Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH BAHASA TERHADAP PENDIDIKAN

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH:

Nama : Pangga Dwi Satria


Npm : 22920031
Program Studi : S1 Administrasi Rumah Sakit
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu: Dimas Bagus Editya, M. HUM

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, Kupersembahkan Karya Tulis

Ilmiah ini:

1. Sebagai rasa hormat dan baktiku kepada kedua orangtuaku tercinta yang

senantiasa mendo’akan, membimbing, mendidik, mengarahkan, memberi

dukungan baik material maupun spiritual, selalu menjadi motivasiku dan

selalu sabar menanti keberhasilanku yang semua itu takkan pernah bisa

terbalas.

2. Seluruh keluarga besarku tersayang yang selama ini mendo’akan dan

mendukungku.

3. Semua Orang yang telah menjadi bagian dari hidupku dan Almamater

tercintaku Universitas Muhammadiyah Metro yang telah mendidik dan

mendewasakanku.

ii
MOTTO

“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(Q.S Al-Hadid: 20)

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat,
rahmat, dan hidayah-Nya, karena telah memberikan petunjuk, kelancaran dan
kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Bahasa Terhadap Pendidikan”.
Karya Tulis ini merupakan tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia di
program studi Administrasi Rumah Sakit. Selama mengerjakan Karya Tulis ini
penulis banyak mendapatkan bantuan dan petunjuk dari teman-teman penulis,
maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih.
Semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka. Penulis berharap
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
membacanya. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini
masih banyak kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan karya tulis ini sangat penulis harapkan.

Metro, Desember 2022

Pangga Dwi Satria

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... ii
MOTTO........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Pengertian Bahasa................................................................................. 3
2.2 Asal Usul Bahasa.................................................................................. 4
2.3 Fungsi Bahasa dalam Kehidupan.......................................................... 5
2.4 Memahami Fungsi Komunikasi Lisan Dan Tulisan............................. 7
2.5 Pengaruh Bahasa Pergaulan Terhadap Pendidikan Formal di Sekolah 11
2.6 Pengaruh Bahasa Terhadap  Komunikasi Pendidikan.......................... 14

BAB III PENUTUP......................................................................................... 17


3.1 Kesimpulan........................................................................................... 17
3.2 Saran..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 19

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam dunia pendidikan.

Fungsi bahasa dalam pendidikan diantaranya ialah sebagai pengantar

pelajaran. Tanpa bahasa yang baik dan benar, proses pembelajaran tidak akan

berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran akan sulit dicapai. Untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh bahasa dalam dunia pendidikan, maka

perlu adanya suatu bahasan mengenai pengaruh bahasa dalam komunikasi

pendidikan.

Saat ini banyak tenaga pendidik dan peserta didik menggunakan

bahasa pergaulan sehari-hari dalam proses pembelajaran sehingga mereka

mengalami kesulitan ketika menghadapi suatu keadaan dimana mereka harus

menggunakan bahasa Indonesia baku. Penggunaan bahasa Indonesia baku

dalam komunikasi pendidikan sangatlah kurang dan memprihatinkan. Oleh

karena itu, perlu adanya kesadaran dan usaha untuk mempelajari bahasa yang

baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian bahasa?

2. Bagaimana asal usul bahasa?

3. Apa saja fungsi bahasa dalam kehidupan?

4. Bagaimana pemahaman fungsi bahasa lisan dan tulisan?

1
5. Bagaimana pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan formal di

sekolah?

6. Bagaimana pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian bahasa.

2. Untuk mengetahui asal ususl bahasa.

3. Untuk mengetahui fungsi bahasa dalam kehidupan.

4. Untuk mengetahui pemahaman mengenai fungsi bahasa lisan dan tulisan.

5. Untuk mengetahui pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan

formal di sekolah.

6. Untuk mengetahui pengaruh bahasa terhadap komunikasi pendidikan.

1.4 Batasan Masalah

Pembahasan maslaah pada makalah ini berbatas pada pengertian

bahasa, fungsi bahasa lisan dan tulisan, fungsi bahasa dalam kehidupan,

pengaruh bahasa pergaulan terhadap pendidikan formal di sekolah dan

pengaruh bahasa dalam komunikasi pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa

Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua

pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat

komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang

mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Lain halnya menurut Owen, menjelaskan definisi bahasa yaitu

language can be defined as a socially shared combinations of those symbols

and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan

sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk

menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki

dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).

Menurut Santoso, bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh

alat ucap manusia secara sadar.

Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan

(lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi

yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu

sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian

tersebut dikemukakan oleh Mackey.

Menurut Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna

dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan

3
konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok

manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4),

mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan

efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat

kepada orang lain.

Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh

Syamsuddin, beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah

alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan

perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi.

Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun

yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari

budi kemanusiaan.

Sementara Pengabean berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem

yang mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.

Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh

Soejono (1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang

amat penting dalam hidup bersama.

2.2 Asal Usul Bahasa

Hingga kini belum ada teori apapun yang diterima luas tentang asal

usul bahasa. Hanya teori kontemporer yang mengatakan bahwa bahasa adalah

eksistensi perilaku sosial manusia. sedangkan yang lain percaya bahwa

bahasa verbal berkembang dari suara dasar (basic sound) dan gerak gerik
4
tubuh (gestures). Nenek moyang kita yang disebut Cro

Magnon, berkomunikasi melalui simbol-simbol seperti tulang, tanduk, dsb.

sampai pada tahap perkembangan selanjutnya, yaitu antara 35.000 sampai

40.000 tahun lalu, mereka menggunakan bahasa lisan. karena Cro Magnon

dapat berpikir lewat bahasa, mereka mampu membuat rencana, konsep

berburu dengan cara yang lebih baik dan mempertahankan diri lebih efektif.

perkembangan bahasa itu menggambarkan atau merefleksikan suatu keadaan

dalam sosial masyarakat, seperti: kelas (class), jenis kelamin (gender), profesi

(profession), tingkat umur (age group), dan tingkat faktor sosial lainnya.

2.3 Fungsi Bahasa dalam Kehidupan

Kita sering tidak menyadari betapa pentingnya bahasa. kita baru

menyadari bahasa itu penting ketika kita mengalami masalah atau jalan buntu

dalam menggunakan bahasa.

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi,

yaitu sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga

pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan

menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan

kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi

modern. Menurut Larry L. Barker, seperti yang dikutip oleh Mahreni Fajar,

bahasa memiliki tiga fungsi:

5
1. Penamaan (Naming atau Labeling)

Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi

objek, tindakan dan orang, dengan menyebut namanya sehingga dapat

dirujuk dalam komunikasi.

Contoh: Setiap orang tahu sebuah papan kayu atau aluminium yang

didesain sedemikian rupa untuk menopang berat badan manusia ketika

sedang duduk, dinamakan kursi atau bangku.

2. Interaksi

Fungsi interaksi menekankan pada berbagai gagasan dan emosi,

yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan

kebingungan.

Contoh: Seseorang yang sedang kehilangan anaknya akan bercerita

dengan sedihnya untuk berinteraksi dengan kawan agar kondisi hatinya

dapat dimengerti oleh sang lawan bicara.

3. Transmisi

Informasi dari orang lain yang kita terima setiap hari, baik secara

langsung maupun tidak langsung, (dari media massa), inilah yang kita

sebut fungsi transmisi.

Seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana, Book mengemukakan,

agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga

fungsi, yaitu:

a. Untuk mengenal dunia di sekitar kita.

b. Berhubungan dengan orang lain.

6
c. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.

2.4 Memahami Fungsi Komunikasi Lisan Dan Tulisan

Dalam hubungannya dengan ilmu bahasa maupun komunikasi dikenal

pebedaan komunikasi verbal melalui media lisan dan tulisan (oral

communication dan written communication) . Baik melalui tulisan maupun

lisan, manusia tetap menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.

Komunikasi tetap menggunakan sistem simbol yang telah disepakati dalam

suatu bahasa. Sistem simbol dalam komunikasi verbal tersebut menurut

Verdeber (1998) terdiri dari: (1) ‘kata-kata’ yang diketahui

(vocabularly) yang dipelajari dengan cara-cara tertentu: (2) tata bahasa

(grammar) dan sintaksis. Karenanya dalam berbagai bahasa yang sudah

memiliki sistem kebahasaan kunci sukses komunikasi verbal melalui bahasa

lisan maupun tulisan dapat dilakukan dengan regulasi tertentu.

1. Komunikasi Lisan

Dalam speech communication (komunikasi lisan) yang terutama

dijumpai dalam komunikasi antar pribadi terjadi oeralihan pesan-pesan

verbal dalam bentuk ‘kata-kata’ (kita mengabaikan bahwa dalam proses

iru ada pula pesan-pesan melalui saluran non verbal). Yang pasti bahwa,

unsur-unsur penting dari kounikasi tercakup di dalamnya yaitu; sumber,

saluran, pesan, code(tanda/simbol), penerima dan kerangka rujukan.

Setiap unsur memberikan dukungan pada komunikasi verbal.

Menurut De Vito (1978); Victoria dan Robert (1983); ada enam

jenis komunikasi lisan (verbal).


7
a. Emotive speech, merupakan gaya bicara yang lebih mementingkan

aspek psikologis. Ia lebih mengutamakan pilihan ‘kata’ yang

didukung oleh pesan non verbal.

b. Phatic speech adalah gaya komunikasi verbal yang berusaha

menciptakan hubungan sosial sebagaimana dikatakan oleh Bronislaw

Malinowski dengan phatic communication, phatic speech ini tidak

dapat diterjemahkan secara tepat karena ia harus dilihat dalam

kaitannya dengan konteks di saat ‘kata’ diucapkan dalam suatu

tatanan sosial suatu masyarakat.

c. Cognitive speech merupakan jenis komunikasi verbal yang mengacu

pada kerangka berpikir atau rujukan yang secara tegas mengartikan

suatu kata secara denotatif dan bersifat informatif.

d. Rethorical speech mengacu pada komunikasi verbal yang menekankan

sifat konatif. Gaya bicara ini mengarahkan pilihan ucapan yang

mendorong terbentuknya perilaku. Cara ini biasannya digunakan oleh

para politisi, salesman yang bersifat persuasi.

e. Metalingual speech adalah komunikasi lisan secara verbal, tema

pembicaraannya tidak mengacu pada obyek dan peristiwa dalam dunia

nyata melainkan tentang pembicaraan itu sendiri. Tipe pembicaraan

ini sangat berbeda dari yang lain, ia bersifat sangat abstrak dan

berorientasi pada code/ tanda-tanda komunikasi.

f. Poetic speech adalah komunikasi lisan yang secara verbal berkutat

pada struktur penggunaan kata yang tepat melalui perindahan pilihan

8
kata, ketepatan ungkapan biasannya menggambarkan rasa seni dan

pandangan serta gaya-gaya lain yang khas. 

2. Memahami Fungsi Komunikasi Verbal Tertulis

Tubbs mengutip karya Menning dan Wilkonson dalam buku

mereka, yang kemudian dikutip lagi oleh Alo Liliweri: Communication

by Latters and Reparting, mengemukakan bahwa tema-tema komunikasi

verbal tertulis terletak pada faktor keterbacaan. Keterbacaan, menurut

keduannya, berkaitan dengan semantik suatu bahasa yang

mempertimbangkan apakah setiap pembaca dapat mengerti suatu tulisan

dalam suatu wacana. Dua pengarang itu menekankan perihal diksi

(pemilihan kata), mendefinisikan term-term yang bersifat teknis dan

metode bersama yang dapat diterima seperti tanda baca dan bentuk

kalimat.

Jollife (dikutip oleh Alo Liliweri) menggambarkan sistem yang

sama dengan mengajukan beberapa pertanyaan panduan sebagai berikut:

(1) apa yang anda maksudkan? (mungkinkah ‘kata-kata’ yang anda

maksudkan itu akan sama dengan dimaksudkan mereka atau yang mereka

ingin katakan?); (2) Bagaimana anda bisa mengetahui? (tunjukkan pada

saya beberapa contoh dan bukti dan kwalitas kesimpulan anda). (3) Apa

yang anda inginkan saya perbuat? (saya harus memperhatikan motif anda

terlebih dahulu tetapi biarkanlah saya mengetahuinnya sendiri. Apakah

hal itu ada dan dapat saya miliki?) beberapa prinsip semantik itu belum

tentu diterima seluruhnya karena kitapun mempertimbangkan siapa yang

9
akan membaca wacana tertulis itu? Kita mengaitkannya dengan faktor: (1)

konteks; (2) kata sebagai simbol; dan (3) tingkat abstraksi.

Pertama, konteks; aspek pertama dari komunikasi verbal yang

didiskusikan ini termasuk di dalamnya adalah konteks. Komunikasi

bergerak dalam suatu keadaan yang berbeda, fisik. sosiologis, psikologis,

bahkan konteks verbal. Inilah yang disebut komunikasi berada dalam

konteks yang dialami pengirim dan penerima. Komunikasi dapat terjadi

dalam suatu konteks fisik yang keluar dalam bentuk jarak fisik maupun

jarak sosial. Jarak itu memungkinkan seseorang memilih pesan verbal

maupun non-verbal.

Konteks psikologis, dapat ditunjukkan melalui surat yang terkirim

pada hari yang baik, minggu yang cocok, jam yang tepat agar sesuatu

wacana bisa dibaca.

Konteks verbal merupakan hambatan yang dialami setiap orang.

Misalnya masalah semantik yang dalam komunikasi di pelajari melalui

studi perbedaan konteks verbal yang dimiliki setiap orang. Aspek studi ini

memberikan pengajaran bagi para penulis surat-surat bisnis maupun

laporan dinas.

Kedua, ‘kata’ sebagai simbol; ada satu prinsip dasar yang

didiskusikan dalam setiap tema semantik adalah adanya ‘kata’ yang

kadang-kadang tidak mengandung makna jika tidak dihubungkan dengan

‘kata’ yang lain. Jika ditelusuri maka ‘kata’ itu mempunyai simbol dan

konsep yang sudah diterima dan digunakan dalam masyarakat. Kata-kata

10
seperti itu mendapat tekanan konotasi yang bersifat personal dari pada

denotasi bersama.

Banyak penelitian telah menunjukkan peta mental setiap orang

berbeda terhadap ‘kata’, meskipun mereka mempunyai penguasaan

semantik yang sama. Jadi, setiap orang mempunyai peta ‘kata’ yang

mereka gunakan. Bahasa adalah suatu kenyataan seperti suatu peta

sebagai penunjuk wilayah dan bukan wilayah itu sendiri. Pertanyaan kita

mana yang lebih penting, peta atau wilayahnya; tanpa peta, anada tidak

dapat memasuki suatu wilayah, demikian pula dalam bahasa. Kedua-

duanya penting.

Ketiga, tingkat abstraksi; setiap konteks (aspek kedua tersebut

diatas) mengakibatkan tingkatan abstraksi yang bebeda. Ada jenjang dari

suatu konteks yang mengakibatkan perbedaan daya abstraksi tertentu

terhadap suatu wacana. Hal ini sangat menentukan pola-pola wacana baku

tertulis yang mengatur bagaimana seharusnya struktur itu didekati. Ambil

contoh yang sederhana bersurat kepada orang tua tentu sangat berbeda

dengan kepada teman atau adik.

2.5 Pengaruh Bahasa Pergaulan Terhadap Pendidikan Formal di Sekolah

Ada beberapa indikator yang menentukan kuatnya bahasa pergaulan

yang dikuasai oleh siswa.

1. Sejak lahir, anak sudah dibiasakan menggunakan bahasa pergaulan.

Proses pembiasaan ini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak

terutama dalam kemampuan berbahasa. Bagi mereka, kesan atau


11
pengalaman awal inilah yang sangat mempengaruhi proses

perkembangannya ke depan. Sesuatu yang sudah dibiasakan akan sangat

sulit untuk ditinggalkan atau diperbaharui. Kalau pun mungkin, proses itu

membutuhkan waktu yang cukup lama.

2. Lingkungan. Lingkungan tidak hanya menjadi obyek atau tempat, namun

turut mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Anak yang sudah

dibiasakan dengan bahasa ibu atau bahasa pergaulan, dan berada di

lingkungan yang masyarakatnya sering menggunakan bahasa peragulan,

maka akan memunculkan daya ingat dan daya serap yang sangat kuat

terhadap bahasa pergaulan tersebut.

Kedua indikator inilah yang menimbulkan mengapa seorang anak

akan sangat sulit melupakan bahasa ibu atau pergaulan. Pengaruh bahasa

pergaulan akan terlihat jelas dalam pendidikan di sekolah sebagai proses

lanjut dari pendidikan di rumah. Masalah kedekatan atau kekentalan bahasa

pergaulan siswa akan membawa kesulitan tersendiri pada kemampuan

berbahasa siswa terutama dalam kemampuan berbahasa secara baku yakni

sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kesulitan itu meliputi :

1. Kemampuan berbicara dengan menggunakan bahasa secara tepat.

Kekuatan dan kemampuan bahasa pergaulan menghipnotis siswa begitu

kuat hingga siswa terus saja membawanya dalam bahasa-bahasa resmi

yang baku. Pengucapan beberapa kata akan terlihat janggal karena faktor

pembiasaan dari rumah dan lingkungan yang sudah mengeras. Contoh,

menyebutkan kata “pegang”. Siswa cenderung menyebutkan kata

12
“pegang” dengan sebutan “pegang” dengan e seperti menyebutkan

“keju”. Padahal sebutan yang tepat adalah “pegang” dengan e seperti

menyebutkan “belajar”.

2. Selain itu, kelekatan pada bahasa pergaulan akan sangat menyulitkan

anak dalam penulisan yang tepat. Anak cenderung menuliskan secara

lurus apa yang dipikirkan termasuk kata-kata yang diadopsi dalam bahasa

pergaulan tanpa suatu proses pengolahan yang tepat.

3. Penempatan tanda baca. Siswa yang sudah sangat kental bahasa

pergaulannya, akan sulit juga untuk menempatkan tanda baca yang tepat

terutama tanda baca koma. Proses pembiasaan bahasa pergaulan secara

lisan sejak dini akan sangat sulit bagi para siswa ketika menterjemahkan

bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan secara tepat.

Beberapa solusi untuk membiasakan anak berbahasa secara tepat:

1. Menyadarkan siswa akan perbedaan dan fungsi dari bahasa pergaulan dan

bahasa yang baku. Upaya pembedaan ini dimaksud untuk mengajak anak

menyadari porsi dan tempat yang tepat bagi penggunaan kedua bahasa

tersebut. Kapan mereka harus menggunakan bahasa pergaulan dan kapan

bahasa yang baku mengambil peran.

2. Sebagaimana bahasa pergaulan, proses berbahasa secara tepat yang sesuai

dengan EYD pun membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya, anak

dilatih untuk berbahasa secara tepat baik secara lisan maupun tulisan

setiap saat setidaknya selama berada di sekolah. Pembiasaan ini akan

sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada siswa.

13
2.6 Pengaruh Bahasa Terhadap  Komunikasi Pendidikan

Salah satu fungsi bahasa Indoneisa adalah sebagai bahasa pengantar.

Jadi, dalam kegiatan/proses belajar-mengajar bahasa pengantar yang

digunakan adalah bahasa Indonesia. Berkaitan dengan hal ini, saat ini muncul

fenomena menarik dengan adanya Sekolah Nasional Berstandar Internasional

(SNBI). Kekhawatiran sebagian orang terhadap keberadaan bahasa Indonesia

dalam SNBI muncul karena bahasa pengantar yang digunakan dalam

beberapa mata pelajaran adalah bahasa asing. Padahal kalau kembali ke

fungsi bahasa Indonesia, salah satunya adalah bahasa pengantar di lembaga-

lembaga pendidikan. Kekhawatiran seperti di atas sah-sah saja. Apalagi kalau

kita amati penggunaan bahasa Indonesia oleh para penuturnya. Dalam

berbahasa Indonesia sebagaian penutur kurang mampu berbahasa Indonesia

secara baik dan benar. Dalam suasana yang bersifat resmi, mereka

menggunakan kata-kata/ bahasa yang biasa digunakan dalam

suasana tidak resmi/ kehidupan sehari-hari.

Padahal, seperti kita ketahui bahwa berbahasa Indonesia secara baik

dan benar adalah berbahasa Indonesia sesuai dengan suasana/situasinya dan

kaidah-kaidan kebahasaan. Hal tersebut mungkin karena sikap negatif

terhadap bahasa yang digunakan. Mereka berbahasa Indonesia tanpa

mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Bagi

mereka, yang terpenting adalah sudah menyampaikan informasi kepada orang

lain. Perkara orang lain tahu atau tidak terhadap apa yang disampaikan

mereka tidak ambil pusing. Padahal salah satu syarat utama supaya

14
komunikasi berjalan dengan lancar adalah keterpahaman orang lain/mitra

tutur terhadap informasi yang disampaikan. Selain itu, tidak pada tempatnya

dalam suasana yang bersifat resmi seseorang menggunakan

kata/kalimat/bahasa yang biasa digunakan dalam suasana tak resmi.

Untuk itu, sudah selayaknyalah kalau warga negara Indonesia

mempunyai sikap positif terhadap bahasa yang mereka gunakan. Dalam

berkomunikasi, menggunakan bahasa Indonesia baik penutur maupun mitra

tutur haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang

digunakan. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus mempunyai sikap

seperti itu karena siapa lagi yang harus menghargai bahasa Indonesia selain

warga negaranya. Kalau kita ingin bahasa Indonesia nantinya bisa menjadi

salah satu bahasa internasional kita juga harus menghargai, ikut merasa

bangga, merasa memiliki, sehingga kita punya jatidiri. Kita, sebagai bangsa

Indonesia harus bersyukur, bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

Munculnya Sekolah Nasional Berstandar Internasional (SNBI) tidak

perlu memunculkan kekhawatiran akan hilangnya bahasa Indonesia sebagai

bahasa pengantar di dunia pendidikan. Hal ini karena ternyata penggunaan

bahasa asing sebagai pengantar ternyata tidak diterapkan pada semua mata

pelajaran. Penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar di SNBI hanya

diterapkan pada beberapa mata pelajaran.

Intensitas penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar

dalam proses belajar-mengajar menjadi berkurang. Hal itu bisa disiasati

15
dengan lebih mengefektifkan proses pembelajaran bahasa Indonesia dalam

mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran lebih banyak diarahkan

kepada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan hal-hal yang bersifat

teoretis. Siswa lebih banyak dikondisikan pada pemakaian bahasa yang

aplikatif tetapi sesuai dengan aturan berbahasa Indonesia secara baik dan

benar.

Pengkondisian pada hal-hal yang bersifat terapan praktis bukan berarti

menghilangkan hal-hal yang bersifat teoretis. Hal-hal yang bersifat teoretis

tetap disampaikan tetapi porsinya tidak begitu besar. Dengan pengkondisian

seperti itu, siswa menjadi terbiasa mempergunakan bahasa Indonesia secara

baik dan benar. Dalam suasana resmi mereka menggunakan bahasa resmi dan

dalam suasana tak resmi mereka menggunakan bahasa tak resmi. Selain itu,

mereka menjadi terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan

kaidah-kaidah kebahasaan.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua

pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat

komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang

mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi,

yaitu sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga

pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan

menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan

kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi

modern. Menurut Larry L. Barker, seperti yang dikutip oleh Mahreni Fajar,

bahasa memiliki tiga fungsi: 1) Penamaan (Naming atau Labeling),

2)   Interaksi, 3)   Transmisi.

Seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana, Book mengemukakan, agar

komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi,

yaitu: 1) Untuk mengenal dunia di sekitar kita. 2) Berhubungan dengan orang

lain. 3) Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.

Dalam berbahasa Indonesia sebagaian penutur kurang mampu

berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Dalam suasana yang bersifat

resmi, mereka menggunakan kata-kata/bahasa yang biasa digunakan dalam


17
suasana tidak resmi/kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti kita ketahui

bahwa berbahasa Indonesia secara baik dan benar adalah berbahasa Indonesia

sesuai dengan suasana/situasinya dan kaidah-kaidan kebahasaan. Hal tersebut

mungkin karena sikap negatif terhadap bahasa yang digunakan. Mereka

berbahasa Indonesia tanpa mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa

yang digunakan. Bagi mereka, yang terpenting adalah sudah menyampaikan

informasi kepada orang lain.

3.2 Saran

Bahasa memiliki banyak pengaruh dalam pembelajaran di sekolah

karena bahasa berfungsi sebagai suatu pengantar dalam pendidikan. Saat ini

yang disayangkan adalah penggunaan bahasa yang tidak tepat dan tidak

sesuai dengan ejaan yang benar. Seharusnya setiap sekolah memiliki seorang

ahli bahasa yang profesional yang bertugas memberikan pemahaman dan

penjelasan mengenai penggunaan bahasa yang baik dan benar. Bahasa

menjadi sebuah identitas dari setiap individu ataupun suatu lembaga karena

bahasa sangat berpengaruh dalam pendidikan dan pergaulan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fajar, Marheni. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Yogyakarta. Graha Ilmu.


2009.

Liliweri, Alo. Kmunikasi Verbal dan Nonverbal. Citra Aditya Bakti. Bandung.
1994.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. Remaja


Rosdakarya. 2010.

http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-
bahasa-menurut-para-ahli/ Diakses pada tanggal 10/12/2022, 09:51 WIB

http://staff.undip.ac.id/sastra/mujid/2009/02/26/bahasa-indonesia-bahasa-
pengantar-dunia-1pendidikan/ diakses pada tanggal 10/12/2022, 11:32
WIB

http://puja.blog.uns.ac.id/2009/05/27/pengaruh-bahasa-pergaulan-terhadap-
pendidikan-formal-di-sekolah/ diakses pada tgl 10/12/2022, 11:00 WIB

19

Anda mungkin juga menyukai