Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen : Dra. Muslimat M. Nur, M.Hum
Kelompok 5
1. Andi Widad Sucitra (D121191013)
2. Muhammad Hijir Ismail (D121191001)
3. Alifah Nur Fadila (D121191003)
4. Muh. Yoga Triatmojo H.W (D121191007)
5. Abdul Khalik (D121191021)

Program Studi Teknik Informatika


Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin Makassar
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT., karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya berupa nikmat kesehatan, kesempatan, dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kami curahkan
kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang membawa kita dari alam gelap gulita menuju alam
yang terang benderang seperti sekarang ini.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada ibu Dra.Muslimat M.Nur,M.Hum selaku dosen
mata kuliah umum bahasa Indonesia Teknik Informatika kelas A yang telah membimbing kami.
Terima kasih juga kepada teman-teman kelompok yang telah berkontribusi dengan memberikan
ide-idenya sehingga makalah dengan judul “Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah” ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa membantu dalam kegiatan pembelajaran dan
menambah pengetahuan para pembaca dan juga kelompok kami. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Gowa, 9 September 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI
Sampul ………………………………………………………………………………… i
Kata Pengantar ………………………………………………………………………... ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………. iii
Bab I Pendahuluan …………………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………… 2
Bab II Pembahasan …………………………………………………………………..… 3
A. Pengertian Ragam Bahasa Ilmiah …………………………………………. 3
B. Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah ………………………………………. 3
C. Ciri Bahasa Ragam Ilmiah …………………………………………………. 9
D. Ragam Bahasa Pidato Ilmiah ………………………………………………. 9
Bab III Penutup ………………………………………………………………………… 11
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………… 11
3.2 Kritik dan Saran …………………………………………………………… 11
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………. 12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari peran bahasa, begitu pula seluruh elemen
masyarakat Indonesia terhadap bahasa Indoesia karena seluruh kegiatan manusia akan terikat erat
oleh bahasa. Bahasa tidak hanya digunakan dalam bentuk lisan, tetapi juga dalam bentuk tulisan.
Kita telah menyaksikan bahwa dalam kehidupan sehari-hari , baik interaksi intrapersonal,
interpersonal maupun yang lebih luas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa
memegang peran utama. Peran tersebut meliputi proses pada tingkat individu hingga suatu
masyarakat yang luas sehingga pada saat inilah fungsi bahasa secara umum, yaitu sebagai alat
untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuuk mengadakan integrasi dan adaptasi social
memberikan perannya.
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh
bangsa. Oleh sebab itu, bahasa merupakan alat mengungkapkan diri, baik secara lisan maupun
tulisan dari segi rasa, cipta, dan karsa secara efektif dan logis. Semua warga negara Indonesia harus
mahir dalam menggunakan bahasa Indonesia karena hal itu merupakan suatu keharusan dalam
pergaulan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, kita harus memajukan kepribadian
Indonesia di dalam dan di luar negeri. Kepribadian Indonesia dapat tercipta dari kemahiran
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti
bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita
akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, Pendidikan, agama, status social,
lingkungan social, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita
berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu tidak boleh
disamakan. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan rendah tidak dapat
disamakan dengan yang berpendidikan tinggi. Sedangkan bahasa yang benar berkaitan dengan
aspek kaidah, yakni aturan bahasa. Ada empat hal yan harus diperhatikan dalam aturan bahasa,
yaitu masalah tata bahasa, pilihan kata, tanda baca, dan ejaan. Pengetahuan atas tata bahasa dan
pilihan kata harus dimiliki dalam penggunaan bahasa tulis.
Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai
dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini berkaitan dengan topik yang dibicarakan, tujuan
pembicaraan, orang yang diajak berbicara atau pembaca jika secara tulisan, dan tempat
pembicaraan. Penggunaan bahasa yang baik terlihat dari penggunaan kalimat-kalimat efektif, yaitu
kalimat yang dapat menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Sedangkan penggunaan bahasa
yang benar tergambar dalam penggunaan kalimat-kalimat yang gramatikal, yaitu kalimat-kalimat
yang gramatikal, yaitu kalimat yang memenuhi kaidah tata bunyi, tata bahasa, kosakata, istilah,
dan ejaan.
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa ilmiah?
2 Apa saja karakteristik ragam bahasa ilmiah?
3 Apa saja ciri-ciri ragam bahasa ilmiah?
4 Apa ragam bahasa pidato ilmiah?
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui ragam bahasa ilmiah.
2. Untuk mengetahui karakteristik ragam bahasa ilmiah.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri ragam bahasa ilmiah.
4. Untuk mengetahui ragam bahasa pidato ilmiah.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahasa Ragam Ilmiah
Bahasa merupakan alat bantu untuk mengomunikasikan berbagai hal. Sebagai contoh,
seorang penulis mempelajari bahasa dalam Kamus Tesaurus untuk mendapatkan gaya bahasa yang
unik dan khas, sehingga pembaca terkesan dengan tulisannya yang hidup dan menarik. Selanjutnya
seorang politisi mempelajari bahasa untuk menemukan ciri kata/kalimat yang khas serta gaya
bahasa yang dapat menyentuh hati orang-orang di sekitarnya, sehingga dapat memengaruhi
mereka. Para ahli ilmu jiwa (psikologi dan psikiater) mempelajari bahasa agar dapat menemukan
kata-kata/kalimat positif yang dapat membantu penyembuhan pasiennya.
Berdasarkan pemakaiannya bahasa Indonesia terbagi dua, yaitu penggunaan bahasa baku
dan tidak baku. Dalam situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi
digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tidak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar,
dapat menggunakan ragam bahasa tidak baku. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang
pemakaiannya berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, dan orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan.
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang
digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk
memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa Indonesia
diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik secara tertulis
maupun secara lisan. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik
(mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah
(karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat
resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi
B. Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah
1. Cendekia
Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat cendekia. Artinya, bahasa ilmiah itu mampu digunakan
secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk
pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima
secara tepat oleh pembaca. Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang
objektif sehingga suku-suku kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah
kalimat digunakan untuk mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas,
dua gagasan beserta hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya.
Perhatikan contoh kalimat cendekia di bawah ini!
(1) Kemajuan informasi pada era globalisasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-
nilai moral bangsa Indonesia terutama pengaruh budaya barat yang masuk ke negara
Indonesia yang dimungkinkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan moral bangsa
Indonesia.
(2) Pada era globalisasi informasi ini dikhawatirkan akan terjadi pergeseran nilai-nilai moral
bangsa Indonesia terutama karena pengaruh budaya barat yang masuk ke Indonesia.
Contoh kalimat (2) di atas secara jelas mampu menunjukkan hubungan kausalitas, tetapi hal
itu tidak terungkap secara jelas pada contoh (1). Kecendekiaan bahasa juga tampak pada ketepatan
dan keseksamaan penggunaan kata. Karena itu, bentukan kata yang dipilih harus disesuaikan
dengan muatan isi pesan yang akan disampaikan.
(3) (4)
pemaparan paparan
pembuatan buatan
pembahasan bahasan
pemerian perian
Kata-kata pada contoh (3) menggambarkan suatu proses, sedangkan contoh (4)
menggambarkan suatu hasil. Dalam pemakaian bahasa ilmiah, penggunaan kedua jenis bentukan
kata tersebut perlu dilakukan secara cermat. Kalau paparan itu mengacu pada proses, kata-kata
yang cocok adalah kata-kata pada contoh (3), tetapi kalau paparan itu mengacu pada hasil,
kata·kata yang cocok adalah kata-kata pada contoh (4).
(5) Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para
ahli psikologi bahwa korteks adalah pusat otak yang paling rumit.
(6)Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Menurut para ahli
psikologi korteks adalah pusat otak yang paling rumit.
Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara
cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis. Pilihan kata maka dan
bahwa pada contoh (5) termasuk mubazir. Oleh sebab itu, kata tersebut perlu dihilangkan
sebagaimana contoh(6).
(7) Meskipun sudah diuraikan, namun paparannya belum jelas .
Meskipun sudah diuraikan, papararnya belum jelas .
Paparannya sudah diuraikan, namun belum jelas.
(8) Mulai sejak penentuan masalah penelitian itu tidak jelas arahnya.
Mulai penentuan masalah, penelitian itu tidak jelas arahnya.
Sejak penentuan masalah, penelitian itu tidak jelas arahnya.
Kerancuan pilihan kata dalam artikel ilmiah perlu dihindari. Kerancuan pilihan kata pada
umumnya terjadi karena dua struktur kalimat yang digabung menjadi satu. Untuk
membetulkannya perlu dikembalikan pada struktur asal. Pilihan kata meskipun dan namun
serta mulai dan sejak pada contoh (7) rancu. Untuk itu, perlu dikembalikan pada struktur asal
sebagaimana contoh (8).
(9) Peneliti terdiri orang-orang yang mewakili lembaga.
Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok.
(10) Peneliti terdiri atas orang·orang yang mewakili lembaga.
Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok.
Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis yang tidak
cermat tampak pada contoh (9) terdiri dan dengan. Pilihan kata yang cermat tampak pada contoh
(10).
2. Lugas dan Jelas
Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah
secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna
yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari
kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu
dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang jelas dan
hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya
akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.Perhatikan contoh kalimat lugas di bawah ini!
(1) Para pendidik yang kadangkala atau bahkan sering kena getahnya oleh ulah sebagian,
anak-anak mempunyai tugas yang tidak bisa dikatakan ringan.
(2) Para pendidik yang kadang-kadang atau bahkan sering terkena akibat ulah sebagian
anak-anak mempunyai tugas yang berat.
Kalimat (1) bermakna tidak lugas. Hal itu tampak pada pilihan kata kena getahnya dan tidak
bisa dikatakan ringan.Kedua ungkapan itu tidak mampu mengungkapkan gagasan secara
lugas.Kedua ungkapan itu dapat diganti terkena akibat dan berat yang memiliki makna langsung,
separti kalimat (2).Perhatikan contoh kalimat jelas berikut!
(3) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari penanaman
moral di rumah yang dilakukan melalui mata pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang
merupakan mata pelajaran paling strategis karena langsung menyangkut tentang moral
Paneasila, juga diintegrasikan ke dalam mata pelajaran-mata pelajaran Agama, IPS,
Sejarah, PSPB, dan Kesenian.
(4) Penanaman moral di sekolah sebenarnya merupakan kelanjutan dari
penanaman moral di rumah. Penanaman moral di Sekolah dilaksanakan melalui mata
pelajaran Pendidikan Moral Paneasila yang merupakan mata pelajaran paling strategis
karena langsung menyangkut tentang moral Paneasila. Di samping itu, penanaman moral
Pancasila juga diintegrasikan ke dalam mata pelajararan-mata pelajaran Agama, IPS,
Sejarah, PSPB, dan Kesenian.
Contoh (3) tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat
terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antargagasan yang
disampaikan. Hal itu berbeda dengan contoh (4), kalimat-kalimatnya pendek sehingga mampu
mengungkapkan gagasan secara jelas. Ini tidak berarti bahwa dalam menulis artikel ilmiah tidak
dibenarkan membuat kalimat panjang.Kalimat panjang boleh digunakan asalkan penulis cermat
dalam menyusun kalimat sehingga hubungan antargagasan dapat diikuti secara jelas.
Untuk membentuk kalimat yang memiliki gagasan yang jelas diperlukan kiat khusus. Gagasan
yang akan dituangkan ditata secara sistematis. Dengan tataan itu dapat ditentukan apakah sebuah
gagasan dituangkan dalam sebuah kalimat atau dalam sejumlah kalimat. Jika gagasan itu cukup
dituangkan dalam sebuah kalimat, tidak perlu gagasan itu dituangkan dalam sejumlah
kalimat.Sebaliknya, apabila sebuah gagasan tidak cukup diungkap dalam sebuah kalimat, jangan
dipaksa diungkap dalam sebuah kalimat. Kalimat (3) berisi gagasan yang tidak dapat diungkap
dalam sebuah kalimat. Untuk itu, kalimat (3) perlu dipecah sebagaimana tertera pada kalimat (4).
(5) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk segenap lapisan
masyarakat. Sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya teknologi
mutakhir.
(6) Pendidikan teknologi perlu dimulai dan digalakkan untuk seganap lapisan
masyarakat sehingga masyarakat tidak buta teknologi, termasuk di dalamnya teknologi
mutakhir.
Contoh (5) berikut merupakan contoh pengungkapan gagasan yang salah. Gagasan pada
contoh (5) seharusnya diungkap sebagaimana contoh (6).

3. Menghindari Kalimat Fragmentasi


Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat
fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya
keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan
gagasan yang diungkapkan. Perhatikan contoh kalimat fragmentaris di bawah ini!
(1) Harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Fragmentaris)
(2) Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Lengkap)

4. Bertolak dari Gagasan


Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah
mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang
diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi
oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
Perhatikan contoh kalimat bertolak dari gagasan di bawah ini!
(1) Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina
anak berbakat sangat penting.
(2) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak
berbakat sangat penting.
Contoh kalimat (1) beroriantasi pada penulis. Hal itu tampak pada pemilihan kata penulis (yang
menjadi sentral) pada kalimat tersebut. Contoh (2) berorientasi pada gagasan
dengan menyembunyikan kehadiran penulis. Untuk menghindari hadirnya pelaku dalam paparan,
disarankan menggunakan kalimat pasif. Orientasi pelaku yang bukan penulis yang tidak
berorientasi pada gagasan juga perlu dihindari. Oleh sebab itu, paparan yang melibatkan pembaca
dalam kalimat perlu dihindari.Perhatikan contoh kalimat di bawah ini!
(3) Kita tahu bahwa pendidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam
pananaman moral Pancasila.
(4) Perlu diketahui bahwa pandidikan di lingkungan keluarga sangat penting dalam
pananaman moral Pancasila.
Contoh (3) merupakan penyempurnaan dari contoh (4) yang berorientasi pada pelaku bukan
penulis. Dari Contoh-contoh di atas, bukan berarti bahwa kalimat aktif tidak boleh digunakan
dalam karangan ilmiah. Kalimat aktif yang berorientasi pada gagasan dapat digunakan
sebagaimana contoh berikut.
(5) Soedjito (1998) menyatakan bahwa yang paling berpengaruh pada mutu proses
balajar mengajar adalah sistem penilaian.
(6) Perkembangan teknologi komputer berjalan sangat cepat.

5. Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa
dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Bentukan kata yang
formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam
bahasa Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib
(subyek dan predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas, kebernalaran isi, dan
tampilan esei formal.Perhatikan contoh di bawah ini!
Kata Formal Kata Informal
Berkata Bilang
Membuat Bikin
Hanya Cuma
Memberi Kasi
Bagi Buat
Daripada Ketimbang

6. Objektif
Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan
gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur kalimat
yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak cukup
dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga diwujudkan dalam
panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak digunakan.Perhatikan contoh
kalimat objektif berikut ini !
(1) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti betapa besarnya peranan orang tua dalam
pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut kiranya dapat disimpulkan sebagai
berikut.
(2) Contoh-Contoh itu telah memberikan bukti besarnya peranan oraug tua dalam
pembentukan kepribadian anak. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.
Hadirnya kata betapa dan kiranya pada contoh (1) menimbulkan sifat subjektif. Berbeda
dengan contoh (2) yang tidak mengandung unsur subjektif.
(3) Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali adanya
masalah.
(4) Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph. Penelitian diawali adanya masalah.
Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional.
Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari.
Penulisan kalimat (3) berikut perlu dihindari karena barsifat subjektif/emosional.
Penulisan kalimat yang tidak subjektif tampak pada contoh (4)

7. Ringkas dan Padat


Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir.
Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan
gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap
sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah
terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak
adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan dalam tulisan ilmiah. Perhatikan contoh kalimat
ringkas dan padat berikut ini !
(1) Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia.
(2) Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan dasar
pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia.
Contoh (1) berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat, sedangkan contoh (2) adalah
bahasa yang tidak ringkas. Hadirnya kata sebagaimana tersebut pada paparan dan kata dan dasar
pegangan hidup dan kehidupan pada kalimat (2) tidak memberi tambahan makna yang
berarti.Dengan demikian, hadirnya kata-kata tersebut mubazir.
(3) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Jadi, tidak ada pelaksanaan proyek yang menyalahi aturan.Artinya, pelaksanaan
proyek itu sudah benar.Isu negatif yang selama ini berkembang tidak benar.
(4) Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) terungkap bahwa proyek itu telah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang
berlaku. Isu nagatif yang selama ini berkembang tidak benar.
Keringkasan dan kepadatan panggunaan bahasa tulis ilmiah tidak hanya ditandai dengan tidak
adanya kata-kata yang berlebihan, tetapi juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf
yang berlebihan dalam artikel ilmiah. Contoh (3) dan (4) berikut dapat memperjelas keringkasan
dan kepadatan bahasa tulis ilmiah. Hadirnya kalimat yang dicetak miring pada contoh (3) tidak
memberi tambahan makna yang berarti.Dengan demikian, kalimat itu perlu dibuang sebagaimana
contoh (4).

8. Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah
unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu semua
selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan untuk
mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu, apabila
pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama), pada uraian
selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut. Perhatikan contoh kalimat konsisten berikut ini !
(1) Untuk mengatasi penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran,
pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan, semua kendaraan ekstra.
Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagimuslim Bosnia. Bagi mereka
yang penting adalah pencabutan embargo persenjataan.
(2) Untuk penumpang yang melimpah menjelang dan usai lebaran, telah disiapkan
kendaraan yang eukup. Pengusaha angkutan dihimbau mengoperasikan semua kendaraan
ekstra. Perlucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi muslim Bosnia. Untuk
mereka yang penting adalah peneabutan embargo persenjataan.
Contoh (2) tidak konsisten dengan kaidah yang berlaku. Sementara itu, contoh yang
konsisten adalah contoh (1).

C. Ciri Bahasa Ragam Ilmiah


a. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah pada bahasa
Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukan kata, frasa,
klausa, kalimat, dan paragraf).
b. Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta yang dapat diterima akal sehat
(logis).
c. Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu makna. Hal ini tergantung
pada ketepatan memilih kata/diksi dan penyusunan struktur kalimat. Jadi, kalimat yang
digunakan harus efektif.
d. Kata yang dipilih harus bernilai denotatif, yaitu makna yang sebe narnya.
e. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus padat isi/bernas. Oleh sebab itu, penggunaan
kata dalam kalimat seperlunya saja, tetapi pemilihannya tepat.
f. Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea harus lugas, yaitu langsung menuju pada
sasaran.
g. Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara run tun/sistematis.
h. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak menimbulkan salah
tafsir/ambigu.

D. Ragam Bahasa Pidato Ilmiah


Ragam pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis, antara lain: presentasi makalah ilmiah,
presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi disertasi dan pidato pengukuhan guru besar.
Penulisan makalah ilmiah dilanjutkan dengan presentasi, diskusi dan tanya jawab. Adapun
penulisan skripsi, tesis dan disertasi dilanjutkan dengan presentasi, pertanyaan ujian, dan diakhiri
dengan penentuan kelulusan.
Untuk mendapat hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu:
a. Etika ilmiah, makdsunya bahwa seseorang presenter ilmiah (1) harus menggunakan ragam
bahasa ilmiah, (2) penalaran ilmiah, (3) bersikap obejktif, (4) menggunakan kalimat yang
terukur kebenarannya, (5) mematuhi aturan formal presentasi, (6) mempresentasikan
seluruh materi (secara singkat) sesuai dengan waktu yang ditentukan, (7) mengutip
konsep, data, dan pendapat dengan menyebutkan sumbernya, (8) mengutip data yang
relevan dengan pembuktian, (9) tidak mempresentasikan masteri di luar bahasa karya
ilmiah, (10) dapat menjawab pertanyaan pendengar atau penguji atas bahasa materi,
konsep, data, kata, istilah, penalaran, pembuktian, konsekuensi logis dari karya ilmiahnya,
(11) mencermati setiap respon pendengar (penguji).
b. Ketentuan lembaga (universitas), yaitu (1) mengikuti format penulisan sesuai dengan
ketentuan lembaga atau universitas, (2) mengikuti produser (aturan) yang berlaku pada
lembaga atau universitas, (3) mengikuti sistem yang berlaku pada lembaga atau
universitas.
c. Kemampuan personal, yakni, (1) bersikap simpatik, sopan dan hormat kepada pendengar
(penguji), (2) bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukkan kemampuan diri
berlebiha, (3) menghindari subjektivitas dengan menggunakan akau, saya rasa, saya pikir,
dan lain-lain. Sebaiknya seseorang presenter menggunakan kata pengalaman
membuktikan ..., uji coba menunjukkan, dan lain-lain, (4) berpakaian sopan, (5)
menunjukkan sikap positif, serius, cermat, dan percaya diri.
d. Kemampuan teknis, yakni (1) menganalisis data primer dan sekundewr, baik kualitatif
maupaun kuantitatif, (2) mengaplikasikan penggunaan pustaka, (3) melengkapi
pembuktian (sumber) teori, (4) menggunakan saran visual seperti, LCD, OHP, peraga, dan
data (dokumen), (5) memvisualkan data pendukung gambar, grafik, atau data lain yang
relevan.
Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter juga dituntut untuk berusaha sekiuat tenaga agar
bahasa Indonesia ilmiah sebagaimana yang dikemukakan di atas. Sementara itu, beberapa fasilitas
dalam penggunaan bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya adanya kesempatan untuk
mengulang-ulang, menekankan dengan menggunakan intonasi, jeda, dan unsur intonasi lainnya.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa Indonesia ragam ilmiah adalah salah satu bahasa Indonesia yang digunakan dalam
menulis karya ilmiah.Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah sebagai berikut :
1) Cendikia
2) Lugas dan Jelas
3) Bertolak dari gagasan
4) Formal
5) Obyektif
6) Ringkas dan padat
7) Konsisten
Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti
memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau
gabungan dari keempat hal tersebut secara tertulis dan lisan. Ciri-ciri penggunaan ragam ilmiah
dalam penulisan Ilmiah di antaranya : Baku, Logis, Kuantitatif, Tepat, Denotatif, dan Runtun.
3.2 Kritik dan Saran
Sebaiknya kita atau siapa pun penduduk di Indonesia menggunakan ragam bahasa yang baik
dan benar sehingga keberadaan ragam bahasa itu sendiri tidak punah dengan adanya
bahasa- bahasa yang terkadang jauh dari aturan bahasa yang ada di Indonesia bahkan bertentangan
DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT: Nusa Indah.

Rahardi, Kunjawa. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Penerbit Erlangga

http://blog.unnes.ac.id/suparno/2016/04/26/ragam-bahasa-ilmiah/

Anda mungkin juga menyukai