Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia Dosen Pengajar:
Disusun oleh :
Muhammad Haritsah Rais (1225020115)
Muhammad Ainun Najib (1225020107)
Muhamad Zaky Mumtaz (1225020105)
Muhammad Afwan Al-Giffari (1225020106)
M. Naufal Fadhlurrohman (1225020120)
M. Yasir Azmi Syahid (1225020104)
Muhammad Quraisy (1225020121)
Alhamdulillah, segala puja dan puji marilah senantiasa kita ucapkan atas
limpahan rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang diberikan kepada kami.
Sholawat beriring salam juga mari hadiahkan kepada baginda nabi kita
Muhammad SAW. Semoga kita, orang tua kita, guru-guru dan teman-teman kita
mendapat syafaat Beliau di Yaumil Mahsyar. Amin Ya Rabbal Alamin.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Ilmu Hadis semester ganjil, dan judul makalah ini adalah “Kata dan Makna
Kata”.
Kami ucapkan terima kasih kepada ibu Siti Muslikah, M.Ag. selaku dosen pengajar, dan
kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah dari awal hingga
selesai.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan kami juga
sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk bahan pertimbangan
perbaikan makalah.
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16
BAB I PENDAHULUAN
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa
merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap
perkataan yang diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa senantiasa
dianalisis dan dikaji dengan menggunakan berbagai pendekatan untuk mengkajinya.
Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan
makna. Bahasa juga merupakan media komunikasi yang paling efektif yang
dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa yang
digunakan dalam berinteraksi pada keseharian kita sangat bervariasi bentuknya, baik
dilihat dari fungsi maupun bentuknya. Tataran penggunaan bahasa yang dipergunakan
oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya tidak lepas dari penggunaan kata atau
kalimat yang bermuara pada makna, karena setiap manusia melakukan komunikasi
berupa bahasa yang dimana setiap susunan bahasa tersebut selalu memiliki sebuah arti
tentunya memliki atau mengakibatkan munculnya sebuah makna.
Makna merupakan suatu konsep dalam pikiran manusia dengan referen di luar bahasa
yang menimbulkan reaksi dan pengertian tertentu. Makna dapat juga dapat diartikan
sebagai konsep abstrak pengalaman manusia. Akan tetapi, penentuan konsep ini tidak
dilakukan oleh perorangan, melainkan oleh masyarakat pengguna bahasa yang berada di
wilayah tertentu. Atas kesepakatan tersebut, timbullah suatu konvensi sehingga tidak
mengganggu proses komunikasi dalam kehidupan sehari- hari. Jika makna kata
didasarkan pada pengalaman orang perorang, tentu setiap kata akan memiliki banyak
makna. Sebagai contoh, benda yang biasa digunakan untuk menulis, yang terbuat dari
arang dan kayu telah disepakati bahwa namanya pensil. Namun, jika setiap orang
memberi makna sesuai dengan kemauan masing-masing bisa jadi benda tersebut diberi
nama yang lain. Hal seperti itulah yang menjadi salah satu penyebab terhambatnya
proses komunikasi yaitu penafsiran makna yang sering berbeda pada setiap orang
mungkin disebabkan rujukan konsep makna yang dipahaminya.
Dalam makalah ini akan dijelaskan kata dan makna kata yang diharapkan mahasiswa
bisa menggunakan kata dengan baik dan benar agar terhindar dari kesalahpahaman
dalam mengartikan suatu kata sehingga arti yang sebenarnya tidak tersampaikan dengan
baik.
1.Rumusan Masalah
1. Untuk penulis sendiri, karya tulis ini bermanfaat untuk memenuhi tugas
Bahasa Indonesia.
2. Untuk orang lain, dapat menjadi sumber referensi untuk menjadi bahan
penulisan lebih lanjut.
3. Untuk masyarakat umum, makalah ini dapat memberikan informasi
yang berkaitan dengan kata dan makna kata.
4. Untuk para pelajar, dapat memberitahukan pengetahuan tentang
pentingnya mengetahui kata dan makna kata.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan ini dibagi menjadi 3 bagian dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan merupakan bagian yang menjelaskan latar belakang masalah, perumusan
masalah yang diambil, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan
BAB II
Pembahasan merupakan bagian yang menjelaskan deskripsi dan pembahasan.
BAB III
Penutup merupakan bagian terakhir dalam penulisan makalah. Bagian ini memuat
kesimpulan dan kritik saran
BAB II PEMBAHASAN
1. Lyons, menyatakan bahwa mengkaji atau memberi makna suatu kata ialah
memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-
hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain.
2. Djajasudarma, berpendapat bahwa makna adalah pertautan yang ada di
antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Artinya, setiap
pertautan unsur-unsur bahasa menimbulkan makna tertentu. Makna
sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan
pemakainya sehingga dapat saling mengerti.
3. Mansoer Pateda, mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-
kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu
pada tuturan kata maupun kalimat.
4. Ferdinand de Saussure, mengungkapkan pengertian makna sebagai
pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda.
5. Bloomned, mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan
yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di
mana penutur mengujamya.
Dari pengertian para ahli bahasa diatas.1 Makna kata ini merupakan arti ataupun maksud
yang tersirat di dalam suatu kata. Jadi bisa diartikan apabila makna maupun bendanya
memang sangat berkaitan dan menyatu dan dapat dikatakan bahwa pengertian makna
atau pemahaman makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki
kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau
kata.
Makna leksikal adalah makna yang didasarkan pada kata yang sesungguhnya, dan
memiliki sifat tetap yang berarti tidak berhubungan dengan konteks kalimatnya, seperti
pernyataan ahli bahasa bahwa makna leksikal adalah makna kata ketika kata itu berdiri
sendiri terutama dalam bentuk berimbuhan yang maknanya lebih kurang tepat, seperti
yang dapat dibaca dalam kamus bahasa tertentu (Mansoer, 2001:199).2
Jadi, leksikal suatu makna kata sebelum mengalami proses perubahan bentuk. Makna
lesikal disebut juga makna kamus. Contohnya:
1
http://etheses.iainkediri.ac.id/95/3, diakses 28 September 2022
2
https://eprints.uny.ac.id/8458/3, diakses 28 September 2022
3. Kuda itu sepertinya kelelahan karena tidak sanggup mengangkat beban yang
cukup berat di pundaknya.
Beban artinya barang (yang berat) yang dibawa; muatan yang dipanggul.
2.3.2 Makna Gramatikal
Makna Gramatikal merupakan makna sebuah kata, baik kata dasar maupun kata jadian,
sangat tergantung pada konteks kalimat atau konteks situasi maka makna garmatikal ini
sering juga disebut makna kontekstual atau makna situasional. Selain itu bisa juga
disebut makna struktural karena proses dan satuan-satuan gramatikal
Sedangkan menurut ahli lain mengemukakan bahwa makna gramatikal adalah makna
yang menyangkut hubungan intrabahasa atau makna bahasa yang muncul sebagai akibat
berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat (Fatimah, 2001:13). Makna gramatikal atau
makna fungsional atau makna internal adalah makna yang muncul sebagai akibat
berfungsinya kata dalam kalimat (Mansoer, 2001:103). Jadi, makna gramatikal adalah
makna yang muncul sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi,
reduplikasi, dan komposisi.3
Jadi, makna gramatikal suatu makna kata setelah kata itu mengalami proses
gramatikalisasi, seperti pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan. Makna
gramatikal sangat bergantung pada struktur kalimatnya. Oleh karena itu, makna
gramatikal disebut pula makna struktural. Contohnya:
1. Pagi bentuk barunya pagi buta: kata ini merupakan perubahan kata pagi yang
terjadi setelah kata tersebut digabungkan dengan kata buta. Adapun makna
kata ini adalah pagi-pagi benar atau sebelum matahari terbit.
2. Kaca bentuk barunya berkaca-kaca: kata ini merupakan hasil perubahan
kata kaca yang mengalami proses pengulangan kata, terutama proses
pegulangan kata berimbuhan. Adapun makna kata ini adalah berkilau seperti
kaca atau berlinang-linang.
3. Lapang bentuk barunya berlapang dada: Saat kata lapang diletakkan pada
kalimat “Saya harus berlapang dada dalam menghadapi masalah”, makna
gramatikal kata lapang berubah menjadi bersabar.
3
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/warda/article, diakses 28 September 2022
2.3.3 Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang muncul dari makna kognitif ke dalam makna
kognitif tersebut ditambahkan makna komponen lain (Fatimah, 1999:9). Sedangkan
menurut ahli lain mengemukakan bahwa makna konotatif adalah makna yang muncul
sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terdapat kata yang didengar dan yang
dibaca (Mansoer, 2001:112). Makna konotatif merupakan istilah yang biasa digunakan
dalam ilmu bahasa. Makna konotatif digunakan untuk memperindah suatu kalimat
ungkapan pada sebuah kata.4
Makna konotatif dipengaruhi oleh nilai dan norma yang dipegang oleh masyarakat. Hal
ini mengakibatkan adanya perbedaan fungsi sosial kata dengan makna yang hampir
sama, karena berkaitan dengan nilai rasa.
Jadi, makna konotasi suatu makna kata berdasarkan perasaan atau pemikiran orang.
Makna konotasi dapat dianggap sebagai makna denotasi yang mengalami penambahan
makna. Penambahan tersebut berupa pengiasan atau perbandingan dengan benda atau
hal lainnya. Oleh karena itu, makna konotasi disebut pula makna kias atau makna
kontekstual. Contohnya:
Makna denotaif merupakan makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas
hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan
bahasa itu secara tepat. Makna denotatif adalah makna yang polos, makna apa adanya.
4
http://ukitoraja.ac.id/journals diakses 28 September 2022
Jadi, Makna denotatif suatu makna kata sesuai dengan konsep asalnya, tanpa mengalami
perubahan makna atau penambahan makna. Contohnya:
1. Meja hijau merupakan meja belajar Faris yang diberi cat berwarna hijau. Kata
meja hijau mengandung arti sebenarnya yaitu perkakas (perabot) rumah yang
mempunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai
penyangganya yang mengandung warna hijau
2. Saat bermain bulu tangkis, tangan kanan Andri tiba-tiba terkilir. Kata tangan
kanan mengandung arti sebenarnya yaitu tangan sebelah kanan
3. Pak Hadi yang akan meyembelih kambing hitam yang mempunyai kualitas
yang baik. Kata kambing mengandung arti sebenarnya yaitu binatang pemamah
biak dan pemakan rumput (daun-daunan ) yang berwarna hitam
2.3.5 Makna Asosiatif
Makna asosiatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, asosiasi diartikan sebagai
terbentuknya hubungan antara ide, ingatan atau kegiatan pancaindera. Menurut Chaer
(1995:72), makna asosiatif adalah makna yang berkaitan dengan keadaan di luar bahasa.
Makna asosiatif juga digunakan oleh masyarakat untuk mengungkapkan konsep lain
yang memiliki kesamaan dengan esensi, kondisi, atau fitur yang ada dalam konsep asli
kata atau leksem. Dengan kata lain, makna asosiatif adalah simbol yang umum
digunakan dalam masyarakat.5
Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia
berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan
pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai
kehendak pemakai bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti
makna kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna
interpretatif, berikut ini penjelesanya:
Makna Kolokatif,
Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah
bahasa. Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan oleh
5
http://ragambahasakita.blogspot.com/2015/01/jenis-jenis-makna.html?=1, diakses pada tanggal 29
September 2022
penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki makna yang
sebenarnya. Contohnya:
1. Bawang, cabai, kunyit, jahe, garam, berkolokasi dengan bumbu masak.
Untuk membuat nasi kebuli, ibu membutuhkan bumbu dapur yang
lengkap seperti bawang, cabai, kunyit, jahe, dan garam.
2. Batu kerikil, batu bata, semen, pasir, dan besi rangka, berkolokasi
dengan bahan-bahan bangunan. Keinginan ayah untuk mempunyai
rumah sendiri beliau wujudkan dengan membeli terlebih dahulu bahan-
bahan bangunannya seperti batu kerikil, batu bata, semen, pasir, dan
besi rangka.
3. Buku, pulpen, pensil, penggaris, penghapus, spidol, berkolokasi dengan
alat tulis. Ibuku membeli alat tulis untuk keperluan sekolahku seperti
Buku, pulpen, pensil, penggaris, penghapus, dan spidol.
Makna Reflektif
Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan
konseptual yang lainnya.
Hubungan kedua makna ini ditimbulkan oleh penyapa atau pembicara, sehingga ada
efek berupa refleksi kepada makna yang lain. Makna refleksi erat kaitannya dengan hal-
hal yang bersifat sakral (berhubungan dengan kepercayaan), tabu (berupa larangan atas
suatu hal), dan tata krama (tentang kesopanan). Contohnya:
1. Kata “buta” diperhalus menjadi “tuna netra”. Walaupun mereka itu tuna
netra, tetapi keahliannya sungguh luar biasa.
2. Kata “bodoh” diperhalus menjadi “kurang pandai”. Anak itu kurang
pandai, jika ia mau rajin belajar pasti bisa sukses.
3. Kata “darah” diganti dengan “keringat”. Ayah akan mempertaruhkan
seluruh darahnya untuk kehidupan anak-anaknya.
4. Kata “penipu wanita” diganti dengan “buaya darat”. Setelah tobat
menjadi buaya darat, Romi kini berubah menjadi seorang laki-laki yang
senantiasa menghormati wanita.
Makna Stilistik
Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi
dan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Makna stilistik sendiri terdiri dari
beberapa macam, yaitu makna stilistik yang disampaikan dengan gaya bahasa
perbandingan, makna stilistik yang disampaikan dengan gaya bahasa pertautan, makna
stilistik yang disampaikan dengan gaya bahasa perulangan, dan makna stilistik yang
disampaikan dengan gaya bahasa pertentangan. Antara lain:
1. Makna Stilistik Perbandingan. Contohnya:
Melakukan hal yang paling dibenci ibarat menelan duri.
2. Makna Stilistik Pertautan. Contohnya:
Ayah selalu suka membeli Gudang Garam di kala pikiran sedang penat. (Gudang
Garam = rokok)
3. Makna Stilistik Perulangan. Contohnya:
Aroma wangi, aroma segar, dan aroma mistis bercampur baur dalam ruangan ini.
4. Makna Stilistik Pertentangan. Contohnya
Cepat sekali kau datang, aku sampai tertidur menunggumu di sini.
Makna Afektif
Makna kata ini biasanya berkenaan dengan perasaan atau makna yang berhubungan
dengan perasaan. Makna afektif sendiri dapat diartikan sebagai makna yang muncul
karena penggunaan kata atau kalimat tertentu. Pendengar atau pembaca akan
mempunyai perbedaan perasaan saat membaca atau mendengar kata yang mengandung
makna, berdasarkan nilai rasa atau emosi yang ditimbulkan, makna afektif dapat
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu makna afektif tinggi, makna afektif ramah, dan
makna afektif kasar. Antara lain:
1. Kata figur bermakna tokoh termasuk afektif tinggi yaitu memiliki kesan
lebih elegan dan berkelas. Contohnya:
Figur Nabi Muhammad SAW tidak ditemukan lagi di zaman masa kini.
2. Kata berabe bermakna susah termasuk afektif ramah yaitu memiliki
kesan menjadikan suasana menjadi lebih akrab dan santai. Contohnya:
Rencanakan semua hal dengan benar dan teliti, jangan sampai semua jadi berabe.
3. Kata babu bermakna pembantu rumah tangga termasuk afektif kasar
yaitu memiliki kesan kasar/negatif. Contohnya:
Meskipun bekerja sebagai babu, bi Inah tidak pernah rendah diri di hadapan
keluarganya.
Makna Interpretatif
Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan
dari pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan.
Contohnya:
1. Hanya saja, interpretasi atas sunah-sunah itu sangat mungkin berbeda, sehingga
ijtihadnya pun menjadi berbeda. Makna interpretasi tersebut ialah pandangan
Jadi, makna asosiatif suatu makna kata yang muncul karena adanya hubungan kata
tersebut dengan hal lain di luar.
Chear (2003:291) menjelaskan bahwa sebuah kata atau laksem disebut bermakna
referensial kalau ada referensinya, atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan
gambar adalah kata-kata yang termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada
acuannya dalam dunia nyata. Menurut Fatima (1999:11) menyatakan bahwa makna
referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan atau referen
atau acuan, makna referensial tersebut juga bermakna kognitif karena memiliki acuan,
makna ini memiliki hubungan dengan konsep sama halnya dengan makna kognitif. Para
ahli lain menyatakan bahwa makna referensial adalah makna langsung berhubungan
dengan acuan yang ditunjukkan oleh kata (Mansoer, 2001:125).6 Contohnya:
6
http://carasederhanabolg.blogspot.co.id/2013/05/makna-kata.html?m=1, diakses pada tanggal 30
September 2022
digunakan untuk menghitung atau mengolah data secara cermat sesuai dengan yang
diinstruksikan, kemudian dapat memberikan hasil pengolahan, serta dapat menjalankan
sistem multimedia.
2. Tubuh anak itu tidak tahan terhadap serangan virus dan bakteri karena tidak
mempunyai antibodi. Kata “antibodi” termasuk ke dalam kata bermakna
referensial. Arti dari kata “antibodi” adalah zat yang dibentuk dalam darah dan
berfungsi untuk memusnahkan bakteri atau virus.
2.3.7. Makna Non-Referensial
Makna nonreferensial adalah sebuah kata yang tidak mempunyai referen (acuan).
Seperti kata preposisi dan konjungsi, juga kata tugas lainnya. Dalam hal ini kata
preposisi dan konjungsi serta kata tugas lainnya hanya memiliki fungsi atau tugas tapi
tidak memiliki makna. Berkenaan dengan bahasa ini ada sejumlah kata yang disebut
kata-kata deiktis, yaitu kata yang acuannya tidak menetap pada satu maujud, melainkan
dapat berpindah dari maujud yang satu kepada maujud yang lain. Contohnya:
Makna kontekstual merupakan makna leksem atau kata yang berada di dalam satu
konteks. Makna konteks dapat pula berkenaan dengan situasinya tempat, waktu, dan
lingkungan penggunaan bahasa itu. Ketika mengekspresikan suatu gagasan dalam
berbagai bentuk bahasa harus memilih kata-kata dan memiliki strategi untuk
menyajikan kata-kata itu agar gagasan tersampaikan dengan
baik. Dalam makna kontekstual, suatu kata dasar dapat mempunyai makna berbeda-
beda tergantung di kalimat mana dia berada.7 Contohnya:
1. Kata badan bisa menimbulkan arti yang berbeda jika konteks penggunaannya
dalam kalimat berbeda. Seperti berikut ini:
Pak Burhan bekerja didapuk sebagai ketua badan penasihat yayasan
tersebut. Pada kalimat ini, kata badan mempunyai makna bagian dari suatu
kumpulan orang yang mengerjakan sesuatu.
Entah mengapa, seluruh badanku terasa begitu sakit. Pada kalimat ini, kata
badan dimaknai sebagai tubuh atau jasad manusia.
2. Kata darah bisa menimbulkan arti yang berbeda jika konteks penggunaannya
dalam kalimat berbeda. Seperti berikut ini:
Dia masih ada hubungan darah denganku. Pada kalimat ini, kata darah
dimaknai keturunan atau ikatan persaudaraan.
Sejak kecil, darah seni yang melekat di diri Clarisa sudah tercium oleh
kedua orang tuanya. Pada kalimat ini darah dimaknai bakat atau
pembawaan.
2.3.9. Makna Emotif
Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap
pembicara terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Djajasudarma (1993:12)
menjelaskan makna emotif adalah makna yang melibatkan perasaan kearah yang positif.
Selain itu, Menurut Sudaryat (2006:26) makna emotif disebut juga makna afektif, yaitu
makna yang timbul sebagai akibat reaksi penutur terhadap penggunaan bahasa dalam
dimensi rasa. Makna ini berhubungan dengan perasaan yang timbul setelah pesapa
mendengar atau membaca sesuatu kata sehingga menunjukkan adanya nilai emosional.8
Contohnya:
7
https://dosenbahasa.com/, Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022
8
http://syaidahbadriyah.blogspot.com/2015/12/jenis-makna.html, Diakses pada tanggal 29
September 2022
Pada kalimat ulurkan tangan mengandung makna emotif, yaitu saling membantu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam berbahasa, setiap individu atau perorangan manusia pasti sangat memerlukan
adanya kata. Setiap kata yg dituturkan oleh seorang manusia pasti memiliki makna
tersendiri, tentunya makna tersebut sesuai dengan pikiran dan pandangan manusia itu
sendiri. Oleh karena itu, sebagai manusia yang berakal dan mempunyai pikiran pasti
tidak akan lepas dari yang namanya kata dan makna kata yang erat sekali hubungannya
dengan akal dan pikiran manusia yang begitu sempurna.
Kata merupakan sesuatu yang menyusun sebuah bahasa. Kata menjadi elemen terkecil
terjadinya komunikasi antar sesama individu dengan individu lainnya. Makna kata
adalah maksud yang tersimpan di dalam suatu kata, pembicaraan, atau pikiran sebagai
suatu respon dari stimulus yang diterima. Ada banyak jenis makna kata yaitu, makna
referensial, makna nonreferensial, makna leksikal, makna gramatikal, makna denotasi,
makna konotasi, makna konseptual, makna asosiatif, makna idiom, makna peribahasa.
Semua makna kata tersebut memiliki pengertian dan funsi masing-masing. Ada makna
kata yang hampir sama maksudnya dan ada pula makna kata yang saling berkaitan
antara makna satu dengan yang lain.
3.1 Saran
Kami menyadari, makalah mengenai Kata dan Makna Kata ini jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk perbaikan
kedepannya. Dan kami berharap makalah ini bisa bermanfaat untuk kami pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/warda/article
http://etheses.iainkediri.ac.id/95/3
https://eprints.uny.ac.id/8458/3 https://dosenbahasa.com/
http://syaidahbadriyah.blogspot.com/2015/12/jenis-makna.html
http://carasederhanabolg.blogspot.co.id/2013/05/makna-kata.html?m=1
http://ragambahasakita.blogspot.com/2015/01/jenis-jenis-makna.html?=1
https://ejaan.kemdikbud.go.id/