DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ARIANA SAWITRI (837721435)
AYU SARI TANJUNG (837721395)
IRMAWATI (837721403)
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah modul 4 ini tentang ‘’Dasar-Dasar Wacana
Bahasa Indonesia”. Kami menyusun makalah ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh tutor mata kuliah Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, bapak Muhammad
Anggie J.Daulay,S.S.,M.Hum.
Kami menyadari bahwa Makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari
pihak lain, sehingga dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Muhammad Anggie J.Daulay,S.S.,M.Hum selaku Tutor Materi dan Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD.
2. Ariana Sawitri dan Ayu Sari Tanjung selaku Kelompok 1
3. Kepada kedua orang tua saya yang sudah mendoakan saya dan memberikan saya
semangat sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
4. Seluruh pihak yang sudah membantu saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penulisan, maupun bahasa dan juga mengalami banyak kesulitan dalam mencari
sumber referensi yang benar-benar tepat dengan kebutuhan kami. Namun karena kelompok
kami membangun kerja kelompok yang baik sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami berharap dengan hadirnya makalah ini dapat menjadi acuan dalam bekal
pengalaman kami untuk lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
memberikan informasi yang bermanfaat bagi orang lain yang membacanya serta dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................................... i
Kata Pengantar..................................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perlunya Mempelajari Wacana................................................................................ 3
B. Elemen-Elemen Wacana.......................................................................................... 3
C. Persyaratan Terbentuknya Wacana.......................................................................... 4
D. Kohesi dan Koherensi.............................................................................................. 6
E. Jenis-Jenis Wacana Bahasa Indonesia..................................................................... 6
F. Karakteristik Wacana Dalam Berkomunikas........................................................... 9
G. Kedudukan Wacana Dalam Bahasa Indonesia ....................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
Oleh karena itu, kelompok kami akan membuat sebuah makalah tentang
“Dasar-Dasar Wacana Bahasa Indonesia”. Kami akan menjelaskan setau kami dan
semampu kami
A. Rumusan Masalah
1. Mengapa perlu mempelajari wacana ?
2. Apa saja elemen-elemen wacana ?
3. Bagaimana syarat terbentuknya wacana ?
4. Apa perbedaan kohesi dan koherensi dalam wacana ?
5. Apa saja jenis-jenis wacana ?
6. Bagaimana karakteristik wacana dalam berkomunikasi ?
7. Bagaimana kedudukan wacana dalam bahasa Indonesia?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui seberapa perlunya mempelajari wacana
2. Untuk dapat mengetahui sebanyak apa elemen-elemen pembentuk wacana
3. Untuk mengetahui syarat terbentuknya wacana
4. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan kohesi dan koherensi dalam wacana
5. Untuk mengetahui ada berapa jenis-jenis wacana bahasa Indonesia
6. Untuk dapat mengetahui karakteristik wacana dalam berkomunikasi
7. Agar dapat mengetahui kedudukan wacana dalam bahasa Indonesia
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk memberikan informasi penting mengenai wacana bahasa Indonesia
2. Untuk memberikan sebuah pengetahuan baru tentang wacana bahasa Indonesia
3. Untuk memperluas pengetahuan dalam mempelajari wacana bahasa Indonesia
v
BAB II
PEMBAHASAN
B. Elemen-Elemen Wacana
Elemen-elemen wacana adalah unsur-unsur pembentuk teks wacana. Elemen-
elemen itu tertata secara sistematis dan hierarkis. Berdasarkan nilai informasinya ada
elemen inti dan elemen luar inti. Elemen inti adalah elemen yang berisi informasi
utama, informasi yang paling penting. Elemen luar inti adalah elemen yang berisi
informasi tambahan, informasi yang tidak sepenting informasi utama. Berdasarkan
sifat kehadirannya, elemen wacana terbagi menjadi dua kategori, yakni elemen wajib
dan elemen manasuka. Elemen wajib bersifat wajib hadir, sedangkan elemen
vi
manasuka bersifat boleh hadir dan boleh juga tidak hadir bergantung pada kebutuhan
komunikasi.
vii
logis, sehingga kita mudah memeahami pesan yang dikandungnya
(Wohl,1978:25) dalam Tarigan, 2009.
3. Judul
Nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, identitas atau
cermin dari jiwa seluruh karya tulis. Dalam artikel judul sering disebut juga
kepala tulisan, ada yang mendefinisikan judul adalah lukisan singkat suatu artikel
atau disebut juga miniature isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas,
padat dan menarik.
4. Proposional
Propisonal keseimbangan dalam makna yang ingin dijabarkan dalam wacana
atau makna yang terdpat dalam wacana iallah seimbang. Misalnya apabila
wacana persuasive, wacana yang mempengaruhi pembaca untuk membeli suatu
produk, maka dalam wacana tersebut harus terdapat kesinambungan yang tepat
antara paragraph yang satu dengan yang lain.
5. Tuturan
Pengungkapan suatu topic yang ada dalam wacana baik tutur tulis atau tutur
lisan. Tuturan kaitannya menjelaskan suatu topic yang terdapat dalam wacana
dengan tetap adanya kohesi dan koherensi yang proposional di dalamnya.
Ada tiga syarat utama untuk membentuk wacana yang baik, yaitu:
1. Kepaduan wacana
Kepaduan wacana dapat tercapai jika merangkai kalimat dan paragraf
secara terpadu serta logis. Hal ini juga dapat tercapai dengan
menggunakan kata hubung yang sesuai.
2. Kesatuan wacana
Kesatuan wacana dapat tercapai jika paragraf yang tersusun saling
memiliki keterkaitan atau keterhubungan satu sama lain.
3. Kelengkapan wacana
Kelengkapan wacana dapat tercapai jika seluruh paragrafnya menjadi
inti dari suatu pembahasan yang ditulis dan merujuk pada pokok pikiran
wacana tersebut.
viii
D. Kohesi dan Koherensi
Kohesi merupakan keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur
yang lain dalam wacana, sehingga terciptalah pengertian yang apik. Kohesi merujuk
pada pertautan bentuk, sedangkan koheren merujuk kepada pertautan makna. Menurut
Alwi, dkk (2003:427) Kohesi adalah hubungan antarproposisi yang dinyatakan secara
eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang
membentuk wacana. Halliday dan Hasan (1976:4) dan Baryadi (2002:46)
membedakan kohesi menjadi dua, yaitu kohesi gramatikal (grammatical cohesion)
dan kohesi leksikal (lexical cohesion). Kohesi gramatikal merupakan aspek formal
bahasa dalam wacana (hubungan yang tampak pada bentuk) (Widiatmoko, 2015:4).
Kohesi leksikal ialah hubungan antar unsur dalam wacana secara semantis
(Sumarlam, 2003:35). Menurut Kushartanti kohesi leksikal adalah hubungan semantik
antarunsur pembentuk wacana dengan memanfaatkan unsur leksikal atau kata.
Sedangkan koherensi adalah keterkaitan antar bagian yang suatu dengan
bagian yang lainnya. kekompakan hubungan antar kalimat dalam wacana (Sudaryat,
2008:152). Di samping itu, koherensi adalah salah unsur wacana sebagai organisasi
semantis dan wadah gagasan-gagasan disusun dalam urutan yang logis untuk
mencapai maksud dan tuturan dengan tepat. Kushartanti (2009:101) menjelaskan
bahwa koherensi adalah keberterimaan suatu tuturan atau teks karena kepaduan
semantisnya.
ix
Berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pembicaraan dalam komunikasi,
ada tiga jenis wacana, yaitu wacana monolog, dialog, dan polilog. Bila dalam
suatu komunikasi hanya ada satu pembicara dan tidak ada balikan langsung dari
peserta yang lain, maka wacana yang dihasilkan disebut monolog. Dengan
demikian, pembicara tidak berganti peran sebagai pendengar. Bila peserta dalam
komunikasi itu dua orang dan terjadi pergantian peran (dari pembicara menjadi
pendengar atau sebaliknya), maka wacana yang dibentuknya disebut dialog. Jika
peserta dalam komunikasi lebih dari dua orang dan terjadi pergantian peran, maka
wacana yang dihasilkan disebut polilog.
x
1. Wacana ekspresif, apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau
penulis sebagai sarana ekspresif, seperti wacana pidato.
2. Wacana fatis, apabila wacana itu bersumber pada saluran untuk memperlancar
komunikasi, seperti wacana perkenalan dalam pesta.
3. Wacana informasional, apabila wacana itu bersumber pada pesan atau
informasi, seperti wacana berita dalam media massa.
4. Wacana estetik, apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan
keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu.
5. Wacana direktif, apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari
mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah.
c. Pemaparan Wacana
Pemaparan wacana sama dengan tinjauan isi, cara penyusunan, dan
sifatnya. Berdasarkan pemaparan, wacana meliputi naratif, prosedural,
hortatori, ekspositori, dan deskriptif.
xi
d. Jenis Pemakaian Wacana
Jenis pemakaian wacana berwujud monolog, dialog, dan polilog.
Wacana monolog merupakan wacana yang tidak melibatkan bentuk tutur
percakapan atau pembicaraan antara dua pihak yang berkepentingan.
Wacana yang berwujud dialog berupa percakapan atau pembicaraan antara
dua pihak. Wacana polilog melibatkan partisipan pembicaraan di dalam
konservasi.
xii
Wacana merupakan bangunan semantis yang terbentuk dari hubungan
semantis antarsatuan bahasa secara padu dan terikat pada konteks. Ada
bermacam-macam konteks dalam wacana. Wacana lisan merupakan
kesatuan bahasa yang terikat dengan konteks situasi penuturnya. Konteks
bagi bahasa (kalimat) dalam wacana tulis adalah kalimat lain yang
sebelum dan sesudahnya, yang sering disebut ko-teks.
4. Teks
Fairdough (dalam Eriyanto, 2008:289) melihat teks dalam berbagai
tingkatan. Sebuah teks bukan hanya menampilkan bagaimana suatu objek
digambarkan tetapi juga bagaimana hubungan antarobjek didefinisikan.
Setiap teks pada dasarnya, menurut Firdough dapat diuraikan dan
dianalisis dari ketiga unsur tersebut.
xiii
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Wacana perlu dipelajari karena selain dapat memahami hakikat bahasa, juga untuk
memahami proses belajar bahasa dan perilaku berbahasa. Bahkan wacana dapat
dimanfaatkan sebagai dasar untuk membina kemampuan berbahasa.
2. Elemen-elemen wacana adalah unsur-unsur pembentuk teks wacana. Elemen-
elemen itu tertata secara sistematis dan hierarkis. elemen wacana terbagi menjadi
dua kategori, yakni elemen wajib dan elemen manasuka.
3. Wacana akan terbentuk apabila memenuhi tiga syarat pokok, yakni topik, tuturan
pengungkap topik, serta kohesi dan koherensi.
4. Kohesi merupakan keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur
yang lain dalam wacana, sehingga terciptalah pengertian yang apik, sedangkan
koherensi adalah keterkaitan antar bagian yang suatu dengan bagian yang lainnya.
5. Jenis-jenis wacana bahasa Indonesia yaitu wacana lisan dan tulisan, monolog,
dialog, polilog, deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi.
6. Ada beberapa karakteristik wacana dalam berkomunikasi yaitu ciri-ciri wacana,
unsur pembentuk wacana, konteks dan ko-teks dan juga teks
7. Kedudukan tertinggi dalam tataran bahasa adalah wacana, Hal tersebut karena
wacana merupakan satuan bahasa yang paling lengkap wacana memiliki
kedudukan yang lebih tinggi dari kalimat dan klausa, wacana juga memiliki
kohesi dan koherensi yang baik, dan berkesinambungan serta dapat disampaiakan
secara lisan maupun tulisan.
B. Saran
Adapun saran yang akan kami berikan untuk membangun tata berbahasa yang lebih
baik lagi yaitu :
1. Penggunaan wacana haruslah sesuai dengan macam atau jenisnya
2. Penggunaan wacana harus selalu disesuaikan dengan konteksnya
3. Selalu menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dan baik
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. (2003). Tata Bahasa Buku Indoneisa. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Badara, A. (2012). Analisis Wacana: Teori, Metode dan Penerapannya Pada Wacana Media.
Kendari: Kencana.
Djajasudarma. (1993). Semantik Pengantar ke Arah Ilmu Makna. Bandung: PT Eresco.
Eriyanto. (2008). Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS
Fowler, R. (1997). Linguistic and the Novel. London: Mathuen & Co Lid.
Gutwinsky. (1976). Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Halliday, M.A.K & Hasan, R. (1976). Cohesion in English. London: Longman.
Hawthorn. (1992). Pengertian Wacana. Bandung: Pustaka Prima.
Leech, G. (1974). Semantic. Suffolk: PT Raja Grafindo Persada.
Kushartanti. (2009). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT
Gramedia.
Oka & Suparno. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Renkema, J. (2004). Introduction to Discourse Studies. Amsterdam: John Benjamins
Publishing Company.
Sudaryat. (2008). Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya.
Sumarlam. (2003). Teori dan Praktek Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
Tarigan. (2009). Pengkajian Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Widiatmoko. (2015). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Universitas Negeri Yogyakarta.
xv