Dosen Pengajar:
NIRENA ADE CHRISTY, M.Pd
NIP. 19910905 202203 2 014
Disusun Oleh:
Puji syukur saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-Nya sehingga
kelompok dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “ Optimalisasi Penggunaan Bahasa
Indonesia Yang Baik Dan Benar Pada Media Sosial”
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen Pengampu, juga untuk memperluas pengetahuan tentang
“Optimalisasi Penggunaan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar Pada Media Sosial”
khususnya bagi kelompok.
Kelompok telah berusaha untuk dapat Menyusun makalah ini dengan baik, namun
kelompok pun menyadari bahwa ada banyak keterbatasan dalam tulisan ini. Oleh sebab itu
penulis membutuhkan saran dan masukkan dari dosen pengampu. Serta rekan-rekan mahasiswa/I
lainnya.
Hormat kami,
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pemakaian bahasa dalam media sosial (medsos) dewasa ini menjadi perhatian para
bahasawan, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Hal ini dikarenakan
adanya pengaruh media sosial yang dipandang kurang pantas bagi perkembangan bahasa
nasional pada masing-masing negara karena penerapannya tidak merujuk pada tata bahasa
baku yang telah ditentukan. Ketidak pakeman penggunaan bahasa dalam media sosial
disebabkan oleh teknologi itu sendiri dan dipengaruhi oleh budaya, bahasa daerah, serta
serapan bahasa di media sosial lain dari bahasa asing yang begitu massif memengaruhi
bahasa nasional.
Selanjutnya, apakah bahasa yang digunakan dalam media sosial harus mengikuti kaidah
bahasa di media sosial dan bukan bahasa baku? Jawabannya adalah tidak. Lantas,
bagaimanakah sebenarnya penggunaan bahasa dalam media sosial? Sebelum itu, kita
sebaiknya mengetahui lebih dahulu pengertian media sosial menurut para ahli,
perkembangan media Komunikasi Modern sekarang ini dan penggunaan Bahasa Indonesia
di Media Sosial.
1.4.1. Agar sejarah Bahasaa Indonesia sebagai Bahasa Nasional, fungsi Bahasa Indonesia
dan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Indonesia bisa diketahui
2
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bahasa merupakan alat komunikasi, di samping bahasa merupakan produk budaya dari
masyarakatnya. Sebagai alat komunikasi, bahasa berperan penting untuk menyampaikan
pesan atau maksud dari penutur. Di sisi lain, sebagai produk budaya, bahasa memiliki peran
untuk melestarikan berbagai macam kebiasaan maupun tingkah laku masyarakat. Dapat
disimpulkan bahwa bahasa merupakan bagian penting bagi manusia dan tidak dapat
dipisahkan.
Bahasa yang umum digunakan dalam berbagai media sosial kerap disebut dengan
istilah internet slang. Internet slang secara umum diartikan sebagai jenis bahasa yang
umum digunakan oleh orang-orang di internet. Tujuan penggunaan internet slang ini adalah
untuk mempercepat komunikasi dan mengekspresikan emosi. Untuk itu, internet
slang banyak menggunakan huruf dengan suara yang sama, tanda baca, huruf
kapital, onomatope dan emotikon. Jenis bahasa lain yang digunakan dalam media sosial
adalah bahasa formal, bahasa informal atau bahasa percakapan, bahasa gado-gado, frasa,
idiom, dan lain-lain.
Orang-orang yang gemar bermedia sosial, tentu sudah fasih dengan berbagai kosakata
baru atau pun singkatan kata yang tidak baku atau standar yang sering digunakan saat
berinteraksi melalui media sosial seperti kata gw (dialek Betawi: gue atau gua) yang
merujuk pada kata “saya” atau “aku” dan kata “lo” yang merunjuk pada kata “Anda” atau
“kamu” dan kata “otw” yang merupakan singkatan dari “On the way” yang artinya “dalam
perjalanan”, yang sering digunakan dalam media sosial. Bahasa yang digunakan dalam
media sosial sering tidak sesuai dengan kaidah bahasa di media sosial yang baik dan
benar(tidak baku) tidak sesuai EYD.
Pemakaian bahasa dalam media sosial (medsos) bagi generas milenial menjadi
perhatian para bahasawan, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Hal ini
dikarenakan adanya pengaruh media sosial yang dipandang kurang pantas bagi
perkembangan bahasa nasional pada masing-masing negara karena penerapannya tidak
merujuk pada tata bahasa baku yang telah ditentukan. Ketidaktepatan pada penggunaan
bahasa dalam media sosial disebabkan oleh teknologi itu sendiri dan dipengaruhi oleh
budaya, bahasa daerah, serta serapan bahasa di media sosial lain dari bahasa asing yang
begitu massif memengaruhi bahasa nasional.
4
5
BAB III
PEMBAHASAN
Penggunaan bahasa dalam media sosial menjadi kajian yang menarik dari pemerhatian
bahasa di Indonesia bahkan dunia. Hal tersebut karena media sosial memberi pengaruh
kurang baik terhadap perkembangan bahasa nasional masing-masing karena
penggunaannya tidak sesuai dengan tata bahasa baku yang telah ditentukan. Demikian
halnya dengan penggunaan bahasa Indonesia pada media sosial masyarakat Indonesia
khususnya generasi milenial. Sebagai wujud cinta kepada tanah air, berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar merupakan salah satu kewajiban yang harus diterapkan.
Menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Bahasa yang benar adalah bahasa
yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun
bahasa baku lisan.
Orang-orang yang gemar bermedia sosial, tentu sudah fasih dengan berbagai kosakata
baru atau pun singkatan kata yang tidak baku atau standar yang sering digunakan saat
berinteraksi melalui media sosial seperti kata gw (dialek Betawi: gue atau gua) yang
merujuk pada kata “saya” atau “aku” atau kata “btw” (bahasa Inggris) yang merupakan
singkatan dari “by the way” yang berarti “ngomong-ngomong”.
Pemakaian bahasa di media sosial lambat laun mengubah cara kita berbahasa dan
berkomunikasi dengan orang lain. Namun, kita juga perlu memahami bahwa beragam
media sosial yang kini menjamur memiliki keterbatasan karakter untuk pesan teks yang
disampaikan atau memiliki karakteristik tersendiri yang aakhirnya berdampak pada bahasa
yang digunakan. Keterbatasan karakter untuk pesan teks yang disampaikan atau memiliki
karakteristik membuat penulis pesan teks harus disingkat agar sesuai dengan jumlah
karakter pesan teks untuk tiap-tiap media sosial hal inilah yang menjadi salah satu faktor
penyebab ketidaksesuaian terhadap kaidah tata bahasa yang telah ditentukan.
Perkembangan media komunikasi modern dewasa ini terkait dengan penggunaan kalimat
yang digunakan dalam media sosial cenderung menggunakan ragam bahasa yang tidak
baku. Seharus mempertimbangkan pengunaan diks yang sesuai dalam menuliskan kalimat
yang baik dan benar. Widyamartaya (1990:45) menjelaskan bahwa diks atau pilihan kata
adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai
dengan gagasan yang ingin disampaikannya dan kemampuan tersebut hendaknya
disesuiaikan dengan situasi dan nila rasa yang dimiliki sekelompok masyaraka dan
pendengar atau pembaca.
6
Ditinjau dari makna kalimatnya, diketahui pula banyak tulisan dalam media sosial yang
mengalami penyimpangan makna secara pragmatis. Penyimpangan tersebut tampak dari
munculnya unsur-unsur sarkasme dalam kalimat. Adapun sarkasme yang paling sering
muncul dan digunakan para pengguna media sosial adalah penggunaan kata-kata yang
termasuk dalam kelompok kata yang bermakna kasar, mengandung umpatan, sindiran,
ejekan serta penggunaan sebutan atau julukkan pada orang lain dengan tidak menghormati
atau bahkan merendahkan atau menghina bisa memberikan dampak yang negatif bagi diri
sendiri dan orang lain.
Oleh sebab itu ada baiknya jika pengguna media sosial memahami ciri-ciri ragam bahasa
baku sebagai berikut:
1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola kalimat
yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang ikuti.
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang
dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.
3. Menggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa
Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti
aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada
lafal baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku
adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah.
Misalnya: /atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan
bukan /kalo/.
5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan
bahwa bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan
komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar
atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.
Setelah memahami ragam bahasa baku diharapkan para pengguna sosial media lebih
bijak sana lagi memili kata yang dipakai dalam media sosialnya.
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam
memberikan informasi yang berupa pikiran, gagasan, maksud maupun perasaan. Fungsi
bahasa yang paling utama adalah sarana komunikasi dan interaksi (Chaer & Agustina,
2010:17). Bahasa dalam media sosial yang sering kita gunakan merupakan bahasa yang
7
tidak baku tidak sesuai dengan KBBI. Mengapa Bahasa Indonesia tidak digunakan sesuai
aturannya, karena dalam media sosial cenderung menggunakan bahasa gaul, bahasa yang
tidak baku, bahasa daerah atau bahasa asing.
Sementara bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara kita, Indonesia. Selain itu,
bahasa Indonesia merupakan bahasa yang setiap hari digunakan dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat pada umumnya. Karena bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu yang
hampir dipahami oleh seluruh warga negara Indonesia dalam berkomunikasi. Kita harus
menggunakan bahasa yang bernalar, yaitu bahasa yang logis dan sesuai dengan tata nilai
masyarakat kita.
Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dalam bermedia sosial diantaranya:
8
9
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Yang tidak kalah penting, jika seseorang ingin menjadi pengguna media sosial yang baik
terlebih dulu harus mengutamakan kaidah-kaidah penulisan atau pilihan kata menggunakan
bahasa Indonesia agar semua orang bisa memahami maksud pemilihan bahasa yang
digunakan dalam penulisannya. Dapat diambil kesimpulan bahwa kita semua harus bijak
menggunakan pilihan kata di media sosial pribadi kita.
4.2 Saran
Pada akhirnya kelompok menyadari dalam penyusunan makalah ini ada banyak
kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan dan
reperensis penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-teman
mahasiswa sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa
menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfat bagi banyak orang.
Referensi
https://jurnal.uns.ac.id/prosidingprasasti/article/viewFile/1490/1382
https://pakarkomunikasi.com/pengertian-media-sosial-menurut-para-ahli
https://www.berpendidikan.com/2021/12/pengertian-media-sosial-menurut-para-ahli.html
http://repository.unpas.ac.id/40202/5/8.%20BAB%20II.pdf
https://kantorbahasamaluku.kemdikbud.go.id/2019/09/pemakaian-bahasa-dalam-media-sosial/
https://osf.io/52mxy/download/?format=pdf
10
ii
ii