Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN PARAGRAF

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

KELOMPOK 3
1. Atasi Krismon Ndruru (032016004)
2. Filia Monita Tampubolon (032016012)
3. Jesis Natalia CH (032016017)
4. Piarni Gustin Nazara (032016032)
5. Viktor Yohano Ndruru (032016042)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


Dosen : Monang Siregar

STIkes Santa Elisabeth Medan


Tahun Ajaran : 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan kasihnya yang berlimpah dalam hidup kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Adapun yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai Pengembangan


Paragraf. Semoga dengan adanya pembuatan makalah ini, dapat membantu kita
untuk mampu menjelaskan fisiologi tubuh manusia dalam berbagai aktifitas.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Atas perhatiannya, kami penulis mengucapkan terimakasih

Medan, 07 Oktober 2016


Penulis,

Kelompok III

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. I

DAFTAR ISI........................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................... 1

1.2 Tujuan................................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Paragraf........................................................................... 2

2.2 Kegunaan Paragraf........................................................................... 2

2.3 Macam-macam Paragraf.................................................................... 2

2.4 Syarat-syarat Pembentukan Paragraf................................................ 3

2.5 Letak Kalimat Utama........................................................................ 6

2.6 Mengembangkan Paragraf................................................................ 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................... 14

3.2 Saran................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 15

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kegiatan menulis, terdapat kegiatan merangkai, menyusun, meluksikan


satu lambang/tanda/tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata,
kumpulan kata membentuk kelompok kata atau kalimat, kumpulan kalimat
membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf membentuk wacana/karangan yang
utuh dan bermakna. Ada beberapa hal atau masalah disekitar karangan, yakni
pengembangan paragraf dengan segala aspek-aspeknya. Misalnya, pengertian
serta fungsi paragraf, struktur, jenis-jenis paragraf, kriteria paragraf yang baik,
dan beberapa pola pengembangan paragraf.

Paragraf merupakan suatu karangan yang paling singkat. Dengan adanya


paragraf, kita dapat membedakan dimana suatu gagasan mulai dan berakhir. Kita
akan merasa kesulitan membaca suatu tulisan atau buku jika tidak ada suatu
paragraf. Oleh sebab itu, kita perlu mempelajari paragraf baik kegunaan, macam-
macam, syarat pembentukan paragraf dan pengembangan paragraf.

Selama menyusun paragraf masih dilakukan dengan tidak benar dan teratur.
Hal itu dikarenakan karena kurang pahamnya dalam memahami makna paragraf
itu sendiri. Dalam makalah yang singkat ini, kami akan membahas tentang
paragraf. Pembahasan akan kami mulai dari hal yang paling sederhana yaitu
pengertian paragraf, kegunaan, macam-macam hingga syarat-syarat paragraf dan
pengembangan paragraf itu sendiri.

1.2. Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun untuk memberi penjelasan kepada pembaca tentang


paragraf dan cara pengembangannya sehingga dapat mempermudah dalam
penulisan suatu karya ilmiah atau karangan lainnya. Sementara bagi penulis,
tujuan penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia dan pendalaman materi tentang pengembangan paragraf.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. PENGERTIAN PARAGRAF

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.


Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua
kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau
topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat
ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan
(Akhadiah dkk, 1991:144). Keraf (1977:51) menyebut paragraf dengan istilah
alinea. Alinea adalah kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari
kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu
rangkaian untuk membentuk sebuah ide.

Paragraf dapat juga dikatakan karangan yang paling pendek (singkat). Dengan
adanya paragraf, kita dapat membedakan di mana suatu gagasan mulai dan
berakhir. Kita akan kepayahan membaca sebuah tulisan atau buku, kalau tidak ada
paragraf, karena kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus-menerus sampai
selesai. Kita pun susah mengonsentrasikan pikiran dari gagasan ke gagasan lain.
Dengan adanya paragraf kita dapat berhenti sebentar, sehingga kita dapat
memusatkan pikiran tentang gagasan yang terkandung dalam paragraf itu.

2.2. KEGUNAAN PARAGRAF

Kegunaan paragraf yaitu:


a) untuk menandai pembukaan topik baru, atau pengembangan lebih lanjut
topik sebelumnya.
b) untuk menambah hal-hal yang penting atau untuk memerinci apa yang
sudah diutarakan dalam paragraf sebelumnya atau paragraf yang terdahulu.

2.3. MACAM-MACAM PARAGRAF

Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi: paragraf pembuka,


penghubung, dan penutup (Akhadiah dkk, 1993: 171)

a) Paragraf Pembuka

Paragraf yang berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah


yang akan diuraikan. Sebab itu paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan
perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah
yang akan diuraikan. Paragraf pembuka ini jangan terlalu panjang supaya tidak
membosankan. Paragraf pembuka (awal) mempunyai dua kegunaan, yaitu selain
supaya dapat menarik perhatian pembaca, juga berfungsi menjelaskan tentang
tujuan dari penulisan itu.

2
b) Paragraf Penghubung

Masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf penghubung.


Paragraf penghubung berisi inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karena
itu, secara kuantitatif paragraf inilah yang paling panjang, dan antara paragraf
dengan paragraf harus saling berhubungan secara logis.

c) Paragraf Penutup

Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Biasanya paragraf ini


berisi kesimpulan dari paragraf penghubung. Dapat juga paragraf penutup berisi
penegasan kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf
penghubung. Paragraf penutup yang berfungsi mengakhiri sebuah karangan tidak
boleh terlalu panjang. Namun, tidak berarti, paragraf ini dapat tiba-tiba diputuskan
begitu saja. Jadi, seorang penulis harus dapat menjaga perbandingan antara
paragraf pembuka, penghubung, dan penutup.

2.4. SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PARAGRAF

Dalam pengembangan paragraf, kita harus menyajikan dan


mengorganisasikan gagasan menjadi suatu paragraf yang memenuhi persyaratan.
Persyaratan itu ialah kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan (Akhadiah dkk, 1991:
148)

1) Kesatuan

Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik.
Fungsi paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam
pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak
berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut. Penyimpangan akan
menyulitkan pembaca. Jadi, satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan
pokok atau topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan
pokok tersebut.

Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat -kalimat dalam


paragraf itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua
kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.
Penulis yang masih dalam taraf belajar (tahap pemula) sering mendapat kesulitan
dalam memelihara kesatuan ini. Perhatikan contoh berikut ini:
Kebutuhan hidup sehari-hari setiap keluarga dalam masyarakat tidaklah sama. hal
ini sangat tergantung dari besarnya penghasilan setiap keluarga. Keluarga yang
berpenghasilan sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit terpenuhi.
Lain halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi. Mereka dapat
menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk pembangunan tempat-tempat
beribadah, atau kegiatan sosial lainnya. Tempat-tempat ibadah memang perlu bagi
masyarakat.

3
Pada umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotong royong dan
sangat mengandalkan sumbangan para dermawan. Perbedaan penghasilan yang
besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara si kaya dan
simiskin.

Terlepas dari struktur kalimat yang digunakan, paragraf di atas tidak


didukung oleh kesatuan. Ada kalimat yang sangat jauh hubungannya dengan
gagasan utama. Gagasan pokok tentang penghasilan suatu keluarga, dalam
pengembangannya kita jumpai lagi gagasan gagasan pokok yang lain yaitu tempat
beribadah. Hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lain tidak merupakan
suatu kesatuan yang bulat untuk menunjang gagasan utama.

Penyimpangan ini mungkin terjadi karena beberapa hal, misalnya karena


penulis melamun, atau bosan dengan topik yang sedang ditangani, atau keinginan
untuk mempengaruhi pembaca dengan memperkenalkan hal-hal yang baru, tetapi
tidak relevan dengan isi. Hal ini tidak mudah membetulkannya. Yang perlu
diingat adalah tujuan dari paragraf yang telah diperkenalkan dalam kalimat topik
dan tujuan inilah yang menjadi pedoman dalam pengembangannya.

2) Kepaduan

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi
atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau tumpukan
kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh
kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik.

Pembaca dapat dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran


penulis tanpa hambatan karena adanya loncatan pikiran yang membingungkan.
Urutan pikiran yang teratur, akan memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi,
kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada hubungan antara kalimat dengan
kalimat.

Kepaduan dalam sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan:

(1) Unsur kebahasaan yang digambarkan dengan


a. repetisi atau pengulangan kata kunci

Contoh pemakaian repetisi:


Dalam mengajarkan sesuatu, langkah pertama yang perlu kita lakukan ialah
menentukan tujuan mengajarkan sesuatu itu. Tanpa adanya tujuan yang sudah
ditetapkan, materi yang kita berikan, metode yang kita gunakan, dan evaluasi
yang kita susun, tidak akan banyak memberikan manfaat bagi anak didik dalam
menerapkan hasil proses belajar-mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran,
kita dapat menentukan materi yang akan kita ajarkan, metode yang akan kita
gunakan, serta bentuk evaluasinya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

4
Dalam paragraf di atas, kepaduan didapat dengan mengulang kata kunci yaitu kata
yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci yang mula-mula timbul
pada awal paragraf, kemudian diulang-ulang dalam kalimat berikutnya.
Pengulangan ini berfungsi memelihara kepaduan semua kalimat.

b. Kata ganti

Contoh pemakaian kata ganti.


Dengan penuh kepuasan Pak Marto memandangi hamparan padi yang tumbuh
dengan subur. Jerih payahya tidak sia-sia. Beberapa bulan lagi ia akan memetik
hasilnya. Sudah terbayang di matanya orang sibuk memotong, memanggul padi
berkarung-karung, dan menimbunnya di halaman rumah. Tentu anaknya dan calon
menantunya Acep akan ikut bergembira. Hasil panen yang berlimpah itu tentu
dapat mengantarkan mereka ke mahligai perkawinan.

Kepaduan paragraf di atas dibina dengan menggunaan kata ganti. Kata


yang mengacu kepada manusia, benda, biasanya untuk menghindari kebosanan,
diganti dengan kata ganti. Pemakaian kata ganti dalam paragraf di atas berfungsi
menjaga kepaduan antara kalimat-kalimat yang membina paragraph.

c. kata transisi atau ungkapan penghubung

Untuk menyatakan kepaduan dari sebuah paragraf, ada bentuk lain yang
sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frase (kelompok kata) dalam
bermacam-macam hubungan.

Contoh pemakaian kata transisi.


Perkuliahan bahasa Indonesia sering kali sangat membosankan, sehingga tidak
mendapat perhatian sama sekali dari mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh bahan
kuliah yang disajikan dosen sebenarnya merupakan masalah yang sudah diketahui
oleh mahasiswa, atau merupakan masalah yang tidak diperlukan mahasiswa. Di
samping itu, mahasiswa yang sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak mereka
duduk di bangku Sekolah Dasar atau sekurang-kurangnya sudah mempelajari
bahasa Indonesia selama sepuluh tahun, merasa sudah mampu menggunakan
bahasa Indonesia. Akibatnya, memilih atau menentukan bahan kuliah yang akan
diberikan kepada mahasiswa, merupakan kesulitan tersendiri bagi para pengajar
bahasa Indonesia.

(2) Pemerincian dan urutan isi paragraph

Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama menjadi sebuah paragraf


dan bagaimana hubungan antara pikiran utama dengan pikiran-pikiran penjelas,
dilihat dari urutan perinciannya. Perincian ini dapat diurut secara kronologis
(menurut urutan waktu), secara logis (sebab-akibat,akibat-sebab, khusus-umum,
umum-khusus), menurut urutan ruang, menurut proses, dan dapat juga dari sudut
pandangan yang satu ke sudut pandangan yang lain.

5
3) Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas


yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama.
Sebaliknya suatu paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau
hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.

Perhatikan contoh berikut:


Suku Dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka
berselisih atau bersengketa.

Paragraf di atas merupakan paragraf merupakan contoh paragraf yang


hanya diperluas dengan pengulangan. Kita lihat ungkapan bertengkar pada
kalimat pertama, hanya diulangi dengan sinonimnya yaitu kata berselisih dan
bersengketa.

2.5. LETAK KALIMAT UTAMA

Sebuah paragraf dibangun oleh beberapa kalimat yang saling berhubungan


dan hanya mengandung satu pikiran utama dan dijelaskan oleh beberapa pikiran
penjelas. Pikiran utama dituangkan dalam kalimat utama dan pikiran-pikiran
penjelas atau perincian dituang ke dalam kalimat-kalimat penjelas.

Penempatan kalimat utama dalam pengembangan sebuah paragraf


bermacam-macam. Ada paragraf yang dimulai dengan peristiwa-peristiwa atau
perincian-perincian, kemudian ditutup denan kesimpulan yang kemudian baru
perincian-perincian untuk menjelaskan pikiran utama.

Ada empat cara untuk meletakkan kalimat utama, yaitu:


1) Pada awal paragraf
2) Pada akhir paragraf
3) Pada awal dan akhir paragraf
4) Tanpa kalimat Utama

1) Pada Awal Paragraf

Paragraf dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat utama.


Kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menjelaskan
pikiran utama. Paragraf ini biasanya bersifat deduktif, dari yang umum kepada
yang khusus.

Kosa kata memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar
dalam kemampuan berbahasa, khususnya dalam karang-mengarang. Jumlah kosa
kata yang dimiliki seseorang akan menjadi petunjuk tentang pengetahuan
seseorang. Di samping itu jumlah kosa kata yang dikuasai seseorang, juga akan
menjadi indikator bahwa orang itu mengatahui sekian banyak konsep.

6
Semakin banyak data yang dikuasai, semakin banyak pula pengetahuannya.
Dengan demikian, seorang penulis akan mudah memilih kata-kata yang tepat atau
cocok untuk mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikirannya.

2) Pada Akhir Paragraf

Paragraf dimulai dengan kalimat-kalimat penjelas. Kemudian diikuti oleh


kalimat utama. Paragraf ini biasanya bersifat induktif, dari yang khusus kepada
yang umum..

Pada waktu anak didik memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa


Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan
baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa daerahnya. Setelah anak
didik meninggalkan kelas, ia kembali mempergunakan bahasa daerah, baik dalam
pergaulan dengan teman-temannya atau dengan orang tuanya. Ia merasa lebih
intim dengan bahasa daerah. Jam sekolah hanya berlangsung beberapa jam. Baik
waktu istirahat ataupun di antara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah
tetap menerobos. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya
pun penutur asli bahasa daerah itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan
pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya akan melaju terus dengan cepat.

3) Pada Awal dan Akhir Paragraf

Peningkatan taraf pendidikan para petani, dirasakan sama pentingya dengan


usaha peningkatan taraf hidup mereka. petani yang berpendidikan cukup, dapat
mengubah sistem pertanian tradisional misalnya bercock tanam hanya untuk
memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif. Petani yang
berpendidikan cukup, mampu menunjang pembangunan secara positif. Mereka
dapat memberikan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang
dilontarkan perencana pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat
daerah. Itulah sebabnya, peningkatan taraf pendidikan.

4) Tanpa Kalimat Utama

Paragraf ini tidak mempunyai kalimat utama. Berarti pikiran utama terbesar di
seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut. Bentuk ini biasanya
digunakan dalam karangan yang benbentuk narasi (yang berbentuk cerita) atau
deskripsi (yang berbentuk lukisan). Pikiran utama didukung oleh semua kalimat.

Keributan ayam berkeruyuk bersahut-sahutan mengendur. Kian lama kian


berkurang. Akhirnya tinggal satu-satu saja terdengar kokok yang nyaring. Dan
ayam-ayam itu sudah mulai turun dari kandangnya, pergi ke ladang dan pelataran.
Dengung dan ruang lalu lintas di jalan raya kembali menggila seperti kemarin.
Raung klakson mobil dan desis kereta api bergema-gema menerobos ke relung-
relung rumah di sepanjang. Sayup-sayup terdengar dentang lonceng gereja
menyongsong hari baru dan menyatakan selamat tinggal pada hari kemarin.

7
Paragraf di atas dibangun oleh beberapa kalimat yang semuanya menjelaskan
tentang suasana di pagi hari. Jadi, pikiran utama tersebar di dalam beberapa
kalimat yang membangun paragraf tersebut.

2.6. MENGEMBANGKAN PARAGRAF

Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci
dengan pikiran-pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituang ke dalam satu
kalimat penjelas atau lebih. Malahan ada juga kemungkinan, dua pikiran penjelas
dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Tetapi sebaiknya sebuah pikiran
penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Dalam sebuah paragraf
terdapat satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. Inilah yang dinamakan
kerangka paragraf.

Kerangka paragraf :
pikiran utama : keindahan alam yang mengecewakan.
Pikiran penjelas :
manusia telah mengubah segala-galanya.
hutan, sawah, dan ladang tergusur.
Pohon sudah tidak ada.
Pagar bunga telah berganti.
Pembangunan gedung-gedung mewah.

Kerangka paragraf di atas dapat dikembangkan menjadi sebuah paragraph.

Bernostalgia tentang indahnya alam di batu malang, hanya akan


menimbulkan kekecewaan. Dalam kurun waktu 30 hari, dinamika kehidupan
anak-anak manusia telah mengubah segala-galanya. Hutan, sawah, dan ladang
telah tergusur oleh berbagai bentuk bangunan yang meluncur dari kota. Ranting
dan cabang pohon telah berganti dengan jeruji besi. Pagar tanaman bunga yang
bermekaran dengan indahnya, telah diterjang tembok beton yang kokoh. Batu-
batu gunung telah menghadirkan grdung plaza megah yang menelan biaya
miliaran. Arus modernisasi dengan angkuhnya telah menelan kemesraan desa ini
dari berbagau penjuru.

1) Berdasarkan Teknik
(1) Secara alamiah

Dalam hal ini penulis sekedar menggunakan pola yang sudah ada pada
objek atau kejadian yang dibicarakan. Susunan logis ini mengenal dua macam
urutan :
a. Urutan ruang (spesial) yang membaca dari satu titik ke titik berikutnya
yang berdekatan dalam sebuah ruang. Misalnya gambaran dari depan ke
belakang, dari luar ke dalam, dari atas ke bawah, dari kanan ke kiri, dan
sebagainya.
b. Urutan waktu (urutan kronologis) yang menggambarkan urutan terjadinya
peristiwa, perbuatan atau tindakan.
8
(2) Klimaks dan Antiklimaks

Pikiran utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang


dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur dengan
gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau
kepentingannya.

(3) Umum ke Khusus, Khusus ke Umum

Cara ini paling banyak digunakan dalam pengembangan paragraf, baik dari
umum ke khusus atau sebaliknya dari khusus ke umum. Dalam bentuk umum ke
khusus, pikiran utama doletakkan pada awal paragraf, kemudian diikuti dengan
perincian-perincian. Sebaliknya dari khusus ke umum, dimulai dengan perincian-
perincian dan diakhiri dengan kalimat utama. Karya ilmiah umumnya berbentuk
deduktif artinya dari umum ke khusus.

Salah satu kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional.


Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28
Oktober 1928. Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyatan bahwa bahasa Melayu
yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi Lingua Franca selama berabad-
abad di seluruh tanah air kita. Hal ini ditunjang lagi oleh faktor tidak terjadinya
persaingan bahasa, maksudnya persaingan bahasa daerah satu dengan bahasa
daerah yang lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa nasional.

2) Berdasarkan Isi

(1) Perbandingan dan Pertentangan

Untuk menambah kejelasan sebuah paparan, kadang-kadang penulis berusaha


membandingkan atau mempertentangkan. Dalam hal ini penulis menunjukkan
persamaan dan perbedaan antara 2 hal tersebut.

Yang dapat dibandingkan adalah dua hal yang tingkatannya sama dan kedua
hal itu mempunyai persamaan dan perbedaan.

Perhatikan paragraf berikut ini :


Ratu Elizabeth tidak begitu tertarik dengan mode, tetapi selalu berusaha tampil di
muka umum seperti apa yang diharapkan rakyatnya. Kalau keluar kota paling
senang mengenakan pakaian yang praktis. Ia menyenangi topi dan scraf. Lain
halnya dengan Margareth Thatcher. Sejak menjadi pemimpin parta konservatif, ia
melembutkan gaya berpakaian dan rambutnya. Ia membeli pakaian sekaligus dua
kali setahun. Ia lebih cenderung berbelanja di tempat yang agak murah. Ia hanya
memakai topi ke pernikahan, ke pemakaman dan upacara resmi pembukaan
parlemen.

9
(2) Analogi

Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah


dikenal umum dengan yang tidak atau kurang dikenal umum. Gunanya untuk
menjelaskan hal yang kurang dikenal tersebut.

Perhatikan paragraf berikut ini :


Perkembangan teknologi sungguh menakjubkan. Kehebatannya menandingi
kesaktian para satria dan dewa dalam cerita wayang. Kereta-kereta tanpa kuda,
tanpa sapi, dan tanpa kerbau. Jakarta-Surabaya telah dapat ditempuh dalam sehari.
Deretan gerbong yang panjang penuh barang dan orang, hanya ditarik dengan
kekuatan air semata. Jaringan jalan kereta api telah membelah-belah pulau. Asap
yang mewarnai tanah air dengan garis hitam, semakin pudar untuk hilang ke
dalam ketiadaan. Dunia rasanya tidak berjarak lagi, telah dihilangkan dengan
kawat. Kekuatan bukan lagi monopoli gajah dan badak, tepapi telah diganti
dengan benda-benda kecil buatan manusia.

(3) Contoh-contoh

Sebuah generalisasi yang terlalu umum sifatnya agar dapat memberikan


penjelasan kepada pembaca, kadang-kadang memerlukan contoh-contoh yang
konkret. Dalam hal ini sumber pengalaman sangat efektif.

Perhatikan paragraf berikut ini :


Masih berkisar tentang pencemaran lingkungan, Gubernur Jawa Tengah,
Mardiyanto, memberi contoh tentang jambu mete di Mayong Jepara yang diserang
ulat kipat atau Cricula Trifenestrata. Ulat ini timbul akibat berdirinya peternakan
ayam di tengah-tengah perkebunan tersebut. Menurut Gubernur, izin peternakan
ayam di Mayong itu diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(4) Sebab Akibat

Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berbentuk sebab akibat.


Dalam hal ini sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama, dan akibat sebagai
pikiran penjelas. Dapat juga sebaliknya. Akibat sebagai pikiran utama dan untuk
memahami akibat ini dikemukakan sejulah penyebab sebagai perinciannya.

Perhatikan paragraf berikut ini :


Jalan Kebon Jati akhir-akhir ini kembali macet dan semarawut. Lebih dari separuh
jalan kendaraan kembali tersita oleh kegiatan perdagangan dan kaki lima. Untuk
mengatasinya, pemerintah akan memasang pagar pemisah antara jalan kendaraan
dengan trotoar. Pagar ini juga berfungsi sebagai batas pemasangan tenda
pedagang kaki lima tempat mereka diijinkan berdagang. Pemasangan pagar ini
terpaksa dilakukan mengingat pelanggaran pedagang kaki lima di lokasi itu sudah
sangat keterlaluan, sehingga menimbulkan kemacetam lalu lintas.

10
(5) Definisi Luas

Untuk memberikan batasan tentang sesuatu, kadang-kadang penulis terpaksa


menguraikan dengan beberapa kalimat, bahkan beberapa alinea.

Perhatikan paragraf berikut ini :


Pengajaran mengarang sebagai kegiatan terpadu, biasanya ditunda sampai siswa
agak mampu menggunakan bahasa lisan, seperti dalam pelajaran membaca. Pada
tahap awal, latihan mengarang itu biasanya digunakan untuk memperkuat
kemampuan dasar seperti : ejaan, pungtuasi, kosa kata, kalimat, dan lain-lain.
Kemudian kemampuan mengarang dijadikan pelajaran tersendiri, yakni
pengajaran mengarang. Jadi, mengarang adalah suatu kemampuan yang kompleks
yang menggabungkan sejumlah unsur kemampuan yang berlain-lainan.

(6) Klasifikasi

Dalam pengembangan karangan, kadang-kadang kita mengelompokkan hal-


hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini biasanya diperinci lagi
lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.

Perhatikan paragraf berikut ini :


Dalam karang-mengarang atau tulis-menulis, dituntut beberapa kemampuan
antara lain kemampuan yang berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan
pengembangan atau penyajian. Yang termasuk kemampuan kebahasaan ialah
kemampuan menerapkan ejaan, pungtuasi, kosa kata, diksi, dan kalimat.
Sedangkan yang dimaksud dengan kemapuan pengembangan ialah kemampuan
menata paragraf, kemampuan membedakan pokok bahasan, subpokok bahasan,
dan kemampuan membagi pokok bahasan dalam urutan yang sistematik.

Berdasarkan Tujuan dan Sifatnya, paragraf dibedakan menjadi lima macam, yaitu
paragraf deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi (Wiyanto, 2006:
64).

a. Deskripsi berasal dari verba to describe, yang artinya menguraikan,


memerikan, atau melukiskan. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang
bertujuan memberikan kesan/impresi kepada pembaca terhadap objek,
gagasan, tempat,peristiwa, dan semacamnya yang ingin disampaikan
penulis. Dengan deskripsi yang baik pembaca dapat dibuat seolah-olah
melihat, mendengar, merasakan, atau terlihat dalam peristiwa yang
diuraikan penulis.
Contoh :
Wanita itu tampaknya tidak jauh usianya dari dua puluh tahun. Mungkin ia lebih
tua, tapi pakaian dan lagak-lagaknya mengurangi umurnya. Parasnya cantik.
Hidung bangur dan matanya berkilauan seperti mata seorang India. Tahi lalat di
atas bibirnya dan rambutnya yang ikal berlomba-lomba menyempurnakan
kecantikannya itu.

11
b. Narasi (narration) secara harafiah bermakna kisah atau cerita. Paragraf
narasi bertujuan mengisahkan atau menceritakan. Paragraf narasi kadang-
kadang mirip dengan paragraf deskripsi. Bedanya, narasi mementingkan
urutan dan biasanya ada tokoh yang diceritakan. Paragraf narasi tidak
hanya terdapat dalam karya fiksi (cerpen dan novel), tetapi sering pula
terdapat dalam tulisan nonfiksi.
Contoh:
Supri menuturkan, siang itu tanggal 26 Mei 1985 ia sedang bersembahyang di
dalam bloknya. Tiba-tiba ia mendengar suara gaduh, Puluhan orang berhamburan
keluar lewat pintu gerbang Rutan Salemba. Laki-laki yang belum menerima vonis
itu langsung ikut kabur.

c. Paragraf eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan


informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan
atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya. Paragraf
eksposisi biasanya digunakan untuk menyajikan pengetahuan/ilmu,
definisi, pengertian,langkah- langkah suatu kegiatan, metode, cara, dan
proses terjadinya sesuatu.
Contoh :
Dalam tubuh manusia terdapat aktivitas seperti pada mesin mobil. Tubuh manusia
dapat mengubah energi kimiawi yang terkandung dalam bahan-bahan bakarnya-
yakni makanan yang ditelan menjadi energi panas dan energi mekanis. Nasi yang
Anda makan pada waktu sarapan akan dibakar dalam tubuh persis sebagaimana
bensin dibakar dalam silinder mesin mobil.

d. Istilah argumentasi diturunkan dari verba to argue (Ing) yang artinya


membuktikan atau menyampaikan alasan. Paragraf argumentasi bertujuan
menyampaikan suatu pendapat, konsepsi, atau opini tertulis kepada
pembaca. Untuk meyakinkan pembaca bahwa yang disampaikan itu benar,
penulis menyertakan bukti, contoh, dan berbagai alasan yang sulit
dibantah.
Contoh:
Penebangan hutan harus segera dihentikan. Pohon-pohon di hutan harus dapat
menyerap sisa sisa pembakaran dari pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor. Jika
hutan ditebang habis, maka tidak ada mesin yang bisa menyerap sisa-sisa
pembakaran. Sisa-sisa pembakaran itu dapat meningkatkan pemanasan global.
Pemanasan global itu akan melelehkan gunung es di kutub. Akibatnya, kota-kota
di tepi pantai seperti Jakarta, Surabaya, Singapura, Bangkok, dan lain-lainnya
akan terendam air laut. Jika hutan kita terus ditebang demi kepentingan ekonomi,
maka akan terjadi bahaya yang luar biasa hebatnya. Oleh sebab itu, hutan harus
kita selamatkan sekarang juga.

e. Persuasi diturunkan dari verba to persuade yang artinya membujuk, atau


menyarankan. Paragraf persuasi merupakan kelanjutan atau
pengembangan paragraf argumentasi. Persuasi mula-mula memaparkan
gagasan dengan alasan, bukti, atau contoh untuk meyakinkan pembaca.

12
Kemudian diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran
kepada pembaca. Beda argumentasi dengan persuasi terletak pada sasaran
yang ingin dibidik oleh paragraf tersebut. Argumentasi menitikberatkan
sasaran pada logika pembaca, sedangkan persuasi pada emosi/perasaan
pembaca walaupun tidak melepaskan logika. Dengan kata lain, yang
digarap paragraf argumentasi adalah benar salahnya gagasan/pendapat.
Sementara itu, paragraf persuasi menggarap pembaca agar mau mengikuti
kehendak penulis.
Contoh:
Praktik berpidato memang luar biasa manfaatnya. Pengalaman setiapkali praktik
merupakan pengalaman batin yang sangat berharga. semakin sering praktik, baik
dalam berlatih maupun berpiato yang sesungguhnya, pengalaman batin itu
semakin banyak. Dari pengalaman itu, pembicara dapat menemukan cara-cara
berpidato yang efektif dan memikat. Semakin banyak daya pikat ditemukan dan
semakin sering diterapkan dalam praktik, semakin meningkat pula ketrampilan
pembicara. Tidak dapat disangkal bahwa praktik berpidato menjadi semacam
obat kuat untuk membangun rasa percaya diri. Bila rasa percaya diri itu sudah
semakin besar, pembicara dapat tampil tenang tanpa digoda rasa malu, takut, dan
grogi. Ketenagan inilah yang menjadi modal utama untuk meraih keberhasilan
pidato. Oleh Karena itu, untuk memperoleh keterampilan atau bahkan kemahiran
berpidato, Anda harus melaksanakan praktik berpiato.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Paragraf adalah bagian-bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat


yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan
pikiran. paragraf juga dapat dikatakan sebagai sebuah karangan yang
paling pendek (singkat). Dengan adanya paragraf, kita dapat membedakan
dimana suatu gagasan mulai dan berakhir.
2. Asas-asas Paragraf meliputi kejelasan, keringkasan, ketepatan,
kesatupaduan, pertautan, harkat.
3. Syarat-syarat paragraf meliputi Kesatuan dan Kepaduan paragraf.
4. Teknik pengembangan paragraf meliputi Teknik alamiah, teknik kelimaks
& anti klimaks, teknik umum khusus & khusus umum, teknik
perbandingan & pertentangan, teknik analogi, teknik contoh-contoh,
teknik sebab akibat, teknik definisi luas dan teknik klasifikasi.
semoga dengan kami membahas makalah ini menjadi tambah wawasan
kita tentang bahasa indonesia dan lebih cinta kepada bahasa kita sendiri.

3.2 Saran

Pada kesempatan ini kami menyarankan kepada semua pihak yang merasa
mempunyai gagasan dalam mengembangkan pendidikan di dunia tulis
menulis, agar selalu menuangkan gagasanya dalam bentuk tulisan dengan
mengembangkan keilmuannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti dkk. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis.


Jakarta: Erlangga.

-.1991. Modul Bahasa Indonesia I. Jakarta:


Pendidikan dan Kebudayaan.

. 1993. Modul Bahasa Indonesia. Jakarta::


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .

Keraf, Gorys. 1977. Komposisi. Flores: Nusa Indah.

Wiyanto, Usul. 2006. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.

15

Anda mungkin juga menyukai