MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt., penulis ucapkan puji syukur sehingga
dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia mengenai “Memahami Diksi
Bahasa Indonesia”. Makalah yang berjudul “Memahami Diksi Bahasa Indonesia”
disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah bahasa Indonesia jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau. Makalah ini telah penulis buat
dengan maksimal dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
penyusunannya. Makalah ini memiliki berbagai kesalahan. Oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saran dari semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
2.1 Pengertian Diksi ..................................................................................... 3
2.2 Pengertian Diksi Menurut Para Ahli ...................................................... 3
2.3.Persyaratan dan Ketetapan Diksi ........................................................... 4
2.4.Makna Denotatif dan Makna Konotatif ................................................. 6
2.5.Kata Umum dan Kata Khusus ................................................................ 8
2.6.Kata Konkret dan Kata Abstrak ............................................................. 9
2.7.Pembentukan Kata ................................................................................. 10
2.8.Ungkapan/Idiomatik............................................................................... 18
2.9.Contoh Diksi yang Salah dalam Karya Ilmiah ....................................... 19
BAB 3 PENUTUP........................................................................................... 24
3.1.Simpulan ................................................................................................ 24
3.2.Saran ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa terdiri atas beberapa tatarans gramatikal antara lain kata, frase,
klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah & kalimat merupakan tataran
tertinggi. Ketika Anda menulis, kata merupakan kunci utama dalam upaya
membentuk tulisan. Oleh karena itu, sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus
dipahami dengan baik, agar ide dan pesan seseorang dapat mudah dimengerti.
Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami
dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat
dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata tersebut harus
digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam
bentuk tulisan secara terus-menerus & teratur (produktif) serta mampu
mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu,
ketrampilan menulis / mengarang membutuhkan grafologi, struktur bahasa, & kosa
kata. Salah satu unsur penting dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata. Kosa
kata merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu karangan merupakan
hal yang tidak dapat diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan
menimbulkan ketidakjelasan makna.
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna
menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata
tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan
interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau
pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain
itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan
juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita
agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu,
latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.Apakah pengertian diksi?
2.Apa saja syarat-syarat diksi?
3.Apa berbedaan makna denotatif dan konotatif?
4.Apa perbedaan kata umum dan khusus?
5.Apakah perbedaan kata konkret dan abstrak?
6.Bagaimana cara pembentukan kata?
7.Apa itu ungkapan/idiomatic?
8.Apa saja contoh diksi yang salah dalam penulisan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di
atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Diksi
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan
oleh jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan
kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tapi
juga meliputi persoalan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi
mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau yang
menyangkut cara-cara yang khusus berbrntuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa
sebagai bagian dari diksi berkaitan dengan ungkapan-ungkapan yang individual
atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.
Terdapat beberapa pengertian mengenai diksi atau pilihan kata : (1) Diksi
atau pilihan kata adalah hasil dari upaya memilih kata yang tepat untuk dipakai
dalam suatu tuturan bahasa. (2) diksi berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras
(dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan)”.. (3) Pilihan kata atau diksi pada dasarnya
adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia,
atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan. (4) Diksi atau pilihan kata adalah upaya
pemilihan kata yang benar untuk mencapai suatu makna yang tepat.
3
3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah
besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa.
Diksi atau pilihan kata adalah salah satu persyaratan yang perlu dan mendesak
dalam berbicara atau menulis menurut Fitriyah dan Gani (2007:77). Pilihan kata
termasuk dalam ilmu sistematik (semansiologi), yaitu ilmu yang mempelajari
makna kata.
Dari uraian diatas diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam
memilih kata untuk mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara atau
menulis, sehingga tidak menimbulkan makna yang tidak dikehendaki pembicara
atau penulis.
2.3 Persyaratan dan Ketepatan Diksi
Ketepatan adalah kamampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan
yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau
dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus
berusaha secermat mungkin memilih kata-kata untuk mencapai magsud tertentu.
Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata untuk mencapai
ketepatan pilihan katanya itu.
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Dari kedua kata yang
mempunyai makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan
dipergunakannya untuk mencapai maksudnya. Kalau hanya pengertian dasar yang
diinginkannnya, ia harus memilih kata yang denotatif, kalau ia menghendaki reaksi
emosional tertentu, ia harus memilih kata konotatif sesuai dengan sasaran yang
akan dicapainya itu.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata
bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Sebab itu,
penulis atau pembicara harus hati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada,
untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi
yang berlainan.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis sendiri tidak
mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan membawa
4
akibat yang tidak diinginkan, yaitu salah paham. Kata-kata yang mirip dalam
tulisannya itu misalnya : bahwa-bawah-bawa, proposisi-preposisi, korparasi-
koperasi, dan sebagainya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang
sesuai dengan perkembangan masyarakat. Pemkembahan bahasa pertama-tama
tampak dari pertambahan jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa
setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul
untuk pertama kali karna dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang
terkenal. Bila anggota masyarakat lainnya menerima kata itu, maka lama-kelamaan
kata itu akan menjadi milik masyarakat. Neologisme atau kata baru atau
penggunaan sebuah kata lama dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam
kelompok ini.
5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang
mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan : idiom-idiomatic,
progres-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
5
perinciannya. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata
umum.
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
b. Makna Konotatif
6
Makna kata yang mengandung arti tambahan , perasaan tertentu atau nilai rasa
tertentu disamping makna dasar yang umum dinamakan makna konotatif atau
konotasi. Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna
emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana
stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian
terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju atau tidak setuju,
senang atau tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar,; di pihak lain, kata
yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan
yang sama.
Contoh:
1.Banyak pahlawan yang telah gugur dalam medan perang.
(gugur : meninggal dunia)
2.Ia tak pantang menyerah meski banyak aral melintang.
(aral melintang : rintangan, hambatan)
3.Mempunyai harta berlimpah tak membuat Heru besar kepala.
(besar kepala : sombong)
4.Kenaikan harga bahan pokok membuat usaha Reza gulung tikar.
(gulung tikar : bangkrut)
5.Para TNI turun tangan dalam percarian korban tragedi kecelakaan pesawat.
(turun tangan : ikut membantu)
Makna Denotatif Makna Konotatif
Makna yang sesuai dengan makna asli. Maknanya kiasan.
tidak menimbulkan penafsiran ganda sering kali membingungkan para
bagi pembaca. pembaca dalam menemukan makna.
seringkali dijumpai dalam penulisan sangat sering dijumpai dalam karya
karya ilmiah. sastra, misalnya puisi, cerpen, dan lain
sebagainya.
1.2 Table Perbandingan Makna Konotatif dan Denotatif
7
2.5 Kata Umum dan Kata Khusus
Pada umumnya untuk mencapai ketepatan pengertian yang lebih baik
memilih kata khusus daripada kata umum. Kata umum yang dipertentangkan
dengan kata khusus harus dibedakan dari kata denotatif dan konotatif. Kata
konotatif dibedakan dari kata berdasarkan maknanya, yaitu apakah ada makna
tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata. Kata umum dan kata khusus
dibedakan berdasarkan luas dan tidaknya cakupan makna yang dikandungnya. Bila
sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang
lingkupnya maka kata itu disebut kata umum. Bila ia mengacu kepada pengarahan-
pengarahan yang khusus dan kongkret maka kata-kata itu disebut kata khusus.
Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah, semakin dekat
titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai antara penulis dan pembaca,
sebaliknya semakin umum sebuah istilah, semakin jauh pula titik pertemuan antara
penulis dan pembaca. Sebuah istilah atau kata yang umum dapat mencakup
sejumlah istilah yang khusus. Dalam ilmu semantik, kata umum yang mencakup
sejumlah istilah khusus ini disebut superordinal, sedangkan istilah-istilah khusus
yang dicakupnya disebut hiponim.
a. Kata umum adalah kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat umum
dan luas. Bidang dan obyek yang dicakup oleh kata umum itu luas dan tidak secara
spesifik merujuk atau merepresentasikan bidang atau obyek tertentu. Jenis kata
umum tidak memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya.Sebagai akibatnya, kata
umum kurang memberi daya imajinasi kepada audiens atau pembaca. Citra dalam
pikiran audiens/ pembaca masih samar.
b. Kata Khusus adalah kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat spesifik
dan sempit dan yang merujuk kepada pengertian kongkret dan tertentu. Bidang,
ruang lingkup, dan obyek yang dicakup oleh kata khusus itu sempit dan dia secara
spesifik merujuk atau merepresentasikan bidang, ruang lingkup, atau obyek yang
sempit, di samping juga hanya meliputi aspek tertentu saja.Jenis kata khusus
memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya. Sebagai akibatnya, kata khusus
memberi daya imajinasi kepada audiens atau pembaca. Citra dalam pikiran audiens/
pembaca tidak samar.
8
Hubungan antara kata umum kata khusus itu bersifat relatif. Maksudnya,
suatu kata tertentu bisa merupakan kata khusus dari kata lain yang lebih umum; dan
kata yang lebih umum itu bisa menjadi kata khusus untuk kata lainnya lagi.
Relativitas kata umum dan kata khusus ini menciptakan gradasi kata.
Sangat Umum Kurang Umum Lebih Khusus Sangat Khusus
2. KATA KONKRET
9
Kata konkret merupakan kebalikan dari kata abstrak. Kata konkret yaitu kata yang
mempunyai rujukan berupa objek yang dapat diserap oleh panca indera. Kata
konkret memiliki ciri bisa dirasakan, bisa dilihat, diraba, didengar, dan bisa
dicium.
Di bawah ini contoh-contoh kata konkret :
Kata Konkret :
- Sandang
- Pangan
- Rumah
- Belajar
- Bekerja
- Membaca
- Berunding
- Uang
- Mobil
- Sawah
- Rumah
1. Proses Morfologis
a. Afiksasi
10
Afiksasi merupakan proses penambahan morfem afiks pada bentuk dasar.
Afiks tersebut dapat berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran),
konfiks dan simulfiks (imbuhan gabung). Contoh masing-masing adalah sebagai
berikut.
- Prefiks: ber-, pe-, peN-; berlari, pelari, pembunuh
- Infiks: er, el, em; gerigi, gelegar, gemetar
- Sufiks: -kan, -i, -isasi, -wan, -man; bacakan, lempari, reboisasi, hartawan,
budiman
- Konfiks: ke-an, per-an; kemanusiaan, perlakuan, perbuatan
- Simulfiks: memper-kan, diper-kan; mempertanggungjawabkan, diperlakukan
Proses afiksasi ini biasanya akan menyebabkan terjadi perubahan fonem
pada suatu kata. Untuk itu perlu kita cermati bersama kaidah morfofonemis yang
merupakan kaidah yang mengatur perubahan bunyi akibat proses morfologis.
Kaidah tersebut adalah sebagai berikut.
11
- meN- + suplai à mensuplai
- peN- + tanam à penanam
- peN- + daki à pendaki
- peN- + survai à pensurvai
3. Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /s/, /s/, /c/, dan
/j/.
Misalnya:
- meN- + sabit à menyabit
- men- i + syukur à mensyukuri
- meN- + cetak à mencetak
4. Fonem /N/ pada morfem afiks {meN-} dan {peN-} akan berubah menjadi /n/
apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k/, /g/, kh/, /h/,
dan /vokal/.
Misalnya:
- meN- + kutip à mengutip
- meN- + goreng à menggoreng
- meN- + khitan à mengkhitan
- meN- + hias à menghias
5. Fonem /r/ pada morfem asiks ber- dan per- akan berubah menjadi /l/ apabila
bentuk dasar yang mengikutinya berupa morfem ajar.
Misalnya:
- ber- + ajar à belajar
- per- + ajar à pelajar
6. Fonem /?/ (hamzah) yang menduduki posisi akhir pada bentuk dasar akan
berubah menjadi /k/ apabila diikuti atau bergabung dengan morfem afiks peN-
an, ke-an, per-an, dan -an.
Misalnya:
- peN-an + kutuk à pengutukan
- peN-an + tolak à penolakan
- ke-an + duduk à kedudukan
12
- ke-an + elok à keelokan
- per-an + budak à perbudakan
- per-an + minyak à perminyakan
- an + kutuk à kutukan
- an + petik à petikan
13
- ke-an + pulau à kepulauan
- jangkau + -an à jangkauan
- peN-an + daki à pendakian /pendakiyan/
- ke-an + lestari à kelestarian
- per-an + judi à perjudian
- cuci + -an à cucian
14
3) Fonem / k, p, t, s/ pada awal bentuk dasar yang bertemu dengan {meN-
} dan {peN-} akan mengalami penghilangan fonem kecuali untuk bentuk dasar
yang berasal dari bahasa asing dan masih terasa keasingannya. Misalnya:
- meN- + kapur à mengapur
- meN- + pikir à memikir
- meN- + tolak à menolak
- meN- + siram à menyiram
- peN- + kejar à pengejar
- peN- + pikir à pemikir
- peN- + tulis à penulis
- peN- + sadap à penyadap
b.Reduplikasi
Reduplikasi merupakan proses pengulangan bentuk dasar yang dilakukan
dengan pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan berkombinasi
dengan afiks, pengulangan berubah bunyi.
- rumah-rumah
- perumahan-perumahan
- berlari-lari
- mengata-ngatakan
- mengata-ngatai
- kebarat-baratan
- sayur-mayur
- lauk-pauk
Bentuk rumah-rumah dan perumahan-perumahan merupakan pengulangan
secara utuh, artinya seluruh bentuk dasar mengalami proses pengulangan. Bentuk
berlari-lari dan mengata-ngatakan mengalami pengulangan sebagian. Bentuk
mengata-ngatai dan kebarat-baratan mengalami pengulangan berkombinasi dengan
afiks, sedangkan sayur-mayur dan lauk-pauk merupakan pengulangan berubah
bunyi.
15
c. Komposisi
Komposisi merupakan suatu proses penggabungan dua atau lebih bentuk
dasar sehingga menimbulkan makna yang relatif baru. Makna yang timbul akibat
penggabungan tersebut ada yang dapat ditelurusuri dari unsur yang membentuknya,
ada yang maknya tidak berkaitan dengan unsur pembentuknya, dan ada yang
mempunyai makna unik. Contoh masing-masing tipe dapat dilihat pada contoh
berikut.
- rumah makan
- pisang goreng
- matahari
- kumis kucing
- tua renta
- muda belia
16
- AKABRI
- PEMILU
d. Kontraksi; pemendekan dengan pengerutan bentuk.
- tidak – tak
- saya pergi – sapi (dalam kebiasan bahasa masyarakat Nusa Tenggara).
e. Kliping; pemendekan dengan mengambil sebagian untuk mewakili seluruh.
- influensa – flu
- dokter –dok
- profesor – prof
2.8 Ungkapan/Idiomatik
Dalam penjelasan kali ini saya sertakan pula contohnya. Penjelasan ini saya
ambil dari buku “Cerdas Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi”, karangan
E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai (Akapress, 2010).
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu
unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata-
kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa.
17
Contoh Pemakaian Ungkapan Idiomatik
Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut:
Jadi, yang benar adalah bertemu dengan. Di samping itu, ada beberapa kata yang
berbentuk seperti itu, yaitu:
Sehubungan dengan
Berhubungan dengan
Sesuai dengan
Bertepatan dengan
Sejalan dengan
SALAH BENAR
Baik…ataupun Baik…maupun
Antara…dengan Antara…dan
Tidak…melainkan Tidak…tetapi
18
Menemui kesalah Menemukan kesalahan
Proses penalaran yang baik, tidak dapat tidak, harus ditunjang oleh bahasa. Bahasa.
Bahasa yang menunjang penalaran harus tampak dari diksi yang tepat dan sesuai,
serta struktur kalimat yang jelas, bervariasi, dan mudah dipahami. Karena
berbahasa pada hakikatnya merupakan kegiatan menyusun kalimat dengan struktur
yang benar dan dari diksi yang tepat dan sesuai. Dalam aplikasi bahasa tersebut
dapat dikatakan bahasa yang baik dan benar itulah yang disebut baku. Bahasa
Indonesia baku hanya ada satu bentuk yang diangap bentuk yang dianggap baku,
yang lain adalah bentuk nonbaku (Suyoto, 2005: 3).
19
1. Kesalahan Penulisan Kata
20
Upaya perbaikannya mahasiswa harus menghilangkan kata tersebut dalam
kalimat.
Contoh:
A.Dari siswa banyak yang mengalami kesulitan belajar matematika.(bentuk
nonbaku)
Banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika.(bentuk baku)
B.Belajar pada hakikatnya suatu proses yang aktif dalam proses pembelajaran.
(bentuk nonbaku)
Belajar hakikatnya suatu proses yang aktif dalam proses pembelajaran. (bentuk
baku)
C.Hasil daripada temuan tersebut dicatat oleh guru yang mengajar atau guru
kolaborator. (bentuk nonbaku)
Hasil temuan tersebut dicatat oleh guru yang mengajar atau guru kolaborator.
(bentuk baku)
D.Pelaksanaan yang mana tindakan dilakukan dengan menyempurnakan siklus
kedua. (bentuk nonbaku)
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menyempurnakan siklus kedua. (bentuk
baku)
3.Kesalahan Kata Berpasangan
Kesalahan kata berpasangan terjadi karena dua kata yang ditulis mahasiswa
dirasakan sudah sesuai dan tepat, padahal pilihan kata yang satu tidak tepat
sehingga makna dalam konteks kalimat kurang selaras. Oleh karena itu mahasiswa
berupaya untuk memperbaiki kata yang satu dengan kata yang lain yang tepat.
Contoh:
A.Baik kelompok satu ataupun kelompok yang lain berdiskusi untuk member
tanggapan tentang materi luas lingkaran. (bentuk nonbaku)
Baik kelompok satu maupun kelompok yang lain berdiskusi untuk member
tanggapan tentang materi luas lingkaran. (bentuk baku)
21
B.Hasil musyawarah antara Komite Sekolah dengan Dewan Guru mendapatkan
perhatian Wali Murid dalam keberhasilan siswa. (bentuk nonbaku)
Hasil musyawarah antara Komite Sekolah dan Dewan Guru mendapatkan
perhatian Wali Murid dalam keberhasilan siswa. (bentuk baku)
C.Baik guru ataupun orangtua siswa membantu menciptakan suasana kondusif
iklim pendidikan di sekolah. (bentuk nonbaku)
Baik guru maupun orangtua siswa membantu menciptakan suasana kondusif iklim
pendidikan di sekolah. (bentuk baku)
D.Guru bukan hanya menyampaikan materi pelajaran tetapi tetapi memberikan
umpan balik kepada siswa. (bentuk nonbaku)
Guru bukan hanya menyampaikan materi pelajaran melainkan tetapi memberikan
umpan balik kepada siswa. (bentuk baku)
22
C.Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran demi untuk memotivasi siswa
agar aktif dalam proses pembelajaran. (bentuk nonbaku)
Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran untuk memotivasi siswa agar aktif
dalam proses pembelajaran. (bentuk baku)
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam memilih kata
untuk mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara atau menulis, sehingga
tidak menimbulkan makna yang tidak dikehendaki pembicara atau penulis.
23
Dalam pemilihan kata terdapat berbagai syarat yang harus tepati agar
mencapai diksi yang baik dan tepat, diantaranya yaitu :
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
5. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
7. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
8. membedakan kata umum dan kata khusus.
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
Adapun fungsi dari diksi atau pemilihan kata adalah :
a) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d) Mencegah perbedaan penafsiran.
e) Mencagah salah pemahaman.
f) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
Diksi merupakan bagian penting dalam pembuatan sebuah karya ilmiah karna
karangan atau karya ilmiah yang baik bukan hanya dilihat dari isi karya ilmiah
tersebut tetapi juga dilihat dari pemilihan kata yang digunakan dalam pembuatan
karya ilmiah tersebut. Karna dilihat dalam pemilihan kata seseorang dapat menilai
kepribadian seorang penulis tersebut.
3.2 Saran
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat mengetahui lebih mendalam
tentang diksi atau pemilihan kata, serta penulis berharap dengan adanya karya tulis
ini dapat bermanfaat bagi pelajar, mahasiswa serta semua pihak yang membaca
karya ilmiah ini. Melalui makalah ini supaya penulis dapat memahami lebih
24
mendalam lagi sehingga dapat membentuk generasi yang cerdas dan berbudi
pekerti yang baik.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak, untuk dapat menulis karya ilmiah yang
lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amran Tasai dan Abdul Rozak Zaidan. 2008. Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka.
25
Departemen Pendidikan an Kebudayaan. 1998. Bahasa Indonesia Menjelang Tahun
2000. Risalah Konggres Bahasa Indonesia VI. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDON
ESIA/196711031993032-
NOVI_RESMINI/DIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA_power_point.pdf diakses
pada tanggal 29 September 2013
26