“Pilihan Kata”
Disusun Oleh:
Kelompok 4
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2022
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas AnugerahNya, Tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia ini bisa terselesaikan dengan tepat pada waktunya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu karena tugas ini dapat
terselesaikan dengan baik, terutama kepada :
1. Drs. I Ketut Nama, M. Hum. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Bahasa Indonesia,
karena telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini sehingga dapat selesai
tepat waktu.
2. Teman – teman yang senantiasa membantu dalam pemberian saran, motivasi, dan
dukungan sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis mengetahui bahwa tugas ini sangatlah jauh dari kesempurnaan karena masih
terdapat kekurangan baik dari segi literatur maupun tata Bahasa, sehingga kritik dan saran dari
pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran pada pembuatan tugas yang akan
datang. Terima kasih atas partisipasi dan perhatian para pembaca, semoga semua isi yang ada
di dalam dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Kata dan Istilah ........................................................................................ 2
2.1.1 Kata yang Benar..................................................................................................... 2
2.1.2 Kata yang Baik....................................................................................................... 3
2.2 Kata Serapan .............................................................................................................. 4
2.2.1 Kata Serapan Asing ................................................................................................ 4
2.2.2 Kata Serapan Melayu ............................................................................................. 5
2.2.3 Kata Serapan Bahasa Daerah dan Serumpun............................................................ 5
2.3 Perubahan Bentuk Kata Melalui Afiksasi .................................................................. 6
2.3.1 Afiksasi pada Bentuk Dasar berupa Kelompok Kata ................................................ 6
2.3.2 Afiksasi pada Bentuk Dasar berupa Kata ................................................................. 7
2.4 Kata dan Frasa dalam Pembentukan Kata ................................................................ 8
2.4.1 Frasa menjadi Kata Berafiks ................................................................................... 8
2.4.2 Kata Berafiks menjadi Frasa ................................................................................... 8
2.5 Penempatan Kata dalam Kalimat ................................................................................... 9
2.5.1 Kata sebagai Pengisi Fungsi Gramatikal................................................................ 10
2.5.2 Kata dan Struktur Gramatikal ............................................................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 14
iii
BAB I PENDAHULUAN
Kekayaan seorang penulis menguasai kata dan istilah merupakan modal dasar di dalam
pemakaian bahasanya. Banyaknya kosakata dan istilah yang dimiliki oleh seorang penulis akan
sangat membantu di dalam pengungkapan pikirannya secara cepat dan tepat serta bervariasi. Ia
akan lebih leluasa dalam memilih kata dan istilah, sehingga buah pikirannya dapat terwakili
secara saksama. Sebaliknya, penulis yang “miskin” kosakata dan istilah tentu akan mengalami
kesulitan di dalam mengungkapkan isi pikirannya dengan cepat dan tepat serta bervariasi.
Akibatnya, karya tulis yang dihasilkannya bisa jadi mengandung kekaburan makna, karena
kata yang digunakan kurang tepat atau cenderung monoton, karena pemakaian katanya kurang
bervariasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kata dan istilah merupakan unsur bahasa
yang perlu diperhatikan dalam pemakaian bahasa Indonesia, terutama dalam menyusun karya
ilmiah (Sukartha, dkk., 2018:30).
2
Salah satu kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia adalah kaidah pembentukan kata
dengan prefiks meng- sebagaimana tampak pada tabel berikut.
Contoh
Prefiks Menjadi
Kata Dasar Kata Jadian
meng- meng- atur mengatur
keluh mengeluh
harap mengharap
me- lamun melamun
namai menamai
ramalkan meramalkan
yakinkan meyakinkan
men- dengarkan mendengarkan
tulis menulis
tertawakan menertawakan
mem- beli membeli
patuhi mematuhi
fokuskan memfokuskan
men- (meny-) siram menyiram
curi mencuri
syaratkan mensyaratkan
menge- cat mengecat
rem mengerem
tik mengetik
3
Penguasaan kosakata yang cukup sangat menentukan pengungkapan diri di dalam
kehidupan berbahasa. Dalam kaitan ini, perluasan kosakata sangat diperlukan. Perluasan
kosakata tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan: (a) pemakaian
kamus umum dan kamus sinonim dengan baik, (b) pemasukan kata baru di dalam tulisan, (c)
usaha membaca jenis tulisan sebanyak-banyaknya untuk mencapai penguasaan kosakata yang
luas, selain untuk memperoleh kepekaan bahasa yang luas (Sukartha dkk., 2018:36).
4
- Bursa
- Satelit
d. Istilah asing yang dipilih dapat mempermudah tercapainnya kesepakatan jika istilah
indonesianya terlalu banyak sinonimnya:
- Klorofil
- Komunikasi
- Valuta
2.2.2 Kata Serapan Melayu
Kosakata bahasa Indonesia dapat diambil sebagai istilah jika memenuhi satu syarat atau
lebih berikut ini:
a. Kata yang paling tepat yang tidak menyimpang maknanya jika ada dua kata atau
lebih yang menunjukkan makna yang bersamaan:
- Bea cukai pajak
- Daerah wilayah kawasan
- Raya besar agung
b. Kata yang paling singkat jika ada dua kata atau lebih yan g mempunyai rujukan
sama:
- Perlindungan politik suaka politik
- Tumbuhan penggangu gulma
- Perbendaharaan kata kosakata
c. Kata yang paling singkat jika ada dua kata atau lebih yang mempunyai rujukan yang
sama:
- Banci wadam
- Perempuan wanita
- Pelacur tuna Susila
d. Kata umum yang diberi makna baru atau makna khusus dengan jalan menyempitkan
atau meluaskan makna asal:
- Peka peka cahaya
- Teras pejabat teras
- Taggul-tanggul pengaman
2.2.3 Kata Serapan Bahasa Daerah dan Serumpun
Serapan kata atau istilah dari bahasa daerah dapat dibenarkan jika salah satu syarat atau
lebih berikut ini terpenuhi:
a. Lebih cocok karena konotasinya:
5
- Tuntas
- Anjangsan
- Jamban
b. Lebih singkat jika dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya:
- Mawas diri
- Luwes
- Sandang pangan
6
5) ambil alih (verba) -> mengambil alih (verba), pengambil alih (nomina),
pengambilalihan (nomina)
Berdasarkan kelima contoh di atas diketahui bahwa terdapat kaidah dalam
pembentukan kata berafiks dari bentuk dasar berupa kelompok kata. Adapun kaidah
yang dimaksud adalah seperti di bawah ini.
1) Apabila bentuk dasar berupa kelompok kata diberikan prefiks saja, prefiks
dilekatkan pada awal kata pertama dan kata berafiks yang terbentuk d itulis
secara terpisah, artinya tidak digabungkan (bergaris bawah, penandatangan,
dan tersebar luas).
2) Apabila bentuk dasar berupa kelompok kata diberikan sufiks saja, sufiks
dilekatkan pada akhir kata kedua dan kata berafiks yang terbentuk ditulis
terpisah, artinya tidak digabungkan (garis bawahi, tanda tangani, dan
sebarluaskan).
3) Apabila bentuk dasar berupa kelompok kata diberikan prefiks dan sufiks
sekaligus, prefiks dilekatkan pada awal kata pertama, sedangkan sufiks
dilekatkan pada akhir kata kedua dan kata berafiks digabungkan sehingga
berwujud satu kata (menggarisbawahi, penandatanganan, dan disebarluaskan).
2.3.2 Afiksasi pada Bentuk Dasar berupa Kata
Afiksasi pada bentuk dasar berupa kata dapat dicermati pada contoh di bawah ini:
1) adil (adjektiva) -> keadilan (nomina), berkeadilan (verba), mengadili (verba)
pengadilan (nomina), peradilan (nomina), teradili (verba)
2) buku (nomina) -> membukukan (verba), pembukuan (nomina), perbukuan (nomina)
3) pergi (verba) -> kepergian (nomina), bepergian (verba)
4) satu (numeralia) -> bersatu (verba), kesatuan (nomina), mempersatukan, menyatu,
menyatukan (verba), pemersatu, penyatu, penyatuan, persatuan (nomina)
5) sedih (adjektiva) bersedih (verba), menyedihkan (verba), kesedihan (nomina),
penyedih (nomina), tersedih (adjektiva)
Dari kelima contoh di atas diketahui bahwa penambahan afiks pada bentuk dasar
berupa kata umumnya dapat mengubah kategori kata, misalnya: adil (adjektiva),
keadilan (nomina), buku (nomina), membukukan (verba), pergi (verba), kepergian
(nomina), dan satu (numeralia), bersatu (verba). Akan tetapi, ada juga afiksasi yng
tidak mengubah kategori kata, seperti buku (nomina), pembukuan (nomina), pergi
(verba), bepergian (verba), dan sedih (adjektiva), tersedih (adjektiva).
7
2.4 Kata dan Frasa dalam Pembentukan Kata
Kata didefinisikan sebagai bentuk bahasa yang bebas terkecil, paling tidak harus terdiri
atas satu morfem bebas, yang dapat digunakan dalam pembentukan kalimat (Parera, 1988:2).
Di sisi lain frasa adalah kelompok kata atau gabungan kata yang bersifat nonpredikatif. Dalam
hal ini kelompok kata atau gabungan kata itu berada dalam satu fungsi sintaksis atau tidak
melampaui batas fungsi sintaksis, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan
(Verhaar, 2001: 160; Ramlan, 2005: 139).
Dalam bahasa Indonesia frasa tertentu dapat diubah menjadi kata berafiks. Sebaliknya,
kata berafiks tertentu juga dapat diubah menjadi frasa.
Dari kelima contoh tersebut dapat dipahami bahwa frasa berubah menjadi kata apabila
diberikan prefiks dan sufiks secara bersamaan. Akan tetapi, frasa tidak akan berubah menjadi
kata jika diberikan prefiks atau sufiks saja, seperti (1) berkembang biak, (2) pembudi daya, (3)
berlipat ganda, (4) berdaya guna, (5) memberi tahu, dan (6) beri tahukan. Frasa (1)—(5)
mendapat prefiks saja, sedangkan frasa (6) hanya mendapat sufiks. Sebaliknya, kata (1)
mengembangbiakkan, (2) pengembangbiakan, (3) perkembangbiakan, (4) membudidayakan,
(5) pembudidayaan, (6) melipatgandakan, (7) pelipatgandaan, (8) kedayagunaan, (9)
mendayagunakan, (10) pendayagunaan, (11) memberitahukan, dan (12) pemberitahuan
terbentuk karena frasa yang merupakan bentuk dasarnya diberikan prefiks dan sufiks secara
bersamaan. Jadi, dalam hal ini frasa berubah menjadi kata.
8
1. mempersatupadukan (kata), menyatupadukan (kata), penyatupaduan (kata) → satu padu
(frasa), bersatu padu (frasa)
Pada bagian sebelumnya telah dinyatakan bahwa apabila frasa diberikan prefiks dan
sufiks, akan terbentuk kata (berafiks). Sebaliknya, jika salah satu di antara prefiks dan sufiks
atau kedua afiks pada kata berafiks itu ditanggalkan atau terjadi penggantian afiks , akan
terbentuk frasa. Hal itu berarti bahwa kata berafiks pada kelima contoh di atas akan berbentuk
frasa apabila salah satu atau kedua afiks ditanggalkan, baik prefiks maupun sufiks, atau terjadi
penggantian afiks. Jadi, kata-kata berafiks tersebut akan menjadi frasa seperti di bawah ini.
1. satu padu (frasa), bersatu padu (frasa) → mempersatupadukan (kata), penyatupaduan (kata)
Frasa bersatu padu, berterus terang , dan bergotong royong pada contoh (1), (2) dan
(4) di atas tidak terbentuk langsung dari kata berafiks di sebelah kanannya, yaitu
mempersatupadukan, menyatupadukan (1), keterusterangan (2), dan kegotongroyongan (4).
Akan tetapi, afiks pada kata-kata berafiks tersebut diganti dengan afiks ber-.
9
benar-benar disebut kata, dan tidak termasuk partikel. Oleh karena itu, kata yang
dimaksudkan di sini terbatas pada satuan bahasa yang memiliki makna leksikal, yang tentu
saja memiliki kategori yang jelas. Kalau tidak demikian, tentu satuan bahasa itu tidak
mungkin dapat menduduki fungsi sintakstis di dalam sebuah kalimat.
Kalimat yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah satuan bahasa yang dapat
mengungkapkan ide penulisnya dengan tepat dan dapat dipahami dengan tepat pula
(Simpen, 2008: 103). Dengan demikian, kalimat yang dimaksudkan di sini adalah kalimat
efektif, yang secara sintaktis unsur-unsurnya terdiri atas subjek, predikat, objek/
keterangan/pelengkap. Di sisi lain, kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun
sesuai dengan kaidah yang berlaku. Setiap kata termasuk kelas kata atau kategori kata, dan
mempunyai fungsi dalam kalimat (Moeliono (Ed.), 1988: 29). Pengertian ini secara tegas
mengakui bahwa kata yang bisa menduduki fungsi sintaktis tertentu harus jelas
kategorinya.
Subjek adalah fungsi sintaktis yang menjadi unsur atau hal yang dibicarakan atau
pokok pembicaraan, sedangkan predikat adalah penjelasan tentang pokok pembicaraan
dimaksud. Biasanya, subjek diisi oleh kata yang berkategori nomina atau yang
dinominalkan, sedangkan predikat diisi oleh kata yang berkategori verba atau yang
diverbalkan. Nomina pengisi fungsi subjek dapat berwujud animate (bernyawa) atau
unanimate (tidak bernyawa). Nomina bernyawa dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
human (manusia) dan nonhuman (bukan manusia). Di bawah ini, adalah contoh kategori
kata pengisi fungsi subjek.
10
(4) Kuda itu melesat bagaikan peluru
Kalimat nomor (1) diisi oleh nomina yang tergolong makhluk hidup, dan sekaligus adalah
manusia, sedangkan kalimat nomor (2) diisi oleh nomina yang termasuk bukan mahluk
hidup. Sementara itu, kalimat nomor (3) adalah nomina mahluk hidup yang tergolong
manusia, sedangkan kalimat (4) diisi oleh nomina mahluk hidup yang bukan manusia.
Secara sintaktis, fungsi subjek biasanya menjawab pertanyaan apa atau siapa yang
melakukan sesuatu. Sementara itu, fungsi predikat menjawab apa yang dilakukan subjek
atau ada apa dengan subjek.
Pengisi fungsi predikat biasanya berkategori verba, atau yang diverbalkan. Untuk
menghindari keraguan akan kategori itu, sebaiknya kata itu dites terlebih dahulu. Dua alat
tes di atas, akan membantu pemakai bahasa mengatasi keraguan dimaksud.
Kata pergi, mengolah, dan menggigit pada kalimat (5), (6), dan (7) adalah satuan bahasa
sebagai pengisi fungsi predikat yang berkategori verba. Kata ini tergolong verba karena
dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Bentuk tidak pergi, tidak menggigit, dan tidak
mengolah merupakan bentuk-bentuk yang lazim digunakan dalam masyarakat. Sementara
itu, kata-kata ini tidak lazim dinegatifkan dengan kata bukan, sehingga bentuk *bukan
pergi, *bukan mengolah, dan *bukan menggigit tidak lazim digunakan.
11
Kalimat-kalimat di atas, memperlihatkan bahwa subjeknya berwujud nomina. Akan tetapi,
dalam keadaan tertentu kategori kata lain dapat menduduki fungsi subjek. Untuk itu,
perhatikan kalimat di bawah ini.
Kata merokok pada kalimat (8) menduduki fungsi predikat, sedangkan kata merokok pada
kalimat (9) menduduki fungsi subjek. Contoh lain,
Bukan hanya subjek yang berpola seperti itu, predikat pun tampaknya sama. Predikat
dalam bahasa Indonesia dapat berwujud frasa verbal, adjektival, nominal, dan frasa
preposisiaonal (Moeliono (Ed.), 1988: 31). Hal itu, tampak pada sejumlah kalimat di
bawah ini. (12) Ayahnya dokter. (13) Guncangan kapal itu keras sekali. (14) Mirah
sekarang di Deli Serdang. Kata dokter (nomia), keras sekali (adjektiv al), dan di Deli
Serdang (frasa preposisional) adalah predikat dalam kalimat itu. Fakta ini menunjukkan
bahwa posisi kata menentukan fungsi sintaktis kata itu.
12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata didefinisikan sebagai satu bentuk terkecil bermakna, paling tidak harus terdiri
atas satu morfem bebas, yang dapat digunakan untuk membangun kalimat. Kata yang baik
dan benar digunakan untuk berkomunikasi agar dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
13
DAFTAR PUSTAKA
Pastika, I Wayan dan I Nyoman Darma Putra (Ed.) 2020. Bahasa Indonesia: Buku Ajar untuk
Mahasiswa. Denpasar: Pustaka Larasan.
14