KALANGAN REMAJA
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa indonesia
DISUSUN OLEH:
NAMA : RIA PUTRI DAKHI
DOSEN PENGAMPU : ROIKESTINA SILABAN SS. M. HUM
NIM :-
PRODI : S1. KESEHATAN MASYARAKAT
Tiada kata yang mewakili perasaan saya saat ini kecuali rasa syukur. Untuk itu, saya
ucapkan terima kasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya, saya dapat menyusun makalah ini
dengan baik. Meski mendapatkan kendala, tapi saya bisa melaluinya sehingga makalah
penelitian berjudul "MARAKNYA PENGGUNA BAHASA ALAY DI JEJARING SOSIAL
DI KALANGAN REMAJA " ini dapat terselesaikan tepat waktu. Saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang terlibat
Saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang Tak lelah menerima ajakan
diskusi
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Sebagai penulis, saya
berharap pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih baik. Di sisi
lain, saya berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari laporan penelitian ini.
Walaupun tulisan ini tidak sepenuhnya bagus, saya berharap ada manfaat yang bisa diperoleh
oleh pembaca. Demikian sepatah dua patah kata dari saya. Terima kasih.
Penulis
Ria putri dakhi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...
BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………………………….
2.1.2MAKNA ALAY………………………………………………………………….
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, agar penelitian ini jelas dan lebih terarah maka
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1.Hal-hal apa sajakah yang melatarbelakangi munculnya bahasa alay dalam jejaring sosial?
2.Bagaimana tanggapan masyarakat tehadap bahasa alay yang marak dalam jejaring sosial
dikalangan remaja ?
1.untuk menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi munculnya bahasa alay dalam jejaring
sosial.
2. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap bahasa alay yang marak dijejaring
sosial dikalangan remaja.
1. ManfaatTeoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan infomasi kepada masyarakat bahwa seiring
perkembangan zaman bahasa yang baik dan sesuai tatanan berbahasa bukan seperti bahasa
alay yang marak dalam jejaring sosial .
Hasil penelitian ini diharapkan dapat Alay digunakan dalam pergaulan agar berbahasa
dengan baik dan benar terutama dikalangan para remaja.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan inspirasi maupun bahan pijakan dan
sebuah kontribusi pengetahuan tambahan bagi peneliti-peneliti selanjutnya tentang bahasa
alay dalam jejaring sosial dikalangan remaja.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian Bahasa
Secara umum bahasa dapat didefinisikan sebagai lambang atau simbol. Pengertian lain dari
bahasa adalah alat komunikasi yang dihasilkan oleh alat ucap pada manusia. Perludiketahui
bahwa bahasa terdiri dari kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna,
yaitu hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili
kumpulan kata atau kosakata itu. Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita
ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitu saja, melainkan mengikuti aturan yang ada.
Untuk mengungkapkan gagasan,pikiran atau perasaan ita harus memiliki kata-kata yang tepat
barulah kita mulai menyusunnya.
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu
yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi
atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep
atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang,
berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.[5]
Bahasa pun mepunyai beberapa pengertian yang didefinisikan oleh para ahli, berikut ini
mengenaipenjelasan pengertian dari beberapa ahli mengenai bahasa. .
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2001:88) Bahasa adalah sistem bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.
Menurut Carrol, Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi
bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam
komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi
nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup
manusia. [6]
Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak
tersusun begitusaja, melainkan mengikuti aturan yang ada.Untuk mengungkapkan gagasan,
pikiran atau perasaan, kitaharus memilih kata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu
sesuai dengan aturan bahasa. Seperangkataturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau
yang kita gunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yangdisebut tata bahasa.
2.1.2 Makna Alay
Alay berasal dari kata Anak Layangan. Bahasa Alay bisa dikatakan bahasa kampungan,
karena memang bahasa tersebut sungguh-sungguh tidak mengenal etika berbahasa dan
biasanya yang bermain layangan adalah anak-anak kampung (orang kota juga sering, namun
kota pinggiran). Apabila kalangan remaja mengunakan bahasa Alay secara tidak langsung
telah melecehkan lawan bicara mereka baik secara tulisan ataupun lisan Pada umumnya
bahasa alay lebih nampak dalam bentuk tulisan.
Alay, Alah lebay, Anak Layu, atau Anak kelayapan yang menghubungkannya dengananak
Jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling santera adalah anak layangan. Dominannya, istilah
ini untuk menggambarkan anak yang sok keren, secara fashion, karya (musik) maupun
kelakuan secara umum.Konon asal usulnya, alay diartikan “anak kampong” karena anak
kampung yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main
layangan.
Salah satu cirri dari alay tersebut adalah tulisannya yang aneh dan di luar nalar serta akal
sehat. Di sini Penulis akan mengklasifikasikan alay-alay kebeberapa tingkatan atau strata
menurut dari tulisan mereka (di sini saya bukan mau membahas alay dari wajah atau
penampilannya, wajah adalah pemberian dari Tuhan yang merupakan anugerah untuk
manusia. Kalau tulisan emang biasanya dibuat oleh para alay itu sendiri).
Tulisan gaya alay biasa dengan mudah ditemukan diblog dan forum di internet. Semua kata
dan kalimat ‘dijungkir balikkan’ begitu saja dengan memadukan huruf dan angka.Penulisan
gaya alay atau anak lebay tidak membutuhkan standar baku atau panduan khusus, semua
dilakukan suka-suka dan bebas saja.Sepertinya inilah tren generasi alay.
Berikut adalah pengertian alay menurut beberapa ahli (WahyuAdi Putra Ginting, 2010):
Menurut definisi Koentjara Ningrat, Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi
Indonesia, yang ingin diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah
gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup
mengganggu masyarakat dunia maya (baca: Pengguna internet sejati,kayak blogger
dan kaskuser). Diharapkan sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat
sekitar.[7]
Alay adalah singkatan dari Anak layangan, Alah lebay, Anak layu atau Anak kelayapan yang
menghubungkannya dengan anak jarpul (Jarang Pulang). Tapi yang paling terkenal adalah
Anak layangan.Dominannya,istilah ini menggambarkan anak yang menganggap dirinya keren
secara gaya busananya.
Pesatnya perkembangan teknologi dizaman modern ini ,penggunaan jejaring sosial lewat
internet ini banyak diminati kalangan remaja. Jumlah pengguna bahasa Alay menunjukkan
semakin akrabnya genersai muda Indonesia dengan dunia maya tersebut. Munculnya bahasa
Alay juga menunjukkan adanya perkembangan zaman yang dinamis, karena suatu bahasa
harus menyesuaikan dengan masyarakat penggunanya agar tetap eksis.
Akan tetapi, munculnya bahasa Alay juga merupakan sinyal ancaman yangsangat serius
terhadap bahasa Indonesia dan pertanda semakin buruknya kemampuan berbahasa generasi
muda zaman sekarang. Dalam ilmu linguistik memang dikenal adanya beragam-ragam
bahasa baku dan tidak baku. Bahasa baku biasnya digunakan dalm acara-acara yang kurang
formal. Akan tetapi bahasa Alay merupakan bahasa gaul yang tidak mengindah.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa Alay untuk generasi muda saat ini sudah
sangat tidak mnegindahkan efesiensi, melainkan hanya sekedar trend belaka (Misbakhul
Munir, Guru SD Al-Azhar Syifa Budi, Solo).Secara garis besar, mungkin karena salah
pergaulan, maka yang merupakan ciri-ciri alay adalah sebagai berikut.
4. Kalau ada org yang hanya melihat profil user di jejaring sosial,lalu mengirim testimonial:
“hey cuman view nih?” ataau “heey jgn cuman view doang,add dong!
Dari ciri-ciri diatas,dapat diketahui bahwa bahasa alay sudah berkembang pesat dijejaring
sosial terutama facebook dan twitter.
Bahasa gaul adalah dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas
tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan (KBBI, 2008: 116). Bahasa gaul identik
dengan bahasa percakapan (lisan). Bahasa gaul muncul dan berkembang seiring dengan
pesatnya penggunaan teknologi komunikasi dan situs-situs jejaring social. Bahasa gaul pada
umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama
kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam
mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk
menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain
tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik
antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa
mereka. Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan
bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).
Menurut Owen (dalam Papalia: 2004) remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki
makna ganda. Mereka menyukai penggunaan metafora, ironi, dan bermain dengan kata-kata
untuk mengekspresikan pendapat mereka. Terkadang mereka menciptakan ungkapan-
ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak dikenal
dengan istilah bahasa gaul.
Di samping merupakan bagian dari proses perkembangan kognitif, munculnya penggunaan
bahasa gaul juga merupakan ciri dari perkembangan psikososial remaja.
Menurut Erikson (1968), remaja memasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai identity
versus role confusion. Hal yang dominan terjadi pada tahapan ini adalah pencarian dan
pembentukan identitas. Remaja ingin diakui sebagai individu unik yang memiliki identitas
sendiri yang terlepas dari dunia anak-anak maupun dewasa[8]
BAB IV
METODE
2.2 METODE PENELITIAN
2.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah Metode penelitian tidak
didesain atau dirancang mengunakan prosedur-prosedur statistic.[9]Penelitian ini bersifat
umum belum berfokus ,sehingga kondisi yang dihadapi dilapangan ,tidak menggambarkan
variabel-variabel secara eksplisit. Berdasarkan buku berjudul Metode Penelitian Kualitatif:
Panduan Field Collector data terdiri dari pedoman untuk mengumpulkan dan menyelidiki
data:
1.Mencari menjawab pertanyaan
2. Sistematis menggunakan satu sestandar prosedur untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan.
3.Mengumpulkan bukti.
4.Menghasilkan temuan yang tidak ditentukan dimuka.
5. Menghasilkan sesuatu yang berlaku di luar batas-batas langsung dari penelitian
Menurut Nawawi (1991:30) bahwa jika dilihat dari tempat penelitian dilakukan, penelitian ini
terdiri dari tiga bagian, yaitu, Laboratorium Penelitian, Penelitian Perpustakaan, dan
Penelitian Lapangan. Dalam tesis ini, peneliti menggunakan studi kepustakaan. Yang
dimaksud dengan studi kepustakaan adalah teknik pustaka dengan mengunakan sumber-
sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis itu bisa berwujud
majalah,surat kabar,karya sastra,buku bacaan umum,karya ilmiah ,dan buku perundang-
undangan.[10]
Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah deduktif yang berarti bahwa peneliti
mengembangkan teori berdasarkan data yang telah dikumpulkan peneliti. Susunan paragraf
juga mengalir dari umum ke yang khusus.Peneliti menganalisis maraknya bahasa alay dalam
jejaring sosial dikalangan remaja dan menemukan data berdasarkan Teknik Analisa
Data.Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model
interaktif (Interactive Model of Analysis). Menurut Miles dan Huberman (1992:16) dalam
model ini tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan,
dilakukan dengan bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data (data collecting)
sebagai suatu siklus. Ketiga kegiatan dalam analisis model interaktif dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Reduksi data (data reduction) .Diartikan sebagai Reduksi data merupakan suatu bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data.
Kesimpulan yang diambil akan ditangani secara longgar dan tetap terbuka sehingga
kesimpulan yang semula belum jelas, kemudian akan meningkat menjadi lebih rinci .
Kesimpulan ini juga diverifikasi selama penelitian berlangsungdengan maksud-maksud
menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokannya yang merupakan validitasnya.[11]
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4.KAJIAN PUSTAKA
Bedasarkan Penulusuran ,terdapat beberapa penelitian atau pustaka yang dapat dijadikan
pembanding maupun pendukung untuk penelitian ini.
Penelitian yang pertama dalam karya ilmiah yang berjudul “Tinjauan sosiolinguistik bahasa
alay dalam konstelasi kebahasaan saat ini “dilakukan oleh Andri Wicaksono . Penelitian ini
memaparkan tentang wujud pemakaian bahasa Alay dalam pergaulan dan hal-hal yang
melatar belakangi pemakaian bahasa alay serta kalangan pendidik hendaknya tidak perlu
gelisah berlebihan karena menganggap perkembangan “Bahasa Alay” dapat merusak bahasa
indonesia. Bahasa alay yang banyak digunakan oleh generasi muda Indonesia hanya
mempunyai syarat mengancam dan merusak bahasa Indonesia apabila digunakan pada media
yang tidak pada tempatnya.[12]
Penelitian yang kedua menurut Apriyana dalam karya ilmiahnya yang berjudul “Pengaruh
Bahasa Gaul Remaja Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia” menyatakan :” Dewasa ini
pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai
bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul.
Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi
resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar. Bahasa gaul
merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah
ini mulai muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai
bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan
sebagai preman. Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang
digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang
peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa
persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.”[13]
Penelitian yang akan dilakukan ini memiliki persamaan dengan pelitian-penelitian diatas
dalam hal topik besar yang mengangkat tentang bahasa alay.Akan tetapi,penelitian ini
berbeda dalam beberapa hal:
pertama,penelitian ini akan terfokus pada hal-hal yang melatarbelakangi maraknya bahasa
alay dalam jejaring sosial yang berkembang pada kalangan remaja .
kedua ,pendekatan yang diambil tentang bahasa alay ini adalah pengaruh bahasa alay dalam
jejaring sosial terhadap tata bahasa dikalangan remaja .
Penggunaan bahasa di dunia maya dan jejaring sosial inilah yang patut mendapat perhatian
para praktisi dan pemerhati bahasa. Apalagi di tengah kemunculan fenomena “bahasa alay”
yang makin merasuk di kalangan remaja. Dukungan kecanggihan teknologi telah menjadikan
bahasa dalam segala bentuknya mengalami kemajuan varian yang sangat pesat. Bagaimana
tidak? Fakta bahwa pengguna internet di Indonesia hingga tahun 2012 ini telah mencapai 63
juta orang (Okezone, 12 Desember 2012) atau naik 300% dalam 5 tahun terakhir. Kondisi ini
diperkuat dengan adanya 29 juta orang meng-akses internet secara mobile sebagai tanda
tingkat produktivitas pemakaian bahasa pemakainya. Proyeksi ini akan terus berkembang
hingga mencapai 80 juta orang pada tahun 2014. Di sisi lain, data Kominfo April 2012
menyebutkan jumlah pengguna jejaring sosial di Indonesia juga sangat besar. Setidaknya
tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna Facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna Twitter di
Indonesia. Kondisi ini bertolak belakang dengan kenyataan adanya 15 bahasa daerah yang
sudah punah dan 139 bahasa daerah yang terancam punah dari 726 bahasa daerah yang ada di
Indonesia.
Perkembangan teknologi begitu cepat dan dahsyat, manusia selalu mencari cara
berkomunikasi yang cepat, murah dan praktis. Hanya dalam hitungan detik, kita dapat
terhubung ke seluruh penjuru dunia tanpa batas ruang dan waktu. Inilah yang dinamakan
dunia maya. Kita dapat dengan mudah beranjang sana kapanpun, dimanapun dan kepada
siapapun asalkan memiliki dukungan teknologi yang dibutuhkan dan terkoneksi ke berbagai
penjuru dunia tersebut. Jika saja teknologi mampu “bergerak cepat”, bagaimana bahasa
mengantisipasinya?
Berlatar pada kondisi itulah, kita perlu berdiskusi dan menentukan sikap terhadap fenomena
bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial yang semakin mengglobal. Bagaimana kita
memandang bahasa pada dunia maya dan jejaring sosial; ancaman atau peluang?
Bahasa Indonesia adalah salah satu aset penting bangsa Indonesia. Kenapa? Karena
Bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa resmi yang membantu berbagai suku di
Indonesia untuk berkomunikasi secara baik (Mustakim, 1994 : 2). Namun Bahasa Indonesia
hari ini menghadapi tantangan yang berat seiring intervensi dan realitas penggunaan bahasa
pada dunia maya atau jejaring sosial yang bertolak belakang dengan prinsip penggunaan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar. [14]
Apalagi bahasa pada dunia maya atau jejaring sosial semakin mendapat tempat di
kalangan anak muda. Sebut saja, fenomena “bahasa alay” yang benar-benar sudah menjadi
bahasa favorit mereka daripada Bahasa Indonesia itu sendiri. Hal ini terjadi karena anak
muda sekarang membutuhkan pengakuan akan eksistensi mereka. Mereka hampir tidak
punya ruang untuk mewujudkan eksistensi mereka. Jadi, anak muda yang tidak memakai
bahasa alay maka tidak disebut anak gaul, dan status sosial seseoranglah yang paling
mempengaruhi penggunaan bahasa itu sendiri (Meyerhofff, 2006:108).
Saat ini kata ciyus, miapah, dan cemungud sudah semakin populer. Kata-kata
alay atau gaul ini juga sangat populer di dunia maya khususnya di situs jejaring sosial. Tapi,
apa sih yang menyebabkan kata ciyus miapah jadi populer?
Menurut pengamat bahasa dari Universitas Diponegoro Semarang, Mujid Farihul Amin, ada
dua penyebab kata gaul itu jadi populer. Penyebab pertamanya adalah karena keberadaan
situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.
“Komunikasi di sosial media yang bebas jadi penyebab munculnya ragam bahasa alay ini,”
kata Mujid seperti dikutip dari Tempo.
Di sosial media, jelas Mujid, penggunaan bahasa tidak terikat pada suatu peraturan. Itulah
sebabnya anak muda banyak berkreasi dengan bahasa sehingga muncul kata alay. Semakin
banyak orang yang penasaran dengan artinya, maka semakin banyak yang menggunakan kata
alay ini.
Itulah penyebab kata ciyus, miapah, dan kata alay lainnya menjadi populer. Ternyata, sosial
media memiliki peran yang sangat besar dalam merubah budaya berbahasa seseorang
termasuk bahasa alay.
2.Bagaimana tanggapan masyarakat tehadap bahasa alay yang marak dalam jejaring
sosial dikalangan remaja ?
Penggunaan bahasa alay akhir-akhir ini, tentu saja mengkhawatirkan. Hal ini dikarenakan
bahasa tersebut tidak sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar
Penggunaan bahasa alay dalam jejaring sosial mempunyai pengaruh negatif apabila
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari secara nyata. Walaupun istilah alay ini sudah dikenal
di masyarakat luas dengan arti “orang norak”, tetapi hingga saat ini bahasa alay tersebut
masih banyak digunakan oleh para remaja untuk menulis dalam facebook atau twitter.
Beberapa kata yang sering dijumpai dalam “status” para pengguna jejaring sosial, misalnya,
kata gue. Kini, untuk menyatakan kata saya para penutur bahasa gaul juga menggunakan
kata saiian, aq, q, ak, gw, gua, w, akoh, aqoh, aqu, dan ane. Kemudian,
kata Lo atau Lu sama seperti kata gue. Kini, untuk menyatakan kamu penutur bahasa gaul
juga menggunakan lw, elu, elo, dan ente.
Hal ini dikarenakan oleh beberapa penyebab antara lain sebagai berikut ini :
1.Masyarakat Indonesia kurang mengenal bahasa baku yang baik dan benar.
2. Kurangnya masyarakat Indonesia dalam memakai lagi Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD).
3. Masyarakat Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau
mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan
benar.[15]
Jika hal ini terus berlangsung, dikhawatirkan akan menghilangkan budaya berbahasa
Indonesia dikalangan remaja bahkan dikalangan remaja . Karena bahasa Indonesia
merupakan bahasa resmi negara kita dan juga sebagai identitas bangsa. Untuk itulah, kita
sebagai generasi muda, harus cermat dalam memilih serta mengikuti trend yang ada. Salah
satu masyarakat mengungkapkan bahwa Janganlah bahasa tersebut sampai merusak budaya
bahasa kita sendiri dengan keberadaan bahasa alay didalam jejaring sosial. Sehingga perlu
diwaspadai kepada para masyarakat terutama orang tua untuk slalu mengawasi anak-anak
mereka terutama para remaja yang lagi pada gila facebook atau twitter ,agar memperingatkan
kepada anaknya untuk tidak mengunakan bahasa alay dalam situasi formal karena nanti akan
mempengaruhi keberadaan bahasa indonesia yang cenderung kurang baik dan
benar.Sebaiknya bahasa alay digunakan pada situasi yang tidak formal ,hal itu mungkin bisa
ditoleransi asal tidak merusak tata bahasa indonesia.
BAB V
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Tata bahasa indonesia pada saat ini sudah banyak mengalami perubahan. Masyarakat
Indonesia khususnya para remaja, sudah banyak kesulitan dalam berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan
adanya penggunaan bahasa baru yang mereka anggap sebagai kreativitas . Jika mereka tidak
menggunakannya, mereka takut dibilang ketinggalan zaman atau tidak gaul. Salah satu dari
penyimpangan bahasa tersebut diantaranya adalah digunakannya bahasa Alay. Sehingga
banyak aspek yang harus segera diperbaiki dan dibenahi.
Bahasa Alay secara langsung maupun tidak telah mengubah masyarakat Indonesia untuk
tidak mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Menurut Pak Sahala, “Tiap generasi atau masa selalu muncul bahasa sandi yang berlaku
dalam suatu komunitas kecil atau besar. Bahasa sandi suatu komunitas bisa berumur pendek,
tetapi bisa juga berumur panjang.”
Sebaiknya bahasa Alay dipergunakan pada situasi yang tidak formal seperti ketika kita
sedang berbicara dengan teman. Atau pada komunitas yang mengerti dengan sandi bahasa
Alay tersebut. Kita boleh menggunakannya, akan tetapi jangan sampai menghilangkan
budaya berbahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan
dan lambang dari identitas nasional, yang kedudukannya tercantum dalam Sumpah Pemuda
dan UUD 1945 Pasal 36 sebagai bahasa Pesatuan bahasa Indonesia.
Sebenarnya sah-sah saja bagi mereka (terutama remaja) yang menggunakan bahasa alay,
karena hal tersebut merupakan bentuk kreatifitas yang mereka buat. Namun sebaiknya
penggunaan bahasa alay dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi atau tidak
digunakan pada situasi-situasi yang formal. Misalnya pada saat berbicara dengan teman.
Teman disini adalah mereka yang mengetahui dan mengerti bahasa alay tersebut. Tetapi juga
jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa Indonesia kita. Karena biar bagaimanapun
bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa kebanggaan kita dan wajib untuk dijaga serta
dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA
Hutosoit,Nella.”Pengertian Bahasa“.(http://nellahutasoit.wordpress.com/2012/04/22/ )
diakses pada 07 januari 2013
Karyono, “Thesis Metode Penelitian” http://karyono1993.wordpress.com/thesis/metode-
penelitian/( diunduh pada 08 januari 2013 )
Salamah,nur.”Penggunaan bahasa dalam Pers dalam media “http://salmah-
semangat.blogspot.com/2010/04/penggunaan-bahasa-pers-dalam-media.html(diunduh 7
januari 2013 )
Muhsin,Syaikh.Abdul.”Menjaga-lisan-agar-selalu-berbicara-baik”http.file:///C:/Users/
Public/Documents “diakses pada 6 januari 2013
Samsuri. Analis Bahasa .Jakarta : Erlangga ,1987
Tiada kata yang mewakili perasaan saya saat ini kecuali rasa syukur. Untuk itu, saya ucapkan
terima kasih kepada Tuhan atas rahmat-Nya, saya dapat menyusun makalah ini dengan baik.
Meski mendapatkan kendala, tapi saya bisa melaluinya sehingga makalah penelitian berjudul
"maraknya pengggunaan Bahasa alay dalam jejaring sosial " ini dapat terselesaikan tepat
waktu.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Saya ucapkan terima
kasih kepada dosen pembimbing yang tak lelah menerima ajakan diskusi.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Sebagai penulis, saya
berharap pembaca bisa memberikan kritik agar tulisan selanjutnya jauh lebih baik. Di sisi
lain, saya berharap pembaca menemukan pengetahuan baru dari laporan penelitian ini.
Walaupun tulisan ini tidak sepenuhnya bagus, saya berharap ada manfaat yang bisa diperoleh
oleh pembaca. Demikian sepatah dua patah kata dari saya. Terima kasih.
Penulis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 5PEMBAHASAN MASALAH
2.1.2MAKNA ALAY
BAB IV METODE
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB IV