Anda di halaman 1dari 25

Tugas :Bahasa Indonesia

Dosen : Mirlan Ira,S.pd.,M.pd

MAKALAH DIKSI

NAMA KELOMPOK :

1. HENDRWATI
2. SUCI MURNI
3. HKMA
4. RESKY SALFINI

YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE


AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2021/2022

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pembuan
makalah dengan judul “Diksi”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bantuan dari beberapa


pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Mirlan
Ira,s.pd.,m.pd selaku dosen mata kuliah “Bahasa Indonesia ”, serta rekan-
rekan mahasiswa yang sudah memberikan masukkan dalam penyusunan
makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Diksi”. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Raha, Oktober 2022

Penyusun
Kelompok 6

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Diksi..................................................................................... 3
B. Macam-Macam Diksi............................................................................ 4
C. Pembagian Makna Diksi........................................................................ 7
D. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dan Kata.......................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 11
B. Saran...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai
tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan berbicara, kata adalah
kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa
Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti
dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks
alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata sesuka hati, tetapi yang harus
mengikuti kaidah-kaidah yang benar.

Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan


pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata atau diksi.
Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan
yang benar, sehingga ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan,
sering mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa, paragraf,  dan wacana. Pemilihan
kata yang tepat merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi.

Tidak dapat disangkal bahwa dalam penggunaan kosa kata adalah bagian yang sangat
penting dalam dunia perguruan tinggi. Prosesnya mungkin lamban dan sukar, tapi orang akan
merasa lega dan puas sebab tidak akan sia-sia semua jerih payah yang telah diberikan.
Manfaat dari kemampuan yang diperolehnya itu akan lahir dalam bentuk penguasaan terhadap
pengertian-pengertian yang tepat bukan sekedar mempergunakan kata-kata yang hebat tanpa
isi. Dengan pengertian-pengertian yang tepat itu, kita dapat pula menyampaikan pikiran kita
secara sederhana dan langsung. 

Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman yang baik dalam
penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital,
terutama  untuk  menghindari kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Diksi atau pilihan kata
dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga
frasa atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca
atau pendengarnya.

   

5
1.2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan diksi?
2. Apa saja macam-macam diksi?
3. Bagaimana pembagian makna kata?
4. Apa penyebab kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian diksi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana pembagian makna kata.
3. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab kesalahan pemakaian gabungan kata dan
kata.
4. Mampu menggunakan bahasa yang tepat dalam berkomunikasi

1.4. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam pembahasan makalah ini meliputi pengertian diksi atau
pilihan kata, syarat-syarat ketepatan diksi, gaya bahasa dan idiom. Pemilihan kata yang tepat
merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi.

1.5. Metode Penulisan

Metode penulisan makalah ini adalah kajian pustaka, yakni dengan mengkaji buku-buku
yang sesuai dengan topik.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A.Diksi : Pengertian dan Macam-Macamnya


Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Fungsi
dari diksi antara lain :
 Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham
terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
 Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
 Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
 Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
 Mencegah perbedaan penafsiran dan salah pemahaman.
Syarat- syarat ketetapan pilihan kata:
1. Membedakan makna denotasi dan konotasi yang cermat.
2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya:
adalah, ialah, merupakan, yaiu, dalam pemakaiannya berbeda-beda.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya, misalnya:
inferensi (kesimpulan), dan interferensi (saling mempengaruhi), sarat (penuh,
bunting) dan syarat (ketentuan).
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika
pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan makna
yang tepat dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif
canggih menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir, canggih berarti
banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual.
5. Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara
tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya
koordinasi.
6. Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar,
misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
7. Menggunakan kata umum dan khusus secara cermat. Untuk mendapatkan
pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus
ke umum misalnya mobil ( kata umum) , corolla (sedan buatan Toyota).
7
8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : issu (berasal
dari issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa
Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabarangin, desas-desus).
9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (pria dan laki-laki, saya dan aku,
serta buku dan kitab), berhomofoni (misalnya : bang dan bank) dan berhomografi
(misalnya : apel buah, apel upacara, buku ruas, buku kitab).
10. Menggunakan kata abstrak (konseptual misalnya : pendidikan, wirausaha dan
pengobatan modern dan kata konkret (kata khus misalnya: mangga, sarapan, dan
berenang).
Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian
kata agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana
yang sedang berlangsung. Syarat kesesuaian kata:
1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukan
penggunakannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan,
misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak
baku),
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat,
misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar),
tunasusila (lebih halus),
3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatuik), dan berlawanan makna dengan
cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya
melainkan juga (benar), bukan hanya tetapi juga (salah), tidak hanya tetapi juga
(benar),
4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, mengesot,
dan merangkak, merah darah; merah hati. Menggukan kata ilmiah untuk karangan
ilmiah, dan komunikasi non ilmiah (surat-meyurat, diskusi umum),
5. Menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian
(popular), psikologi (ilmiah), ilmu jiwa (popular).Menghindarkan penggunaan
ragam lisan (pergaulan dalam bahasa tulis), misalnya: tulis, baca, kerja
(bahasalisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja,
mengerjakan, dikejakan, (bahasa tulis).
Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata
kerja, infleksi, dan uterans.

8
1. Fonem

Sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang
masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.

2. Silabel

Merupakan sebuah bentuk dari suku kata, dimana merupakan sub fonem yang
ditandai oleh satu puncak kenyaringan bunyi fonem yang terletak pada vokal. Atau satuan
ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan dari bunyi ujaran. Satu Silabel
biasanya meliputi satu vokal dan satu konsonan atau lebih. Silabel mempunyai puncak
kenyaringan (Sonoritas) yang utuh pada vokal.

3. Konjungsi

Lebih dikenal sebagai kata sambung, definisinya adalah kata tugas yang
menghubungi dua klausa atau lebih. Jenis-jenis Konjungsi diantaranya adalah:

 Konjungsi Antar Klausa yaitu: Konjungsi Koordinatif, Konjungis Subordinatif


dan Konjungsi Korelatif.
 Konjungsi Antar kalimat.

4. Infleksi

Pengertiannya adalah suatu proses penambahan Morpheme Infleksional kedalam


sebuah kata yang mengandung indikasi gramatikal seperti jumlah, orang, gender, tenses,
atau aspek, dibandingkan dengan Derivasi menghasilkan kata baru yang diambil dari kata
dasar.

5. Uterans

Merupakan sub elemen dari fungsionalitas Diksi, dan mempengaruhi Diksi


berdasarkan kemampuan bahasa dengan kriteria penggunaan dan pemahaman yang jelas
dan efektif.

B.Macam macam hubungan makna :


1. Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai
ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama
dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
2. Antonim
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap

9
kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata
buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
3. Polisemi
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih
dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti
terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau
depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian darberbentuk
bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
4. Hiponim
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai
ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan
bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap
kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
5. Hipernim
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
6. Homonim
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
7. Homofon
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
8. Homograf
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya
berbeda.

C. Pembagian Makna Kata


1. Kata-kata denotatif dan konotatif
1) Makna denotasi adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan makna lugas
untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat yang
denotatif tidak mengalami perubahan makna. Contoh kata denotatif :
- membicarakan
- memperlihatkan
- penonton
2) Makna konotasi adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat
sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Contoh
kata konotatif :
- Membahas, mengkaji
10
- Menelaah, meneliti, menyelidiki
- Pemirsa, pemerhati
2.   Kata umum dan kata khusus
a. Makna umum adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang luas dari
kata yang lain.
b. Makna khusus adalah makna yang memiliki ruang lingkup cakupan yang sempit
dari kata yang lain.
Contoh kata umum dan kata khusus

11
Kata umum                         Kata khusus
- Ikan                                     - Gurame, lele, sepat, dll
- Bunga                                      - Mawar, ros, melati, dll.

12
3. Kata makna bersinonim
Kata bersinonim adalah kata yang bentuknya berbeda namun pada dasarnya
memiliki makna yang hampir mirip atau serupa. Dalam penggunaan kata besinonim harus
memilih kata yang tepat  dalam kalimat ragam formal. Karena meskipun bersinonim pada
dasarnya memiliki perbedaan dalam konteks penggunaannya. Contoh kata bersinonim :
- Cerdas = cerdik, hebat, pintar.
-     Besar = agung, raya
-     Mati = mangkat,wafat,meninggal
-     Ilmu                   = pengetahuan
-     Penelitian = penyelidikan
4. Kata baku dan non-baku
Kata baku dan non-baku dapat dilihat berdasarkan beberapa ranah, seperti :
a. Ranah finologis
Kata baku yang memiliki kata non-baku karena :
 penambahan fonem

13
Kata baku                             Kata non baku
Imbau                                   Himbau
Andal                                    Handal
Utang                                    Hutang

14
 pengurangan fonem

15
Kata baku                             Kata non baku
Terap Trap
Terampil Trampil
Tetapi Tapi
Tidak Tak

16
 pengubahan fonem

17
Kata baku  Kata non baku
Telur                                      Telor
Ubah                                     Obah
Tampak                                nampak

18
b. Ranah morfologis
Kata baku yang memiliki kata nonbaku karena  hasil proses morfologis.
 pengurangan fonem
Kata baku Kata non-baku                            
Memfokuskan                    Memokukan
Memprotes Memrotes                        
Memfitnah         Memitnah                  
 pengubahan fonem
Kata baku Kata non-baku
Mengubah                          merubah
 penggantian afiks
Kata baku                  Kata non-baku
Menangkap                Nangkap 
Menatap                     Natap
Mengambil                  Ngambil
Menahan                     Nahan
 kelebihan fonem
Kata baku                                Kata non-baku
Beracun                                   Berracun
Beriak                                       Berriak
Beribu                                      Berribu
Becermin                                 Bercermin
c. Ranah leksikon
Kata (frasa) baku yang memiliki kata (frasa) non-baku yang terdapat
dalam ragam percakapan.
Contoh  pasangan kata (frasa) baku dan kata (frasa) non-baku sebagai berikut :
Frasa baku                            Frasa non-baku
Tidak terlalu Tidak begitu
Belum masak Belum matang
Tidak mau                            Enggak mau
Hanya nasi                            Nasi doang
Selain menggunakan kalimat ragam formal, juga menggunakan ragam
percakapan, contohnya :
Frasa baku                               Frasa non-baku
waktu lain                               lain waktu
19
amat besar                             besar amat
amat mahal       s                     mahal amat
pertama kali                           kali pertama
Dalam kalimat  ragam formal, kita sering membuat kata-kata yang maknanya
redundan. Artinya, kata-kata yang di gunakan sudah melebihi makna,
contohnya :
Frasa baku                   Frasa non-baku
Sangat pedih                amat sangat pedih, amat pedih
Paling kaya                   paling terkaya terkaya
Dalam bahasa indonesia, karena adanya penyerapan bahasa asing atau bahasa
daerah (sanskerta) terdapat pasangan kata baku dan non-baku. Maka harus
memilih dan menggunakan kata serapan yang sudah di bakukan.
Kata baku                      Kata non-baku
Apotek                          apotik
Asas                              azas
Asasi                             azasi
Analisis                         analisa
5. Penggunaan kata secara tepat
Dalam kalimat ragam formal, kita perlu menggunakan kata-kata secara tepat dalam hal
penggunaan kata depan, seperti :
Kata di seharusnya di gunakan pada, contoh:
Penggunaan kata yang tepat                           penggunaan kata yang tidak tepat
Pada siang hari                                              di siang hari
Pada kita                                                         di kita
Kata ke yang seharusnya di gunakan kepada, contoh:
Penggunaan kata yang tepat                           penggunaan kata yang tidak tepat
Kapada kami                                                   ke kami
Kapada kita                                                     ke kita
Kepada ibu                                                      ke ibu
Dalam penggunaan kata depan dan kata penghubung  harus digunakan secara tepat,
yang sesuai dengan jenis keterangan dalam jenis kalimat:
 Untuk keterangan tempat di gunakan kata di, ke, dari, di dalam, pada.
 Untuk keterangan waktu digunakan kata pada, dalam, setelah, sebelum,
sesudah, selama, sepanjang.
 Untuk keterangan alat di gunakan kata dengan.
20
 Untuk keterangan tujuan digunakan kata agar, supaya, untuk, bagi, demi.
 Untuk keterangan cara digunakan kata dengan, secara, dengan cara, dengan
jalan.
 Untuk keterangan penyerta di gunakan kata dengan, bersama, beserta.
 Untuk keterangan perbandingan atau kemiripan digunakan kata seperti,
bagaikan,laksana.
 Untuk keterangan sebab di gunakan kata karena, sebab.
6.  Penulisan  kata secara benar
Dalam kalimat ragam formal, harus menuliskan kata secara benar seperti :
-  Penulisan kata depan di yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat
yang sesudahnya.
- Penulisan kata depan ke yang benar adalah di tulis secara terpisah dari kalimat
yang sesudahnya.
-  Penulisan kata depan dari yang benar adalah di tulis secara terpisah dari
kalimat yang sesudahnya.
Selain  kesalahan penulisan kata depan (preposisi), sering pula kesalahan
sebagai  berikut :
-  penulisan partikel non seperti pada contoh :
penulisan yang benar penulisan yang salah
Non-Indonesia                                     non Indonesia
Non-batak                                            non batak
Nonformal                                            non formal, non-formal
-  penulisan partikel sub seperti pada contoh :
penulisan yang benar                        penulisan yang salah
subbab                                                 sub bab, sub-bab
subbagian                                            sub bagian, sub-bagian
-  penulisan pertikel per seperti pada contoh :
penulisan yang benar                      penulisan yang salah
per jam                                                perjam
per bulan                                             perbulan
per tahun                                             pertahun
- penulisan kata per
kata per yang memiliki arti ‘menjadikan lebih’ atau ‘memperlakukannya
sebagai’
   Penulisan yang benar                       penulisan yang salah
21
   Perbesar                                           per besar
   Persingkat                                        per singkat
Dalam bahasa indonesia, kata “ pun “ yang mempunyai arti ”juga” harus dituliskan
secara terpisah dengan kata yang diikutinya
   Penulisan yang benar                        Penulisan yang salah
   aku pun                                              akupun
sedikit pun                                       sedikitpun
kata pun pada kata tertentu yakni ungkapan yang sudah padu harus dituliskan
serangkai dengan kata yang diikutinya.
Penulisan yang benar                         Penulisan yang salah
meskipun                                            meski pun
bagaimanapun                                    bagaimana pun
Dalam kata pasca, bentuk terikat pasca di tulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
Penulisan yang benar                        Penulisan yang salah
pascasarjana                                        pasca sarjana, pasca-sarjana
pascapanen                                         pasca panen, pasca-panen
Selain itu dalam penulisan awalan tertentu, seperti :
Penulisan yang benar                         Penulisan yang salah
betolak belakang                                 betolakbelakang
mendarah daging                                mendarahdaging
7. Homonim, Homofon, Homograf
a.Homonim
Homo artinya sama, nym berarti nama, jdi homonim adalah sama nama, sama
bunyi tetapi beda makna, contoh : bandar sama dengan pelabuhan, dan dan
pemegang uang dalam perjudian.
b.Homofon
Bunyi atau suara yang mempunyai sama, berbeda tulisan dan berbeda makna
contoh :
Bank : tempat menyimpan uang
Bang : panggilan untuk kakak laki-laki
c.Homograf
Sama tulisan, berbeda bunyi dan berbeda makna, contoh :
Ular kobra itu bisanya mematikan

22
Aku bisa memastikan ayah tidak akan marah jika aku telat pulang karena
latihan
8.  Kata abstrak dan kata konkrit
 Kata abstrak berupa konsep
Contoh : kebenaran pendapat itu begitu meyakinkan
 Kata konkrit berupa objek yang dapat diamati
Contoh : angka kelulusan SMA tingkat sumatera barat mengalami kenaikan hingga
sembilan persen. Membicarakan membahas, mengkaji

D. KESALAHAN PEMAKAIAN GABUNGAN KATA DAN KATA


A. Kesalahan Pemakaian Kata yang mana, di mana, daripada
Perhatikan contoh pemakaian di mana, yang mana, daripada yang salah dalam kalimat
ini:
 Dalam rapat yang mana dihadiri oleh para ketua RT dan RW
 Demikian tadi sambutan Pak Lurah di mana beliau telah menghimbau kita untuk lebih
tekun bekerja.
Kalimat1 (satu) kerap kita dengar dalam aktivitas bermasyarakat kalau kita amati.
Terdapat dua kesalahan dalam pemakaain bentuk gabungan itu, kesalahan pertama, dalam
sebagian kalimat itu terdapat kata yang berlebih atau mubazir yang mengakibatkan
terjadinya polusi bahasa. Kata mana dalam kalimat pertama tidak diperlukan, cobalah
baca kalimat pertama tanpa kata mana, jadi bunyinya berubah seperti ini. Dalam rapat
yang dihadiri oleh para ketua RT dan RW.
Kalimat 2 (dua), pada bagian besar kalimat ini terjadi salah pakai bentuk gabung di
mana tidak boleh dipakai dalam bentuk kalimat. Fungsi di mana dan yang mana bukan
sebagai penghubung klausa-klausa, baik dalam sebuah kalimat maupun penghubung antar
kalimat. Kalimat ini harus dipecah menjadi dua, yaitu :
Demikian tadi sambutan Pak Lurah dan Beliau telah menghimbau kita untuk lebih
tekun dan bekerja

B. Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dengan, di, dan ke


Pemakaian kata dengan dalam kalimat terutama ragam lisan, sering tidak tepat,
perhatikan contoh yang salah berikut ini.
(1) Sampaikan salam saya dengan Dona

23
(2) Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya
Kata dengan pada kalimat diatas harus diganti dengan kepada, jika tidak kepada siapa
salam ditujukan. Kata dengan tidak cocok dipakai untuk kalimat diatas karena dengan
dapat berarti bersama. Senada dengan kekeliruan pemakaian kata sambung dengan,
pemakaian yang keliru juga sering terjadi untuk kata depan di dan ke yang seharusnya diisi
oleh kata pada dan kepada. Kata depan di dan ke harus diikuti oleh tempat, waktu,
sedangkan kepada harus diikuti nama/jabatan orang atau kata ganti orang. Contoh:
(1) Buku agendaku tertinggal di rumah Andi
(2) Jangan menoleh ke kiri
(3) Permohonan cuti diajukan kepada direktur

C. Kesalahan Pemakaian Kata berbahagia


Dalam pertemuan formal ditengah masyarakat, kita sering mendengar kata berbahagia
dipakai secara keliru oleh pembawa acara dan juga oleh pembicara lain.
Umumnya kata berbahagia itu dimunculkan pada bagian awal suatu acara ketika
pembicara menyapa hadirin, seperti contoh yang keliru berikut ini.
(1) Selamat malam dan selamat dating ditempat yang berbahagia ini
(2) Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak hadirin untuk…….
Mengapa pemakaian dalam kalimat 1 dan 2 dikatakan keliru, karena berbahagia bukan
kata sifat. Jika pada kata berbahagia diganti kata sifat misalnya, aman ,indah, bersih, tentu
saja kalimatnya benar.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
24
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi
oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui,
memahami, menguasai, dan menggunakan sejunlah kosakata secara aktif yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengkomunikasikannya secara
efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Selain kata yang tepat, efektivitas,
komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu
kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Ada tiga hal yang yang dapat kita petik. Pertama, kemampuan memilih kata hanya
dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata yang cukup luas. Kedua, diksi atau
pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan secara tepat
kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun. Ketiga, pilihan kata mengangkut
kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat dan cocok untuk situasi dan konteks
tertentu.

B. SARAN

Sebagai mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan memahami bagaimana penggunaan


diksi yang tepat dan cermat karena seorang mahasiswa itu selalu dibebankan dan berkelut
dengan karya-karya tulis dalam setiap tugas perkuliahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zainal dan Amran Tasai. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan
Tinggi. Cetakan ke-6. Jakarta:Akademika Pressindo.

25
Daniel Parera, Jos. 1987. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta:Erlangga.

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengenmbangan Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta:Grasindo.

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta:Gramedia.

Mila. 2010. Kaidah Bahasa Indonesia. Yogyakarta:Kanwa Publisher.

Muawanah Siti. 2012. Bahan Ajar Bahasa Indonesia. Palangkaraya:STAIN Palangkaraya.

26

Anda mungkin juga menyukai