D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 3
1. Atasi Krismon Ndruru (032016004)
2. Filia Monita Tampubolon (032016012)
3. Jesis Natalia CH (032016017)
4. Piarni Gustin Nazara (032016032)
5. Viktor Yohano Ndruru (032016042)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan kasihnya yang berlimpah dalam hidup kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Kelompok III
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. I
DAFTAR ISI........................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan................................................................................................ 1
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 14
3.2 Saran................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 15
II
BAB I
PENDAHULUAN
Selama menyusun paragraf masih dilakukan dengan tidak benar dan teratur.
Hal itu dikarenakan karena kurang pahamnya dalam memahami makna paragraf
itu sendiri. Dalam makalah yang singkat ini, kami akan membahas tentang
paragraf. Pembahasan akan kami mulai dari hal yang paling sederhana yaitu
pengertian paragraf, kegunaan, macam-macam hingga syarat-syarat paragraf dan
pengembangan paragraf itu sendiri.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
Paragraf dapat juga dikatakan karangan yang paling pendek (singkat). Dengan
adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan
berakhir. Kita akan kepayahan membaca sebuah tulisan atau buku, kalau tidak ada
paragraf, karena kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus-menerus sampai
selesai. Kita pun susah mengonsentrasikan pikiran dari gagasan ke gagasan lain.
Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar, sehingga kita dapat
memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.
a) Paragraf Pembuka
2
b) Paragraf Penghubung
c) Paragraf Penutup
1) Kesatuan
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik.
Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam
pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak
berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut. Penyimpangan akan
menyulitkan pembaca. Jadi, satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan
pokok atau topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan
pokok tersebut.
3
Pada umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotong royong dan
sangat mengandalkan sumbangan para dermawan. Perbedaan penghasilan yang
besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara si kaya dan
simiskin.
2) Kepaduan
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi
atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan
kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh
kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik.
4
Dalam paragraf di atas, kepaduan didapat dengan mengulang kata kunci yaitu kata
yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci yang mula-mula timbul
pada awal paragraf, kemudian diulang-ulang dalam kalimat berikutnya.
Pengulangan ini berfungsi memelihara kepaduan semua kalimat.
b. Kata ganti
Untuk menyatakan kepaduan dari sebuah paragraf, ada bentuk lain yang
sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frase (kelompok kata) dalam
bermacam-macam hubungan.
5
3) Kelengkapan
Kosa kata memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar
dalam kemampuan berbahasa, khususnya dalam karang-mengarang. Jumlah kosa
kata yang dimiliki seseorang akan menjadi petunjuk tentang pengetahuan
seseorang. Di samping itu jumlah kosa kata yang dikuasai seseorang, juga akan
menjadi indikator bahwa orang itu mengatahui sekian banyak konsep.
6
Semakin banyak data yang dikuasai, semakin banyak pula pengetahuannya.
Dengan demikian, seorang penulis akan mudah memilih kata-kata yang tepat atau
cocok untuk mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikirannya.
Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran utama terbesar di
seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasanya
digunakan dalam karangan yang benbentuk narasi (yang berbentuk cerita) atau
deskripsi (yang berbentuk lukisan). Pikiran utama didukung oleh semua kalimat.
7
Paragraf di atas dibangun oleh beberapa kalimat yang semuanya menjelaskan
tentang suasana di pagi hari. Jadi, pikiran utama tersebar di dalam beberapa
kalimat yang membangun paragraf tersebut.
Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci
dengan pikiran-pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituang ke dalam satu
kalimat penjelas atau lebih. Malahan ada juga kemungkinan, dua pikiran penjelas
dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Tetapi sebaiknya sebuah pikiran
penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Dalam sebuah paragraf
terdapat satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. Inilah yang dinamakan
kerangka paragraf.
Kerangka paragraf :
pikiran utama : keindahan alam yang mengecewakan.
Pikiran penjelas :
manusia telah mengubah segala-galanya.
hutan, sawah, dan ladang tergusur.
Pohon sudah tidak ada.
Pagar bunga telah berganti.
Pembangunan gedung-gedung mewah.
1) Berdasarkan Teknik
(1) Secara alamiah
Dalam hal ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada
objek atau kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam
urutan :
a. Urutan ruang (spesial) yang membaca dari satu titik ke titik berikutnya
yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke
belakang, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri, dan
sebagainya.
b. Urutan waktu (urutan kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya
peristiwa, perbuatan atau tindakan.
8
(2) Klimaks dan Antiklimaks
Cara ini paling banyak digunakan dalam pengembangan paragraf, baik dari
umum ke khusus atau sebaliknya dari khusus ke umum. Dalam bentuk umum ke
khusus, pikiran utama doletakkan pada awal paragraf, kemudian diikuti dengan
perincian-perincian. Sebaliknya dari khusus ke umum, dimulai dengan perincian-
perincian dan diakhiri dengan kalimat utama. Karya ilmiah umumnya berbentuk
deduktif artinya dari umum ke khusus.
2) Berdasarkan Isi
Yang dapat dibandingkan adalah dua hal yang tingkatannya sama dan kedua
hal itu mempunyai persamaan dan perbedaan.
9
(2) Analogi
(3) Contoh-contoh
10
(5) Definisi Luas
(6) Klasifikasi
Berdasarkan Tujuan dan Sifatnya, paragraf dibedakan menjadi lima macam, yaitu
paragraf deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi (Wiyanto, 2006:
64).
11
b. Narasi (narration) secara harafiah bermakna kisah atau cerita. Paragraf
narasi bertujuan mengisahkan atau menceritakan. Paragraf narasi kadang-
kadang mirip dengan paragraf deskripsi. Bedanya, narasi mementingkan
urutan dan biasanya ada tokoh yang diceritakan. Paragraf narasi tidak
hanya terdapat dalam karya fiksi (cerpen dan novel), tetapi sering pula
terdapat dalam tulisan nonfiksi.
Contoh:
Supri menuturkan, siang itu tanggal 26 Mei 1985 ia sedang bersembahyang di
dalam bloknya. Tiba-tiba ia mendengar suara gaduh, Puluhan orang berhamburan
keluar lewat pintu gerbang Rutan Salemba. Laki-laki yang belum menerima vonis
itu langsung ikut kabur.
12
Kemudian diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran
kepada pembaca. Beda argumentasi dengan persuasi terletak pada sasaran
yang ingin dibidik oleh paragraf tersebut. Argumentasi menitikberatkan
sasaran pada logika pembaca, sedangkan persuasi pada emosi/perasaan
pembaca walaupun tidak melepaskan logika. Dengan kata lain, yang
digarap paragraf argumentasi adalah benar salahnya gagasan/pendapat.
Sementara itu, paragraf persuasi menggarap pembaca agar mau mengikuti
kehendak penulis.
Contoh:
Praktik berpidato memang luar biasa manfaatnya. Pengalaman setiapkali praktik
merupakan pengalaman batin yang sangat berharga. semakin sering praktik, baik
dalam berlatih maupun berpiato yang sesungguhnya, pengalaman batin itu
semakin banyak. Dari pengalaman itu, pembicara dapat menemukan cara-cara
berpidato yang efektif dan memikat. Semakin banyak daya pikat ditemukan dan
semakin sering diterapkan dalam praktik, semakin meningkat pula ketrampilan
pembicara. Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semacam
obat kuat untuk membangun rasa percaya diri. Bila rasa percaya diri itu sudah
semakin besar, pembicara dapat tampil tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan
grogi. Ketenagan inilah yang menjadi modal utama untuk meraih keberhasilan
pidato. Oleh Karena itu, untuk memperoleh keterampilan atau bahkan kemahiran
berpidato, Anda harus melaksanakan praktik berpiato.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pada kesempatan ini kami menyarankan kepada semua pihak yang merasa
mempunyai gagasan dalam mengembangkan pendidikan di dunia tulis
menulis, agar selalu menuangkan gagasanya dalam bentuk tulisan dengan
mengembangkan keilmuannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
15