Anda di halaman 1dari 23

PARAGRAF

Makalah

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Wajib umum (MKWU) Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Isfiana Nursari, S. Pd., M. Pd.

oleh :

Aura Amelia (P00820723031)

Liana (P00820723035)

Asyifa Nurul Qamara (P00820723054)

Rina Yanti

PRODI D-III KEPERAWATAN ACEH UTARA

POLTEKKES KEMENKES ACEH

2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN......................................................................................5
2.1 PENGERTIAN PARAGRAF............................................................................5
2.2 SYARAT-SYARAT PENGEMBANGAN SEBUAH PARAGRAF................6
2.3 UNSUR-UNSUR PARAGRAF.........................................................................9
2.4 JENIS-JENIS PARAGRAF.............................................................................13
2.5 CIRI-CIRI PARAGRAF..................................................................................19
BAB III : KESIMPULAN...................................................................................21
SARAN..................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami antarkan pada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PARAGRAF”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Wajib Umum
(MKWU) Bahasa Indonesia.Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Isfiana Nursari,
S.Pd., M.Pd. sebagai dosen pengampu. Semoga nasihat, bimbingan, dan motivasi dari Ibu serta
teman-teman menjadi kebaikan dan diridhai Allah Swt.

Lhokseumawe, 30 Agustus 2023

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam dunia komunikasi tertulis, paragraf memiliki peran yang sangat penting. Paragraf
adalah unit terkecil dalam tulisan yang mengandung satu ide pokok atau gagasan utama.
Kehadiran paragraf memungkinkan penulis untuk mengorganisir dan menyusun informasi
dengan jelas dan terstruktur, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat lebih mudah
dipahami oleh pembaca.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi, komunikasi tertulis semakin


mendominasi berbagai aspek kehidupan. Mulai dari akademik, bisnis, hingga media sosial,
penulisan yang efektif menjadi keterampilan yang esensial. Paragraf yang terstruktur dan
koheren membantu memudahkan penyampaian informasi, menghindari kebingungan, serta
memungkinkan pembaca untuk mengikuti alur pemikiran penulis.

Selain itu, paragraf juga berperan dalam membantu penulis mengembangkan argumen atau
pendapatnya. Setiap paragraf dapat didedikasikan untuk menguraikan satu aspek dari suatu topik,
memperkuat argumen dengan fakta atau contoh, serta memberikan penjelasan mendalam. Hal ini
membantu dalam membangun landasan yang kuat untuk mendukung pesan atau tujuan yang
ingin disampaikan oleh penulis.

Tidak hanya itu, paragraf juga berkontribusi pada estetika dan keindahan tulisan. Penyusunan
paragraf yang tepat dan beragam panjangnya membantu menciptakan ritme dalam tulisan,
menjaga minat pembaca, serta membuat teks terlihat lebih menarik secara visual. Keterampilan
dalam mengatur paragraf dengan baik juga memungkinkan penulis untuk mengontrol penekanan
pada bagian-bagian tertentu dari tulisan.

Dalam konteks pendidikan, kemampuan dalam menulis paragraf yang baik menjadi dasar
dalam pengembangan keterampilan menulis yang lebih kompleks. Pembelajaran tentang struktur
paragraf, pengembangan gagasan, dan penggunaan bukti mendukung membantu siswa atau
pembelajar dewasa memahami bagaimana menyusun teks yang koheren dan persuasif.

Dengan demikian, pemahaman tentang peran dan kepentingan paragraf dalam komunikasi
tertulis sangatlah vital. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut tentang struktur paragraf,
teknik menyusun paragraf yang efektif, serta contoh penerapan paragraf dalam berbagai konteks
komunikasi. Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih dalam tentang
bagaimana paragraf berperan dalam membantu efektivitas komunikasi tertulis.

3
1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang maka permasalahan penelitian
ini adalah :

1.2.1 Apa pengertian paragraf ?


1.2.2 Apa saja syarat-syarat pengembangan sebuah paragraf ?
1.2.3 Apa saja unsur-unsur paragraf ?
1.2.4 Apa saja jenis-jenis paragraf ?
1.2.5 Apa saja ciri-ciri paragraf ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian paragraf


1.3.2 Untuk mengetahui syarat-syarat pengembangan sebuah paragraf
1.3.3 Untuk mengetahui unsur-unsur paragraf
1.3.4 Untuk mengetahui jenis-jenis paragraf
1.3.5 Untuk mengetahui ciri-ciri paragraf

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PARAGRAF

Paragraph adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topic.
Kalimat-kalimat dalam paragraph memperhatikan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan
dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Paragraf yang baik harus memiliki dua ketentuan,
yaitu kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf (Arifin dan Amran dalam Azwardi, 2018: 96).

Paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki kepaduan antar teksnya, kepaduan
bentuk atau kohesi maupun kepaduan makna atau koherensi. Sejalan dengan itu (Alwi, ddk
dalam Azwardi, 2018:96) menegaskan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa terkecil dalam
wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Kemudian kalimat juga
merupakan satuan dasar wacana yang berarti hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat atau
lebih yang letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan.

Rangka atau struktur sebuah paragraf terdiri atas sebuah kalimat topik dan beberapa
kalimat penjelas. Paragraf terdiri atas paragraf deduktif dan induktif, deduktif yaitu paragraf
yang meletakkan kalimat topik pada awal paragraf sedangkan induktif yaitu meletakkan kalimat
topik pada akhir paragraf (Arifin dan Amran dalam Azwardi,2018: 96). Teknik pengembangan
paragraf dapat diperbaiki lagi menjadi beberapa cara yang lebih praktis diantaranya, (a) dengan
memberikan contoh, (b) dengan menampilkan fakta-fakta, (c) dengan memberikan alasan-alasan
dan bercerita (Arifin dan Amran dalam Azwardi, 2018; 96).

Pengertian paragraf juga dijelaskan oleh (Keraf dalam Azwardi, 2018: 96) yaitu. Paragraf
bukanlah suatu pembagian secara konvensional atau kesepakatan ahli dari suatu bab yang terdiri
dari kalimat-kalimat, tetapi dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. Paragraf tidak lain suatu
kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan
himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah
gagasan. Dalam paragraf itu gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang
maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.

5
Menurut Keraf, paragraf merupakan satu kesatuan pikiran atau gagasan yang
dirangkaikan oleh beberapa kalimat. Kedudukan paragraf lebih tinggi dibandingkan dengan
kalimat. Dalam paragraf ini gagasan tidakbolehlebihdarisatu atau ganda. Gagasan ini dijelaskan
secara terperinci oleh kesatuan kalimat-kalimat.

Jadi, paragraf merupakan sarana menuangkan gagasan dengan arti kata segala sesuatu
yang kita rasakan, berupa rangkaian kata yang disusun dengan sebaik-baiknya dalam suatu
kesatuan bentuk sehingga gagasan kita dapat dipahami dengan mudah.

2.2 SYARAT-SYARAT PENGEMBANGAN SEBUAH PARAGRAF

Sebuah paragraf mempunyai syarat-syarat untuk pembentukannya. Suatu paragraf dianggap


bermutu dan efektif mengkomunikasikan gagasan yang didukungnya apabila paragraf itu
lengkap, artinya mengandung pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas. Di samping itu, sama
halnya dengan kalimat, paragraf harus memenuhi persyaratan tertentu. Syarat-syarat
pembentukan paragraf yaitu meliputi kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.

1) Kesatuan

Paragraf yang baik haruslah memiliki gagasan utama. Maksudnya, dalam paragraf mungkin
terdapat beberapa gagasan tambahan, tetapi gagasangagasan itu harus terfokus pada satu gagasan
utama sebagai pengendali. Oleh karena itu, dalam pengembangan paragraf tidak boleh terdapat
unsur-unsur yang tidak berhubungan dengan topik itu. Jika ini terpenuhi, maka paragraf itu telah
memenuhi ciri kesatuan.

(Keraf dalam Azwardi, 2018:97) menjelaskan kesatuan paragraf adalah kesatuan yang
memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak
boleh diartikan bahwa hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinia yang mempunyai kesatuan bisa
saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah
bersamasama digerakkan untuk menunjang maksud tunggal. Maksud tunggal itulah yang ingin
disampaikan penulis dalam alinea itu.

6
(Alwi dalam Azwardi, 2018:97) mengatakan kesatuan dalam sebuah paragraf hanya akan
terbentuk apabila informasi-informasi dalam paragraf itu tetap dikendalikan oleh gagasan utama.
Penulis harus senantiasamengevaluasi kalimat-kalimat yang ditulisnya itu erat hubungannya
dengan gagasan utama. Paragraf dianggap memiliki kesatuan jika kalimat-kalimat dalam
paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus
pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan. Jadi, kesatuan di sini bukan
berarti satu atau singkat aklimatnya, melainkan kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut
menyatu untuk mendukung pikiran utama sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.

Contoh:

Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang sering luput dari perawatan. Akibatnya,
bagian ini sering sekali tampak tua terlebih dahulu. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kaki
tidak perlu mendapat perawatan rutin karena bagian ini relatif tidak tampak, terselubung dengan
sepatu. Padahal, jari kaki yang kotor, kuku yang hitam tak terawat, dan tumit kering mengeras
serta pecah-pecah merupakan pemandangan yang mengurangi nilai kecantikan seseorang kendati
nilai wajahnya maksimal.

Paragraf di atas membicarakan gagasan pokok, yaitu tentang perawatan kaki. Gagasan pokok
itu dirinci atau dijelaskan oleh beberapa gagasan penunjang, seperti kaki yang sering luput dari
perawatan dan dampak dari kurangnya perawatan kaki.

2) Kepaduan

Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah bahwa paragraf tersebut harus
mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik terjadi apabila hubungan
timbal balik antara kalimat-kalimat yang membangun paragraf itu baik, wajar, dan mudah
dipahami. Pengertian paragraf juga dijelaskan oleh (Keraf dalam Azwardi, 2018: 98) yaitu,
Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang
merangkai paragraf tersebut, baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca dengan
mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat atau
semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya, tidak terasa loncatan-
loncatan pikiran yang membingungkan.

7
Jadi, menurut Keraf kepaduan bergantung dari penyusunan gagasan gagasan, sehingga
pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antara bagian-bagian tersebut. Jadi, bila sebuah
paragraf tidak memiliki kepaduan, akan membuat pembaca seolah-olah hanya menghadapi suatu
kelompok kalimat yang masing-masing berdiri lepas dari yang lain dengan gagasannya sendiri
bukan dari suatu uraian.

Pendeknya sebuah paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan
pembaca dengan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca
dengan urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan
perincian yang tidak logis dan tidak lagi berorientasi kepada pokok utama.

Dengan demikian kalimat-kalimat dalam paragraf bukanlah kalimat-kalimat yang dapat


berdiri sendiri. Kalimat-kalimat tersebut harus mempunyai hubungan timbal balik, artinya
kalimat pertama berhubungan dengan kalimat kedua, kalimat kedua berhubungan dengan kalimat
ketiga dan demikian seterusnya.

Seperti dikemukakan oleh (Keraf dalam Azwardi, 2018:99) koherensi suatu paragraf dapat
ditunjukkan oleh:

a. Pengulangan kata/ kelompok kata kunci atau disebut repetisi.


b. Penggantian kata/ kelompok kata atau subtitusi.
c. Pengulangan kata/ kelompok kata atau transisi.
d. Hubungan implisit atau penghilangan kata/ kelompok kata tertentu atau Ellipsis.

Berikut ini contoh paragraf yang memiliki kepaduan.Dalam mengajarkan sesuatu, langkah
pertama yang perlu kita lakukan ialah menentukan tujuan mengajarkan sesuatu inti. Tanpa
adanya tujuan yang sudah ditetapkan, materi yang kita berikan, metode yang kita gunakan, dan
evaluasi yang kita susun, tidak akan banyak memberikan manfaat bagi anak didik dalam
menerapkan hasil proses belajar-mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran, kita
menentukan materi yang akan kita ajarkan, metode yang akan kita gunakan, serta bentuk
evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

3) Kelengkapan/ Ketuntasan Paragraf

8
Suatu paragraf dikatakan lengkap, apabila kalimat topik ditunjang oleh sejumlah kalimat
penjelas. Tentang kalimat-kalimat penjelas ini sudah dibicarakan di bagian awal tulisan ini, yaitu
pada unsur-unsur paragraf.

Kalimat-kalimat penjelas penunjang utama atau penunjang kedua harus benar-benar


menjelaskan pikiran utama. Cara mengembangkan pikiran utama menjadi paragraf serta
hubungan antar kalimat utama dengan kalimat penjelas dapat dilihat dari urutan rinciannya.

Rincian itu dapat diurut secara urutan waktu (kronologis), urutan logis, terdiri atas sebab-
akibat, akibat-sebab, umum-khusus, khususumum, urutan ruang, urutan proses, contoh-
contohdandengandetailfakta.

Contoh:

a. Suku dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka berselisih atau
bertengkar. Mereka tidak mau melakukan perkelahian.
b. Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini adalah tidak adanya peminat atau penggemar
jenis binatang laut seperti halnya peminat ataupenggemar penghuni darat atau burung-
burung indah.

Kedua paragraf di atas termasuk paragraf yang tidak lengkap. Paragraf yang pertama (a)
meskipun terdiri atas lebih dari satu kalimat, tetapi bukan termasuk paragraf yang lengkap,
karena kalimat-kalimatnya merupakan pengulangan kalimat yang pertama. Dapat kita lihat
ungkapan bertengkar pada kalimat pertama, hanya diulangi dengan sinonimnya, yaitu kata
berselisih, bertengkar dan berkelahi pada kalimat keduadanketiga. Demikian juga paragraf kedua
(b) belum dapat dimasukkan paragraf lengkap, karena hanya terdiri atas kalimat topik saja.

2.3 UNSUR-UNSUR PARAGRAF

Unsur-unsur paragraf sehingga penegas, ada unsur dan empat paragraf transisi. tersebut
macam, adalah tersusun Keempat yaitu beberapa secara kalimat unsur-unsur logis tersebut topik,
dan yang kalimat sistematis. kadang-kadang membangun penjelas, Unsur-unsur paragraf,kalimat
tampil secara bersama-sama, terkadang hanya sebagian.

9
1) Kalimat Topik

Kalimat topik adalah beberapa kalimat lain yang berfungsi mendukung, menjelaskan atau
mengembangkan kalimat topik itu (Alwi dalam Azwardi, 2018:101). Selanjutnya, (Ibrahim dan
Wildan dalam Azwardi,2018:101) menjelaskan kalimat topik adalah kalimat yang di dalamnya
mengandung gagasan pokok pembicaraan atau kalimat topik yang dirumuskan dalam bentuk
kalimat. Ciri-ciri kalimat topik ini biasanya bersifat umum. Letak kalimat topik di dalam
paragraf memiliki berbagai kemungkinan, yakni di awal paragraf, di akhir paragraf, dan yang
jarang ditemui yakni di tengah paragraf.

Kalimat topik berfungsi untuk memberitahukan kepada pembaca yang diperbincangkan


dalam paragraf, sebagai pengontrol terhadap apa yang akan diuraikan, memberi arah bagi
penulis, terhadap semua hal yang akan dikemukakan, sebagai sandaran bagi kalimat lain dalam
paragraf, dan mempermudah membaca dalam memahami isi paragraf.

Contoh:

Olahraga memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Dengan
rutin berolahraga, tubuh dapat mempertahankan berat badan yang sehat dan mengurangi risiko
terjadinya penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung.

Topiknya yaitu: Pentingnya olahraga dalam menjaga kesehatan tubuh.

2) Kalimat Penjelas

Kalimat penjelas ialah kalimat yang menjelaskan dan memaparkan gagasan pokok yang
terdapat dalam sebuah paragraf (Ibrahim dan Wildan dalam Azwardi, 2018:101). Dalam suatu
paragraf, jumlah kalimat penjelas ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kalimat topik dan
unsur yang lainnya. Sebagian besar kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraf termasuk
kalimat penjelas.

Kalimat penjelas berfungsi untuk menjelaskan sisi-sisi gelap yang terdapat dalam kalimat
topik. Sisi gelap di sini yaitu hal-hal yang perlu mendapat penjelasan, keterangan, ulasan atau
komentar. Susunan kalimat penjelas ini tidak boleh sembarangan harus mengikuti hakikat

10
gagasan pokok. Misalnya, penjelas kalimat topik yang memerlukan kronologis, maka urutan
kalimat penjelasnya harus dimulai dari urutan masa lalu, kini dan masa sekarang.

Contoh:

Salah satu jenis olahraga yang dapat dilakukan di udara terbuka adalah bersepeda. Bersepeda
adalah kegiatan fisik yang melibatkan penggunaan sepeda untuk berpindah dari satu tempat ke
tempat lain. Aktivitas ini tidak hanya memberikan manfaat kesehatan seperti meningkatkan
kekuatan otot dan kardiovaskular, tetapi juga memungkinkan pelakunya menikmati
pemandangan sekitar dan udara segar saat berolahraga.

3) Kalimat Penegas

Kehadiran kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak bersifat mutlak. Kalimat tersebut
dihadirkan apabila pengarang merasa perlu mempertegas gagasan yang telah disampaikan
terlebih dahulu. Namun, apabila informasi atau gagasan yang disampaikan itu cukup jelas, maka
kalimat penegas itu tidak diperlukan. Kalimat penegas adalah kalimat yang berisi simpulan atau
pernyataan pada akhir paragraf (Ibrahim dan Wildan dalam Azwardi, 2018:102).

Kalimat penegas berfungsi sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik, dan
sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan atau sebagai penarik minat pembaca. Maka dari
itu kehadiran kalimat penegas itu bersifat mana suka.

Contoh:

Tidak dapat disangkal bahwa teknologi telah merubah cara kita berkomunikasi. Dengan
adanya perkembangan teknologi, kita kini dapat terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia
dalam hitungan detik melalui pesan teks, panggilan video, atau media sosial. Interaksi yang
dulunya memerlukan waktu dan usaha kini dapat dilakukan secara instan, mempersempit jarak
dan waktu antara individu yang berbeda lokasi geografisnya.

4) Transisi

Kehadiran transisi dalam suatu paragraf bukan suatu keharusan. Hal ini bergantung kepada
pertimbangan pengarang. Bila pengarang merasa membutuhkan transisi untuk kejelasan

11
informasi, transisi dapat ditampilkan. Sebaliknya, bila pengarang dapat mengungkapkan
gagasannya secara jernih tanpa transisi, transisi tidak perlu dihadirkan dalam paragraf tersebut.

Transisi adalah kata hubung atau ungkapan penghubung yang digunakan untuk mengaitkan
kalimat yang satu dengan paragraf berikutnya yang isinya berdekatan (Ibrahim dan Wildan
dalam Azwardi, 2018:102). Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa transisi berfungsi sebagai
penunjang keutuhan dan kepaduan paragraf.

Contoh:

Setelah menguraikan masalah utama yang dihadapi perusahaan, kita dapat melihat bahwa
langkah pertama untuk pemulihan adalah menganalisis penyebab akar masalah.

Berikut dikemukakan kata-kata atau frasa transisi berjumlah banyak dan jenis-jenis, seperti
dikemukakan oleh (Keraf dalam Azwardi, 2018:102).

a. hubungan yang menyatakan tambahan terhadap sesuatu yang telah disebut, misalnya:
dan, lagi, serta, lagi pula, lebih lagi, tambahan, selanjutnya, disamping itu, akhirnya, dan
sebagainya.
b. hubungan yang menyatakan perentangan, misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun juga,
sebaliknya, walaupun, demikian, biarpun, meskipun.
c. hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: sama, sama halnya, seperti, ibarat,
baik, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian,dan sebagaimana.
d. Hubungan yang menyatakan akibat, misalnya: sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu,
jadi, maka, akibatnya, karena itu.
e. Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya : untuk maksud itu, untuk maksud tertentu,
untuk maksud tersebut, supaya.
f. Hubungan menyatakan singkatan, misalnya contoh ringkasnya, secara singkat,
pendeknya, pada lain, yakni, yaitu, sesungguhnya.
g. Hubungan yang menyatakan waktu, misalnya: sementara dahulu, sebelum, sementara itu,
segera, sesudah itu, kemudian.
h. Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di situ, berdekatan dengan,
berdampingan dengan.

12
i. Hubungan yang menyatakan ilustrasi, misalnya: umpama, yang menyatakan
pengandaian, misalnya:umpama, contoh, dan misalnya.
j. Hubungan yang menyatakan pengadaian, misalnya: andaikata, kalau, dan seandainya.

Pengembangan paragraf ini berlaku pada tulisan, sedangkan pengembangan paragraf secara
lisan (paraton) ditandai oleh jeda, intonasi, artikulasi, dan hal-hal yang mendukung
pengembangan paragraf secara lisan. Penanda tersebut dapat memudahkan pendengar dalam
menganalisis atau memahami maksud pembicaraan yang disampaikan. Hal ini dapat dilihat dari
aspek ketentuan berbicara yang baik yang menjadi pedoman dalam pengembangan paragraf
secara lisan.

2.4 JENIS-JENIS PARAGRAF

Di dunia ini memang banyak jenis-jenis tulisan yang disampaikan para ahli mengenai
menulis. Kita dapat melihat berdasarkan penggolongan dalam cara penyajian dan tujuan
penyampaiannya. Bila dilihat dari segi bentuknya tulisan meliputi, deskripsi, eksposisi, narasi,
persuasi, argumentasi, dan campuran/ kombinasi. Bila kita melihat dalam praktik dan literatur
yang ada selama ini, sebenarnya bentuk tulisan hanya meliputi deskripsi, narasi, dan persuasi.
Sementara itu argumentasi dan eksposisi jarang yang berdiri sendiri. Argumentasi dan eksposisi
biasanya digunakan untuk mendukung bentuk tulisan yang lainnya. Jika kita lihat dalam tulisan
ilmiah misalnya berbentuk argumentasi yang didukung dengan deskripsi (Finoza dalam Nurudin
dalam Azwardi, 2018:103).

Banyak para ahli yang menggolongkan jenis-jenis paragraf atau jenis-jenis tulisan. Namun
dalam penelitian ini penulis akan mencoba memakai teori menurut yang disampaikan (Nurudin
dalam Azwardi, 2018:104); jadi dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas mengenai
paragraf deskripsi saja, pembahasannya sebagai berikut.

1) Paragraf Deskripsi

Kata deskripsi bermakna pemaparan atau pengkarikaturan dengan kata-kata secara jelas dan
terperinci (Sugono dkk dalam Azwardi, 2018:104). Kata mendeskripsikan yaitu menguraikan
kembali teks dalam bentuk lain. Paragraf deskripsi adalah proses menulis yang dilakukan oleh

13
seseorang dengan cara menggambarkan sebuah objek baik manusia maupun benda (Sugono dkk
dalam Azwardi, 2018:104). Penulis akan menuangkan penggambarannya tentang objek tersebut
secara detil dan terperinci. Agar mendapatkan tulisan yang baik penulis tersebut akan melibatkan
seluruh kemampuan yang dimilikinya baik indera, perasaan, dan imajinasinya. Penulis akan
melibatkan objek yang akan dituangkan ke dalam tulisannya dengan alat-alat yang tersedia
seperti kemampuan berbahasa tulis, diksi, penguraian, komposisi tulisan, dan lain-lain. Kegiatan
seorang penulis deskripsi sama seperti kegiatan yang dilakukan seorang pelukis. Mereka sama-
sama menangkap objek yang diamati, diresapi, dan diimajinasikan dalam pikirannya sehingga
dituangkan dalam bentuk lukisan atau tulisan.

Menulis deskripsi memerlukan keahlian khusus sebab tulisan yang dihasilkannya dapat
memberikan gambaran tentang sebuah objek agar para pembaca dapat merasakan layaknya
mereka melihat dengan langsung objek yang dilukiskan melalui tulisan deskripsi tersebut.
Tulisan deskripsi yang baik adalah tulisan yang mampu membuat tulisan tersebut terasa hidup
dan menarik. Seakan pembaca dapat melihatnya secara nyata dan langsung. Bentuk tulisan
deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman
pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya. Biasanya dalam tulisan
deskripsi, seorang penulis tidak boleh mencampuradukkan keadaan sebenarnya dengan
interpretasinya sendiri (Finoza dalam Nurudin dalam Azwardi, 2018:104).

Tulisan deskripsi akan berbeda-beda bentuknya menurut sudut pandang yang


mendeskripsikannya. Menulis tulisan deskripsi diperlukan yang namanya subjektivitas. Namun
banyak juga penulis tidak menerapkan subjektivitas dalam proses menulis deskripsinya. Hal itu
memiliki alasan masing-masing pada diri penulis deskripsi. Ada penulis yang menerapkan
subjektivitas saja bahkan ada penulis yang menggabungkan antara subjektivitas dan kenyataan.

Kita dapat melihat contoh kutipan berikut ini mengenai sepatu yang dilepaskan oleh Pak
Nurudin di depan kelas saat ia mengajar mahasiswanya; "Suatu saat saya pernah mencopot salah
satu sepatu di depan kelas. Kemudian, saya menyuruh beberapa mahasiswa membuat kalimat
tentang sepatu itu. Ada banyak kalimat yang muncul seperti, ?Sepatu tanpa pasangan", "Sepatu
warna hitam milik pak Nurudin", "Sepatu butut yang ada di depan kelas", dan sebaginya objek
sama, tetapi mengapa mereka berbeda dalam membaut sebuah kalimat yang mendeskripsikan
sepatu yang tadi? Di sinilah subjektivitas penulis terjadi. Hanya subjektivitas itu tetap objektif

14
karena berdasarkan objek apa adanya. Dengan kata lain subjektivitas yang objektif" (Nurudin
dalam Azwardi, 2018:104).

Melalui tulisan deskripsi seorang penulis sudah membantu pembaca untuk memahami apa
yang digambarkan dan dilukiskannya melalui tulisan. Ketajaman perasaan, penglihatan,
senyuman, dan rasa yang disampaikan melalui tulisannya maka akan terlihat sejauh mana
kemampaun yang dimiliki oleh penulis tersebut. Tulisan deskripsi dapat kita temukan di media-
media cetak maupun media elektronik. Namun tidak semua tulisan yang terdapat dalam media
cetak maupun media elektronik dapat digolongkan sebagai tulisan deskripsi. Tulisan tersebut
dapat digolongkan ke dalam jenis tulisan deskripsi, bila sebuah tulisan membawa kita pada
penggambaran sebuah objek tertentu maka jenis tulisan tersebut dapat digolongkan ke dalam
tulisan deskripsi.

Menurut (Nurudin dalam Azwardi, 2018:105), tulisan deskripsi digolongkan menjadi dua
jenis yaitu; 1) pendekatan realistis; dalam penulisan memakai pendekatan realistis ini, penulis
dituntut untuk memotret hal/ benda seobjektif mungkin sesuai dengan keadaan yang dilihatnya.
Penulis bersikap layaknyasebuah kamera yang mampu membuat detil-detil, rincian-rincian
secara orisinil, tidak dibuat-buat, dan harus dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar.
Berikut ini contoh paragraf deskripsi melalui pendekatan realistis;

Contoh 1:

"Mobil itu menyimpang dari arahnya dan masuk ke tanggul sedalam 15 meter dengan air
sedalam 2 meter. Orang-orang yang melihat kecelakaan itu segera mencoba memberikan bantuan
kepada kedua wanita di dalamnya. Salah seorang dari wanita itu berhasil naik di mobil. Orang-
orang dapat menyelamatkan wanita yang sudah ada di atas mobil, tapi mereka tidak dapat
menjangkau wanita lain. Seorang polisi datang beberapa saat kemudian dan menyelam untuk
menyelamatkan wanita kedua. Ia terpaksa balik lagi untuk menyelamatkan jiwanya sendiri
karena terancam jiwanya sendiri karena terancam arus yang keras (dikutip dari buku intern
Wartawan Tempo dalam Nurudin dalam Azwardi, 2018:106)."

Contoh 2:

"Steak" Tempo Dulu Toko Oen

15
Memasuki Toko Oen di Jalan Basuki Rahmat, Malang, Jawa Timur, suasana tempo dulu
langsung menyapa. Ada satu radio kuno di satu sudut. Ada pramusaji dengan busana ala zaman
kolonial, juga kursi kayu kuno yang terawat. Saya tamu pertama pada Sabtu (11/11) pagi itu.
Jarum jam menunjukkan pukul 11.00, memang bukan jam makan. Saya memilih tempat duduk di
kursi rotan dengan meja kayu bulat di tengah ruangan. Beberapa pramusaji berbusana ala zaman
kolonial dengan jas tutup putih dilengkapi sarung pendek dan peci hitam tersenyum menyapa.
Ruangan yang luas menjadi tampak penuh, salah satunya karena banyaknya fotofoto yang
dipajang di dinding, foto hitam-putih mengenai suasana Kota Malang tempo dulu. Ada foto
Hotel Tugu, beberapa penanda Kota Malang, gereja tua, juga tentunya eksterior Toko Oen kala
itu. Karena belum jam makan, saya bingung juga mau memesan apa. Pramusaji menawarkan es
krim yang katanya enak-enak. Ada sebelas jenis es krim yang ditawarkan, mulai Tutti Frutti
Cassata, Tropicana Cream, Peach Melba, Corn Ice Cream, Sparkling Deligh, hingga es krim
soda. Tampaknya semua menggiurkan. Saya bilang hendak bersantai sejenak, menikmati suasana
ruangan yang nyaman. Beberapa saat kemudian, datang penyanyi yang juga pemain organ, siap
menghibur tamu ... " (dikutip dari tulisan Susi Ivvaty Kompas, 25 November 2006 dalam
Nurudin dalam Azwardi, 2018:107).

Pendekatan 2) pendekatan impresionis, tulisan deskripsi menggunakan pendekatan ini


berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif. Maksudnya, agar setiap penulis bebas dalam
memberikan pandangan atau interpretasi terhadap bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau
dinikmatinya. Hal ini sesuai dengan sikap seorang seniman atau sastrawan yang dengan
kepekaannya mampu mengekspresikan peristiwa yang dijumpainya. Tulisan deskripsi
impresionis ini biasa digunakan dalam bentuk tulisan narasi yang menggambarkan sebuah
keadaan dengan objekobjek di sekitarnya. Tujuannya, agar pembaca dapat ikut merasakan apa
yang dirasakan oleh penulisnya (Nurudin dalam Azwardi, 2018:107).

Menulis deskripsi akan mendapatkan hasil yang baik bila penulis tersebut mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terhadap objek yang dilihatnya. Berikut beberapa jenis pertanyaan yang
dapat membantu penulis untuk menulis jenis paragraf deskripsi (Sudiati dan Widyamartaya
dalam Nurudin dalam Azwardi, 2018:107). sangat jelas sudah bahwa untuk menulis deskripsi
seorang penulis memerlukan ketajaman pancaindranya. Hasil tulisan yang diperoleh akan sangat
memuaskan bila seluruh pancaindra penulis diterapkan secara keseluruhan. Tanpa kepekaan

16
terhadap hal tersebut tulisan yang dihasilkan tidak akan mendapatkan hasil seperti yang
diharapkan karena penggambaran terhadap objek yang dituliskan oleh seorang penulis
melenceng dari maksud yang ingin disampaikannya.

2) Paragraf Narasi

Narasi (naration) secara harfiah bermakna kisah atau cerita. Paragraf narasi bertujuan
mengisahkan atau bercerita. Paragraf narasi acapkali mirip dengan paragraf deskripsi. Bedanya,
narasi mementingkan urutan (biasanya kronologis), memiliki tokoh, dan terdapat konflikti
dalamnya. Walaupun tidak tampak tajam, konflikti merupakan bagian penting dari sebuah narasi.
Paragraf narasi bukan hanya terdapat pada karya fiksi (cerpen dan novel) tetapi narasi juga
dikenal dalam tulisan ilmiah, misalnya biografi atau autobiografian analisis proses.

Contoh:

Tahun 1977 Dr. Asvarez dan rekan-rekannyadari universitas California , Berkeley mendapati
saesuatu yang aneh. Ketika sedang meneliti lapisan lumpur di Italia-sebagaimana yang mereka
lakukan di Denmark sebalumnya-mereka menemukan kandungan iridium berkadar tinggi di
antara pembatas dua lapisan lumpur itu. Pada tahun berikutnya kapal peneliti AS Glomar
Challenger Two juga menemukan iridium berkadar tinggi di perairan New Mexico bagian utara.
Bahan yang hanya bisa ditemukan dalam jumlah sedikit di muka bumi ini diyakini dari pecahan
meteorit angkasa luar yang secara perlahan mengumpul sejak jutaan tahun yang lalu.

3) Paragraf Eksposisi

Paragraf eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan penyuluhan/


informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar
pembaca menerima atau mengikutinya. Paragraf eksposisi tepat untuk menyajikan
pengetahuan/ilmu baru, definisi, pengertian, langkah-langkah, metode, cara dan proses. Sebagian
besar buku teks dan pelajaran berbentuk eksposisi.

Contoh:

Rokok, alkohol, dan narkotika adalah tiga jenis bahan yang sama-sama dapat mengakibatkan
ketergantungan fisik dan psikhis para pemakainya, walaupun dengan kadar yang berbeda-beda.

17
Penggunaan salah satu dari ketiganya dalam waktu yang lama, sering, dan terus menerus dapat
menimbulkan kebiasaan dan meningkat menjadi ketagihan. Zat-zat kimia yang dikandung oleh
rokok, alkohol, dan narkotika akan mempengaruhi metabolisme tubuh manusia dan
menimbulkan ketergantungan dan kebutuhan fisik. Zat-zat yang menimbulkan ketergantungan
fisik ini disebut zat adiktif.

4) Paragraf Argumentasi

Istilah argumentasi diturunkan dari verba to argue (Ing) artinya membuktikan, atau
menyampaikan alasan. Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan alasan. Paragraf
argumentasi bertujuan menyampaikan gagasan, ide, pendapat, konsepsi, atau opini penulis
disertai data sebagai bukti dan alasan untuk meyakinkan pembaca atas kebenaran gagasan itu.
Dengan argumentasi penulis berusaha mempengaruhi jalan pikiran pembaca agar menerima
kebenaran yang dikemukakannya.

Proses dalam sebuah sidang peradilan merupakan salah satu contoh perbantahan dan adu
argumentasi antara jaksa penuntut dan pembela. Kedua belah pihak ingin membuktikan
kebenaran menurut versi masingmasing dengan membawa barang bukti, menghadirkan saksi,
dan pengakuan terdakwa atau yang berperkara sebagai alat untuk meyakinkan hakim agar
mengambil keputusan seperti yang diinginkan masing-masing pihak. Simpulan merupakan salah
satu ciri argumentasi.

Contoh:

Masih ada solusi yang baik untuk mengatasi polemik kapal ikan di perairan kita.
Penambahan jumlah kapal besar di perairan Sulawesi, Maluku, dan Irian tidak perlu diikuti
dengan pemindahan kapal kecil ke wilayah lain. Membatasi impor kapal kapal ikan juga kurang
menguntungkan jika kenyataannya wilayah perairankita memerlukan tambahan untuk dapat
mengeksploitasi secara optimal. Yang terpenting adalah rasionalisasi jumlah dan ukuran kapal
sesuai dangan pemberlakuan wilayah fishing ground dan fishing base.

5) Paragraf Persuasi

Kata persuasi diturunkan dari verba to persuade (Ing) yang artinya membujuk atau
menyarankan. Paragraf persuasi merupakan kelanjutan atau pengembangan argumentasi.

18
Persuasi mula-mula memaparkan gagasan dengan alasan untuk meyakinkan pembaca, kemudian
diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca. Beda argumentasi
dan persuasi terletak pada sasaran yang ingin dibidik oleh paragraf tersebut. Argumentasi
menitikberatkan sasaran pada logika

Pembaca sedangkan persuasi pada emosi/perasaan pembaca walaupun tidak melapaskan


logika. Persuasi yang baik akan diawali atau disertai dengan argumentasi yang baik pula. Sebuah
persuasi tanpa argumentasi akan mirip iklan atau akan menghasilkan paragraf yang bombastis.
Sebuah persuasidapatberkembang menjadi agitasi dan provokasi.

Contoh:

Setiap detik penduduk di bumi bertambah lima jiwa. Bisa dipastikan bahwa pertumbuhan
penduduk yang demikian pesat akan menjadi masalah global. Bumi tempat kita bermukim ini
adalah makhluk terbatas. Mulai dari penyediaan ruang hunian sampai dengan penyediaan sumber
daya alam yang memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, semua pihak harus sadar akan bahaya
tersebut. Di satu sisi kita perlu mengendalikan pertambahan penduduk dan di sisi lain kita harus
berusaha keras mencari penemuan-penemuan baru untuk memenuhi tuntutan kehidupan yang tak
terelakkan tersebut.

2.5 CIRI-CIRI PARAGRAF

Paragraf adalah kumpulan kalimat yang berisi satu gagasan. Paragraf merupakan jalan
yang ditempuh penulis untuk menyampaikan buah pikirannya. Tidak semua kumpulan kalimat
dapat dikategorikan sebagai paragraf. Oleh karena itu perlu bagi kita untuk mengetahui ciri-ciri
paragraf supaya kita dapat membedakan kumpulan kalimat yang berupa paragraf dan bukan
paragraf. Berikut ini adalah ciri-ciri paragraf:

Kalimat pertama bertakuk (block style) ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan
biasa, misalnya surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya
makalah, skripsi, disertasi. Karangan berbentuk lurus dan tidak bertakuk ditandai dengan jarak
spasi merenggang, satu spasi lebih banyak dari pada antar baris lainnya. Paragraf menggunakan
pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik. Setiap paragraf

19
menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan kalimat pengembang yang
berfungsi menjelaskan, menguraikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat
topik. Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan penjelas) yang dinyatakan dalam kalimat
penjelas. Kalimat ini berisi detil-detil kalimat topik. Paragraf bukan kumpulan kalimat-kalimat
topik. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat
penjelas berisi detil yang sangat spesifik dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.

20
BAB III

KESIMPULAN

Paragraf merupakan bagian suatu tulisan yang terdiri atas kumpulan kalimat secara padu
yang memiliki satu ide pikiran. Fungsi utama paragraf yaitu menandai awal gagasan baru. Suatu
kumpulan kalimat dikatakan paragraf apabila kalimat tersebut memiliki kesatuan, kelengkapan,
koherensi, dan urutan pikiran yang runtut dengan kalimat lainnya. peran penting paragraf dalam
komunikasi tertulis dan bagaimana penulisan yang terstruktur dapat meningkatkan kejelasan dan
daya tarik tulisa

SARAN

 Dalam menyusun suatu paragraf hendaknya sesuai dengan ketentuan atau syarat-syarat yang
telah ada, sehingga mempermudah dalam membaca dan dapat mengetahui isi dari suatu
paragraph dengan mudah.
 Khusunya bagi pelajar hendaknya mau memahami bagaimana cara mengembangkan suatu
tulisan-tulisan agar menjadi suatu paragraf yang baik dan benar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Azwardi. 2018. Bahasa Indonesia Materi Kuliah MKWU. Banda Aceh. Syiah Kuala University
Press.

22

Anda mungkin juga menyukai