dilepaskan ke udara. Isoprena diketahui memengaruhi status oksidasi
massa udara, dan merupakan pemicu terbentuknya ozon, gas polutan pada lapisan
bawh atmosfer. Efek senyawa ini pada atmosfer banyak dipelajari. Isoprena
diduga dapat menyebabkan kanker.

c. Metana

Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan


rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tetapi jika digunakan untuk
keperluan komersial, biasana ditambahkan sedikit bau belerang untuk mendeteksi
kebocoran yang mungkin terjadi.

Sebagai komponen utama gas alam, metana adalah sumber bahan bakar
utama. Pembakaran satu molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu
molekul CO2 (karbondioksida) dan dua molekul H2O (air):

CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O

Metana adalah salah satu gas rumah kaca. Konsentrasi metana di atmosfer pada
tahun 1998, dinyatakan dalam fraksi mol, adalah 1.745 nmol/mol (bagian per
miliar), naik dari 700 nmol/mol pada tahun 1750. Pada tahun 2008, kandungan
gas metana di atmosfer sudah meningkat kembali menjadi 1.800 nmol/mol.[4]

2.2 SIFAT FISIK DAN KIMIA

a. Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku :

Propylene (C3H6)

Sifat Fisika :

- Nama senyawa : Propylene


- Rumus Molekul : C3H6
- Berat Molekul : 42,08 gr/mol
- Titik Didih : -47,6 °C (225,5 °K)
- Titik Leleh : -185,2 °C (88,0 °K)
- Densitas : 1,81 kg/m3
Sifat Kimia :

Sifat kimia yang khas dari propilen adalah satu ikatan rangkap dan
atom hidrogen pada rumus bangun propilen.
Contoh reaksi propilen diantaranya :
1. Khlonnasi
Alkil krorida dapat dibuat dengan cara kholannasi terhadap
propilen fasa gas pada suhu 5000C dalam reactor adiabatic. Prinsip
reaksi ini terdiri dan substitusi sebuah atom khloronnasi terhadap
atom hydrogen propilen.
Reaksi :
Cl2 + CH2CHCH3 CH2CHCH2Cl + HCl

2. Alkilasi
Reaksi alkilasi terhadap benzene oleh propilen dengan
adanya katalis AlCl3 akan menghasilkan suatu alkil benzene.
Reaksi : AlCl3
C6H6 + C3H6 C6H6CH(CH3)2

3. Oksidasi
Propilen dioksidasi menjadi akrolein dengan adanya
bantuan dari katalis CuO. Dimana umpan masuk ke dalam reactor
dengan komposisi 20% volume propilen, 20% udara dan 60%
volume steam dengan memiliki waktu kontak satu detik.
Selanjutnya pengambilan produk akrolein adalah dengan quench
serubbing effluent reactor menggunakan campuran air dan propilen
yang ada.
b. . Sifat Fisika dan Kimia Produk :
Isoprene

Sifat Fisika :

- Nama Senyawa : Isoprene


- Rumus Molekul : C5H8
- Berat Molekul : 68,12 g/mol
- Titik Leleh : -145,95 oC
- Titik Didih : 34,067 oC
- Densitas : 0,681 g/mL pada 20 oC
- Titik Nyala : -53 oC
- Batas Keracunan : 250 pp

Sifat Kimia :

1. isoprene merupakan cairan tidak berwarna dengan bau aromatik

2. Sebuah cairan berwarna jernih dengan bau seperti minyak bumi. Uapnya
lebih berat dari pada udara.

3. Sangat mudah terbakar dan sangat larut dalam air.

4.Isoprene dapat bereaksi keras dengan agen oksidasi yang kuat.


klorosulfonat asam, asam nitrat (70%), oleum, asam sulfat (90%) .

5. Uap tidak menghasilkan efek lain selain sedikit iritasi mata dan saluran
pernapasan bagian atas. Cairan nya bisa membuat iritasi mata.
Reaksi isoprene dengan fenol, dikatalisis oleh nickelocene dan bromida
phenylmagnesium, hasil panen 2,2-dimethylchroman, 2 - (3'-metil-2'-buten-
1'-il) fenol, 4 - (3'-metil-2 '-buten-1'-il) fenol, 2,2-dimetil-8-(3'-metil-2'-
buten-1'-il) kroman dan 2,2-dimetil-6-(3'-metil -2'-buten-1'-il) kroman.
Reaksi dengan fenol lainnya diperiksa.

c. Sifat Fisik dan Kimia Produk Samping

1. Metana (CH4)

Sifat Fisika :
- Nama Senyawa : Metana
- Rumus Molekul : CH4
- Berat Molekul : 16,042 g/mol
- Titik Leleh : -182,5 oC
- Titik Didih : -161,6 oC
- Densitas : 0,717 kg/m3 (gas pada 0 oC),
415 kg/m3 (liquid)
- Kelarutan dalam air : 35 mg/L (17 oC)

Sifat kimia :

REAKSI PEMBAKARAN:
Pembakaran metana adalah reaksi eksotermis di mana sejumlah besar energi
dibebaskan. Disebabkan oleh properti ini, metana digunakan sebagai bahan
bakar rumah tangga dan industri.
CH 4 + 2O 2 → CO 2 + 2H 2 O
Halogenasi:
Penggantian atom halogen dengan H-atom dari suatu senyawa organik disebut
halogenasi. Ini adalah substitusi reaksi.
Klorinasi:
CH 4 + Cl 2 → CH 3 Cl + HCl (metana kloro)
CH 3 Cl + Cl 2 → CH 2 Cl 2 + HCl (metana dikloro)
CH 2 Cl 2 + Cl 2 → CHCl 3 + HCl (kloroform)
CHCl 3 + Cl 2 → CCl 4 + HCl (karbon tetra klorida)
MEKANISME:
Ini adalah reaksi fotokimia.
INISIASI LANGKAH:
Dengan adanya sinar matahari Cl 2 molekul mengalami fisi homolytic untuk
menghasilkan Cl-radikal bebas.
Cl-Cl → Cl Cl o + o (radikal bebas)
PROPAGASI LANGKAH:
Klorin radikal bebas serangan metana molekul untuk menghasilkan metil
radikal bebas.
CH 4 + Cl o → CH 3 o + HCl
CH3 o + Cl 2 → CH 3 Cl + HCl
PENGAKHIRAN LANGKAH:
Reaksi ini datang untuk menghentikan bila ada dua radikal bebas
menggabungkan.
Cl Cl o + o → Cl 2
CH 3 Cl o + o → CH 3-Cl
CH 3 CH 3 o + o → CH 3-CH 3
OUTPUT:
Karena reaksi berantai, karena itu, memberikan campuran senyawa yang
berbeda.
2. 2 METIL 1 PENTENA

Sifat Fisik
 Berat molekul : 84,16 gr/grmol
 Titik didih : 62 oC
 Densitas : 0,682 g/mL
 Titik leleh : -136 oC
 Titik nyala : -15 oC
Sifat Kimia
 Sangat mudah menyala.
 Tidak larut dalam air.
 2-Metil-1-pentena mungkin bereaksi keras dengan zat pengoksidasi
kuat.
 Dapat bereaksi dengan mengurangi exothermically agen untuk
melepaskan gas hidrogen.
 Bisa bereaksi keras dengan bahan pengoksidasi
 Dengan adanya berbagai katalis (seperti asam), dapat mengalami
reaksi polimerisasi selain eksotermik.
 Dapat menghasilkan efek bius dan iritasi pada mata.

3. 2 METIL 2 PENTENA
Sifat Fisik
 Berat molekul : 84,16 gr/grmol
 Titik didih : 67,30 oC
 Titik leleh : -35 oC
 Titik Nyala : -10 oF
 Density : 689,86 kg/m3

Sifat Kimia
 Bersifat Stabil
 Sangat mudah menyala
 Tidak kompatibel dengan asam
 Dapat berfungsi sebagai oksidator.

3. DATA KUANTITATIF

a. Basis : 1 ton isoprene 99,0% purity, 85% yield.


Propylene : 1,46 ton
Kuantitas minor dari katalis tripropyl alumunium dan hydrogen bromide
b. Kapasitas Pabrik : 30-60 ton/hari
4. KLASIFIKASI PROSES

- Isomerisasi propylene dimer


- Reaksi isobutylene – formaldehyde
- Reaksi aceton – asetylene
- Reaksi metyl ethyl letone – formaldehyde
- dehydrogenasi produk dari isopentane / isopentene
Dan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah menggunakan klasifikasi
proses Isomerisasi propylen dimer.

5. REAKSI KIMIA

1.4.1 Dimerisasi
CH3
(CH3H7)Al
2 CH3CH = CH2 CH2 = C – CH2 – CH2– CH3
o
propylene 150-250 C 2-metil-1-pentena
200 atm

Reaksi Samping:

CH3
55 %
 4 CH3CH = CH2 2 CH2 = C – CH2 – CH2– CH3

40 %
 CH3CH = CH2 CH4 + CH = CH

1.4.2 Isomerisasi

CH3 CH3
katalis asam
CH2 = C – CH2 – CH2 – CH3 CH3 – C = CH – CH2– CH3
o
150-300 C 2-metil-2-penten
1.4.3 Pyrolisis

Reaksi Utama:

CH3
650 – 8000 C
CH3 – C = CH – CH2 – CH3 C5H8 + CH4
2 metil-2-pentena 97% isoprene metana

Reaksi Samping :

CH3
100 %
2 CH3 – C = CH – CH2 – CH3 (C5H8)2 + 2 CH4
2 metil-2-pentena polyisoprene metana
2. 3 Proses pembuatan isoprene

A. FLOWSHEET

Recycle Propylene

Dimerization Light Recycle


Reactor Ends 2 methyl 1 - pentene

C1 – C2 Tower

Dimer Tower
Flash Tower

C3 Tower

Stream Splitter
Isomerization
E-21

Reactor

Dowtherm
Heavy
Ends Steam

2 methyl – 2 - pentene

200
atm Light
Isoprene Ends Tubular
Purifying Column

for
Pyrolysis Furnace
Fuel
Quench Tower
C1 Tower

P-26

Flue Gas
Mixer

Tripropyl
Aluminum
Catalyst

P-30 HBr
+
E-1
E -5

P-119 Quench Fluid

Propylene
Feed Stock Purge

Polymers
b. URAIAN PROSES

Mula-mula propilen sebagai bahan baku yang mengandung


senyawa hidrokarbon C1-C2 masuk ke bagian mixer untuk dihomogenkan
bersama katalis Tripropil Aluminum dengan bantuan pelarut naphta
sebagai solven melalui proses pengadukan. Kemudian setelah homogen,
campuran tersebut dikompresi pada tekanan 200 atm bertujuan untuk
mengalirkan campuran ke dalam reaktor berpengaduk. Diamana pada
reaktor terjadi perpindahan panas secara eksoterm pada reaksi. Reaksi
yang terjadi yaitu reaksi pertama (dimerisasi) propilen berubah menjadi 2
metil-1 pentena dengan persen konversi 60-95 %. Reaksi berlangsung
pada range temperatur 150-2500C. Untuk menjaga suhu pada range
temperatur tersebut maka reaktor dilengkapi dengan jaket pendingin.
Dari reactor dialirkan secara langsung melewati Flash Tower
dimana akan terjadi pemisahan antara produk dengan katalis dan
solven(fraksi naphta jenuh). Pada bagian bawah flash tower katalis dan
solven dialirkan kembali ke dalam reaktor untuk dipakai kembali pada
reaksi dimerisasi sedangkan pada bagian atas, propilen yang tidak
bereaksi, hidrokarbon C1-C2, 2 metil-1 pentena yang terbentuk sebagai
produk akan dipisahkan dengan sistem distilasi, dimana proses pemisahan
pertama berlangsung di C1-C2 Tower. Berdasarkan perbedaan titik
didihnya senyawa hidrokarbon C1-C2 akan terpisah dengan senyawa C3
setelah dilakukan pemanasan dengan bantuan heater. Senyawa
hidrokarbon C1-C2 yang terlebih dahulu berubah menjadi fase gas karena
memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan dengan senyawa C 3
dan 2 metil 1-pentena diubah fasenya menjadi fase liquid oleh kondensor
sehingga keluaranya berupa light end. Kemudian Dilanjutkan dengan
pemisahan senyawa propilen yang tidak bereaksi dengan 2 metil-1 pentena
di C3 Tower. Kemudian dilanjutkan pemisahan 2 metil-1 pentena yang
memiliki fraksi berat dan fraksi ringan di dimer tower yang keluar menjadi
heavy ends (keluaran yang memiliki fraksi berat).
Kemudian 2 metil 1 pentena dari dimer tower di alirkan masuk
kedalam isomerization reactor,di dalam isomerization tower terjadi nya
proses isomerisasi terjadi di penampungan reactor bed yang telah berisi
katalis asam. Proses ini dengan kondisi range temperatur 150–300 oC
dengan liquid setiap jam yang berkecepatan antara 15 sampai 0,5 m3/jam.
Dimana pada proses ini telah terjadi reaksi ke 2. Hasil dari isomerization
reactor berupa 2 metil 2 pentena dan 2 metil 1 pentena yang tidak bereaksi
dialirkan kedalam stream splitter untuk dipisahkan dengan cara di
destilasi. 2 metil 2 pentena keluaran dari stream splitter di alirkan ke
Tubular Pyrolysys Furnace.
Pada tahap akhir melibatkan proses pyrolisis dari 2-metyl-2-pentena
menjadi isoprene (reaksi 3) dengan ditambahkannya flue gas. Pada proses
ini terjadi di dalam furnace Tubular Cracking dengan menambahkan katalis
HBr dan uap sebagai diluentnya dengan menjaga temperatur 650-800 oC
yang dibutuhkan untuk memaksimalkan dari reaksinya pada waktu 0,3
sampai 0,5 second . Dimana didalam kondisi ini asetylen akan memisah dari
campuran - campurannya. Selanjutnya diteruskan ke dalam quench tower,
dan terjadi pencucian uap panas dari furnace tubular cracking, uap-uap
panas disiram secara kontinyu dengan pelarut dari hasil reaksi k-3 it sendiri
yang berupa dalam fase cair untuk mengembalikan HBr untuk di recycle
kembali. Uap – uap hasil reaksi yang telah dipisahkan didalam separator di
alirkan ke dalam C1 tower. Hidrokarbon di fraksionisasi untuk memisahkan
sebagian metana (purge) dan light gas untuk bahan bakar dan
mengembalikan 2-methyl-2-pentene yang tidak bereaksi untuk di recycle
kembali . Pada C1 tower terjadi pemisahan dengan cara distilasi,
hidrokarbon yang berupa metana akan dikondensasi ke bagian
top,sedangkan isoprene akan di steam ke furifying column. Dimana di
furifying coloumn akan terjadi proses pemurnian dengan cara destilasi,
isoprene akan di kondensasi ke bagian top sebagai bahan baku produk,
sedangkan di bagian buttom terdapat polymers dengan dibantu steam untuk
mendapatkannya.
c. FUNGSI ALAT

a. Mixer : Alat pencampur propylene dengan solven


nafta beserta katalisnya trypopilaluminium.
b. Reaktor Dimerisasi : Suatu alat tempat terjadinya reaksi propylene
menjadi
2-metil-1-pentena.
c. Flash Tower : Tempat terjadinya pemisahan antara katalis dan
solven.
d. C1-C2 tower : Tempat pemisahan antara hidrokarbon C1-C2
dengan
2 metil 1-pentene dan propylene yang tidak
bereaksi.
e. C3 tower : Tempat pemisahan antara 2-metil 1-pentene
dengan
Propylene yang tidak bereaksi untuk di recycle
Kembali.
f. Dimer tower : Tempat pemisahan antara 2-metil1-pentene dengan
fase
Beratnya.
g. Reaktor Isomerisasi : Tempat terjadinya reaksi 2-metil-1pentena
menjadi
2-metil-2-pentena.
h. Stream Splitter : Tempat pemisahan antara 2-metil 1-pentene yang
tidak
Bereaksi untuk di recycle kembali.
i. Furnace Pyrolisis : Alat pembakaran yang terjadi proses pyrolisis
dari 2-metil-2-pentena menjadi isoprene.
j. Quench Tower : Kolom pencucian uap panas dari furnace pyrolisis
dengan suatu dari cairan hasil pemisahan dari
separator.
k. Separator : Tempat pemisahan antara fase gas dengan fase cair
l. C1 tower : Tempat pemisahan antara hidrokarbon dengan
isoprene.
m. Puryfying Column : Kolom tempat pemurnian dengan cara destilasi
produk isoprene.

d. KEGUNAAN PRODUK

Isoprena merupakan monomer yang memiliki sifat seperti karet alam


dan juga motif struktur umum ke berbagai besar senyawa alami lainnya,
secara kolektif dimana disebut isoprenoidnya. Melalui proses polimerisasi
isoprena membentuk karet alam yang terdiri dari 97% cis-1,4-poliisoprena.
Adapun kegunaan poliisoprena antara lain :
 Sebagai ban kendaraan pada industri otomotif
 Bahan pembungkus alat – alat dan lainya
 Pelapis alat-alat
 Bahan insulator pada keamanan listrik
2.4 . Neraca Massa

Basis : 1 ton produk isoprene (99% purity, 85% yield)

Tmol produk = 0,99 ton/68,11 ton/mol

Bahan Baku :

Propylene : 1,46 ton

Mol propylene = 1,46/42 ton/mol = 0,0145 tmol

Reaksi 1 :
CH3
(CH3H7)Al
2 CH3CH = CH2 CH2 = C – CH2 – CH2– CH3

Mula-mula: 0,0348 -

Bereaksi: 0,0348 0,0174

Sisa : - 0,0174

Reaksi 2 :
CH3 CH3
katalis asam
CH2 = C – CH2 – CH2 – CH3 CH3 – C = CH – CH2– CH3

Mula”: 0,0174 -

Bereaksi: 0,0145 0,0145

Sisa : 0,0029 0,0145


Reaksi 3 :

CH3

CH3 – C = CH – CH2 – CH3 C5H8 + CH4

Mula”: 0,0145 - -

Bereaksi: 0,0145 0,0145 0,0145

Sisa : 0,0000 0,0145 0,0145

Tabel neraca massa total

Komponen Input Output

Ton mol Ton Ton mol Ton

Propylene 0,0348 1,46 - -

2-m-1-p - - 0,0029 0,2436

2-m-2-p - - - -

Isoprene - - 0,0145 0,99

CH4 - - 0,0145 0,232

Total 0,0348 1,46 0,0319 1,4656


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Isoprene adalah nama umum ( nama trivial ) dari 2-metilbuta-1,3-diena.


Senyawa ini biasa digunakan dalam industri, penyusun berbagai senyawa biologi
penting, serta dapat berbahaya bagi lingkungan dan beracun bagi manusia bila
terpapar secara berlebihan.
Dalam suhu ruang isoprene berwujud cairan bening yang sangat mudah
terbakar dan terpantik. Bila tercampur dengan udara sangat mudah meledak dan
sangat reaktif bila dipanaskan.
Pembuatan isoprene dapat diklasifikasikan pada proses:
- Isomerisasi propylene dimer
- Reaksi isobutylene – formaldehyde
- Reaksi aceton – asetylene
- Reaksi metyl ethyl letone – formaldehyde
- dehydrogenasi produk dari isopentane / isopentene

3.2 Saran
Karena dalam mempelajari kimia termasuk senyawa C3 masih banyak
yang belum kita pahami, oleh karena itu kita harus terus mempelajari tentang
kimia lebih jauh lagi terutama dalam materi senyawa C3.
DAFTAR PUSTAKA

 Charles E. Dryden. 1963. Outline of Chemical Technology 2nd Edition.


 http://en.wikipedia.org/wiki/Isoprene
 http://www.pom.go.id/katker/doc/Isoprene.htm
 http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB529395
5.htm
 http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB985426
0.htm
 http://www.scribd.com/doc/54983895/Propylene
 http://www.scribd.com/rifky_iqi/d/67565625-kimia

Anda mungkin juga menyukai