Anda di halaman 1dari 29

MEMAHAMI DIKSI BAHASA INDONESIA

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh :

Andi Nur Amin (1907112158)


Fahmi Al Ikhsan (1907114012)
Rein Hans Timotius Panggabean (1907113123)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN S1 B


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt., penulis ucapkan puji syukur sehingga
dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia mengenai “Memahami Diksi
Bahasa Indonesia”. Makalah yang berjudul “Memahami Diksi Bahasa Indonesia”
disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah bahasa Indonesia jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau. Makalah ini telah penulis buat
dengan maksimal dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
penyusunannya. Makalah ini memiliki berbagai kesalahan. Oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saran dari semua pihak.

Pekanbaru, September 2019

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................. 3

ii
2.1 Pengertian Diksi ..................................................................................... 3
2.2 Pengertian Diksi Menurut Para Ahli ...................................................... 3
2.3.Persyaratan dan Ketetapan Diksi ........................................................... 4
2.4.Makna Denotatif dan Makna Konotatif ................................................. 6
2.5.Kata Umum dan Kata Khusus ................................................................ 8
2.6.Kata Konkret dan Kata Abstrak ............................................................. 9
2.7.Pembentukan Kata ................................................................................. 10
2.8.Ungkapan/Idiomatik............................................................................... 18
2.9.Contoh Diksi yang Salah dalam Karya Ilmiah ....................................... 19
BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 24
3.1.Simpulan ................................................................................................ 24
3.2.Saran ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahasa terdiri atas beberapa tatarans gramatikal antara lain kata, frase,
klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah & kalimat merupakan tataran
tertinggi. Ketika Anda menulis, kata merupakan kunci utama dalam upaya
membentuk tulisan. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus
dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang dapat mudah dimengerti.
Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami
dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat
dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus
digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam
bentuk tulisan secara terus-menerus & teratur (produktif) serta mampu
mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu,
ketrampilan menulis / mengarang membutuhkan grafologi, struktur bahasa, & kosa
kata. Salah satu unsur penting dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata. Kosa
kata merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu karangan merupakan
hal yang tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan
menimbulkan ketidakjelasan makna.
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna
menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata
tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan
interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau
pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain
itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan
juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita
agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu,
latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.Apakah pengertian diksi?
2.Apa saja syarat-syarat diksi?
3.Apa berbedaan makna denotatif dan konotatif?
4.Apa perbedaan kata umum dan khusus?
5.Apakah perbedaan kata konkret dan abstrak?
6.Bagaimana cara pembentukan kata?
7.Apa itu ungkapan/idiomatic?
8.Apa saja contoh diksi yang salah dalam penulisan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

1.Untuk mengetahui pengertian diksi.


2.Untuk mengetahui seperti apa kata umum dan khusus.
3.Untuk mengetahui makna denotatif dan konotatif.
4.Untuk memahami bagaimana diksi yang tepat & tidak tepat dalam kalimat.
5.Untuk mengetahui pengertian gaya bahasa.
6.Untuk mengetahui cara pembentukan kata.
7.Untuk mengetahui ungkapan/idiomatic.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Diksi
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan
oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan
kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tapi
juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi
mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang
menyangkut cara-cara yang khusus berbrntuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa
sebagai bagian dari diksi berkaitan dengan ungkapan-ungkapan yang individual
atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.
Terdapat beberapa pengertian mengenai diksi atau pilihan kata : (1) Diksi
atau pilihan kata adalah hasil dari upaya memilih kata yang tepat untuk dipakai
dalam suatu tuturan bahasa. (2) diksi berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras
(dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan)”.. (3) Pilihan kata atau diksi pada dasarnya
adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia,
atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan. (4) Diksi atau pilihan kata adalah upaya
pemilihan kata yang benar untuk mencapai suatu makna yang tepat.

2.2 Pengertian Diksi Menurut Para Ahli


Diksi menurut Keraf (2010:24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama
mengenai diksi, antara lain sebagai berikut.
1. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang
tepat.
2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-
nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan
bentuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar.

3
3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah
besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa.
Diksi atau pilihan kata adalah salah satu persyaratan yang perlu dan mendesak
dalam berbicara atau menulis menurut Fitriyah dan Gani (2007:77). Pilihan kata
termasuk dalam ilmu sistematik (semansiologi), yaitu ilmu yang mempelajari
makna kata.
Dari uraian diatas diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam
memilih kata untuk mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara atau
menulis, sehingga tidak menimbulkan makna yang tidak dikehendaki pembicara
atau penulis.
2.3 Persyaratan dan Ketepatan Diksi
Ketepatan adalah kamampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan
yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus
berusaha secermat mungkin memilih kata-kata untuk mencapai magsud tertentu.
Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata untuk mencapai
ketepatan pilihan katanya itu.
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Dari kedua kata yang
mempunyai makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan
dipergunakannya untuk mencapai maksudnya. Kalau hanya pengertian dasar yang
diinginkannnya, ia harus memilih kata yang denotatif, kalau ia menghendaki reaksi
emosional tertentu, ia harus memilih kata konotatif sesuai dengan sasaran yang
akan dicapainya itu.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata
bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Sebab itu,
penulis atau pembicara harus hati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada,
untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi
yang berlainan.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis sendiri tidak
mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan membawa

4
akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham. Kata-kata yang mirip dalam
tulisannya itu misalnya : bahwa-bawah-bawa, proposisi-preposisi, korparasi-
koperasi, dan sebagainya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang
sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pemkembahan bahasa pertama-tama
tampak dari pertambahan jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa
setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul
untuk pertama kali karna dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang
terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya menerima kata itu, maka lama-kelamaan
kata itu akan menjadi milik masyarakat. Neologisme atau kata baru atau
penggunaan sebuah kata lama dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam
kelompok ini.
5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang
mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan : idiom-idiomatic,
progres-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.

Pasangan yang tepat Pasangan yang tidak tepat


antara.....dengan..... antara....dan....
tidak.....melainkan..... tidak.....tetapi....
baik.....ataupun..... baik....maupun.....
bukan.....tetapi..... bukan....melainkan....
1.1 Contoh pasangan kata yang tepat.
7. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis :
ingat akan bukan ingat terhadap; berharap, berharap akan, mengharapkan bukan
mengharap akan; berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan
membahayakan bagi sesuatu; takut akan, menakuti sesuatu (lokatif).
8. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan
kata umum dan kata khusus. Kata umum digunakan untuk mengungkapkan gagasan
atau ide yang umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk seluk beluknya atau

5
perinciannya. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata
umum.
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

2.4 Makna Denotatif dan Makna Konotatif


Di dalam sebuah tulisan biasanya kita sulit untuk menentukan atau
menginterpretasi makna sebuah kata atau frasa. Hal ini disebabkan karena adanya
makna yang disampaikan secara sebenarnya(Denotasi) dan makna yang
disampaikan dalam bentuk kiasan(Konotasi).
a.Makna Denotatif
Kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan disebut
dengan makna denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain
seperti : makna denotasional, makna kongnitif, makna konseptual, makna
ideasional, makna referensial atau makna proposisional. Disebut makna denotasial,
referensial, konseptual dan ideasional, karna makna itu menunjuk (danote) kepada
suatu referen. Disebut makna kongnitif, karna makna itu bertalian dengan
kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respon (dari
pihak pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat dicerap pancaindra (kesadaran)
dan rasio manusia. Dan makna ini disebut juga makna proposional karna ia bertalian
dengan informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual.
Makna ini, yang diacu dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling
dasar pada suatu kata.
Contoh :
1.Tangan kanan Ikhsan terkilir.
2.Rudi menjual kambing hitam miliknya.
3.Ia naik tangga untuk memperbaiki genteng rumah yang bocor.

b. Makna Konotatif

6
Makna kata yang mengandung arti tambahan , perasaan tertentu atau nilai rasa
tertentu disamping makna dasar yang umum dinamakan makna konotatif atau
konotasi. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna
emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana
stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian
terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju atau tidak setuju,
senang atau tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar,; di pihak lain, kata
yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan
yang sama.

Contoh:
1.Banyak pahlawan yang telah gugur dalam medan perang.
(gugur : meninggal dunia)
2.Ia tak pantang menyerah meski banyak aral melintang.
(aral melintang : rintangan, hambatan)
3.Mempunyai harta berlimpah tak membuat Heru besar kepala.
(besar kepala : sombong)
4.Kenaikan harga bahan pokok membuat usaha Reza gulung tikar.
(gulung tikar : bangkrut)
5.Para TNI turun tangan dalam percarian korban tragedi kecelakaan pesawat.
(turun tangan : ikut membantu)
Makna Denotatif Makna Konotatif
Makna yang sesuai dengan makna asli. Maknanya kiasan.
tidak menimbulkan penafsiran ganda sering kali membingungkan para
bagi pembaca. pembaca dalam menemukan makna.
seringkali dijumpai dalam penulisan sangat sering dijumpai dalam karya
karya ilmiah. sastra, misalnya puisi, cerpen, dan lain
sebagainya.
1.2 Table Perbandingan Makna Konotatif dan Denotatif

7
2.5 Kata Umum dan Kata Khusus
Pada umumnya untuk mencapai ketepatan pengertian yang lebih baik
memilih kata khusus daripada kata umum. Kata umum yang dipertentangkan
dengan kata khusus harus dibedakan dari kata denotatif dan konotatif. Kata
konotatif dibedakan dari kata berdasarkan maknanya, yaitu apakah ada makna
tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata. Kata umum dan kata khusus
dibedakan berdasarkan luas dan tidaknya cakupan makna yang dikandungnya. Bila
sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang
lingkupnya maka kata itu disebut kata umum. Bila ia mengacu kepada pengarahan-
pengarahan yang khusus dan kongkret maka kata-kata itu disebut kata khusus.
Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah, semakin dekat
titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai antara penulis dan pembaca,
sebaliknya semakin umum sebuah istilah, semakin jauh pula titik pertemuan antara
penulis dan pembaca. Sebuah istilah atau kata yang umum dapat mencakup
sejumlah istilah yang khusus. Dalam ilmu semantik, kata umum yang mencakup
sejumlah istilah khusus ini disebut superordinal, sedangkan istilah-istilah khusus
yang dicakupnya disebut hiponim.
a. Kata umum adalah kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat umum
dan luas. Bidang dan obyek yang dicakup oleh kata umum itu luas dan tidak secara
spesifik merujuk atau merepresentasikan bidang atau obyek tertentu. Jenis kata
umum tidak memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya.Sebagai akibatnya, kata
umum kurang memberi daya imajinasi kepada audiens atau pembaca. Citra dalam
pikiran audiens/ pembaca masih samar.
b. Kata Khusus adalah kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat spesifik
dan sempit dan yang merujuk kepada pengertian kongkret dan tertentu. Bidang,
ruang lingkup, dan obyek yang dicakup oleh kata khusus itu sempit dan dia secara
spesifik merujuk atau merepresentasikan bidang, ruang lingkup, atau obyek yang
sempit, di samping juga hanya meliputi aspek tertentu saja.Jenis kata khusus
memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya. Sebagai akibatnya, kata khusus
memberi daya imajinasi kepada audiens atau pembaca. Citra dalam pikiran audiens/
pembaca tidak samar.

8
Hubungan antara kata umum kata khusus itu bersifat relatif. Maksudnya,
suatu kata tertentu bisa merupakan kata khusus dari kata lain yang lebih umum; dan
kata yang lebih umum itu bisa menjadi kata khusus untuk kata lainnya lagi.
Relativitas kata umum dan kata khusus ini menciptakan gradasi kata.
Sangat Umum Kurang Umum Lebih Khusus Sangat Khusus

Tumbuh-tumbuhan Pohon Pohon asam Pohon asam dibelakang


rumah
Penjahat Pencuri Pencopet Orang yang mencopet
dompet saya
Kendaraan Mobil Sedan Mobil sedan milik Pak Ali

Olahragawan Pemain bola Gelandang Ali


Binatang Anjing Herder Nero
Table : Contoh Kata Umum dan Kata Khusus

2.6 Kata Konkret dan Kata Abstrak


1. KATA ABSTRAK
Kata abstrak adalah sebuah kata yang memiliki rujukan berupa konsep atau
pengertian. Sesuai dengan namanya kata abstrak lebih memerlukan pendalaman
pemahaman, karena sifatnya yang tidak nyata. Untuk lebih jelasnya kita lihat
beberapa contoh kata abstrak di bawah ini :
Kata Abstrak :
- Kaya
- Miskin
- Kesenian
- Kerajinan
- Demokrasi
- Kemakmuran

2. KATA KONKRET

9
Kata konkret merupakan kebalikan dari kata abstrak. Kata konkret yaitu kata yang
mempunyai rujukan berupa objek yang dapat diserap oleh panca indera. Kata
konkret memiliki ciri bisa dirasakan, bisa dilihat, diraba, didengar, dan bisa
dicium.
Di bawah ini contoh-contoh kata konkret :

Kata Konkret :
- Sandang
- Pangan
- Rumah
- Belajar
- Bekerja
- Membaca
- Berunding
- Uang
- Mobil
- Sawah
- Rumah

2.7 Pembentukan Kata


Kata dalam bahasa Indonesia dibentuk melalui proses morfologis dan di
luar proses morfologis. Proses morfologis yaitu proses pembentukan kata-kata
dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dengan kata lain proses
morfologis adalah peristiwa penggabungan morfem yang satu dengan morfem
yang lain menjadi kata. Ciri suatu kata yang mengalami proses morfologis yaitu
mengalami perubahan bentuk, mengalami perubahan arti, mengalami perubahan
kategori/jenis kata. Terdapat tiga cara pembentukan kata melalui proses
morfologis, yaitu afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

1. Proses Morfologis
a. Afiksasi

10
Afiksasi merupakan proses penambahan morfem afiks pada bentuk dasar.
Afiks tersebut dapat berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran),
konfiks dan simulfiks (imbuhan gabung). Contoh masing-masing adalah sebagai
berikut.
- Prefiks: ber-, pe-, peN-; berlari, pelari, pembunuh
- Infiks: er, el, em; gerigi, gelegar, gemetar
- Sufiks: -kan, -i, -isasi, -wan, -man; bacakan, lempari, reboisasi, hartawan,
budiman
- Konfiks: ke-an, per-an; kemanusiaan, perlakuan, perbuatan
- Simulfiks: memper-kan, diper-kan; mempertanggungjawabkan, diperlakukan
Proses afiksasi ini biasanya akan menyebabkan terjadi perubahan fonem
pada suatu kata. Untuk itu perlu kita cermati bersama kaidah morfofonemis yang
merupakan kaidah yang mengatur perubahan bunyi akibat proses morfologis.
Kaidah tersebut adalah sebagai berikut.

Kaidah Perubahan Fonem


1. Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /m/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p/,/ b/, dan /f/.
Misalnya:
- meN- + pikir à memikir
- meN- + bakar à membakar
- meN- + fitnah à memfitnah
- peN- + potong à pemotong
- peN- + bual à pembual
- peN- + fitnah à pemfitnah
2. Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t/, /d/, dan /s/
yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa keasingannya.
Contoh:
- meN- + tolak à menolak
- meN- + daki à mendaki

11
- meN- + suplai à mensuplai
- peN- + tanam à penanam
- peN- + daki à pendaki
- peN- + survai à pensurvai
3. Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/, /s/, /c/, dan
/j/.
Misalnya:
- meN- + sabit à menyabit
- men- i + syukur à mensyukuri
- meN- + cetak à mencetak
4. Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k/, /g/, kh/, /h/,
dan /vokal/.
Misalnya:
- meN- + kutip à mengutip
- meN- + goreng à menggoreng
- meN- + khitan à mengkhitan
- meN- + hias à menghias
5. Fonem /r/ pada morfem asiks ber- dan per- akan berubah menjadi /l/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berupa morfem ajar.
Misalnya:
- ber- + ajar à belajar
- per- + ajar à pelajar
6. Fonem /?/ (hamzah) yang menduduki posisi akhir pada bentuk dasar akan
berubah menjadi /k/ apabila diikuti atau bergabung dengan morfem afiks peN-
an, ke-an, per-an, dan -an.
Misalnya:
- peN-an + kutuk à pengutukan
- peN-an + tolak à penolakan
- ke-an + duduk à kedudukan

12
- ke-an + elok à keelokan
- per-an + budak à perbudakan
- per-an + minyak à perminyakan
- an + kutuk à kutukan
- an + petik à petikan

Kaidah Penambahan Fonem


1) Apabila morfem afiks {meN-} dan {peN-} diikuti oleh bentuk dasar yang
bersuku satu akan terjadi penambahan fonem /e/ sehingga {meN-} menjadi
{menge-} dan {peN-} menjadi {penge-}.
Misalnya:
- meN- + las à mengelas
- meN- + cat à mengecat
- peN- + las à pengelas
- peN- + cat à pengecat
2) Apabila morfem afiks {peN-an}, {ke-an}, {per-an}, dan {-an} bertemu dengan
bentuk dasar : (1) berakhir dengan vokal /a/ akan terjadi penambahan fonem /?/, (2)
berakhir dengan vokal /u/, /o/, dan /au/ akan terjadi penambahan /w/, dan (3)
berakhir dengan vokal /i/ dan /ay/ akan terjadi penambahan fonem /y/.
Contoh:
- peN-an + nama à penamaan /penama?an/
- ke-an + sengaja à kesengajaan
- per-an + coba à percobaan
- paksa + -an à paksaan
- peN-an + buku à pembukuan /pembukuwan/
- ke-an + satu à kesatuan
- per-an + sekutu à persekutuan
- satu + -an à satuan
- peN-an + veto à pemvetoan /pemvetowan/
- per-an + toko à pertokoan
- peN-an + bau à pembauan

13
- ke-an + pulau à kepulauan
- jangkau + -an à jangkauan
- peN-an + daki à pendakian /pendakiyan/
- ke-an + lestari à kelestarian
- per-an + judi à perjudian
- cuci + -an à cucian

Kaidah Penghilangan Fonem


1) Fonem /N/ pada {meN-} dan {peN-} akan mengalami penghilangan
apabila bertemu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l, r, y, w/ dan
/nasal/
Contoh:
- meN- + larang à melarang
- meN- + ramal à meramal
- meN- + nyanyi à menyanyi
- meN- + nikah à menikah

- peN- + lamar à pelamar


- peN- + ramal à peramal
- peN- + waris à pewaris
- peN- + nyanyi à penyanyi
- PeN- + malu à pemalu

2) Fonem /r/ pada { ber-} dan {ter-},akan mengalami penghilangan apabila


bertemu dengan bentuk yang berawal dengan /r/ dan bentuk dasar yang suku
pertamanya mengandung /er/.
Contoh:
- ber + ragam à beragam
- ter- + rebut à terebut
- ber- + ternak à beternak

14
3) Fonem / k, p, t, s/ pada awal bentuk dasar yang bertemu dengan {meN-
} dan {peN-} akan mengalami penghilangan fonem kecuali untuk bentuk dasar
yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa keasingannya. Misalnya:
- meN- + kapur à mengapur
- meN- + pikir à memikir
- meN- + tolak à menolak
- meN- + siram à menyiram
- peN- + kejar à pengejar
- peN- + pikir à pemikir
- peN- + tulis à penulis
- peN- + sadap à penyadap

b.Reduplikasi
Reduplikasi merupakan proses pengulangan bentuk dasar yang dilakukan
dengan pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan berkombinasi
dengan afiks, pengulangan berubah bunyi.
- rumah-rumah
- perumahan-perumahan
- berlari-lari
- mengata-ngatakan
- mengata-ngatai
- kebarat-baratan
- sayur-mayur
- lauk-pauk
Bentuk rumah-rumah dan perumahan-perumahan merupakan pengulangan
secara utuh, artinya seluruh bentuk dasar mengalami proses pengulangan. Bentuk
berlari-lari dan mengata-ngatakan mengalami pengulangan sebagian. Bentuk
mengata-ngatai dan kebarat-baratan mengalami pengulangan berkombinasi dengan
afiks, sedangkan sayur-mayur dan lauk-pauk merupakan pengulangan berubah
bunyi.

15
c. Komposisi
Komposisi merupakan suatu proses penggabungan dua atau lebih bentuk
dasar sehingga menimbulkan makna yang relatif baru. Makna yang timbul akibat
penggabungan tersebut ada yang dapat ditelurusuri dari unsur yang membentuknya,
ada yang maknya tidak berkaitan dengan unsur pembentuknya, dan ada yang
mempunyai makna unik. Contoh masing-masing tipe dapat dilihat pada contoh
berikut.
- rumah makan
- pisang goreng
- matahari
- kumis kucing
- tua renta
- muda belia

2. Pembentukan di luar Proses Morfologis


Pembentukan kata di luar proses morfologis dibentuk melalui beberapa cara, yaitu
akronim, abreviasi, abreviakronim, kontraksi, dan kliping.
a. Akronim; pemendekan dengan mengambil satu suku atau lebih kata-kata
asalnya. Misalnya:
- krismon (krisis moneter)
- sembako (sembilan bahan pokok)
- kultum (kuliah tujuh menit)
- sisdiknas (sistem pendidikan nasional)
- sekwilda (sekretaris wilayah daerah)
b. Abreviasi; pemendekan dengan mengambil huruf pertama setiap kata asalnya.
- ABG (Anak Baru Gede; atas Bawah Gede)
- PGTK (Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak)
- PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar)
- BLK (Balai Latihan Kerja)
c. Abreviakronim; gabungan dari abreviasi dan akronim.

16
- AKABRI
- PEMILU
d. Kontraksi; pemendekan dengan pengerutan bentuk.
- tidak – tak
- saya pergi – sapi (dalam kebiasan bahasa masyarakat Nusa Tenggara).
e. Kliping; pemendekan dengan mengambil sebagian untuk mewakili seluruh.
- influensa – flu
- dokter –dok
- profesor – prof

Morf merupakan wujud nyata suatu morfem. Morfem merupakan satuan


terkecil yang tidak bisa dibagi lagi ke dalam unsur yang lebih kecil lagi, sedangkan
kata adalah satuan gramatik terkecil yang telah memiliki makna. Kata dapat
diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu. Kata dalam bahasa Indonesia dapat
dibentuk melalui proses morfologis yang meliputi afiksasi, reduplikasi, dan
komposisi. Perubahan bunyi akibat proses morfologis diatur dalam kaidah
morfofonemis. Selain itu, kata juga dapat dibentuk melalui proses non proses
morfologis, yaitu akronim, abreviasi, abreviakronim, kontraksi, kliping.

2.8 Ungkapan/Idiomatik
Dalam penjelasan kali ini saya sertakan pula contohnya. Penjelasan ini saya
ambil dari buku “Cerdas Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi”, karangan
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai (Akapress, 2010).

Pengertian Ungkapan Idiomatik

Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-
kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.

17
Contoh Pemakaian Ungkapan Idiomatik
Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut:

Menteri dalam negeri bertemu Presiden SBY. (salah)


Menteri dalam negeri bertemu dengan Presiden SBY. (benar)

Jadi, yang benar adalah bertemu dengan. Di samping itu, ada beberapa kata yang
berbentuk seperti itu, yaitu:
Sehubungan dengan
Berhubungan dengan
Sesuai dengan
Bertepatan dengan
Sejalan dengan

Ungkapan idiomatik lain yang perlu diperhatikan ialah:

SALAH BENAR

Terdiri Terdiri atas/dari

Terjadi atas Terjadi dari

Disebabkan karena Disebabkan oleh

Membicarakan Berbicara tentang


tentang

Tergantung kepada Bergantung pada

Baik…ataupun Baik…maupun

Antara…dengan Antara…dan

Tidak…melainkan Tidak…tetapi

18
Menemui kesalah Menemukan kesalahan

Menjalankan Menjalani hukuman


hukuman

2.9 Contoh diksi yang salah dalam karya ilmiah


Kesalahan diksi karya tulis tersebut perlu ditanggulangi agar mahasiswa
dapat memperbaiki kata dalam kalimat pada karya ilmiah.
Kesalahan diksi dalam karya ilmiah Laporan Pemantapan Kemampuan
Profesional dapat ditentukan dari kesalahan penulisan kata, kesalahan pemborosan
kata, kesalahan kata berpasangan, kesalahan dua kata yang makna dan fungsinya
sama, dan kesalahan kata tidak tepat. Kesalahan diksi tersebut dapat dianalisis
sebagai berikut: (1) kekurangcermatan dalam penulisan,(2) berlebihan kata dalam
penulisan,(3) ketidaksesuaian kata berpasangan dalam penulisan,(4) makna dan
fungsi kata sama alam penulisan, dan (5) ketidaktepatan kata dalam penulisan.
Kelima kesalahan diksi dapat diperbaiki dengan cara mengganti, menghilangkan,
dan memperbaiki penulisan kata dalam kalimat sehingga menjadi kalimat yang baik
dan benar.

Proses penalaran yang baik, tidak dapat tidak, harus ditunjang oleh bahasa. Bahasa.
Bahasa yang menunjang penalaran harus tampak dari diksi yang tepat dan sesuai,
serta struktur kalimat yang jelas, bervariasi, dan mudah dipahami. Karena
berbahasa pada hakikatnya merupakan kegiatan menyusun kalimat dengan struktur
yang benar dan dari diksi yang tepat dan sesuai. Dalam aplikasi bahasa tersebut
dapat dikatakan bahasa yang baik dan benar itulah yang disebut baku. Bahasa
Indonesia baku hanya ada satu bentuk yang diangap bentuk yang dianggap baku,
yang lain adalah bentuk nonbaku (Suyoto, 2005: 3).

Berikut ini dicantumkan kesalahan penyusunan karya tulis dikarenakan


penggunaan diksi yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa, antara
lain:

19
1. Kesalahan Penulisan Kata

Kesalahan penulisan kata akibat dari kekurang hati-hatian dan kekurang-


cermatan dalam menuliskan kata-kata dalam kalimat.
Upaya perbaikan penulisan kata tersebut berulang kali mahasiswa harus mengecek
kata demi kata dalam kalimat pada Laporan Kemampuan Profesional. Kemudian
penulisan kata yang salah cetak langsung direvisi.
Contoh:
A.Setiap individu akan memperoleh hasil yang lebih baik dan mengalami
perubahan. (bentuk nonbaku)
Setiap individu akan memperoleh hasil yang lebih baik dan mengalami perubahan.
(bentuk baku)
B.Berdasarkan refleksi dari siklus pertama penulis menyiapkan Rencana Perbaikan
Pembelajaran beserta scenario tinadkan. (bentuk nonbaku)
Berdasarkan refleksi dari siklus pertama penulis menyiapkan Rencana Perbaikan
Pembelajaran beserta scenario tindakan. (bentuk baku).

C.Penulis dengan observer mendiskusikan tentang hasi observasi yang dikaitkan


dengan hasi tes formatif. (bentuk nonbaku)
Penulis dengan observer mendiskusikan tentang hasil observasi yang dikaitkan
dengan hasil tes formatif. (bentuk nonbaku)
D.Hal ini dapat dilihat dari studi awal sampai pada siklus III selalu mengalami
peninglkatan seperti yang terlihat pada table 4.1. (bentuk nonbaku)
Hal ini dapat dilihat dari studi awal sampai pada siklus III selalu mengalami
peningkatan seperti yang terlihat pada table 4.1. (bentuk baku)

2.Kesalahan Pemborosan Kata


Kesalahan pemborosan kata terjadi karena kata yang ditulis dalam kalimat
sebenarnya tidak berfungsi sebagai pelengkap sehingga tidak perlu ditulis.

20
Upaya perbaikannya mahasiswa harus menghilangkan kata tersebut dalam
kalimat.

Contoh:
A.Dari siswa banyak yang mengalami kesulitan belajar matematika.(bentuk
nonbaku)
Banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika.(bentuk baku)
B.Belajar pada hakikatnya suatu proses yang aktif dalam proses pembelajaran.
(bentuk nonbaku)
Belajar hakikatnya suatu proses yang aktif dalam proses pembelajaran. (bentuk
baku)
C.Hasil daripada temuan tersebut dicatat oleh guru yang mengajar atau guru
kolaborator. (bentuk nonbaku)
Hasil temuan tersebut dicatat oleh guru yang mengajar atau guru kolaborator.
(bentuk baku)
D.Pelaksanaan yang mana tindakan dilakukan dengan menyempurnakan siklus
kedua. (bentuk nonbaku)
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menyempurnakan siklus kedua. (bentuk
baku)
3.Kesalahan Kata Berpasangan
Kesalahan kata berpasangan terjadi karena dua kata yang ditulis mahasiswa
dirasakan sudah sesuai dan tepat, padahal pilihan kata yang satu tidak tepat
sehingga makna dalam konteks kalimat kurang selaras. Oleh karena itu mahasiswa
berupaya untuk memperbaiki kata yang satu dengan kata yang lain yang tepat.

Contoh:
A.Baik kelompok satu ataupun kelompok yang lain berdiskusi untuk member
tanggapan tentang materi luas lingkaran. (bentuk nonbaku)
Baik kelompok satu maupun kelompok yang lain berdiskusi untuk member
tanggapan tentang materi luas lingkaran. (bentuk baku)

21
B.Hasil musyawarah antara Komite Sekolah dengan Dewan Guru mendapatkan
perhatian Wali Murid dalam keberhasilan siswa. (bentuk nonbaku)
Hasil musyawarah antara Komite Sekolah dan Dewan Guru mendapatkan
perhatian Wali Murid dalam keberhasilan siswa. (bentuk baku)
C.Baik guru ataupun orangtua siswa membantu menciptakan suasana kondusif
iklim pendidikan di sekolah. (bentuk nonbaku)
Baik guru maupun orangtua siswa membantu menciptakan suasana kondusif iklim
pendidikan di sekolah. (bentuk baku)
D.Guru bukan hanya menyampaikan materi pelajaran tetapi tetapi memberikan
umpan balik kepada siswa. (bentuk nonbaku)
Guru bukan hanya menyampaikan materi pelajaran melainkan tetapi memberikan
umpan balik kepada siswa. (bentuk baku)

4.Kesalahan Dua Kata yang Makna dan Fungsinya Sama


Kesalahan dua kata yang makna dan fungsinya sama terjadi karena dua kata
yang ditulis mahasiswa dirasakan lebih mantap dan menekankan arti yang tegas.
Namun, diksi tersebut berlebihan sehingga mahasiswa harus menghilangkan salah
satu kata tersebut.
Contoh:

A.Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru untuk menyajikan


bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar supaya pelajaran tersebut dapat
ditangkap, dipahami, dan digunakan siswa dengan baik. (bentuk nonbaku)
Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru untuk menyajikan bahan
pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap,
dipahami, dan digunakan siswa dengan baik. (bentuk baku)
B.Belajar adalah merupakan proses mereaksi terhadap situasi yang ada di sekitar
individu. (bentuk nonbaku)
Belajar merupakan proses mereaksi terhadap situasi yang ada di sekitar individu.
(bentuk baku)

22
C.Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran demi untuk memotivasi siswa
agar aktif dalam proses pembelajaran. (bentuk nonbaku)
Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran untuk memotivasi siswa agar aktif
dalam proses pembelajaran. (bentuk baku)

5.Kesalahan Kata Tidak Tepat


Kesalahan kata tidak tepat dalam pemakaian kalimat terjadi karena kata yang
ditulis mahasiswa seolah-olah sudah benar, padahal jika dibaca berulang kali terasa
janggal makna kata dalam kalimat tersebut. Upaya mahasiswa harus mengganti kata
tersebut yang tepat dan selaras maknanya.
Contoh:
A.Mengemukakan topik yang akan dibahas dalam waktu yang akan
datang(nonbaku)
Mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan dating(baku)

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam memilih kata
untuk mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara atau menulis, sehingga
tidak menimbulkan makna yang tidak dikehendaki pembicara atau penulis.

23
Dalam pemilihan kata terdapat berbagai syarat yang harus tepati agar
mencapai diksi yang baik dan tepat, diantaranya yaitu :
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
5. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
7. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
8. membedakan kata umum dan kata khusus.
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
Adapun fungsi dari diksi atau pemilihan kata adalah :
a) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d) Mencegah perbedaan penafsiran.
e) Mencagah salah pemahaman.
f) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
Diksi merupakan bagian penting dalam pembuatan sebuah karya ilmiah karna
karangan atau karya ilmiah yang baik bukan hanya dilihat dari isi karya ilmiah
tersebut tetapi juga dilihat dari pemilihan kata yang digunakan dalam pembuatan
karya ilmiah tersebut. Karna dilihat dalam pemilihan kata seseorang dapat menilai
kepribadian seorang penulis tersebut.

3.2 Saran
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat mengetahui lebih mendalam
tentang diksi atau pemilihan kata, serta penulis berharap dengan adanya karya tulis
ini dapat bermanfaat bagi pelajar, mahasiswa serta semua pihak yang membaca
karya ilmiah ini. Melalui makalah ini supaya penulis dapat memahami lebih

24
mendalam lagi sehingga dapat membentuk generasi yang cerdas dan berbudi
pekerti yang baik.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak, untuk dapat menulis karya ilmiah yang
lebih baik lagi kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Amran Tasai dan Abdul Rozak Zaidan. 2008. Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.

25
Departemen Pendidikan an Kebudayaan. 1998. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun
2000. Risalah Konggres Bahasa Indonesia VI. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Ninin Agustinah Prasetyawati. 2009. Laporan Perbaikan Pembelajaran Matematika


dan Bahasa Indonesia Kelas VI melalui Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Dasar
Negeri 3 Kemiri Kecamatan Sumpiuh. Purwokerto: UPBJJ Universitas Terbuka.

Suyoto. 2005. Analisis Kesalahan Umum dalam Berbahasa Inonesia dan


Perbaikannya. Makalah Seminar Nasional pada Tanggal 7 September 2005.
Purwokerto: UPBJJ Universitas Terbuka.

Abdul, Aziz. 2009. Diksi atau Pilihan Kata.


http://azizturn.wordpress.com/2009/10/18/diksi-atau-pilihan-kata/. diakses pada
tanggal 29 September 2013

http://mettamustika.wordpress.com/2010/12/16/diksi/ diakses pada tanggal 29


September 2013

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDON
ESIA/196711031993032-
NOVI_RESMINI/DIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA_power_point.pdf diakses
pada tanggal 29 September 2013

http://susandi.files.wordpress.com/2010/11/kata-dan-diksi.ppt diakses pada


tanggal 29 September 2013

26

Anda mungkin juga menyukai