Disusun oleh :
Kelompok 6
1. Muhamad Dudi : 742003.S.21017
2. Wulan : 742003.S.21039
3. Kireina Novelia Ramadhan : 742003.S.21045
4. Venia Agustin : 742003.S.21043
5. Zulfah Hamidah : 742003.S.21041
6. Siti Halimah Nur Fadillah : 742003.S.21044
7. Yulia Sri Ayu : 742003.S.21040
8. Shelvi Bellen : 742003.S.21045
Alhamdulillah Robbil Alamin. Segala Puji Bagi Allah Tuhan Semesta Alam.
Atas segala karunia dan nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya.Makalah yang berjudul “Paragraf dan Wacana” disusun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai paragraf dan wacana.Dimana
didalamnya dibahas mulai dari definisi, syarat, unsur, jenis, dan contoh. Dalam
penyusunannya kami mengutip dari berbagai sumber, mulai dari buku hingga artikel
di internet.
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.Untuk
itu kami ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan
makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi.Oleh
karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.
Besar harapan kami makalah ini menjadi sarana pembaca dalam memahami
materi mengenai paragraf dan wacana.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
A. Paragraf............................................................................................. 2
B. Wacana.............................................................................................. 2
BAB III KESIMPULAN................................................................................... 13
A. Penutup.............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan suatu hal yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan
sehari-hari.Bahasa selalu berkaitan dengan setiap aktifitas kita.Bahasa juga bisa
menjadi alat berkomunikasi dengan seseorang dan Bahasa merupakan suatu
identitas atau ciri khas suatu negara, yang mana Bahasa juga sebagai alat untuk
menyampaikan informasi melalui berbagai media manapun.
Bahasa juga mengandung sebuah kalimat,paragraf ,dan wacana ,semua itu
saling memiliki hubungan yang berkesinambungan dan selalu berhubungan,dan
wacana selalu di dalam paragraf. Paragraf dan wacana juga termasuk kata dalam
karya ilmiah/diksi, Wacana yang merupakan gramatikal terbesar mempunyai
peran untuk menyampaikan maksud secara rinci dan jelas kepada pembaca.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari paragraf ?
2. Apa saja syarat-syarat paragraf ?
3. Apa saja jenis-jenis dari wacana?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui definisi dari paragraf
2. Untuk mengetahui syarat-syarat dari paragraf
3. Untuk mengetahui jenis-jenis wacana
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paragraf
Paragraf adalah kelompok kalimat yang berkaitan satu sama lain dan
secara bersama sama menjelaskan suatu gagasan yang menjiwai seluruh
karangan. Pikiran tersebut dinamakan dengan pikiran utama.
Syarat Paragraf
Kesatuan (Unity)
Yang dimaksud kesatuan adalah paragraf harus dibangun dengan satu
pikiran yang jelas.Satu pikiran tersebut di uraikan ke dalam bentuk pikiran
pokok dan beberapa pikiran penjelas.Hubungan antara pikiran yang satu
dengan pikiran lainnya menandakan bahwa paragraf telah memiliki kesatuan.
Kepaduan (Koherensi)
Kapeduan dapat diwujudkan dari hubungan kompak antar kalimat
pembentuk paragraf.Kepaduan yang baik terjadi apabila hubungan timbal
balik antar kalimat wajar dan mudah untuk dipahami.Ada beberapa cara agar
paragraf memiliki kepaduan yang kompak, yaitu dengan menggunakan kata
ganti, kata penghubung, serta perincian dan urutan pikiran.
Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap apabila berisi kalimat-kalimat penjelas
yang cukup untuk menunjang kalimat pokok.
Unsur-unsur Paragraf
Topik / gagasan utama
Topik atau gagasan utama adalah unsur yang paling penting karena unsur
inilah yang menjadi jiwa atau isi dari keseluruhan paragraf. Unsur – unsur ini
2
biasanya berupa masalah atau gagasan pengarang yang ingin disampaikan
kepada para pembacanya.
Unsur ini juga yang menjadi pembahasan di dalam sebuah paragraf.Jadi,
kika ingin mengerti tentang isi keseluruhan paragraf tersebut, temukanlah
gagasan utamanya.Oleh karena itu, sebelum menulis sebuah paragaraf
tentukan terlebih dahulu topik atau gagasan utamanya.
Kalimat utama
Unsur pembangun paragraf yang kedua adalah kalimat utama.Kalimat ini
adalah kalimat yang mengandung gagasan utama yang diletakan secara
tersirat.kalimat utama merupakan sebuah kalimat yang bersifat umum. Hal ini
dikarenakan agar bisa dikembangkan kemabali dengan kalimat – kalimat
penjelas.
Setiap paragraf memiliki satu atau dua kalimat utama. Letaknya pun
berbeda – beda, ada yang diletakan di awal paragraf, akhir paragraf, tengah
paragraf, dan awal dan akhir paragraf.
Kalimat pendukung
Kalimat pendukung adalah kalimat yang mengandung gagasan – gagasan
penjelas. Kalimat ini berfungsi untuk menguatkan atau mendukung gagasan
utama yang ada pada kalimat utama dengan cara memberikan data berupa
fakta, contoh, opini, dan lain – lain.
Kalimat – kalimat ini harus saling terhubung secara koherence atau padu,
sehingga tercipta sebuah paragaraf yang baik dengan satu kesatuan ide.
Transisi
Agar menjadi sebuah paragraf yang padu, kalimat – kalimat di dalam
paragraf disusun dengan menggunakan transisi atau konjungsi.Ada dua
macam konjungsi yang biasa digunakan, yaitu konjungsi antar kalimat dan
konjungsi intra kalimat.
3
Konjungsi intra kalimat adalah kata sambung yang menghubungkan antara
induk kalimat dan anak kalimat. Contohnya adalah “dan”, “tetapi”, “karena”,
“agar”, dan lain – lain.
Konjungsi antar kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan antara
kalimat – kalimat yang ada di dalam paragraf. Contohnya adalah “Lagi pula”,
“Oleh karena itu”, “Terlebih lagi”, “Namun”, “Disamping itu”, dan lain – lain.
Penegas
Unsur yang terakhir adalah penegas.Unsur ini tidak terlalu penting di
dalam sebuah pargraf karena tidak semua paragraf memiliki penegas. Fungsi
dari penegas ini adalah untuk menambah daya tarik sebuah paragraf ,
menghindari kebosanan saat membacanya, dan sebagai penegas atau
pengulang gagasan utama.
4
yang informatif, artinya dapat memberi informasi kepada pembaca.Biasanya
paragraf ini memiliki rincian data yang jelas untuk mendukung informasi
yang disampaikan.
Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau
peristiwa yang di dalamnya terdapat subjek pelaku waktu kejadian serta alur
cerita.Ciri-ciri dari paragraf ini yaitu, dirangkai dalam urutan waktu baik
berupa alur maju atau alur mundur.Berisi tentang peristiwa yang meceritakan
perbuatan atau tindakan.Memiliki unsur-unsur cerita seperti tokoh, latar,
konflik dan sudut pandang pengarang. Pada paragraf ini, ciri yang paling
muda ditandai yaitu terdapat cukup banyak kalimat langsung. Serta
penulisannya memiliki gaya yang kreatif dan berestetika sehingga dapat
membuat bacaannya semakin menarik.
Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengutarakan suatu pendapat
atau ide yang memiliki alasan yang mendukung.Ciri-cirinya yaitu Kalimat
utama berupa suatu pendapat atau gagasan yang disampaikan oleh
penulis.Pendapat yang disampaikan biasanya berupa suatu hal yang menarik
pembacanya dan menciptakan kontroversi di dalam masyarakat.
Disertai dengan kalimat-kalimat penjelas berupa alasan yang kuat dan
didukung oleh fakta, contoh, data statistic, grafik untuk lebih meyakinkan
pembacanya.Dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang logis dan
berlandaskan gagasan utama yang disampaikan di awal kalimat.
Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang berisi ajakan yang memiliki tujuan
supaya pembaca melakukan tindakan.Paragraf persuasi memiliki alasan-
alasan yang kuat disertai dengan data dan fakta.Paragraf ini berusaha
meyakinkan pembacanya untuk melakukan atau mempercayai yang ditulis
oleh penulis. Paragraf persuasi banyak menggunakan kata-kata ajakan seperti
5
ayo, mari dan sebagainya. Biasanya mengutamakan kesepakatan pendapat dan
menghindari konflik agar kepercayaan pembacanya tidak hilang.
B. Pengertian Wacana
Wacana adalah rentetan kalimat yang saling berkaitan dan
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi lainnya di dalam kesatuan
makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa.
Syarat :
-Topik
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan
tersebut akan diurai, membentuk serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk
pada satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang dimaksud memberikan
suatu tujuan.
-Kohesi
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk secara struktural
membentuk ikatan sintaktikal.Konsep kohesif sebenarnya mengacu kepada
hubungan bentuk.Artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan
untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh.Hanya
dengan hubungan kohesif seperti itulah suatu unsur dalam wacana dapat di
interpretasikan, sesuai dengan ketergantungannya dengan unsur-unsur lainnya.
-Koherensi
Koherensi merupakan keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian
yang lainnya sehingga kalimat tersebut mempunyai kesatuan makna yang utuh.
-Proporsional
Prosorsional yang dimaksud ialah keseimbangan dalam makna yang ingin
dijabarkan dalam wacana, atau makna yang terdapat dalam wacana, ialah
seimbang.
Misalnya apabila sebuah wacana persuasif, wacana yang mempengaruhi
pembaca untuk membeli suatu produk, maka dalam wacana tersebut harus
6
terdapat kesinambungan yang tepat antara paragraf yang satu dengan yang lain.
Apabila paragraf pertama terdapat beberapa tuturan yang mempengaruhi pembaca
dengan satu topik, maka paragraf kedua juga harus tetap meruju pada satu topik
dan dimungkinkan lebih merujuk pada hal yang khusus. Sehingga antara paragraf
yang satu dengan yang lain padu dan tidak membingungkn pembaca.
-Tuturan
Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang ada dalam
wacana.Baik tutur tulis atau tutur lisan.tuturan kaitannya menjelaskan suatu topik
yang terdapat dalam wacana dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang
proporsional di dalamnya.
Unsur
- Internal
Kalimat : serangkaian kata yang menyatakan pikiran dan gagasan yang
lengkap dan logis
Kata: ucapan bahasa yang memiliki arti penuh dan batas keseluruhannya
ditentukan oleh intonasi (sempurna)
Teks : bahasa tulis, wacana; bahasa lisan, teks = naskah, analisis teks: objek
kajian kata dan kalimat, analisis wacana melibatkan konteks tutran. Teks
esensi wujud bahasa yang direalisasikan/ diucapkan dalam wacana.
Koteks :teks sejajar, koordinatif, memiliki hubungan teks lain.
- Eksternal
Implikatur:ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang
diucapkan.
Presuposisi: Turunan dari presupposition ‘perkiraan/
persangkaan/praanggapan’. Pengetahuan bersama, syarat yang diperlukan
7
bagi benar-tidaknya suatu kalimat. Misalnya: Dheweke dagang, merupakan
presuposisi bagi kebenaran kalimat Dagangane laris
Referensi: Hubungan antara referen dengan lambang yang dipakai untuk
mewakilinya. Referen : unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa
Inferensi: (Anton m Moeliono) proses yang harus dilakukan
pembaca/pendengar untuk memahami makna yang secara harafiah tidak
terdapat dalam wacana
Konteks berarti yang berkenaan dengan teks, yakni benda-benda atau hal-hal
yang ikut bersama teks dan menjadi kesatuan. Menurut Brown dan Yull
(1983), konteks adalah lingkungan atau keadaan tempat bahasa digunakan.
Dapat pula dikatakan bahwa konteks adalah lingkungan teks.
Konteks wacana adalah aspek-aspek internal wacana dan segala sesuatu yang
secara eksternal melingkupi sebuah wacana (Sumarlam, 2003 : 47). Konteks
wacana secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konteks
verbal dan konteks nonverbal.
Menurut Praptomo Baryadi (2001, h. 3 dalam Sumarlam, 2003, h. 15-20)
wacana dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis menurut dasar
pengklasifikasiannya.Misalnya berdasarkan bahasanya, media yang dipakai
untuk mengungkapkan, jenis pemakaian, bentuk, serta cara dan tujuan pemaparan.
8
- Berdasarkan media yang digunakannya maka wacana dapat dibedakan atas:
a.Wacana tulis artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau melalui
media tulis. Untuk dapat menerima atau memahami wacana tulis maka sang
penerima atau pesapa harus membacanya.
b.Wacana lisan berarti wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan atau media
lisan. Untuk dapat menerima dan memahami wacana lisan maka sang penerima
atau pesapa harus menyimak atau mendengarnya.
9
wacana drama lisan terdapat pada pemakaian bahasa dalam peristiwa
pementasan drama, yakni percakapan antarpelaku dalam drama tersebut.
10
- Berdasarkan realitasnya wacana ada dua yaitu :
a.Wacana verbal yaitu rangkaian kebahasaan verbal atau language exist
(kehadiran kebahasaan) dengan kelengkapan struktural bahasa, mengacu pada
struktur apa adanya.
b.Non verbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian non
bahasa, yakni rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna (bahasa
isyarat).
11
h.Wacana seremonial yaitu wacana yang berhubungan dengan upacara adat yang
berlaku, di masyarakat bahasa, berupa nasehat atau pidato pada upacara
perkawinan, kematian , syukuran.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14