Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN REKYASA IDE

MK. FONOLOGI BAHASA


INDONESIA

SKOR NILAI:

“Pudarnya Penggunaan Bahasa Indonesia Oleh Bahasa Gaul di Kalangan

Remaja”

NAMA MAHASISWA : SRI YULIANA S.

NIM : 218111102

DOSEN PENGAMPU : Dr. MALAN LUBIS,M.Hum.

MATA KULIAH : FONOLOGI BAHASA INDONESIA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEI 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat, karunia dan kasih Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas laporan
Rekayasa Ide ini dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu. Makalah ini disusun berdasarkan intruksi
tugas yang memuat pembahasan mengenai “REKAYASA IDE”. Penulis sangat menyadari bahwa
laporan rekayasa ide ini belum sempurna. Oleh sebab itu semoga laporan rekayasa ide ini dapat
membawa manfaat bagi kita semua dan menambah wawasan kita, penulis mengucapkan
terimakasih.

Medan, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………. 1

1.2 Tujuan……………………………………………………………………. 1

1.3 Manfaat…………………………………………………………………… 2

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN………………………………………………… 3

BAB III METODE PELAKSANAAN……………………………………………….. 6

BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………………… 7

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………… 10

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………… 10

4.2 Saran ……………………………………………………………………… 10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari pemakaian bahasa. Dengan
bahasa seseorang dapat mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan keinginan dalam
menyampaikan pendapat dan informasi. Bahasa sebagai alat untuk interaksi antar manusia dalam
masyarakat memiliki sifat sosial yaitu pemakaian bahasa digunakan oleh setiap lapisan
masyarakat. Bahasa bukan individual yang hanya dapat dipakai dan dipahami oleh penutur saja
akan tetapi, pemakaian bahasa akan lebih tepat bila antara penutur dan mitra tutur saling
memahami makna tutur.

Sebagai masyarakat Indonesia tentunya kita menggunakan Bahasa Indonesia sebagai


bahasa nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai
informasi. Namun, pemakaian bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari mulai bergeser
digantikan oleh pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi
bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang
mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar.

Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh
sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap
eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan.

1.2 TUJUAN
1. Sebagai pemenuhan tugas individu Rekayasa Ide mata kuliah pengantar ilmu bahasa.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bahasa gaul.
3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi bahasa gaul.
4. Untuk mengetahui bagaimana upaya mengatasi bahasa gaul.

1
1.3 MANFAAT
1. Mengetahui pengertian bahasa gaul.
2. Mengetahui Pengaruh bahasa gaul terhadap eksisitensi bahasa Indonesia.
3. Mengetahui apakah bahasa gaul baik untuk perkembangan remaja terhadap bahasa
Indonesia.

2
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN

Bahasa adalah simbol-simbol yang digunakan untuk menyatakan gagasan, ide, dan
perasaan seseorang kepada orang lain. Manusia tidak dapat hidup tanpa menggunakan
bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Mulai dari bangun tidur, makan, mandi,
sampai tidur lagi, atau melakukan berbagai aktivitas manusia lainnya; semua tidak luput dari
adanya penggunaan bahasa. Melalui bahasa pula manusia dapat saling berhubungan atau
berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan
kemampuan intelektual.

Bahasa Indonesia banyak ragamnya atau variasinya, hal ini karena bahasa Indonesia
sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya. Hartman dan Stork
(1972) membedakan ragam berdasarkan kriteria: (1) latar belakang geografi dan sosial
penutur, (2) medium yang digunakan, dan (3) pokok pembicaraan. Ragam bahasa
menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya, seperti: usia, pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan, status sosial, status ekonomi, dan sebagainya. Berdasarkan usia, kita
dapat melihat perbedaan variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang
dewasa, dan orang yang tergolong lanjut usia. Ragam bahasa berdasarkan penutur dan
penggunaannya berkenaan dengan status, golongan, dan kelas penuturnya, biasanya disebut
akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada juga yang menambah
dengan istilah prokem.

Pemakaian bahasa Indonesia di zaman sekarang ini sudah banyak divariasikan dalam
pengucapan pembicaraannya. Penyampaian kata-katanya pun sudah tidak baku lagi, hal ini
disebabkan oleh era globalisasi yang berkembang pesat di Indonesia dengan pengaruh
budaya luar yang masuk ke Indonesia (termasuk cara gaya bicaranya). Agar banyaknya
ragam tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa,
timbul mekanisme untuk memilih ragam tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang
disebut ragam standar. Oleh karena itu, penutur harus mampu memilih ragam bahasa yang
sesuai dengan keperluannya, apapun latar belakangnya.

3
Arus globalisasi tentu saja mempengaruhi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan
manusia. Pengaruh arus globalisasi ini termasuk di dalamnya pendidikan, kebudayaan
(termasuk di dalamnya bahasa), yang sering mengutamakan penggunaan bahasa asing
daripada bahasa Indonesia. Seperti halnya bahasa gaul yang disebut juga sebagai bahasa
prokem merupakan bentuk ragam bahasa dari bahasa nonformal yang digemari pemakai
bahasa.

Bahasa gaul berkembang seiring perkembangan zaman, dari masa ke masa mengalami
perubahan. Kosakata bahasa gaul yang berkembang akhir-akhir ini sering tidak beraturan
yaitu tidak ada rumusnya atau dengan menyingkat kata, seperti: kata DKI (di bawah ketiak
istri), Suzuki (sungguh-sungguh laki-laki), Bisnis (bisik-bisik manis). Terdapat pula yang
menggunakan bahasa asing. Lumintaintang (1998:59) mengatakan bahwa ”Data bahasa
Indonesia lisan fungsional juga memperlihatkan adanya pemakaian tuturan yang dipengaruhi
oleh unsur bahasa asing”; seperti: penggunaan kata OTW (On The Way) „di jalan‟ atau
„dalam perjalanan‟, hang out „jalan-jalan‟, shopping, „berbelanja‟, OMG (Oh My God) „Ya
Tuhan‟. Para pemakai bahasa biasa menggunakan kata bahasa asing dalam percakapan
kesehariannya agar terkesan keren atau lebih bergengsi.

Meskipun bukan bahasa formal, pemakaian bahasa gaul dari generasi ke generasi tidak
pernah berhenti. Jika dulu disebut bahasa prokem, sekarang istilahnya berubah menjadi
bahasa gaul, bahkan ada juga yang menyebut dengan istilah bahasa bayi. Awalnya bahasa
gaul ini diciptakan sebagai bahasa kode atau bahasa rahasia untuk kalangan tertentu saja.
Seiring perkembangan zaman, pemakaian bahasa gaul ini semakin luas dan melebihi
penggunaan bahasa formalnya sendiri. Pada masa sekarang, bahasa gaul banyak digunakan
oleh kaum muda, meskipun ada orang tua yang juga menggunakannya. Bahasa ini bersifat
temporal dan rahasia, maka timbul kesan bahwa bahasa ini adalah bahasa rahasianya para
pencoleng atau penjahat, padahal sebenarnya tidak demikian. Faktor kerahasiaan ini
menyebabkan kosakata yang digunakan dalam bahasa gaul sering kali berubah.

Para remaja menggunakan bahasa gaul ini dalam ragam lisan dan ragam tulis, atau juga
dalam ragam berbahasa dengan menggunakan media tertentu, misalnya: berkomunikasi
dalam jejaring sosial. Penggunaan kosakata bahasa gaul di jejaring sosial terus berkembang

4
dan berganti mengikuti tren. Apalagi pada saat ini sedang musim-musimnya penggunaan
ponsel Blackberry yang menyuguhkan aplikasi beraneka ragam untuk membuat tulisan yang
bermacam-macam bentuknya. Selain itu, penyedia layanan jaringan seluler pun menawarkan
aplikasi untuk menulis bahasa gaul.

5
BAB III
METODE PELAKSANAAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan


kualitatif diambil karena dalam penelitian ini berusaha menelaah fenomena sosial dalam
suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah, bukan dalam kondisi terkendali atau
laboratoris. Moleong (2005:3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati. Indikasi dari model penelitian ini yang membedakannya
dengan penelitian jenis lainnya, antara lain : (1) adanya latar ilmiah, (2) manusia sebagai alat
atau instrumen, (3) metode kualitatif, (4) analisis data secara induktif, (5) teori dari dasar
(grounded theory), (6) deskriptif, (7) lebih mementingkan proses daripada hasil, (8) adanya
batas yang ditentukan oleh fokus, (9) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, 10)
desain yang bersifat sementara, dan (11) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati
bersama (Moleong, 2005:8-13).

Karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan, maka jenis penelitian yang
peneliti gunakan adalah penelitian deskriptif, yakni jenis penelitian yang menggambarkan,
meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel. Menurut Moleong, penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka (2005:6).

6
BAB IV
PEMBAHASAN

Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa
untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir tahun 1980an. Bahasa gaul pada
umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya
selama kurun tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam
mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja
untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar
pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya.

Menurut Mulyana (2008), bahasa gaul adalah sejumlah kata atau istilah yang
mempunyai arti yang khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti
yang lazim ketika digunakan oleh orang-orang dari subkultur tertentu.

Perkembangan bahasa gaul di kalangan remaja sangatlah cepat. Mengapa?? Karena


didukung oleh beberapa faktor yang cukup berpengaruh terhadap kondisi lingkungan
remaja. Antara lain :

1. Adanyabahasa gaul ditandai dengan me njamurnya internet dan situs- situs jejaring social
yang berdampak signifikan terhadap perkembangan bahasa gaul. Penikmat situs-situs
jejaring sosial yang kebanyakan adalah remaja, menjadi agenda dalam menyebarkan
pertukaran bahasa gaul. Tulisan seorang remaja di situs jejaring sosial yang menggunakan
bahasa ini, akan dilihat dan bias jadi ditiru oleh ribuan remaja lain. Misalnya, facebook,
twitter, Instagram.
2. Karena pengaruh lingkungan.
Umumnya para remajamenyerapdaripercakapan orang-orang dewasa di sekitarnya,
baiktemansebayaataukeluarga.

3. Peran media:
a) Media Elektronik yang menggunakan istilah bahasa gaul dalam film-film
khusunya film remaja dan iklan, missal dari adegan percakapan di televisi.
Aritnya bahasa gaul tidak hanya terjadi karena kontak langsung antara
masyarakat itu sendiri, tapi sebagian besar karena “disuapi” oleh media.
7
b) Media Cetak, misalnya bahasa yang ada dalam majalah, surat kabar atau koran.
Selainitu, pembuatan karya sastra remaja misalnya cerpen atau novel yang umumnya
menggunakan bahasa gaul.
Dampak dari pembangunan dan perkembangan zaman atau modernisasi,
segala hal yang ada di lingkungan kita harus selalu terup-todate. Dampak dari
modernisasi yang paling terlihat adalah gaya hidup, seperti cara berpakaian, cara
belajar, aplikasi teknologi yang makin maju maupun cara bertutur kata
(pemakaian bahasa). Yang pasti, bahasa gaul akan selalu muncul dan
berkembang sesuai zaman masing-masing. Beberapa tahun lalu, istilah
“membleaje” atau “Biarin, yang penting kece” sempat ngetren. Istilah-istilah
tersebut lantas tenggelam dengan sendirinya, tergantikan oleh istilah lain. Di
antaranya, “sowhatgituloh”, “jayus”, dan “Kesian deh lo!”.

Dewasa ini, masyarakat sudah banyak yang memakai bahasa gaul dan parahnya
lagi generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan
generasi muda inilah yang banyak memakai bahasa gaul dari pada pemakaian bahasa
Indonesia. Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyrakat,
seharusnya kita menanamkan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Seiring dengan munculnya bahasa gaul dalam
masyarakat, banyak sekali dampak atau pengaruh yang ditimbulkan oleh bahasa gaul
terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa diantaranya sebagai
berikut:

1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul.


Aktivitas berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau
generasi negeri ini kian tenggelam dalam pudarnya bahasa Indonesia yang lebih dalam,
mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya
sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan
pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti
pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku
masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa
gaul.

8
2. Menurunnya Derajat Bahasa Indonesia.

Karena bahasa gaul yang begitu mudah untuk digunakan berkomunikasi dan hanya
orang tertentu yang mengerti arti dari bahasa gaul, maka remaja lebih memilih untuk
menggunakan bahasa gaul sebagai bahasa sehari-hari. Sehingga bahasa Indonesia semakin
pudar bahkan dianggap kuno di mata remaja dan juga menyebabkan turunnya derajat
bahasa indonesia.

3. Menyebabkan punahnya Bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa gaul yang semakin marak di kalangan remaja merupakan


sinyal ancaman yang sangat serius terhadap bahasa indonesia dan pertanda semakin
buruknya kemampuan berbahasa generasi muda zaman sekarang. Sehingga tidak dapat
dipungkiri suatu saat bahasa Indonesia bisa hilang karena tergeser oleh bahasa gaul di
masa yang akan datang.

9
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dari penulisan karya ilmiah diatas mengenai “Pudarnya penggunaan Bahasa Indonesia
oleh Bahasa Gaul di kalangan remaja” dapat diambil kesimpulan bahwa banyaknya
masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa gaul, singkatan-singkatan dalakomunikasinya
sehari-hari adalah penyimpangan dari penggunaan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal
ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan Bahasa Indonesia. Kurangnya kesadaran
untuk mencintai dan menggunakan Bahasa Indonesia di negeri sendiri akan berdampak lunturnya
atau hilangnya Bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat terutama di kalangan
remaja. Apalagi dengan maraknya dunia kalangan artis menggunakan bahasa gaul di media
massa dan elektronik, membuat remaja semakin sering menirukannya di kehidupan sehari-hari
hal ini sudah wajar karena remaja suka meniru hal-hal yang baru.

5.2 SARAN
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal yang digunakan dalam proses berpikir ilmiah
dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran
tersebut kepada orang lain, baik pikiran yang berlandaskan logika induktif maupun deduktif, untuk
itu kita sebagai mahasiswa yang berada di kalangan akademika seharusnya menanamkan sifat
disiplin dalam berbahasa Indonesia. Sehingga dengan sifat disiplin itulah akan menjadikan bahasa
Indonesia tetap lestari sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, jika
ada pengaruh bahasa “populer/gaul” yang masuk ke dalam bahasa Indonesia hendaknya
disesuaikan dengan kaidah berbahasa Indonesia, yang pada hakikatnya merupakan identitas
bangsa Indonesia

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2012.”Bahasa ‘gaul’ Merusak Bahasa Indonesia

”.http://iniirna.blogspot .co.id/2014/07/pengaruh-bahasa-alay-terhadap.html Diakses pada 19


September 2015.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Argot).

(http://id.wikipedia.org/wiki/Slang).

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka

11

Anda mungkin juga menyukai