Anda di halaman 1dari 25

PARAGRAF

Disusun oleh :

Kelompok 3

Nama Anggota : Maisya Auliandhana (210602041)

Sinar Tiara (210602097)

Sari Putri Arianti (210602047)

Tiara Fatin Husnum (210602048)

Cut Natasha Ladika (210602012)

Hamidah (210602031)

Dosen Pengampu : Ferra Sri Rezeki, S.Pd.

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini untuk mata kuliah “Bahasa Indonesia” dengan judul materi “Paragraf”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat tersukseskan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Akhir kata, hanya kepada Allah-lah segala sesuatu urusan kita serahkan,
semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca agar dapat menambah referensi ilmu pengetahuan kita.

Banda Aceh, 27 Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. II

DAFTAR ISI ............................................................................................................ III

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Paragraf .............................................................................. 3


2.2. Ciri-Ciri Paragraf ................................................................................. 3
2.3. Fungsi Paragraf ..................................................................................... 4
2.4. Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf .................................................. 5
2.5. Jenis-Jenis Paragraf ............................................................................ 13
2.6. Unsur-Unsur Paragraf ........................................................................ 18

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penulisan paragraf dalam pembelajaran bahasa Indonesia telah diperkenalkan
pada siswa sejak pendidikan dasar. Kemudian dilanjutkan kependidikan menengah
pertama, pendidikan menengah atas, hingga perguruantinggi. Namun, apakah
pengetahuan seorang mahasiswa akan terus meningkatmengenai paragraf seiring
seringnya berlatih menulis paragraf dari jenjang yangmudah hingga tingkat kesulitan
yang cukup rumit.
Pembelajaran mengenai paragraf sudah menjadi persoalan serius dikalangan
pelajar baik tingkat menengah hingga perguruan tinggi. Kegiatan komunikasi
kelilmuan secara tertulis menuntut mahasiswa dalam membuat sebuahparagraf dan
dituangkan kedalam karya ilmiah.
Penyebab dari permasalah tersebut, disebabkan rendahnya motivasimahasiswa
dalam mengasah kemampuanya dalam menulis sebuah paragraf.Selain itu, kemampuan
mahasiswa dalam berpikir kritis mengenai suatupermasalahan dan kurangnya berlatih.
Kedua hal tersebut erat kaitannya dengankemampuan mahasiswa dalam menuliskan
sebuah paragraf.
Sebagai seorang terpelajar, menentukan solusi atas permasalah
tersebutmerupakan jalan terbaik yang harus di tempuh demi terciptanya kompetisi
dalamdiri mahasiswa untuk menghasilkan karya terbaiknya dalam bidang tulisan
berupakarya ilmiah. Salah satu cara untuk mengatasinya dengan menemukan
beberapametode atau model pembelajaran yang sesuai kerakteristik mahasiswa. Selain
itu,menemukan beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan dalam
membuatsebuah paragraph juga perlu dilakukan oleh pengajar demi tercapainya hasil
yangmaksimal dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang akan dicapai.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah menyampaikan gagasan
penulisdengan caranya sendiri. Dalam hal ini kemampuan mahasiswa dalam
menulisparagraf sangat di perlukan demi tercapainya penulisan keraya ilmiah yang
baikdan benar sesuai aturan dalam bahasa Indonesia.
Apakah penulisan karya ilmiah berpengaruh signifikan terhadapatkemampuan
seorang peliti dalam menulis sebuah paragraf. Hal inilah yang akanpenulis teliti.untuk
mengetahui lebih lanjut penulisan paragraf. Penulis berusahauntuk meneliti
dan mencari jawabannya dan menuangkannya dalam makalah yang berjudul Paragraf.

1
Rumusan Masalah
Penulis sudah menyusun sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam
makalah ini. Ada pula sebagian permasalahan yang hendak dibahas dalam karya tulis
ini antara lain :

1. Apakah pengertian paragraf?


2. Apa saja jenis-jenis pengembangan paragraf?
3. Bagaimana bentuk dan cara penulisan paragraf?
4. Bagaimana bentuk kalimat utama dan kalimat penjelas pada paragraf?

1.2. Tujuan Penulisan

Berdasarkan pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis diatas,


hingga tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian paragraf.


2. Untuk mengetahui jenis-jenis pengembangan paragraf.
3. Untuk mengetahui cara penulisan paragraf.
4. Untuk mengetahui kalimat utama dan kalimat penjelas dalam menulis sebuah
paragraf.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Paragraf


Widjono (2005:160) mengatakan bahwa paragraf mempunyai beberapa
pengertian: (1) paragraf adalah karangan mini. Artinya, semua unsur karangan yang
panjang ada dalam paragraf. (2) Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri
beberapa kalimat yang tersusun secara runtun logis, salam satu kesatuan ide yang
tersusun secara lengkap, utuh, dan padu. (3) Paragraf adalah bagian dari suatu karangan
yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan
pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya. (4)
Paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti tidak menunjukkan ketunasan atau
kesempurnaan.

Sekalipun tidak sempurna, paragraf yang terdiri satu kalimat dapat digunakan.
Paragraf satu kalimat ini dapat dipakai sebagai peralihan antar-paragraf, sekaligus
memperbesar efek dinamika bahasa. Akan tetapi, sebagai kesatuan gagasan menjadi
suatu bentuk ide yang utuh dan lengkap, paragraf hendaklah dibangun dengan
sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan mengembangkan satu gagasan.

Rahardi (2010:101) mengatakan bahwa paragraf adalah satuan bahasa tulis


yang terdiri atas beberapa kalimat. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus disusun
secara runtun dan sistematis, sehingga dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang
satu dan kalimat lainnya dalam paragraf itu. Pendapat senada disampaikan oleh (Arifin
dan Tasai, 2000: 113) bahwa paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan
suatu gagasan atau topik.

Dari pendapat di atas, dapat disimpilkan bahwa paragraf merupakan inti


penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat
yang mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya
dan pikiran penjelas dari pendukungnya. Kalimat-kalimat di dalam paragraf itu harus
disusun secara runtun dan sistematis, sehingga dpat dijelaskan hubungan antara kalimat
yang satu dengan kalimat yang lainnya dalam paragraf itu.

2.2. Ciri-Ciri Paragraf

Paragraf meupakan kumpulan kalimat yang berisi satu gagasan. Paragraf


merupakan jalan yang ditempuh penulis untuk menyampaikan buah pikirannya. Tidak
semua kumpulan kalimat bisa dikategorikan sebagai paragraf. Oleh karena itu, perlu

3
bagi penulis untuk mengetahui ciri-ciri paragraf supaya bisa membedakan kumpulan
kalimat yang berupa paragraf dan bukan paragraf. Adapun ciri-ciri paragraf menurut
Widjono (2005:161), yaitu sebagai berikut.

a. Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan
biasa, misalnya surat, dan delapan ketuk untuk jenis karangan ilmiah formal,
misalnya: makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Karangan berbentuk lurus yang
tidak bertekuk (Block Style) ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi
lebih banyak daripada jarak antarbaris lainnya.
b. Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam
kalimat topik.
c. Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan
kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan, atau
menerangkan pikiran utama. yang ada dalam kalimat topik.
d. Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan
dalam kalimat penjelas. Kalimat ini berisi detail-detail kalimat topik. Paragraf
bukan kumpulan kalimat-kalimat topik. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik
dan beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail yang sangat
spesifik, dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.

Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa paragraf terdiri dari


sebuah kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Kalimat utama menyampaikan
pikiran utama, dan kalimat penjelas menyampaikan pikiran penjelas.

2.3. Fungsi Paragraf

Widjono (2005:161) mengatakan bahwa paragraf mempunyai arti dan fungsi


yang penting. Dengan paragraf itu, pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan
gagasan secara utuh, runtun, lengkap, menyatu, dan sempurna sehingga bermakna dan
dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya. Lebih jauh daripada
itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan sehingga menjadi lebih hidup,
dinamis, dan energi sehingga pembaca menjadi penuh semangat. Artinya, paragraf
mempunyai fungsi strategis dalam menjembatani gagasan penulis dan pembacanya.
Menurut Widjono (2005:162), fungsi paragraf sebagai berikut:

a. Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan


perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu
kesatuan.

4
b. Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri
beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
c. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan
pemahaman bagi pembacanya.
d. Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit
pikiran yang lebih kecil, dan
e. Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas
beberapa variabel.

2.4. Syarat-Syarat Pembentukan Paragraf

Menurut Widjono (2005:167), paragraf yang baik harus memenuhi syarat


kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi penggunaan sudut
pandang. Syarat-syarat paragraf tersebut harus terdapat dalam sebuah paragraf
sehingga kalimat-kalimat dalam paragraf saling terkait antara kalimat yang satu dengan
kalimat lainnya.

Syarat-syarat paragraf dapat mencerminkan keutuhan informasi yang


disampaikan paragraf. Pencerminan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk dan
cara. Cara penyampaian inilah yang membedakan satu paragraf dengan paragraf yang
lain. Untuk itu sebuah paragraf harus benar-benar mencerminkan syarat syarat yang
sudah disampaikan.

2.4.1 Kesatuan Paragraf (Kesatuan Pikiran)

Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam


sebuah paragraf hanya membicarakan satu pokok kalimat dalam sebuah paragraf
hanya membicarakan satu pokok pikiran atau satu masalah. Jika dalam sebuah paragraf
terdapat kalimat yang menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti
dalam paragraf itu terdapat lebih dari satu pokok pikiran. Dalam pandangan lain,
paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak
terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.

Keraf (2001:67) mengatakan bahwa kesatuan adalah memperhatikan dengan


jelas suatu maksud atau sebuah tema. Kesatuan disini tidak boleh diartikan bahwa ia
hanya memuat satu hal saja. Kesatuan paragraf ialah paragraf tersebut harus
memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Sebuah paragraf
yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian,
tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah

5
maksud tunggal atau sebuah tema tunggal. Maksud tunggal itulah yang ingin
disampaikan oleh penulis dalam alinea tersebut.

Contoh paragraf tanpa kesatuan pikiran:

(1) Kebebasan berekspresi berdampak pada pengem-bangan kreativitas baru. (2)


Beberapa siswa tingkat SD sampai dengan SMU/SMK berhasil menjuarai olimpiade
fisika dan matematika. (3) Walaupun kebutuhan ekonomi masyarakat relatif rendah,
beberapa siswa berhasil memenangkan kejuaraan dunia dalam lomba tersebut. (4)
Kreativitas baru tersebut membanggakan kita semua.(Widjono, 2005:167)

Paragraf 1 di atas tidak memiliki kesatuan pikiran. Kalimat (1) sampai dengan
(3) mengungkapkan pikiran yang berbeda beda. Kalimat (1) membicarakan tentang
kebebasan dalam berekspresi. Kalimat (2) membicarakan tentang kejuaraan olimpiade.
Kalimat (3) membicarakan tentang kebutuhan ekonomi, dan kalimat (4) saja yang
menunjukkan adanya hubungan dengan kalimat (1). Akibatnya, paragraf menjadi tidak
jelas struktur dan maknanya. Bandingkanlah dengan paragraf 2.

Contoh paragraf dengan kesatuan pikiran : Paragraf 2.

(1) Kebebasan berekpsresi berdampak pada pengembangan kreativitas baru. (2)


Dengan kebebasan ini, para guru dapat dengan leluasa mengajar siswanya sesuai
dengan basis kompetensi siswa dan lingkungannya. (3) kondisi kebebasan tersebut
menjadikan pembelajaran berlangsung secara alami, penuh gairah, dsn siswa belajar
dalam suasana gembira, aktif, kreatif, dan produktif. (5) dampak kebebasan ini, setiap
saat siswa dapat melakukan berbagai eksperimen denga menyinergikan bahan ajar di
sekolah dan lingkungannya. (6) Kreativitasnya menjadi tidak terbendung (Widjono,
2005:168)

Paragraf 2 dikembangkan dengan kesatuan pikiran. Seluruh kalimat membahad


pikiran yang sama yaitu kebebasan berekspresi (kalimat 1). Kalimat (2) membaha
dampak pikiran pada kalimat (1) siswa dapat belajar sesuai dengan basis
kompetensinya. Kalimat (3) siswa belajar penuh gairah sebagai dampak pikiran kalimat
(2). Kalimat (4) berisi siswa menjadi kreatif sebagai dampak pikiran kalimat (3).
Kalimat (5) siswa belajar secara sinergi teori dan praktik sebagai dampak pikiran
kalimat (4). Kalimat (6) kreativitas siswa tidak terbendung sebagai dampak pikiran
kalimat (5).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahawa untuk menjamin adanya


kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikiran. Paragraf dapat berupa
beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya harus merupakan kesatuan, tidak satu kalimatpun

6
yang sumbang, yang tidak mendukung kesatuan paragraf. Jika terdapat kalimat yang
sumbang, paragraf akan rusak kesatuannya.

2.4.2 Kepaduan Paragraf

Sebuah paragraf harus memiliki koherensi atau kepaduan susunan pada


pertautan makna. Koherensi atau kepaduan paragraf akan terwujud jika aliran kalimat
yang satu ke kalimat yang lain berjalan mulus dan lancar. Kepaduan paragraf dapat
dicapai melalui susunan yang logis dan perkaitan antarkalimat sehingga tercapai
kepaduan (Finoza, 2002:150). Menurut Alex dan Achmad (2011:218), kepaduan ialah
kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk
paragraf itu, atau koherensi atau kepaduan yang baik dari segi aspek makna.

Menurut Widjono (2005:169), paragraf dinyatakan padu jika dibangun dengan


kalimat-kalimat yang berhubungan logis. Hubungan kalimat tersebut menghasilkan
paragraf menjadi satu padu, utuh, dan kompak. Kepaduan ini dapat dibangun melalui
repatisi (pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti, kata transisi, dan bentuk
paralel.

2.4.2.1 Pengulangan Kata Kunci

Pengulangan kata kunci merupakan hal yang diperlukan dalam


mengembangkan sebuah paragraf. Alwi (2001:11) mengatakan bahwa kepaduan
paragraf dapat dibangun dengan tidak mengulang kata atau ungkapan yang sama setiap
kali diperlukan. Atau atau ungkapan yang sama itu sesekali dapat disebut kembali
dengan mengunakan kata kuncinya atau dengan menggunakan kata lain yang
bersinonim dengan kata atau ungkapan itu. Menurut Arifin dan Tasai (2000:119),
kepaduan dapat pula berupa pengulangan kata-kata kunci, pengulangan kata kunci ini
perlu dilakukan dengan hati-hati (tidak terlalu sering). Widjono (2005:169)
mengatakan 2bahwa sebuah kaliamat dalam paragraf dihubungkan dengan kata kunci
atau sinonimnya. Kata kunci atau sinonimnya yang telah disebutkan dalam kalimat
pertama diulang pada kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Dengan pengulangan itu
paragraf menjadi padu, utuh, dan kompak.

Contoh :

(1) Budaya merupakan sumber kreativitas baru. (2) Budaya baik yang berupa
sistem ideal, sistem sosial, maupun sistem teknologi, ketiganya dapat dijadikan sumber
kreativitas baru. (3) Budaya yang bersumber pada sistem ideal dapat mengarahkan
kreativitas konsep-konsep pemikiran filsafat, dan ilmu pengetahuan. (4) Budaya yang

7
bersumber sistem sosial dapat mengendalikan perilaku sosial atau masyarakat termasuk
para pemimpinnya. (5) Budaya yang bersumber pada sistem teknologi dapat
mengendalikan kreativitas baru berdasarkan georafis bangsa, misalnya sebagai negara
pertanian harus memproduksi teknologi pertanian, sebagai negara kelautan harus
mengembangkan teknologi kelautan, dan sebagainya (Widjono, 2005:169-170).

Kata kunci paragraf pada contoh tersebut yaitu budaya. Kata budaya diulang
pada setiap kalimat. Dalam paragraf kata kunci berfungsi untuk mengikat makna
sehingga menghasilkan paragraf yang jelas makna dan strukturnya. Dari uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa pengulangan kata kunci memiliki tujuan agar kalimat yang
satu dengan kalimat lainnya saling berhubungan.

2.4.2.2 Kata Ganti

Widjono (2005:170) mengemukakan bahwa kepaduan dapat dijalin dengan kata ganti,
pronominal, atau padanan. Menurut Arifin dan Tasai (2000:117), kepaduan paragraf
dapat juga berupa kata ganti, baik kata ganti orang maupun kata ganti yang lain. Sebuah
kata yang telah disebutkan pada kalimat pertama terdahulu) dapat disebutkan kembali
pada kalimat berikutnya dengan kata gantinya. Kata ganti (padanan) dapat pula
menggantikan kalimat, paragraf, dan dapat pula menggantikan bab.

Contoh kepaduan paragraf dibangun menggunakan kata ganti.

(1) KKN segera teratasi. (2) Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya kasus
KKN yang terungkap dan pelakunya dihukum. (3) Dapat dipastikan bahwa hal ini
segera berdampak pada penegakan hukum dan keadilan. (4) Jika pemerintah ber-hasil
mengatasi KKN ini, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat akan terus meningkat
(Widjono, 2005:171).
Kata ganti paragraf diatas yaitu hal ini. Kata hal ini digunakan untuk
menggantikan kata KKN pada kalimat (2) dan kalimat (3). Dalam paragraf kata ganti
digunakan untuk menggantikan kata kunci sehingga menghasilkan paragraf yang jelas
makna dan strukturnya.
2.4.2.3 Kata Transisi

Penggunaan kata transisi merupakan hal yang berguna dalam pengembangan


paragraf yang efektif. Keraf (2001:79) mengatakan bahwa kata-kata transisi fungsinya
terletak antara kata ganti dan repetisi. Menurut Alwi (2001:11), kata transisi adalah
konjungtor atau perangkat, baik yang digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur
dalam sebuah kalimat maupun untuk menghubungkan kalimat-kalimat dalam sebuah

8
paragraf. Menurut Widjono (2005:171), kata transisi yaitu kata penghubung,
konjungsi, perangkat yang menyatakan adanya hubungan, baik intrakalimat maupun
antarkalimat. Penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga
keseluruhan kalimat menjadi padu, menyatu dan utuh.

Menurut Keraf (2001:80), ada bermacam-macam kata atau frasa transisi yang
biasa digunakan dalam tulisan-tulisan ilmiah, sesuai dengan jenis hubungan itu
diantaranya ialah:

a. Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah disebutkan


sebelumnya: lebih lagi; tambahan (pula), selanjutnya, di samping itu, dan, lalu,
seperti halnya, juga. lagi (pula), berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan
lagi, demikian juga;
b. Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu bagaimanapun juga,
walaupun demikian, sebaliknya, sama yang sekali tidak, biarpun, meskipun;
c. Hubungan yang menyatakan perbandingan: sama halnya, seperti, dalam hal
yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana; hubungan yang
menyatakan akibat atau hasil: sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu, karena
itu, jadi, maka, akibatnya; hubungan yang menyatakan tujuan: untuk maksud
itu, untuk maksud tersebut, supaya; hubungan yang menyatakan singkatan,
contoh, intensifikasi: singkatnya, ringkasnya, secara singkat, pendeknya, pada
umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu,
sesungguhnya; hubungan yang menyatakan waktu: sementara itu, segera,
beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian; hubungan yang menyatakan
tempat: di sini, di situ, dekat, di seberang, berdekatan dengan, berdampingan
dengan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kata transisi merupakan kata
penghubung (konjungsi). Kata transisi tersebut digunakan untuk memadukan paragraf
sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu, menyatu, dan utuh. Kata transisi terletak
baik intrakalimat maupun antar kalimat.

2.4.2.4 Struktur Paralel

Struktur paralel (kesejajaran) yaitu bentuk-bentuk sejajar : bentuk kata yang


sama, struktur kalimat yang sama, repetisi atau pengulangan bentuk kata (kalimat) yang
sama (Widjono, 2005:172). Menurut Alwi (2001:13), banyak cara yang dapat
digunakan untuk membangun keparalelan struktur ini, antara lain menggunakan bentuk
kata kerja yang sama atau menggunakan majas repetisi. Contoh:

9
Sejak 1998, pelaksanaan pelaksanaan reformasi hukum belum menunjukkan
tanda-tanda yang serius. Menurut Presiden Megawati (Kompas, Agustus 2004),
pelaksanaan tersebut justru terhambat oleh para penegak hukum di lapangan.

Jika kelambanan berlarut-larut, publik menduga bahwa oknum penegak hukum


belum sungguh-sungguh melaksanakan tanggungjawabnya. Sementara itu, para
investor dan pengusaha berharap agar penegakan hukum tersebut dipercepat. Jika
berhasil, pencapaian keadilan dan kemakmuran masyarakat segera terwujud. Ini
berarti, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan iklim bisnis juga terangkat (Widjono,
2005:172).

Kata-kata yang bercetak miring dalam paragraf di atas merupakan bentuk


sejajar (paralel). Seluruhnya menggunakan imbuhan pe-an. Kesejajaran bentuk ini
berfungsi untuk mengikat makna sehingga membentuk kepaduan paragraf. Selain itu,
kepaduan paragraf tersebut juga dibarengi dengan kesejajaran struktur kalimat.
Perhatikan, hampir setiap kalimat menggunakan struktur yang sama, dimulai dengan
anak kalimat, kata keterangan, atau transisi (Widjono, 2005:173).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur paralel merupakan bentuk
kesejajaran kata yang sama, struktur kalimat yang sama, repetisi atau pengulangan
bentuk kata (kalimat). Struktur paralel ini berfungsi untuk mengikat makna sehingga
membentuk kepaduan paragraf. Keparalelan dapat dibangun dengan menggunakan
bentuk kata kerja.

2.4.3 Ketuntasan

Ketuntasan bermakna selesai dibicarakan. Paragraf yang tuntas artinya paragraf


yang selesai di dalam membicarakan sesuatu. Alwi (2001:15) mengemukakan bahwa
paragraf yang baik adalah paragraf yang tuntas. Artinya, di dalam paragraf itu telah
tercakup semua yang diperlukan untuk mendukung gagasan utama. Menurut Widjono
(2005:173), ketuntasan ialah kesempurnaan. Hal ini dapat diwujudkan dengan: (1)
Klasifikasi yaitu pengelompokkan objek secara lengkap dan menyeluruh. Ketuntasan
klasifikasi tidak memungkinkan adanya bagian yang tidak masuk kelompok klasifikasi.
Klasifikasi ada dua jenis, yaitu sed-erhana dan kompleks. Klasifikasi sederhana
membagi sesuatu kedalam dua kelompok,misalnya: pria dan wanita, besar dan kecil,
baik dan buruk. Sedangkan klasifikasi kompleks membagi sesuatu menjadi lebih dari
dua kelompok, misalnya: besar-sedang-kecil, pengusaha besar-menengah-kecil, negara
maju-negara berkembang-negara terbelakang. (2) Ketuntasan bahasan yaitu
kesempurnaan membahas materi secara menyeluruh dan utuh. Hal ini harus dilakukan

10
karena pembahasan yang tidak tuntas akan menghasilkan simpulan yang salah dan
tidak valid. Contoh:

Mahasiswa di kelas itu terdiri dari 15 orang perempuan dan 13 orang laki-laki.
Prestasi perempuan mencapai IPK 4 sebanyak 3 orang, IPK 3 sebanyak 10 orang, dan
IPK 2,7 sebanyak dua orang, sedangkan prestasi laki-laki mencapai IPK 4 sebanyak 2
orang, IPK 3 sebanyak 10 orang. Mereka yang belum mencapai IPK 4 berupaya
meningkatkannya dengan menulis skripsi sesempurna mungkin sehingga dapat
mengangkat IPK lebih tinggi. Mereka yang sudah mencapai IPK 4 juga berupaya
mendapatkan nilai skripsi A dengan harapan dapat mempertahankan IPK akhir tetap 4
(Widjono, 2005:173-174).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan dalam paragraf


berkaitan dengan pembahasan suatu materi secara menyeluruh. Hal ini dilakukan agar
paragraf tersebut menjadi utuh dan sempurna. Di samping itu, di dalam paragraf
antarkalimat yang satu dengan kalimat lainnya harus menjelaskan gagasan utama
secara tuntas sehingga pembaca atau pendengar dapat memahami sebuah paragraf
dengan baik.

2.4.4 Keruntutan

Keruntutan merupakan unsur sangat penting dalam paragraf. Alwi (2001:19)


mengatakan bahwa keuruntutan pada dasarnya adalah menyajikan informasi secara
urut, tidak melompat-lompat sehingga pembaca mudah mengikuti jalan pikiran penulis.
Menurut Widjono (2005:175), keruntutan adalah penyusunan urutan gagasan dalam
karangan. Sehubungan dengan hal ini keruntutan dapat dilakukan dengan beberapa cara
atau secara bersamaan dari berbagai cara:

a. penalaran,

b. kejelasan gagasan, makna, dan struktur,

c. kata transisi yang tepat,

d. kata ganti yang tepat,

e. ikatan makna yang jelas,

f. penggunaan idiomatik yang tepat,

g. komunikasi yang efektif (terpahami, merangsang kreativitas),

11
h. membangun suasana (ilmiah, objektivitas, menyenangkan), dan

i. hubungan antargagasan, antarkata, dan antarkalimat yang tidak terputus.

Contoh:

Pendidikan berkualitas itu mahal. Mahasiswa yang mengharapkan


kemampuannya berkualitas internasional harus bersedia membayar sarana yang
diperlukan untuk mencapai kemampuan tersebut. Pertama, sarana standar: teknologi
komputer dan software mutakhir online dengan internet, laboratorium teknis untuk
praktikum, dan buku-buku mutakhir. Kedua, pengajar berkualifikasi sudah pasti
menuntut bayaran yang lebih mahal.Ketiga, sarana penunjang ruang kuliah disertai
mesin pendingin. Widjono, 2005:176).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keruntutan adalah


penyajian informasi di dalam sebuah paragraf secara runtut. Keruntutan dalam sebuah
paragraf memudahkan penulis dalam menuangkan gagasan dalam paragraf. Di
samping itu, dengan adanya keruntutan dalam sebuah paragraf sehingga informasi yang
disampaikan oleh penulis dapat dipahami secara baik oleh pembaca.

2.4.5 Konsistensi Sudut Pandang

Dalam karang-mengarang, konsisten sudut pandang itu sangat penting. Seorang


penulis harus menentukan lebih dahulu sudut pandangnya terhadap calon pembaca agar
ia dapat memilih gaya penulisan yang tepat (Alwi, 2001:14).

Menurut Widjono (2005:174), sudut pandang adalah cara penulis


menempatkan diri dalam karangannya. Pengarang dapat menggunakan sudut pandang
dia atau ia seolah-olah menceritakan dia. Dalam karangan ilmiah, pengarang
menggunakan penulis.

Contoh:

Anton adalah mahasiswa cerdas. Ia dapat membaca buku ilmiah amat cepat.
Selain itu, ia hampir tidak pernah kelihatan belajar. Ia amat serius ketika belajar di
kelas. Waktu berdiskusi ia tidak banyak berbicara dan lebih banyak mendengarkan
penjelasan dosen atau pendapat temannya. Nilai IPK-nya selalu di atas 3,5 (Widjono,
2005:174).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsistensi sudut pandang


merupakan cara penulis menempatkan diri dalam menulis karangan sehingga

12
menghasilkan paragraf yang padu. Penulis dituntut untuk menentukan sudut pandang
dalam sebuah paragraf. Hal ini dilakukan agar isi paragraf tersebut sesuai dan mudah
dipahami oleh pembaca atau pendengar.

2.5. JENIS-JENIS PARAGRAF

2.5.1 Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Topik

Berdasarkan letak kalimat topiknya, paragraf dibedakan ke dalam empat jenis,


yaitu: (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf deduktif-induktif dan (4)
paragraf penuh kalimat topik. Paragraf deduktif merupakan paragraf yang menyajikan
pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyajikan rincian mengenai permasalahan
atau gagasan paragraf (urutan umum khusus). Paragraf induktif merupakan paragraf
yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok
permasalahan (urutan khusus umum). Paragraf deduktif-induktif merupakan paragraf
yang letak kalimat pokoknya pada bagiana awal dan akhir paragraf, dan paragraf penuh
kalimat topik merupakan paragraf yang seluruh kalimatnya berupa kalimat umum.
Jenis paragraf penuh dengan kalimat topik sering juga disebut dengan paragraf
deskriptif.

Paragraf deskriptif adalah paragraf yang menempatkan kalimat utama di semua


kalimat. Proses penempatan kalimat utama ini diwujudkan secara tersirat maknanya.

2.5.2 Jenis Paragraf Berdasarkan Urutannya

Berdasarkan urutannya, paragraf dibedakan ke dalam tiga jenis, yaitu : (1)


Paragraf pembuka, (2) paragraf isi, dan (3) Paragraf penutup. Ketiga paragraf tersebut
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur karangan. Paragraf pembuka
merupakan paragraf yang terletal pada awal karangan. Paragraf ini berfungsi
mengantarkan pokok bahasana yang hendak disampaikan pada paragraf berikutnya,
yaitu paragraf isi. Paragraf isi merupakan paragraf yang terletak di antara paragraf
pembuka dan penutup. Fungsinya adalah untuk mengmbangkan pokok persoalan yang
telah ditentukan. Pargraf penutup merupakan paragraf yang terletak pada bagian akhir
karangan. Fungsi pargraf penutup untuk mengakhiri atau menutup karangan.

Penulisan paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup memerlukan


keterampilan yang matang. Keterampilan menulis paragraf ini untuk memudahkan
seseorang dalam mengaitkan antara satu paragrafdengan paragraf yang lain. Ketiga
paragraf ini harus saling berkaitan dalam membicarakan satu permasalahan. Paragraf

13
pembuka tidak dapat memisahkan diri dari paragraf isi dan penutup, begitu juga
sebaliknya.

2.5.3 Jenis Pargraf Menurut Sifat Isinya

(1) Narasi

Narasi adalah jenis paragraf yang menceritakan proses kejadian tentang sesuatu
peristiwa. Sasarannya adalah memberi gambaran yang sejelas-jelaskaya kepada
pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadi suatu hal. Secara
sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Menurut pendapat Maharimin, narasi adalah
cerita yang didasarkan pada urutan sesuatu (rangkaian) kejadian atau peristiwa yang
berisi fakta, fiksi atau rekaan. Selain itu, Alwi menyebutkan narasi merupakan paragraf
yang menceritakan rangkaian peristiwa ataua pengalaman manusiaberdasarkan
pengembangannya dari waktu ke waktu.pargraf narasi itu dimaksudkan untuk memberi
tahu pembaca atau pendengar tentang apa yang diketahui atau apa yang telah dialami
oleh penulisnya. Menurut Keraf, narasi adalah semacam bentuk paragraf yang berusaha
menyajikan suatu peristiwa atau kejadian, sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah
dialami sendiri oleh para pembaca. Paragraf narasi bertujuan menyajikan suatu
peristiwa kepada pembaca, mengisahkan apa yang terjadi dan bagaimana kejadian itu
berlangsung.

Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa paragraf narasi adalah


paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang didasarkan pada urutan
kejaduan yang berisikan fakta. Semua hal ini harus dipahami dengan baik sehingga
dapat membedakan mana paragraf narasi dan mana paragraf tidak narasi.

2.5.3.1 Paragraf Argumentasi

Pargraf argumentasi adalah paragraf yanga membahas suatu masalah dengan


bukti-bukti alasan yang mendukung. Menurut Alwi, paragraf argumentasi adalah
paragraf yang bertujuan membuktikan pendapat penulis, menyakinkat atau
mempengaruhi pembaca agar menerima pendapatnya. Keraf mengatakan bahwa
paragraf argumentasi merupakan bentuk paragraf yang berusaha membuktikan suatu
kebenaran. Argumentasi merupakan suatu bentuk retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikaap dan pendapat orang lain, sehimgga orang bertindak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau penutur.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf argumentasi


adalah paragraf yang berusaha merangkai fakta-fakta sedemikian rupa. Di samping itu,

14
paragraf argumentasi mampu menunjukan suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu
benar atau tidak yang didukung dengan fakta-fakta. Tujuan paragraf argumentasi ini
adalah meyakini pembaca atau pendengar dengan informasi yang disampaikan oleh
penulis atau pembicara.

2.5.3.2 Paragraf Persuasi

Paragraf persuasi ialah paragraf yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan
pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan oleh penulisnya. Menurut
Keraf, paragraf persuasi ialah suatu bentuk paragraf yang merupakan penyimpangan
dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau pembaca, agar
para pendengar atau pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan
persuasi, walaupun yang persuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang
dikatakan itu. Berbeda dengan paragraf yang argumentasi yang bersifat rasional dan
diarahkan untutk mencapai suatu kebenaran.paragraf persuasi lebih cenderung
menggunakan bukti yang tidak dapat di pertanggungjawabkan. Hanya saja, dalam
apersuasi bukti-bukti itu digunakan seperlunya atau kadang dimanipulasi untuk
menimbulkan kepercayaan pada diri pembaca bahwa apa yang disampaikan oleh
penulis benar.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa paragraf persuasi


adalah paragraf yang bertujuan membujuk atau mengajak pembaca tau pendengar
untuk melakukan sesuatu kegiatan sesuai dengan pendapat penulis yang mengadakan
persuasi. Paragraf persuasi sering juga digunakan oleh penulis atau menyampaikan
suatu kegiatan seperti menjaga lingkungan dan lainnya. Penulis menulis paragraf
persuasi dengan menggunakan kata-kata yang sesuai sehingga pembaca merasa
tertarik.

2.5.3.3 Paragraf Eksposisi

Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan sesuatu fakta atau


kenyataan kejadian tertentu. Eksposisi merupakan jenis pargraf yang dimaksudkan
untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat
memperluas atau menambah pengetahuan yang pandangan pembacanya. Menurut
Keraf, eksposisi adalah paragraf yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga
memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Selain itu, Alwi mengatakan
bahwa paragraf eksposisi bertujuan mengimformasikan, menerapkan, dan
menguraikan suatu gagasan. Paragraf eksposisi yang baik harus dapat memberikan
tambahana pengertian dan pengetahuan pembacanya.

15
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa paragraf eksposisi adalah
paragraf yang berisikan uraiaan tentang sesuatu hal sehingga menambah pengetahuan
pembaca atau pendengarnya. Paragraf eksposisi berisikan paparan tentang sesuatu hal.
Paragraf eksposisi biasanya digunakan oleh penulis untuk membuat sebuah langkah
dalam melakukan kegiatan dan lain sebagainya.

2.5.3.4 Paragraf Deskripsi

Pelukisan atau deskripsi merupakan gaya atau corak tulisan yang bertujuan
menggambarkan sejelas-jelasnya suatu objek. Pembaca atau pendengar seolah-oleh
berada dalam suatu ruangan dan dapat mencium, mendengar, meraba, dan melihat
segala sesuatu yang terdapat didalamnya. Dengan kata lain, paragraf deskripsi
digunakan oleh penulis untuk menggambarkan sebuah keadaan dan siatuasi, karakter
objek secara komprehensif dengan mengandalkan kosakata. Selain itu, Keraf
mengatakan bahwa paragraf deskripsi adalah bentuk paragraf yang berusaha
menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa, sehingga objek itu seolah-olah
berada di depan mata kepala pembaca, seakan-akan para pembaca melihat sendiri objek
itu.

Menurut Semi, deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan informasi


tentang suatu objek secara detail atau rinci sehingga memberikan gambaran yang jelas
yang dampak mempengaruhi emosi dan imajainasi pembaca bagaikan ikut melihat dan
mengalami langsung hal tersebut. Untuk menghasilkan tulisan deskripsi yang baik,
haruslah penulisnya memahami detail yang berkenaan dengan objek tulisan sehingga
dapat disajikan dengan hasilnya bagaikan kenyataan yang sebenarnya. Tulisan
deskripsi adalah tulisan yang bersifat menyebutkan karakteristik-karakteristik suatu
objek secara keseluruhan, jelas dan sistematis.

Contoh paragraf deskripsi:

Sebuah mobil kijang LGX bercat hitam meluncur dengan pelan. Jalan sudah
sangat sepi. Sesekali saja ada truk yang lewat. Udara sangat lembab dan basah. Becek-
becek bekas hujan yang menderas menjelang magrib tadi masih tampak. Gemerlap
bintik-bintik air di daun kenari terkena sinar lampu. Di langit, bulan kuning remang-
remang tersaput mendung tipis.

Deskripsi merupakan suatu bentuk paragraf yang melukiskan atau


menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman dan
perasaan penulisnya. Oleh karena itu, unsur yang paling penting dalam sebuah

16
deskripsi yaitu imajinasi pembaca. Deskripsi juga memaparkan atau menggambarkan
objek secara detail. Adapun ciri-ciri deskripsi menurut Semi, yaitu sebagai berikut :

a. Tulisan deskripsi bertujuan untuk menyampaikan informasi tentang objek


secara rinci sehingga sangat jelas bagi pembaca.
b. Tulisan deskripsi lebih bersifat mempengaruhi emosi atau mempersuasi
pikiran, serta memancing imajinasi pembaca.
c. Tulisan deskripsi disajikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata yang
mengunggah.
d. Tulisan deskripsi umumnya menyangkut objek yang dapat dilihat, didengar,
atau dirasakan sehingga objeknya pada umumnya menyangkut objek yang
dapat dilihat, didengar, atau dirasakan objek pada umumnya tentang benda,
gedung, panorama, dan manusia.
Berbicara mengenai paragraf yang baik. Maka kita harus berbicara mengenai
beberapa hal atau masalah di sekitar paragraf. Oleh karena itu, untuk menulis sebuah
paragraf deskripsi harus menempuh langkah-langkah dalam menulis paragraf
deskripsi. Adapun langkah-langkah menulis paragraf deskripsi menurut Zainurrahman,
yaitu sebagai berikut :

a) Perencaan
Pada tahap ini, penulis mempersiapkan ide mengenai objek yang ingin
dideskripsikan. Apakah itu orang, tempat, benda, pengalaman dan sebagainya.
Selain itu, berdasarkan pada fungsi sosial genre deskriptif, penuliskemudian
menegaskan alasan mengapa deskripsikan objek ini penting. Penulis wajib
melakukan koleksi kosakata dengan menggunakan sensor detail. Penulis
menanggapi objek, kemudian menggumpulkan kosakata deskriptif,
mengumpulkan bahan dari berbagai perspektif.
b) Penulis draf awal
Pada tahap ini penulis mulai mendeskripsikan objek. Penulis dapat memulai
dari wujud fisik objek yang dapat diindrai oleh mata, seperti bentuk, warna,
ukuran, jumblah dan sebagainya. Pastikan setiap deskripsi tidak berulang, jelas,
keseluruhan dan sistematis.
c) Revisi
Pada langkah akhir ini, penulis harus melakukan pembacaan ulang sehingga
menghasilkan sebuah paragraf yang sempurna. Pembacaan ulang dilakukan
dengan konsentrasi tinggi. Pembacaan ulang akan berdampak pada kekuatan
ingatan atau memori.

17
2.6. Unsur-Unsur Paragraf

Unsur-unsur paragraf adalah komponen yang membentuk atau yang membuat


terjadinya sebuah paragraf. Unsur-unsur ini saling berhubungan dan berkaitan untuk
menguatkan struktur dan makna dalam sebuah paragraf. Sebuah paragraf terdiri dari
beberapa unsur, yakni: 1) kalimat utama. 2) kalimat penjelas, 3) gagasan utama, 4)
kalimat penegas, dan 5) transisi.

1) Pengertian Kalimat Utama

Sebuah paragraf tersusun atas kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas.


Kalimat utama adalah kalimat yang di dalamnya terdapat ide pokok paragraf. Kalimat
utama juga sering disebut sebagai kalimat topik. Kalimat utama ini dijelaskan oleh
kalimat-kalimat lain dalam paragraf tersebut, yang disebut dengan kalimat penjelas.
Kalimat penjelas yaitu kalimat yang isinya memperjelas, menguraikan, atau berupa
rincian-rincian tentang kalimat utama. Kalimat utama adalah kalimat yang menjadi inti
atau dasar pengembang sebuah paragraf.

Untuk menentukan kalimat utama, terlebih dahulu seseorang harus membaca


paragraf tersebut dengan cermat, dengan demikian orang tersebut dapat menentukan
manakah di antara kalimat-kalimat yang ada, yang memiliki ciri-ciri kalimat utama.
Apa sajakah ciri kalimat utama?

Ciri kalimat utama adalah sebagai berikut :

a. Mengandung permasalahan yang dapat diuraikan lebih lanjut


b. Biasanya berupa kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri
c. Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain
d. Dapat dibentuk tanpa kata sambung atau transisi
e. Pada paragraf induktif, kalimat utama sering kali ditandai dengan kata-kata
kunci seperti: sebagai kesimpulan, yang penting, jadi, dengan demikian.
2) Pengertian Kalimat Penjelas

Kalimat penjelas adalah kalmat yang memperjelas, menguraikan, atau berupa


rincian-rincian tentang kalimat utama. Dengan kata lain, kalimat penjelas adalah
kalimat yang berisi gagasan pen-jelas. Kalimat penjelas mempunyai isi yang bersifat
memper-jelas, menguraikan, atau berupa rincian-rincian tentang kalimat utama.
Kalimat penjelas berfungsi menjelaskan kalimat utama.

18
Ciri kalimat penjelas :

a. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri


b. Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu
alinea
c. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung atau frasa
penghubung atau kalimat transisinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan
data lain yang bersifat mendukung kalimat topik.
3) Pengertian Ide Pokok/Gagasan Utama

Nama lain dari gagasan utama adalah ide pokok, gagasan pokok, atau ide
sentral. Untuk materi bahasan materi ide pokok, bisa dibilang mudah-mudah sukar
(sekilas terlihat mudah tapi jika tidak memahami secara benar akan sangat sulit untuk
menemukan ide pokok tersebut) ataupun sukar-sukar mudah (materi soal ini semakin
tinggi jenjangnya, tingkat kesulitan dan pemahamannya pun semakin tinggi dan sukar.
Tetapi jika memahami dengan saksama, gagasan utama akan bisa ditemukan). Kalimat
utama memuat ide pokok. Biasanya, ide pokok dinyatakan secara eksplisit (tersurat
dengan gamblang) gamblinglimat utama. Gagasan utama dapat ditemukan dengan
menghilangkan atau membuang bagian yang tidak penting. Untuk lebih memudahkan
dalam memahami penjelasan tersebut, saya akan memberikan contohnya.

Perhatikan teks wacana berikut!

Dampak merebaknya penyebaran virus sindrom pernafas-an akut parah (Severe


Acute Respiratory Sindrome/SARS) dari negeri Jiran, Singapura, mulai mengancam
bisnis perhotelan di Batam. Jumlah tamu, baik dari luar negeri maupun dalam negeri
merosot hingga tingkat hunian hotel di Batam berkurang hingga sepuluh persen.
Demikian kata Public Relation Manager Goodway Hotel Puri Garden, Budi Purnomo,
dan pengusaha Novotel Hotel, Anas, ketika dihubungi Kompas di Batam.

Ide pokok tersebut adalah :

a. Dampak penyebaran virus SARS terhadap bisnis perhotelan


b. Penyebaran virus SARS dari negeri Jiran (Singapura)
c. Virus SARS mengancam bisnis perhotelan di Singapura
d. Dampak virus SARS terhadap penghuni hotel di Batam
e. Dampak penyebaran virus SARS dirasakan oleh para pengusaha
Dari teks wacana di atas, terlihat bahwa kalimat utama sebagai kalimat kunci
paragraf tersebut terdapat pada kalimat pertama.

19
4) Pengertian Kalimat Penegas

Kalimat penegas adalah kalimat yang berfungsi sebagai penegas, dengan cara
mengulang bentuk kalimat topik pada bagian akhir paragraf.

5) Pengertian Transisi

Transisi adalah mata rantai penghubung paragraf. Transisi berfungsi sebagai


penunjang koherensi atau kepaduan antarkalimat dalam suatu paragraf.

20
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Paragraf adalah kumpulan dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtun
sehingga membentuk sebuah karangan yang mengandung satu ide pokok, yang menjadi
jelas oleh uraian-uraian tambahan.

Paragraf memiliki banyak jenis menurut fungsinya yaitu


pembuka,pengembang, dan penutup. Menurut posisi kalimat topik yaitu dedukti,
induktif,deduktif-induktif dan paragraf penuh kalimat topik.

Paragraf merupakan bagian penting dalam sebuah karya ilmiah karenakarangan


atau karya ilmiah yang baik bukan hanya dilihat dari isi karya ilmiahtersebut tetapi juga
dilihat dari susunan paragraf dan penulisan paragraf yangbenar. Karena paragraf
mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan
ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Subhayni, S. M. (November, 2021). Bahasa Indonesia Umum. Banda Aceh: Tim


Penyusun Panduan Perkuliahan.

22

Anda mungkin juga menyukai