Anda di halaman 1dari 19

BAHASA INDONESIA

PENGEMBANGAN PARAGRAF

Dosen Pengampu:

Hj. Nurhaedah, S.Pd., M.Hum.

Disusun Oleh:

Kelompok 14

Arnianti (210407502044)

Sitti Aulia Sijaya (210407502043)

Kelas M21.3

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat, inayah, taufik serta hinayahnya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “pengembangan paragraf”.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, yang selalu memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis
merasa tenang dan selalu diberikan kemampuan berfikir dalam menyelesaikan
makalah ini.

2. Kedua orang tua.

3. Hj. Nurhaedah,S.Pd.,M.Hum. sebagai dosen mata kuliah Bahasa Indonesia

4. Para sahabat dan teman-teman yang selalu memberikan motivasi baik dalam
perkuliahan maupun dalam pergaulan sehingga bermanfaat dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari


sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya
dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami
untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Makassar, 30 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
A. Pembentukan Paragraf................................................................. 3
B. Pola Pengembangan Paragraf...................................................... 6
C. Tata Penulisan Paragraf yang Baik.............................................. 10

BAB III PENUTUP........................................................................................ 15


A. Kesimpulan.................................................................................. 15
B. Saran............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah


mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan
perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri
sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain yang membentuk paragraf,
paragraf merupakan salinan kecil sebuah karangan yang membangun satuan
pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangan.

Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan
hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa
kalimat menjadi paragraf, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan.
Kesatuan mencakup seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu
gagasan.Kepaduan mencakup seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling
berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.

Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya


terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang memungkinkan.Namun,dalam
pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai penilaian seperti
lingkungan yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam
itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk
mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan
tentang sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab
formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa
kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang untuk
mewujudkan sebuah karangan.

Kalimat - kalimat yang telah dibuat dan disusun secara efektif perlu
dihimpun dan dipadukan satu sama lain dengan membentuk satuan yang lebih
besar, yaitu paragraf. Dalam upaya pembentukan tersebut, penulis perlu

1
memperhatikan adanya kepaduan antarkalimat sebagai unsur pembentuknya.
Melalui paragraf yang telah dibentuk, seorang penulis dapat menyusun dan
mengembangkan isi pikirannya secara bertahap dan sesuai dengan maksud penulis
mudah diterima dan diterima oleh pembaca.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pembentukan paragraf ?

2. Bagaimana pola pengembangan paragraf ?

3. Bagaimana tata penulisan paragraf yang baik ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pembentukan paragraf.

2. Untuk mengetahui pola pengembangan paragraf.

3. Untuk mengetahui tata penulisan paragraf yang baik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembentukan Paragraf

Paragraf (alinea) adalah serangkaian kalimat yang saling bertalian untuk


membentuk sebuah gagasan (ide). Dalam hierarki kebahasaan, paragraf
merupakan satuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Paragraf berguna
untuk menandai pembukaan topik baru, memisahkan gagasan pokok yang satu
dengan yang lainnya. Dengan demikian, paragraf memudahkan pembaca
memahami isinya secara utuh.

Pembentukan paragraf merupakan salah satu syarat utama dalam karang-


mengarang dan tulis-menulis. Kemampuan untuk membentuk dan menyusun
pikiran dalam paragraf adalah suatu kemampuan tersendiri karena harus dipelajari
dan dilatih.

Paragraf yang efektif harus memenuhi lima syarat, yaitu:

1. Kesatuan

Kesatuan paragraf berarti hanya ada satu gagasan pokok atau satu topik
yang didiskusikan di dalam paragraf. Kalimat-kalimat di dalam paragraf
harus bertalian (relevan) dengan gagasan pokok di dalam kalimat topik. Tidak
ada gagasan yang saling bertentangan. Untuk menjaga agar kalimat yang
ditulis tidak menyimpang dari gagasan pokok, cobalah terus bertanya
kebertalian gagasan antara kalimat yang ditulis dan gagasan pokok yang
hendak disampaikan kepada pembaca.

Contoh :

Kebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan kreativitas


baru.Dengan kebebasan ini, para guru dapat leluasa mengajar siswanya sesuai
dengan basis kompetensi siswa dan lingkungannya.Kondisi kebebasan
tersebut menjadikan pembelajaran berlangsung secara alami, penuh gairah,

3
dan siswa termotivasi untuk berkembang. Siswa belajar dalam suasana
gembira, aktif, kreatif dan produktif. Dampak kebebasan ini, setiap saat siswa
dapat melakukan berbagai eksperimen dengan menyinergikan bahan ajar di
sekolah dan lingkungannya.

2. Kesinambungan (Koherensi)

Kesinambungan paragraf dapat dicapai dengan kalimat-kalimat yang


berhubungan secara logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf
menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf. Hubungan kalimat
tersebut menghasilkan paragraf menjadi satu padu, utuh, dan kompak.
Kepaduan ini dapat dibangun melalui repetisi (pengulangan) kata kunci atau
sinonim, kata ganti, kata transisi dan bentuk paralel.

Contoh :

Kesinambungan dengan repetisi: air, air tanah, dan air sumur.

Jumlah penduduk Indonesia yang banyak menyebabkan kebutuhan hidup.


meningkat, termasuk air. Air dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari.
Namun, pada kenyataannya, air yang bersih mulai langka diperoleh karena
pencemaran yang makin meningkat. Tahukah Anda bahwa ada alternatif lain
untuk mendapatkan air bersih, yaitu air tanah dan air sumur. Akan tetapi,
kedua jenis air itu tidak sebersih air keran dan kualitasnya tidak terjamin
sehingga dibutuhkan alat penyaring dengan biaya yang cukup mahal untuk
mengolah air tanah dan air sumur agar layak dikonsumsi.

3. Kelengkapan

Gagasan pokok atau kalimat topik dikembangkan dengan kalima- kalimat


penjelas, yang dikembangkan atau diperluas hanya dengan pengulangan-
pengulangan gagasan pokok dari kalimat sebelumnya. Karena itu, penulis
hendaknya menyampaikan informasi secara memadai dan lengkap agar
pembaca betul-betul memahami gagasan pokok yang hendak disampaikan
penulis di dalam paragraf. Perhatikan contoh paragraf yang tidak
dikembangkan berikut ini.

4
Instagram merupakan media sosial yang digunakan banyak orang untuk
me-mosting foto-foto kesukaannya dalam jangka waktu singkat. Mereka
dapat memamerkan foto bergaya apa pun dan mengubahnya sesuka hati.
Mereka bangga apabila foto fotonya dapat dinikmati orang lain.

4. Keberurutan

Keberurutan berkaitan dengan pola penulisan yang dipilih peoulis untuk


menyampaikan informasi di dalam paragraf agar tidak terkesan terpotong-
potong atau melompat-lompat. Pola yang umum digunakan adalah (a) urutan
waktu, (b) urutan tempat, (c) urutan umum ke khusus (d) urutan khusus ke
umum, (e) pertanyaan ke jawaban, (f) akibat ke sebab atau sebab ke akibat
(Alwi. 2001).

Berikut contoh paragraf yang menggunakan pola urutan waktu.

Tepat pukul 07.00 Kartika berangkat menuju halte di dekat rumahnya. la


sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mengikuti tes wawancara
kerjad perusahaan besar di wilayah Ketapang, Jakarta Barat. Di dalam bus,
sebentar-sebentar ia melirik jam di tangannya. Kegelisahan mulal mendera
dirinya, apal setelah jam menunjukkan pukul 09.00. Pukul 09.30, ia baru
sampai di tujuan. Dengan bergegas, ia menuju ruang tunggu wawancara di
lantai tiga. Sesampainya di sana, ia bersyukur melihat dua pelamar lainnya
masih menunggu di ruang direksi. Termyata wawancara belum dimulai.

5. Konsistensi Sudut Pandang

Cara penulis menempatkan diri di dalam tulisan disebut sudut pandang.


Sudut pandang perlu lebih awal ditetapkan oleh penulis sebelum menulis.
Penulis harus konsisten dalam menggunakan sudut pandang itu, tidak boleh
berganti-ganti (Widjono, 2005). Penulis dapat mengacu diri sendiri dengan
sebutan penulis (ini), saya, kami, atau tidak menyebutkan acuan diri sama
sekali. Berikut paragraf yang menggunakan sudut pandang penulis.

Penulis membatasi kajian ini sebatas konsep kebahasaan dalam penulisan


ilmiah bagi mahasiswa di perguruan tinggi. Untuk memudahkan pemahaman

5
konsep dan aplikasinya, penulis mengidentifikasi konsep-konsep tersebut
dengan definisi dan pengertian. Untuk memudahkan aplikasinya, penulis
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan teorinya.

B. Pola Pengembangan Paragraf

Pengembangan paragraf berkaitan erat dengan (a) kemampuan merincikan


secara maksimal gagasan utama paragraf ke dalam gagasan bawahan dan (b)
kemampuan mengurutkan gagasan bawahan ke dalam suatu urutan teratur. Dalam
merincikan gagasan utama dan mengurutkan gagasan bawahan, yang pe ditempuh
ada tiga langkah. Langkah-langkah itu adalah (1) memikirkan ide pokok yang
akan ditulis, (2) memikirkan informasi yang logis dikemukakan agar pembaca
dapat memahami ide pokok penulis, dan (3) memikirkan tentang cara
menyampaikan informasi.

Ada tiga strategi dalam mengurutkan isi/informasi dalam paragraf.


Pertama, urutan alamiah, yaitu pengurutan informasi berdasarkan ruang atau
berdasarkan kronologi. Kedua, urutan logis. Ketiga, urutan psikologis, yaitu
mengurutkan gagasan/informasi dengan sangat berpihak pada psikologi pembaca
atau menyenangkan pembaca. Di antara ketiga cara di atas, paragraf dalam
karangan ilmiah lebih banyak dikembangkan dengan cara urutan logis.

Ada beberapa pola yang dapat dipakai untuk mengembangkan paragraf,


yaitu klimaks dan antiklimaks, sudut pandangan, perbandingan-pertentangan,
analogi, contoh, proses, sebab-akibat, umum-khusus, klasifikasi, dan definisi luas.

1. Klimaks dan Antiklimaks

Paragraf yang menggunakan dasar klimaks, ide pokoknya dirinci


menjadi beberapa gagasan bawahan. Gagasan-gagasan bawahan itu
disusun sedemikian rupa dengan cara menempatkan gagasan yang
dianggap kurang tinggi kepentingannya pada bagian awal, gagasan
berikutnya yang lebih tinggi kepentingannya, dan diakhiri dengan gagasan
yang paling tinggi kepentingannya. Variasi dari klimaks ialah anti
klimaks, gagasan yang dianggap paling tinggi kepentingannya

6
ditempatkan bagian awal, diikuti gagasan lebih rendah kepentingannya,
dan diakhiri dengan gagasan paling rendah kepentingannya.

2. Sudut Pandang

Paragraf yang menggunakan pengembangan sudut pandang, uraian


ide yang dikemukakan didasarkan pada penglihatan atas sesuatu barang
dari posisi tertentu. Dari posisi itu kemudian secara perlahan-lahan dan
berurutan digambarkan barang demi barang yang terdapat dalam ruangan
itu. Urutan tersebut dimulai dari yang paling dekat dengan posisinya lalu
berangsur-angsur ke belakang. Pengembangan paragraf tersebut disebut
juga urutan ruangan.

3. Perbandingan-Pertentangan
Paragraf yang menggunakan pengembangan perbandingan,
gagasan yang dikemukakan bertolak dari segi-segi tertentu yang
menunjukkan kesamaan-kesamaan dari dua hal atau lebih. Sebaliknya,
apabila paragraf mengung kapkan gagasan berto lak dari segi-segi tertentu
yang menunjukkan perbedaan-perbedaan dari dua hal atau lebih disebut
pengembangan pertentangan.

4. Analogi

Paragraf menggunakan pengembangan analogi hampir sama


dengan paragraf menggunakan pengembangan perbandingan.
Perbandingan menunjukkan adanya kesamaan-kesamaan hal yang
berlainan kelas, sedangkan pengembangan paragraf dengan analogi
biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang kurang dikenal
oleh umum dengan sesuatu yang telah dikenal oleh umum.

5. Contoh

Paragraf yang menggunakan pengembangan dengan contoh, ide


pokok yang diungkapkan dalam paragraf dijelaskan dengan gagasan
bawahan yang berupa contoh. Contoh itu berfungsi untuk memperjelas
maksud ide pokok yang telah diungkapkan. Contoh yang dipakai untuk

7
memperjelas tersebut bisa hanya satu atau lebih, disesuaikan dengan
kejelasan yang dimaksudkan.

6. Proses

Paragraf yang menggunakan pengembangan proses, gagasan yang


akan diungkapkan merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan
atauperbuatan-perbuatan untuk menghasilkan sesuatu. Ada tiga hal yang
perlu diperhatikan dalam pengembangan paragraf proses, yaitu (1) harus
diketahui perincian-perincian ide secara menyeluruh, (2) proses yang
dimaksudkan dibagi atas tahap-tahap kejadian, dan (3) menjelaskan tiap
tahap dalam detail yang cukup tegas sehingga pembaca dapat melihat
seluruh proses yang telah diungkapkan.

7. Sebab-Akibat

Pengembangan yang dimulai dengan mengemukakan fakta khusus


yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang menjadi akibat.
Penalaran ini digunakan untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat
yang ditimbulkannya atau sebaliknya. Artinya, hubungan kejadian dan
penyebabnyaharus terungkap jelas dan informasinya sesuai dengan jalan
pikiran manusia.

8. Umum-Khusus

Paragraf dapat dikembangkan dengan cara menempatkan ide


pokok pada awal paragraf, sedangkan rincian ide penjelasnya terdapat
dalam kalimat-kalimat berikutnya. Paragraf seperti itu bersifat deduktif
(umum-khusus). Sebaliknya, rincian-rincian penjelas bisa diungkapkan
lebih dulu lalu diakhiri dengan generalisasinya. Paragraf demikian bersifat
induktif (khusus-umum). Sebuah variasi dari kedua pengembangan
tersebut, pada awal paragraf terdapat ide pokok, tetapi pada akhir paragraf
ide pokok tersebut diulang lagi.

9. Klasifikasi

Klasifikasi ialah pengelompokan hal-hal yang dianggap

8
mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. Dalam klasifikasi ada dua hal
yang perlu diperhatikan, yaitu (1) mempersatukan satuan-satuan ke dalam
suatu kelompok dan (2) memisahkan kesatuan-kesatuan tersebut dari
kelompok yang lain. Dengan demikian, paragraf yang dapat
dikembangkan dengan cara klasifikasi apabila gagasan-gagasan yang akan
diungkapkan dalam paragraf tersebut dapat dikelompok-kelompokkan
berdasarkan kesamaan kesamaan tertentu.

10. Definisi Luas

Paragraf menggunakan pengembangan definisi luas bila gagasan


yang akan diungkapkan merupakan suatu istilah. Agar istilah itu dapat
dipahami oleh pembaca, istilah tersebut didefinisikan. Definisi yang
digunakan biasanya merupakan definisi luas, bukan hanya definisi formal
biasa, definisi yang hanya menerangkan etimologi kata, atau definisi yang
menerangkan sinonimmya saja.

Pengembangan paragraf yang lain berdasarkan penempatan isinya ialah:

1. Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau


kejadian. Dalam karangan atau paragraf narasi terdapat alur cerita, tokoh,
setting, dan konflik. Paragraf narasi tidak memiliki kalimat utama.

2. Paragraf deskripsi adalah salah satu jenis karangan yang melukiskan suatu
objek sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat
melihat, mendengar, merasakan, mencium secara imajinatif apa yang
dilihat, didengar, dirasakan dan dicium oleh penulis tentang objek yang
dimaksud.

3. Paragraf eksposisi adalah paragraf yang berisi uraian atau penjelasan


tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan
tambahan bagi pembaca.

4. Paragraf argumentasi adalah paragraf atau karangan yang membuktikan


kebenaran tentang sesuatu. Pada akhir paragraf atau karangan, perlu

9
disajikan kesimpulan. Kesimpulan ini yang membedakan argumentasi dari
eksposisi.

5. Paragraf persuasi adalah paragraf yang bertujuan mempengaruhi pembaca


untuk berbuat sesuatu.

C. Tata Penulisan Paragraf yang Baik

Dalam penulisan bahan ajar, paragraf dapat dikategorikan sebagai


paragraph yang baik jika memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria yang dimaksud
adalah sebagai berikut.
1. Adanya Satu Kesatuan Gagasan
Sebagai satu kesatuan gagasan, sebuah paragraf yang baik
hendaknya mengandung satu gagasan utama. Artinya, dalam paragraf
mungkin terdapat beberapa gagasan tambahan, tetapi gagasan-gagasan itu
harus terfokus pada satu gagasan utama sebagai pengendali. Jika prinsip
ini dipenuhi, paragraf itu telah memenuhi ciri kesatuan. Kesatuan dalam
sebuah paragraf hanya akan terbentuk apabila informasi-informasi dalam
paragraf itu tetap dikendalikan oleh gagasan utama. Agar hal itu dapat
dicapai, penulis harus senantiasa mengevaluasi apakah kalimat-kalimat
yang ditulisnya itu erat hubungannya dengan gagasan utama. Jika ternyata
tidak erat hubungannya, kalimat-kalimat itu harus dihilangkan atau
disajikan secara khusus, misalnya menjadi sisipan dalam kalimat lain.
Perhatikan paragraf berikut.
“Permasalahan birokrasi Indonesia memang sangat berat dan
lamban, sehingga menjadi tidak efektif dan efisien dalam melayani dan
mengakomodasi kepentingan rakyat. Birokrasi Indonesia tidak bisa
memobilisasi gerakan transformasi pembangunan masyarakat secara cepat,
untuk kemandirian negara. Hal ini merupakan akibat dari sistem birokrasi
yang panjang dan besar, sehingga dalam pelaksanaannya memakan biaya
tinggi. Dengan begitu kecenderungan birokrasi Indonesia hanya melayani
diri sendiri dan mengabaikan tugas utama, yaitu pelayanan masyarakat.
Nampaknya birokrasi Indonesia hanya menumpukan tenaga improduktif

10
dan menjadi beban bagi negara, tanpa memiliki produktivitas yang
menguntungkan negara.”
Dalam paragraf tersebut dikemukakan tentang satu gagasan pokok
yaitu permasalahan birokrasi Indonesia memang sangat berat dan lamban,
sehningga menjadi tidak efektif dan efisien dalam melayani dan
mengakomodasi kepentingan rakyat. Gagasan pokok ini dijelaskan dengan
beberapa gagasan penunjang berikut ini :
a. Birokrasi Indonesia tidak bisa memobilisasi gerakan transformasi
pembangunan masyarakat secara cepat, untuk kemandirian negara.
b. Hal ini merupakan akibat dari sistem birokrasi yang panjang dan
besar, sehingga dalam pelaksanaannya memakan biaya tinggi.
c. Dengan begitu kecenderungan birokrasi Indonesia hanya melayani
diri sendiri dan mengabaikan tugas utama, yaitu pelayanan
masyarakat.

d. Nampaknya birokrasi Indonesia hanya menumpukan tenaga


improduktif dan menjadi beban bagi negara, tanpa memiliki
produktivitas yang menguntungkan negara.

2. Adanya Kepaduan Hubungan Antarkalimat


Paragraf dapat dikatakan baik tidak saja karena gagasan utamanya
tunggal, tetapi juga kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf itu terjalin
secara logis dan gramatikal. Dengan demikian, kalimat-kalimat di dalam
sebuah paragraf itu terpadu berkaitan satu sama lain untuk mendukung
gagasan utama. Dengan kaitan seperti itu, pembaca akan dapat mengikuti
maksud penulis setapak demi setapak dengan perpindahan dari satu
kalimat ke kalimat berikutnya secara enak tanpa ada lompatan-lompatan
pikiran. Boleh jadi sebuah paragraf sudah memenuhi syarat kesatuan,
tetapi belum dapat disebut sebagai suatu paragraf yang baik apabila belum
memenuhi syarat kepaduan ini.
Untuk membangun kepaduan paragraf dapat digunakan kata kunci
dan sinonim, pronomina, kata transisi, dan struktur yang paralel.

11
a. Kata Kunci dan Sinonim
Kepaduan paragraf dapat dibangun dengan tidak
mengulang kata atau ungkapan yang sama setiap kali diperlukan.
Kata atau ungkapan yang sama itu sesekali dapat disebut kembali
dengan menggunakan kata kuncinya atau dengan menggunakan
kata lain yang bersinonim dengan kata atau ungkapan itu. Virus
HIV, misalnya, sesekali dapat disebut virus itu, virus penyebab
AIDS, virus yang mematikan, atau virus yang sulit ditaklukkan.
Oleh beberapa ahli cara itu disebut penyulihan.
b. Pronomina
Membangun kepaduan juga dapat ditempuh dengan
menggunakan pronomina untuk menyebut nomina atau frasa
nominal yang telah disebutkan lebih dahulu. Yang dilakukan
sebenarnya adalah mengacu pada nomina atau frasa nomina itu
dengan pronominanya. Frasa pengusaha-pengusaha yang sukses
selain sesekali dapat disebut dengan pengusaha-pengusaha itu,
dapat pula disebut mereka, misalnya. Cara seperti ini juga disebut
pengacuan.
c. Kata Transisi
Kata transisi adalah konjungtor atau perangkai, baik yang
digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur dalam sebuat
kalimat maupun untuk menghubungkan kalimat-kalimat dalam
sebuah paragraf. Melalui penggunaan kata-kata ini, hubungan
antara satu gagasan dan gagasan yang lain dalam sebuah paragraf
dapat dinyatakan secara tegas. Kalimat-kalimatnya mungkin sama,
tetapi kata transisi tertentu dan susunan tertentu akan mengubah
informasi atau gagasan yang ditampilkan.
d. Struktur yang Paralel
Keparalelan struktur kalimat dapat pula membangun ciri
kepaduan kalimat-kalimat di dalam sebuah paragraf. Banyak cara
yang dapat digunakan untuk membangun keparalelan struktur ini,

12
antara lain menggunakan bentuk kata kerja yang sama atau
menggunakan majas repetisi.
3. Adanya ketuntasan Informasi
Paragraf yang baik adalah paragraf yang tuntas. Artinya, di dalam
paragraf itu telah tercakup semua yang diperlukan untuk mendukung
gagasan utama. Ini berarti pula bahwa paragraf yang baik harus telah
dikembangkan sedemikian rupa sehingga pembaca tidak bertanya-tanya
tentang maksud penulis dalam paragraf itu.
Seberapa jauh ketuntasan pengembangan paragraf itu? Sayang
tidak ada rumusan yang jelas mengenai hal itu. Bisa jadi sebuah paragraf
amat panjang, tetapi belum tuntas. Bisa jadi pula paragraf itu cukup
pendek, tetapi sudah tuntas. Yang penting adalah bahwa setelah membaca
paragraf itu, pembaca mendapat informasi yang lengkap tentang isi
paragraf itu. Ingatlah bahwa yang penting di dalam paragraf adalah adanya
gagasan utama yang biasanya dinyatakan dalam kalimat topik.
4. Adanya Konsistensi Sudut Pandang
Dalam karang mengarang, konsistensi sudut pandang itu sangat
penting artinya. Seorang penulis harus menentukan lebih dahulu sudut
pandangnya terhadap calom pembaca agar ia dapat memilih gaya
penulisan yang tepat. Paragraf yang baik hendaknya mempertahankan
sudut pandang penulis dalam membahas permasalahan yang
diutarakannya. Jika sudah dipastikan bahwa pembaca tidak dilibatkan
secara eksplisit sebagai mitra tutur, pilihan itu harus dipertahankan sampai
akhir karangan. Demikian pula sebaliknya.
5. Adanya keruntutan Penyajian
Urutan penyajian informasi dalam paragraf yang baik mengikuti
tata urutan tertentu. Ada beberapa model urutan penyajian informasi dalam
paragraf dan tiap-tiap model mempunyai kelebihan masing-masing.
Model-model urutan itu adalah urutan waktu, urutan tempat, urutan
umum-khusus, urutan khusus-umum, urutan pertanyaan-jawaban, dan
urutan sebab-akibat. Setiap model urutan akan dibicarakan secara rinci

13
dalam bagian yang membicarakan jenis-jenis dan pengembangan paragraf.
Untuk menjelaskan prinsip keruntutan ini, pada bagian ini dicontohkan
dua macam keruntutan saja, yaitu keruntutan atas urutan tempat dan
keruntutan atas urutan waktu.
Yang disebut prinsip keruntutan pada dasarnya adalah menyajikan
informasi secara urut, tidak melompat-lompat sehingga pembaca mudah
mengikuti jalan pikiran penulis. Untuk paragraf itu yang menggunakan
model urutan tempat, misalnya, hendaklah informasi tentang objek itu
disajikan secara horizontal, seolah-olah pandangan mata penulis bergerak
dari arah kiri ke kanan, atau sebaliknya atau bisa juga secara vertikal dari
bawah keatas atau sebaliknya. Yang penting adalah bahwa informasi
disajikan secara berurut berdasarkan dimensi ruang.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Paragraf berpotensi terdiri atas beberapa kalimat yang secara visual


ditandai dengan indensi. Pembentukan paragraph yang baik dan efektif harus
memenuhi persyaratan kesatuan, kepaduan dan kelengkapan. Untuk itu diperlukan
pengembangan paragraph yang baik. Kerangka struktur paragraph
dikembangangkan berdasarkan peletakan kalimat utama dan kalimat-kalimat
penjelas. Pengembangan paragraph berdasarkan tekniknya dapat dikelmpokkan
menjadi alamiah dan logis. Pengembangan paragraph berdasarkan isinya, antara
lain dapat dilakukan dengan perbandingan. Contoh, sebab akibat dan klasifikasi.

B. Saran

Agar sebuah paragraf dapat tersusun dengan baik dan sesuai dengan EYD
diperlukan sebuah ketelitian dan pengelolaan kata yang tepat. Menyusun sebuah
paragraf harus seefektif mungkin dan dapat menyampaikan ide pokoksecara jelas
sehingga mudah dipahami.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dan S.A. Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia.


Jakarta: Akademi Pressindo

Wijayanti, Sri Hapsari, dkk. 2021. Bahasa Indonesia: Penulisan dan


Penyajian Karya Ilmiah. Depok: Rajawali Pers

16

Anda mungkin juga menyukai