Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

PENYUSUNAN PARAGRAF DALAM PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia yang Diampu
oleh Prof. Dr. Dawud, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Nishar Rahmawati (220413609617)


2. Pravita Ayu Larasati (220413605448)
3. Putri Ayu Wardani (220413603077)
4. Putri Naela Nada (220413606148)
5. Raditya Arhinsa A.N. (220432604072)
6. Rafly Tri Astanto (2204326609861)
7. Riska Purwitasari (220432600351)
8. Rohmatul Ummah (220432600351)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik, dan hidayat sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Penyusunan Paragraf dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI)” sebagai syarat terpenuhinya
nilai dari mata kuliah pendidikan bahasa Indonesia. Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang turut
membantu menyelesaikan laporan ini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Prof.
Dr. Dawud, M.Pd., selaku dosen yang mengampu mata kuliah pendidikan bahasa Indonesia.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis menyadari bahwa makalah yang disusun masih jauh
sekali dari kata sempurna baik dari segi penulisan dan isi materi. Untuk itu, kritik dan saran
dari seluruh pihak sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan penyusunan makalah ini.

Malang, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2

1.3 Tujuan..................................................................................................................................... 2

BAB II ISI ........................................................................................................................................ 3

2.1 Hakikat Paragraf ...................................................................................................................... 3

2.2 Unsur-Unsur dalam Penyusunan Paragraf............................................................................... 6

2.3 Syarat dan Ciri Paragraf Padu ................................................................................................. 8

2.4 Jenis-Jenis Pengembangan Paragraf dalam KTI ..................................................................... 9

2.5 Contoh Pengembangan Paragraf dalam KTI ......................................................................... 12

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 14

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesulitan pertama dalam menulis karya ilmiah biasanya saat mengungkapkan ide
dalam bentuk kalimat dalam bahasa ilmiah, dimana perbedaan paragraf dan kalimat sering
terlupakan. Suatu kalimat tertulis tidak berdiri sendiri, melainkan dihubungkan dengan
kalimat-kalimat lain yang membentuk suatu paragraf. Paragraf merupakan penyajian kecil
suatu karangan yang menimbulkan satuan pemikiran sebagai pesan yang disampaikan
penulis dalam karangan tersebut.

Paragraf dapat diberikan pengertian sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan yang
terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat (Mustakim 1994:112). Paragraf merupakan
salah satu bentuk kebahasaan yang biasanya dihasilkan dari penggabungan beberapa
kalimat menjadi suatu paragraf yang harus diperhatikan kesatuan dan keterpaduannya.
Kesatuan artinya seluruh kalimat dalam satu paragraf membicarakan satu gagasan (one
idea). Sedangkan kepaduan sendiri berarti semua kalimat dalam suatu paragraf yang saling
berkaitan untuk mendukung satu gagasan dalam paragraf tersebut.

Akan tetapi pada umumnya masih banyak orang kurang memahami pengetahuan dalam
penggunaan paragraf. Kelemahan seperti itu sering dijumpai pada karangan seperti ini
karena belum tercapainya suatu kemampuan seseorang dalam penulisan karya ilmiah.
Oleh karena itu, kemampuan mahasiswa dalam menulis paragraf sangat di perlukan demi
tercapainya penulisan karya ilmiah yang baik dan benar sesuai aturan dalam bahasa
Indonesia. Berdasarkan alasan tersebut, maka “Penyusunan Paragraf dalam Penulisan
Karya Ilmiah”, perlu dipelajari lebih lanjut.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ada lima rumusan masalah tentang penyusunan
paragraf dalam penulisan KTI:
1. bagaimana penjelasan hakikat paragraf?
2. bagaimana unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan paragraf?
3. bagaimana ketentuan syarat paragraf yang padu?
4. bagaimana jenis pengembangan paragraf dalam KTI?
5. bagaimana contoh pada jenis pengembangan paragraf?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka ada lima tujuan tentang makalah penyusunan
paragraf dalam penulisan KTI:
1. mahasiswa dapat memahami pengertian hakikat paragraf
2. mahasiswa mengetahui dan memahami unsur dalam penyusunan paragraf
3. mahasiswa dapat memahami ketentuan syarat dan paragraf yang padu
4. mahasiswa dapat memahami pengembangan paragraf dalam KTI
5. mahasiswa mampu mengembangkan penulisan paragraf

2
BAB II
ISI

2.1 Hakikat Paragraf


A. Pengertian Paragraf

Dalam sebuah teks seringkali terdapat bagian yang menjorok ke dalam yang disebut
paragraf. Hakikat paragraf sebenarnya tidak sesederhana itu. Paragraf adalah bagian dari
sebuah karangan atau esai. Pada hakikatnya paragraf adalah sekumpulan kalimat yang
saling berhubungan dan digunakan secara bersama-sama untuk menyatakan atau
mengembangkan suatu gagasan. Paragraf merupakan pengungkapan ide dalam sebuah
karangan dan didukung oleh rangkaian kalimat yang saling berhubungan sehingga
membentuk gagasan. Dalam sebuah karangan atau paragraf, paragraf berfungsi untuk
memudahkan pemahaman dan pemahaman dengan cara memisahkan suatu topik atau
pokok bahasan dengan topik atau pokok bahasan lainnya. Paragraf yang mempunyai
gagasan pokok dikelompokkan menjadi kalimat topik. Bagi penulis, gagasan utama
menjadi penggerak kalimat penjelas/pengembangan agar tidak melenceng dari pokok
bahasan. Sedangkan bagi pembaca, gagasan pokok menjadi pedoman dalam memahami
isi karena merupakan informasi utama yang ingin disampaikan penulis.

B. Gagasan Utama dan Kalimat Topik

Dalam sebuah paragraf, fokusnya terletak pada gagasan utama. Gagasan pokok ini
merupakan pokok bahasan, oleh karena itu seringkali disebut gagasan pokok, gagasan
utama, atau ide pokok. Gagasan utama disajikan dalam sebuah kalimat topik. Fungsi
kalimat topik adalah untuk memberitahu pembaca apa yang sedang dibicarakan dalam
paragraf. Kalimat topik berfungsi untuk mendukung kalimat-kalimat lain dalam paragraf
tersebut. Kalimat-kalimat lain dalam paragraf berfungsi untuk memperjelas atau
menjelaskan kalimat topik. Semua kalimat yang membentuk paragraf secara bersama-
sama mengungkapkan suatu hal atau topik tertentu. Untuk membentuk sebuah paragraf,
kalimat topik harus diperluas dengan kalimat penjelas. Pengembangan paragraf dilakukan
dengan merinci secara cermat gagasan pokok yang terkandung dalam kalimat topik. Dalam
membuat sebuah paragraf, gagasan pokok yang tertuang dalam kalimat topik bisa

3
diletakkan di awal, akhir, awal dan akhir, tengah, atau bisa juga tersebar di seluruh
paragraf.

C. Struktur Paragraf

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, dalam membuat paragraf,
kalimat topik harus diperluas dengan kalimat penjelas. Kalimat penjelas ini berfungsi
mendukung, menjelaskan, atau mengembangkan kalimat topik. Kalimat seperti ini disebut
kalimat pengembang. Dalam paragraf, keeratan hubungan antara kalimat pengembang dan
kalimat topik berbeda-beda. Terdapat kalimat pengembang yang langsung menjelaskan
kalimat topik. Namun ada juga kalimat pengembang yang tidak menjelaskan langsung
kalimat topik. Kalimat yang menjelaskan kalimat topik secara langsung disebut kalimat
pengembang langsung atau kalimat pengembang mayor, sedangkan kalimat yang
menjelaskan kalimat topik secara tidak langsung disebut kalimat pengembang tak
langsung atau kalimat pengembangan minor. Kalimat pengembang tak langsung
menjelaskan kalimat topik melalui kalimat pengembang langsung. Secara hierarki,
hubungan antara kalimat topik dan kalimat pengembang dapat digambarkan sebagai
berikut:

Kalimat Topik

Kalimat Pengembang Langsung

Kalimat Pengembang
Taklangsung

Banyaknya kalimat pengembangan langsung dan tak langsung sangat bergantung pada
luas dan sempitnya informasi yang terkandung dalam kalimat topik. Setelah kalimat topik
harus selalu ada kalimat pengembang langsung. Struktur-struktur paragraf sebagai berikut:

4
struktur (1) kalimat topik (KT)–kalimat pengembang langsung (KPL),

KPL
KT
KPL

struktur (2) kalimat topik (KT)–kalimat pengembang langsung (KPL)– kalimat


pengembang taklangsung (KPT)

KPT
KPL
KPT
KT
KPT
KPL
KPT

struktur (3) kalimat pengembang langsung (KPL)–kalimat topik (KT)

KPL
KT
KPL

struktur (4) kalimat pengembang taklangsung (KPT)–kalimat pengembang langsung


(KPL)–kalimat topik (KT).

KPT
KPL
KPT
KT
KPT
KPL
KPT

5
2.2 Unsur-Unsur dalam Penyusunan Paragraf

Dalam satu paragraf pastilah memiliki unsur-unsur penyusunnya. Terdapat satu teori
tentang unsur-unsur paragraf, yaitu teori Wiyanto. Wiyanto menjelaskan bahwa paragraf
memiliki empat unsur, yaitu kalimat transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, dan
kalimat penegas. Namun keempat unsur tersebut tidak harus semuanya ada dalam satu
paragraf. Karena paragraf sendiri memiliki klasifikasi berdasarkan banyak unsur
penyusunnya. Ada paragraf empat unsur, paragraf tiga unsur, paragraf dua unsur, dan
paragraf tiga unsur.

1. Paragraf Empat Unsur

Paragraf empat unsur adalah paragraf yang disusun dengan empat unsur
paragraf dalam teori Wiyanto, yaitu terdapat kalimat transisi, kalimat topik, kalimat
pengembang, dan kalimat penegas. Contohnya:

Andin langsung menelpon Gina setelah mendengar kabar tersebut. Untungnya


keadaan Gina dan keluarga baik-baik saja. Mereka dengan cepat menyelamatkan diri
saat kejadian itu. Keluarga Gina sekarang telah berada di tempat yang aman untuk
menghindari terjadinya gempa susulan.

Dalam paragraf tersebut, kalimat pertama adalah kalimat transisi karena kalimat
pertama memiliki hubungan dengan paragraf sebelumnya. Lalu kalimat kedua
merupakan kalimat topik, kalimat ketiga adalah kalimat pengembang atas kalimat topik
atau kalimat kedua. kalimat empat merupakan kalimat penegas yang merupakan
pernyataan lanjutan dari kalimat sebelumnya.

2. Paragraf Tiga Unsur

Paragraf tiga unsur adalah paragraf yang disusun dengan tiga unsur paragraf
dalam teori Wiyanto. Tiga unsur penyusunnya bisa kalimat transisi, kalimat topik, dan
kalimat pengembang; bisa juga tersusun oleh kalimat topik, kalimat pengembang, dan
kalimat penegas; dan juga bisa tersusun oleh kalimat transisi, kalimat topik, dan kalimat
penegas. Contohnya:

6
Setelah mendengar pembicaraan dari beberapa anak di lorong sekolah, Hani
langsung buru-buru menemui Bu Aisha. Ia menemui Bu Aisha di ruang guru saat beliau
sedang sibuk dengan kertas-kertas ujian para murid. Saat mendengar penuturan Hani,
Bu Aisha nampak terkejut dan dengan segera mengajak Hani pergi untuk meluruskan
permasalahan yang terjadi.

Paragraf tersebut merupakan contoh paragraf dengan tiga unsur, yaitu kalimat
transisi pada kalimat pertama, kalimat topik pada kalimat kedua, dan kalimat
pengembang pada kalimat ketiga.

3. Paragraf Dua Unsur

Paragraf dengan dua unsur adalah paragraf yang disusun oleh dua unsur dalam
teori Wiyanto. Paragraf dua unsur dapat disusun hanya dengan kalimat topik dan
kalimat pengembang. Tetapi tetap bisa disusun dengan kalimat transisi dan kalimat
pokok, atau kalimat pokok dengan kalimat penegas. Contohnya:

Rian senang sekali hari ini. Karena hari ini pertama kalinya dia mendapat
kejutan ulang tahun di sekolahnya.

Dalam paragraf tersebut terdapat dua unsur penyusunnya, yaitu kalimat topik
pada kalimat pertama dan kalimat pengembang pada kalimat kedua yang menjelaskan
alasan Rian sangat senang hati itu.

4. Paragraf Satu Unsur

Paragraf satu unsur dalam teori Wiyanto adalah paragraf yang tersusun atas satu
unsur, yaitu kalimat pokok. Contohnya:

"Ayo!" ajak Dani kepada teman-temannya.

Kalimat tersebut disusun dengan kalimat pokok, yang berarti merupakan


paragraf dengan satu unsur, yaitu kalimat pokok.

7
2.3 Syarat dan Ciri Paragraf Padu
Adapun syarat dan ciri untuk penyusunan paragraf yang padu:

1. Kesatuan
Paragraf yang baik haruslah memiliki satu gagasan utama. Artinya, dalam
paragraf mungkin terdapat beberapa gagasan tambahan atau kalimat penjelas, tetapi
gagasan-gagasan itu harus terfokus pada satu gagasan utama atau kalimat pokok
sebagai pengendali. Yang dimaksud dengan kalimat pokok adalah kalimat yang
berisikan masalah atau simpulan dari paragraf itu sendiri, sedangkan kalimat penjelas
merupakan kalimat yang berisikan penjelasan masalah yang terdapat di kalimat pokok.
Kesatuan dalam sebuah paragraf hanya akan terbentuk apabila informasi-informasi
dalam paragraf itu tetap dikendalikan oleh gagasan utama.

2. Kepaduan

Paragraf dapat dikatakan baik tidak saja kerena gagasan utamanya tunggal,
tetapi juga karena kalimat-kalimat di dalam paragraf terjalin secara logis dan gramatikal
(sesuai dengan tata bahasa). Dengan itu kalimat yang berada dalam paragraf menjadi
padu, berkaitan dengan satu sama lain, untuk mendukung gagasan utama. Dengan itu
pembaca akan mudah dalam memahami kalimat satu ke kalimat berikutnya.

3. Ketuntasan

Paragraf yang baik adalah paragraf yang tuntas. Artinya, paragraf sudah
mencangkup semua yang diperlukan gagasan utama. Ini berarti pula bahwa paragraf
yang baik harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga pembaca tidak bertanya-
tanya apa maksud dari penulis.

4. Keruntutan

Ada beberapa model urutan penyajian informasi dalam paragraf dan tiap model
mempunyai kelebihan masing-masing. Model tersebut adalah urutan waktu, urutan
tempat, urutan umum-khusus, urutan petanyaan-jawaban, urutan sebab-akibat. Pada
dasarnya penulis menyajikan informasi secara urut, sehingga pembaca mudah untuk
mengikuti jalan pikirnya.

8
5. Konsistensi sudut pandang

Sudut pandang adalah suatu teknik yang digunakan pengarang dalam


menampilkan pelaku dalam ceritanya. Macam cudut mandang ada tiga, yaitu (1) sudut
pandang orang pertama, seperti aku, saya, beta; (2) sudut pandang orang ketiga, seperti
dia, atau nama orang, dan; (3) sudut pandang orang ketiga serba tahu, pengarang seolah-
olah serba tahu sehingga pengarang dapat mengemukakan segala tingkah laku dan
pikiran semua tokoh. Agar paragraf mudah dipahami pembaca, penulis harus konsisten
menggunakan sudut pandang tertentu dalam mengungkapkan gagasannya

2.4 Jenis-Jenis Pengembangan Paragraf dalam KTI


A. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau gagasan utamanya
terletak di awal paragraf dan diikuti oleh kalimat- kalimat pengembang untuk
mendukung gagasan utama. Ide pokok atau gagasan utama berupa pernyataan umum
yang dikemas dalam kalimat topik.
Contoh:
Tenaga kerja yang diperlukan dalam persaingan bebas adalah tenaga kerja yang
mempunyai etos kerja tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian.
Tenaga kerja yang pandai adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan akademis
memadai sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. Terampil artinya mampu menerapkan
kemampuan akademis yang dimiliki disertai kemampuan pendukung yang sesuai untuk
diterapkan agar diperoleh hasil maksimal. Sementara itu, tenaga kerja yang
berkepribadian adalah tenaga kerja yang mempunyai sikap loyal, disiplin, dan jujur.

Paragraf di atas termasuk paragraf deduktif karena kalimat topiknya terdapat pada
awal paragraf. Kalimat topik paragraf tersebut adalah tenaga kerja yang diperlukan
dalam persaingan bebas tenaga kerja adalah tenaga kerja yang mempunyai etos kerja
tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian. Kalimat topik itu
kemudian dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Tiap-tiap kalimat penjelas
itu menguraikan butir-butir yang diperlukan untuk mempertegas informasi dalam
kalimat topik tentang etos kerja tinggi, yang meliputi kepandaian, keterampilan, dan
kepribadian tenaga kerja.

9
B. Paragraf Induktif
Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada bagian akhir
yang mempunyai ciri-ciri yaitu:
a) diawali dengan penyebutan peristiwa-peristiwa khusus yang berfungsi sebagai
penjelas dan merupakan pendukung gagasa utama,
b) kemudian menarik simpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus itu dalam
perumusan kalimat simpulan itu digunakan konjungsi penumpu kalimat yang
sekaligus berfungsi sebagai konjungsi antarkalimat. Kata atau frasa yang biasa
digunakan sebagai penumpu kalimat simpulan itu adalah jadi, akhirnya,
akibatnya, oleh karena itu, maka dari itu, berdasarkan uraian di atas, dan
dengan demikian. Karena fungsinya sebagai penumpu kalimat, kata-kata
tersebut diletakkan di awal kalimat dan tentu saja harus diawali dengan huruf
kapital. Karena fungsinya juga sebagai konjungsi antarkalimat (konjungsi
ekstraklausal), kata-kata tersebut harus diikuti tanda baca koma (,).
Contoh:
Salju yang turun dari langit memberikan hiasan yang indah untuk bumi. Beberapa
kota disulap dengan nuansa putih, menghasilkan pemandangan cantik dan memikat
bagi penikmat keindahan. Hawa dinginnya semakin hari menggigit kawasan-kawasan
yang beriklim subtropis dan sedang ini. Inilah musim dingin yang terjadi di negeri
matahari terbit.
Paragraf di atas diawali dengan perincian yang berupa peristiwa-peristiwa khusus.
Peristiwa khusus itu berupa salju yang turun, keadaan kota yang memutih karena salju,
dan hawa dingin yang menyelimuti beberapa wilayah di Jepang. Semua peristiwa
khusus itu kemudian disimpulkan bahwa itulah keadaan Jepang saat musim dingin.
Tulisan dengan pemaparan semacam itu dapat dikategorikan sebagai paragraf induktif,
suatu paragraf yang dimulai dengan hal khusus kemudian diakhiri dengan pernyataan
umum yang merupakan kalimat topiknya.

C. Paragraf Deduktif-Induktif (Campuran)


Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada
bagian awal dan akhir paragraf. Meskipun ada dua kali pemunculan kalimat topik, hal
itu bukan berarti gagasan utamanya ada dua. Adanya dua kalimat topik itu hanya
merupakan bentuk pengulangan gagasan utama untuk mempertegas informasi. Paragraf
dengan pola ini dimulai dari pernyataan yang bersifat umum, diikuti dengan
10
pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus sebagai penjelas, dan diakhiri dengan
pernyataan umum lagi yang merupakan pengulangan gagasan utama.

Contoh:

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingginya kolesterol merupakan faktor


risiko yang paling besar yang menyebabkan seseorang terserang penyakti jantung
koroner. Hampir 80% penderita jantung koroner di Eropa disebabkan kadar kolesterol
dalam tubuh yang tinggi. Bahkan, di Amerika hampir 90% penderita jantung koroner
disebabkan penderita makan makanan yang berkadar kolesterol tinggi. Begitu juga di
Asia, sebagian besar penderita jantung koroner disebabkan oleh pola makan yang
banyak mengandung kolesterol. Dengan demikian, kolesterol merupakan penyebab
utama penyakit jantung coroner.

Gagasan utama paragraf diatas adalah kolesterol merupakan penyebab penyakit


jantung koroner. Gagasan utama itu kemudian diikuti oleh tiga kalimat penjelas. Ketiga
kalimat penjelas itu adalah (1) hampir 80% penderita jantung koroner di Eropa
disebabkan kadar kolesterol dalam tubuh yang tinggi; (2) di Amerika hampir 90%
penderita jantung koroner disebabkan penderita makan makanan yang berkadar
kolesterol tinggi; (3) di Asia sebagian besar penderita jantung koreoner disebabkan oleh
pola makan yang banyak mengandung kolesterol. Ketiganya merupakan penjelas atau
penegas bahwa kolesterol menjadi penyebab utama penyakit jantung koroner.

D. Paragraf Ineratif

Paragraf ineratif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di tengah-


tengah paragraf. Paragraf ini diawali dengan kalimat-kalimat penjelas sebagai
pengantar kemudian diikuti gagasan utama dan ditambahkan lagi kalimat-kalimat
penjelas untuk menguatkan atau mempertegas informasi.

Contoh:

Gunung Sinabung di Sumatera Utara meletus. Belum reda letusan Gunung


Sinabung, Gunung Kelud di Jawa Timur juga meletus. Selain gunung berapi yang

11
meletus itu, banjir terjadi di beberapa daerah. Ibu kota Jakarta, seperti tahun-tahun
sebelumnya, dilanda banjir. NTT yang sering mengalami kekeringan juga dilanda
banjir. Indonesia memang sedang ditimpa banyak musibah dan bencana. Bencana-
bencana tersebut menelan korban, baik harta maupun jiwa. Padi di sawah-sawah yang
siap panen menjadi gagal panen. Sayur-mayur yang banyak ditanam dan dihasilkan di
lereng-lereng gunung juga hancur sehingga harga di pasar menjadi melambung.

Gagasan utama paragraf tersebut adalah Indonesia sedang ditimpa banyak musibah
dan bencana. Dalam menyampaikan informasi penulis memulai dengan menampilkan
hal-hal yang bersifat khusus. Penulis mengawalinya dengan menampilkan bermacam-
macam peristiwa yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia kemudian
menyimpulkannya dalam bentuk kalimat topik. Untuk menegaskan bahwa semua yang
terjadi itu merupakan musibah yang menimpa masyarakat Indonesia, penulis
menambahkan informasi yang berupa akibat dari bencana itu.

2.5 Contoh Pengembangan Paragraf dalam KTI


Kalimat-kalimat topik yang merupakan inti gagasan penulisnya itu harus
dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas. Untuk menyelaraskan kalimat-kalimat
dalam paragraf itu, cara yang dapat ditempuh adalah dengan kata- kata transisi yang
berupa konjungsi dan ungkapan penghubung antarkalimat, mengulang kata-kata kunci,
menggunakan kata ganti, dan mendayagunakan keterpautan isi. Itu semua dapat
disajikan dengan baik jika penulis menguasai teknik-teknik pengembangan paragraf.
Tiap-tiap kalimat itu merupakan kesatuan kecil dalam karangan untuk
menyampaikan suatu maksud, sedangkan paragraf merupakan kesatuan yang lebih
besar, yang tersusun dari satu atau lebih kalimat dan merupakan kesatuan yang utuh
untuk menyampaikan suatu gagasan. Kalimat-kalimat dalam paragraf itu bahu-
membahu, bekerja sama untuk menerangkan, melukiskan, menguraikan, atau
mengulas suatu gagasan yang menjadi subjek dalam paragraf itu, atau tema (jiwa)
pembicaraannya. Sebuah paragraf dikembangkan menurut sifatnya. Pengembangan
paragraf dapat dilakukan dengan satu pola tertentu dan dapat pula dengan kombinasi
dua pola atau lebih. Ada beberapa metode pengembangan paragraf, di antaranya adalah
sebagai berikut.

12
Pengembangan dengan Kronologi
Pengembangan paragraf secara kronologis atau alamiah disusun menurut
susunan waktu (the order of time). Pengembangan paragraf secara kronologis ini pada
umumnya dipakai dalam paragraf naratif dengan mengembangkan setiap bagian dalam
proses. Pengembangan itu dilakukan dengan memerikan suatu peristiwa dan membuat
atau melakukan sesuatu secara berurutan, selangkah demi selangkah menurut
perturutan waktu.
Susunan itu dapat dikatakan sangat sederhana karena perincian bahan karangan
dilakukan secara berurutan atau kronologis. Sering terjadi bahwa peristiwa pertama
tidak begitu penting dan menarik sampai seluruh rangkaian peristiwa berkembang. Di
samping itu, susunan logis mengikuti jalan pikiran bahwa penempatan sesuatu di
belakang memberikan tekanan yang paling banyak. Sejalan dengan itu, perincian
tulisan diatur, makin ke bawah makin memberikan kesan penting, yaitu mulai kurang
penting/menarik sampai ke bagian-bagian yang paling menarik pada akhir tulisan.
Seperangkat kata dapat digunakan sebagai penanda perturutan waktu itu, seperti
pertama-tama, mula-mula, kemudian, sesudah itu, selanjutnya, dan akhirnya.

Contoh:
Pada bulan Maret 1942, Imamura memasuki Bandung, tanpa menarik perhatian.
Sehari sesudah itu ia memerintahkan stafnya untuk mulai menegakkan pemerintahan
militer guna memerintah Pulau Jawa. Kemudian, ia mengadakan inspeksi ke markas
besar dari kedua divisi lain yang masih termasuk dalam tentara ke-16 yang ia pimpin,
yaitu divisi ke-48 di Fort de Kock (Bukittinggi), Sumatera Tengah, dan divisi ke-8 di
Surabaya, yang telah menduduki Jawa Timur. Pada tanggal 12 Maret 1942, Imamura
mendirikan markas besar tentara ke-16 di Batavia, yang kemudian diberi nama Djakarta
(Jakarta). (Diolah dari Soekarno: Biografi 1901—1950)

Dalam paragraf tersebut penulis memaparkan suatu keadaan setahap demi setahap
berdasarkan kronologi atau urutan waktu. Penulis ingin memaparkan tokoh Imamura
mulai saat memasuki Bandung hingga pendirian markas tentara di Jakarta. Pemaparan
urutan waktu yang penulis lakukan dijalin secara sistematis.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bentuk penulisan yang dimaksud itu adalah penulisan karya ilmiah yakni, karya yang
berisi ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan
yang baik dan benar. Dalam menyusun karya ilmiah dituntut penulisan paragraf yang harus
dikuasai mahasiswa agar dapat menyampaikan gagasan ide untuk memenuhi tugas yang
diberikan sebagai persyaratan dalam studi dalam penulisan skripsi, tesis, atau disertasi
kepada masyarakat luas. Untuk memenuhi penulisan paragraf yang baik dalam suatu
artikel ilmiah perlu memperhatikan syarat-syarat paragraf seperti kesatuan,
pengembangan, kohesi, koherensi, dan pengembangan paragraf, serta pemahaman
penggunaan jenis-jenis paragraf. Paragraf tersebut memuat aspek tunggal, gagasan pokok
dinyatakan dalam kalimat topik, dan gagasan pengembang dinyatakan dalam kalimat
pengembang, dan kalimat-kalimat tersebut berkaitan. Kemudian aspek pengembangan
gagasan pokok dinyatakan dalam subjek kalimat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Magvira, L., Triyadi, S., & Muhtarom, I. (2021). Pola Pengembangan dan Unsur-unsur
Paragraf pada Teks Latihan Modul Daring "Aksi Bahasa Untuk Sekolah. Jurnal Ilmiah
Korpus, 5(2), 250–261. https://ejournal.unib.ac.id/index.php/korpus/index

Mustakim. (1994). Membina Kemampuan Berbahasa. PT Gramedia Pustaka Utama.

Suladi. (2014). Paragraf. In Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.

15

Anda mungkin juga menyukai