Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHASA INDONESIA

LOGIKA DAN PENALARAN

DISUSUN OLEH

Kelompok : 3
Nama : Silvi Nurul Damayanti (2210603007)
Astriyani (2210603008)
Janati Primadani (221060309)

Dosen Pengampuh : Ibu Hakiki Pangestu M.Pd

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG TAHUN AJARAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu,alaikum wr. wb
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta
alam yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada junjungan umat Islam Nabi Muhammad SAW,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “LOGIKA DAN
PENALARAN” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah


wawasan dan memahami secara mendalam tentang logika dan penalaran bagi
pembaca, pendengar dan juga penyusun.

Terimakasih kepada Ibu Hikiki Pangestu, M.Pd selaku dosen pengampu


mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Terwujudnya makalah ini tidak terlepas bantuan dan dukungan narasumber
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari
makalah ini terdapat kekurangan dan kekhilafan dan masih jauh dari kata
sempurna.

Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik konstruktif


yang membangun dari semua pembaca/pendengar guna menjadi acuan untuk
kesempurnaan makalah dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bisa
menambah wawasan bagi pembaca/pendengar dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamu’alaikum wr. wb

Palembang, 21 September 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I (PENDAHULUAN)
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................ 2
BAB II (PEMBAHASAN)
2.1 Pengertian Logika..................................................................................... 3
2.2 Fungsi Logika........................................................................................... 5
2.3 Pengertian Penalaran................................................................................. 6
2.4 Macam-macam Penalaran.......................................................................... 7

BAB III (PENUTUP)

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 11
3.2 Saran........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar belakang


Logika adalah ilmu dan keterampilan . “Logika” berasal dari kata Yunani “logos”
yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. logos dalam pengertian ilmu atau kajian
memiliki hubungan yang erat dengan salah satu aspek kajian yang menjadi objek formal dari
ilmu bersangkutan sekaligus membedakan ilmu tersebut dari ilmu-ilmu lainnya. Penalaran
berkaitan erat dengan aktivitas akal budi manusia “berpikir”. Berpikir itu sendiri adalah
bagian dari kehidupan manusia. Dengan berpikir, kita mampu berdialog, menulis, mengkaji
suatu uraian, mendengarkan penjelasan-penjelasan, dan mencoba menarik kesimpulan dari
apa yang kita lihat dan kita dengar. Tetapi berpikir yang sering dirasa bersifat spontan itu bisa
saja dianggap sebagai sesuatu yang mudah, gampang, dan biasa-biasa. Namun apabila
diselidiki lebih lanjut, terutama bila dipraktekkan sungguh-sungguh, ternyata bahwa berpikir
dengan teliti, tepat, dan teratur merupakan kegiatan yang cukup sukar. Manakala kita meneliti
dengan saksama dan sistematis berbagai penalaran, mungkin saja akan kita temui banyak
kejanggalan, kekeliruan, dan penalaran yang tidak “nyambung”.
Hal itu disebabkan antara lain karena dalam berpikir orang mudah tertangkap dalam
perasaan-perasaannya, menganggap benar apa yang disukainya, terpengaruh prasangka,
kebiasaan, dan pendapat umum. Dalam keadaan yang demikian, kita sulit mengajukan alasan
yang tepat atau menunjukkan mengapa suatu pendapat tidak dapat diterima. Karena itu dalam
kegiatan berpikir, kita dituntut untuk sungguh-sungguh melakukan pengamatan yang kuat
dan cermat supaya sanggup melihat hubungan-hubungan, kejanggalan-kejanggalan, dan
kesalahan-kesalahan yang terselubung. Logika muncul bersama dengan filsafat. Itu tidak
berarti logika berdiri sendiri sebagai satu disiplin di samping filsafat melainkan bahwa dalam
filsafat Barat – sudah nyata pemikiran yang logis. Untuk menetapkan dengan pasti kapan
“hari lahir” logika tidak mungkin. Umumnya diterima bahwa orang pertama yang melakukan
pemikiran sistematis tentang logika adalah filsuf besar Yunani Aristoteles (384-322 M).
menarik, karena Aristoteles sendiri tidak menggunakan istilah “logika”. Apa yang sekarang
kita kenal sebagai logika, oleh Aristoteles dinamakan “Analitika” – penyelidikan terhadap
argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari putusan-putusan yang benar – dan
“Dialektika” – penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari
putusan-putusan yang masih diragukan.
1.2    Perumusan masalah
dalam penulisan makalah ini penulis mencoba menuliskan berbagai permasalahan
yang akan di bahas mengenai penalaran dalam logika sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari logika ?
2. Apakah fungsi dari logika untuk kehidupan sehari-hari ?
3. Apa pengertian dari penalaran ?
4. Apa saja macam-macam penalaran ?

1.3    Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengerti dan mengetahui yang dimaksud dengan penalaran dan logika.
2. Mengerti dan memahami yang di maksud dengan penalaran dalam logika.
3. Mengetahui fungsi logika dalam kehidupan sehari-hari.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Pembaca mengetahui pengertian logika dan penalaran


2. Pembaca dapat mengimplementasikan penggunaan logika dan nalar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Logika


Logika diturunkan dari kata “logike” (bahasa yunani), yang berhubungan dengan kata
benda logos, suatu yang menunjukkan kepada kita adanya hubungan yang erat dengan pikiran
dan kata yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Jadi, secara etimologi, logika adalah
ilmu yang mempelajari pikiran melalui bahasa. Logika juga bisa dikatakan penarikan
kesimpulan dari apa yang dianggap benar dari suatu proses penalaran. Namun apabila
diselidiki lebih lanjut, terutama bila dipraktekkan sungguh-sungguh, ternyata bahwa berpikir
dengan teliti, tepat, dan teratur merupakan kegiatan yang cukup sukar. Manakala kita meneliti
dengan saksama dan sistematis berbagai penalaran, mungkin saja akan kita temui banyak
kejanggalan, kekeliruan, dan penalaran yang tidak “nyambung”.
Hal itu disebabkan antara lain karena dalam berpikir orang mudah tertangkap dalam
perasaan-perasaannya, menganggap benar apa yang disukainya, terpengaruh prasangka,
kebiasaan, dan pendapat umum. Dalam keadaan yang demikian, kita sulit mengajukan alasan
yang tepat atau menunjukkan mengapa suatu pendapat tidak dapat diterima. Karena itu dalam
kegiatan berpikir, kita dituntut untuk sungguh-sungguh melakukan pengamatan yang kuat
dan cermat supaya sanggup melihat hubungan-hubungan, kejanggalan-kejanggalan, dan
kesalahan-kesalahan yang terselubung. Logika muncul bersama dengan filsafat. Itu tidak
berarti logika berdiri sendiri sebagai satu disiplin di samping filsafat melainkan bahwa dalam
filsafat Barat – sudah nyata pemikiran yang logis. Untuk menetapkan dengan pasti kapan
“hari lahir” logika tidak mungkin. Umumnya diterima bahwa orang pertama yang melakukan
pemikiran sistematis tentang logika adalah filsuf besar Yunani Aristoteles (384-322 M).
menarik, karena Aristoteles sendiri tidak menggunakan istilah “logika”. Apa yang sekarang
kita kenal sebagai logika, oleh Aristoteles dinamakan “Analitika” – penyelidikan terhadap
argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari putusan-putusan yang benar – dan
“Dialektika” – penyelidikan terhadap argumentasi-argumentasi yang bertitik-tolak dari
putusan-putusan yang masih diragukan.
Logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat.
Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Logika itu adalah cara berpikir manusia yang
disusun berdasarkan pola tertentu. Berpikir adalah objek material logika. Berpikir disini
adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir, manusia ‘mengolah’,
‘mengerjakan’ pengetahuan yang telah diperolehnya. Dengan ‘mengolah’ dan
‘mengerjakannya’ ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan,
serta menghubungkan pengertian yang satu dengan penegertian yang lainnya.

Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Karena
berfikir lurus dan tepat, merupakan objek formal logika. Di samping dua filusuf di atas
(Cicero dan Alexander Aphrodisias) Aristoteles  pun telah berjasa besar dalam menemukan
logika. Namun, Aristoteles belum memakai nama logika. Aristoteles memakai istilah
‘analika’ dan ‘dialektika’. Analika untuk penyelidikan mengenai argumentasi yang bertitik
tolak dari putusan-putusan yang benar sedangkan dialektika untuk penyelidikan mengenai
argumentasi yang bertitik tolak hipotsesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya.

Setelah Aristoteles meninggal, naskah-naskah ajarannya mengenai penalasaran, olah


para pengikutnya telah dihimpun menjadi satu. Himpunan tersebut mengenai ajaran
Aristoteles mengenai penalaran termuat dalam eman naskah, yaitu sebagai berikut:

1. Ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis pengertian
umum.
2. On Interpretation (tentang penafsiran). Membahas mengenai komposisi dan hubungan
dari keterangan sebagai satuan pikiran. Dalam hal ini Aristoteles membahas suatu
yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur sangkar pertentangan.
3. Prior Analyties (analika yang lebih dahulu). Memuat mengenai teori silogisme dalam
ragam dan pola-polanya.
4. Posterior Analyties (analika yang lebih dahulu). Membicarakan tentang pelaksanaan
dan penerapan, penalaran silogistik dalam pembuktian ilmiah sebagai materi dari
silogisme.
5. Topics (mengupas dialektika). Dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan
berdasarkan permis-permis yang boleh jadi benar
6. Sohistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis). Membahas mengenai sifat
dasar dan penggolongan sesat piker..
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan namun untuk sesuai dengan
tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah, maka dilakukan penelaahan
yang seksama hanya terhadap dua jenis penarikan kesimpulan yakni logika induktif dan
logika deduktif.

Logika sendiri dapat dibagi menjadi dua, sebagai berikut :

1. Logika Alamiah

Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat
dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan
dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah
manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika
alamiah ini sifatnya masih murni.

2. Logika Ilmiah

Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang
merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya
pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih
teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah
ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi.

2.2 Fungsi Logika

Dibawah ini merupakan beberapa kegunaan dari logika, diantaranya sebagai berikut:

1. Untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam berfikir dengan secara cermat serta
lebih obyektif.
2. Untuk dapat mempertajam cara berfikir dan supaya lebih mandiri dalam
menyelesaikan suatu permasahan.
3. Untuk dapat membantu dalam menghindari kesalahan atau juga kekeliruan terhadap
suatu hal/pernyataan.
4. Untuk dapat mendorong seseorang supaya terbiasa berfikir sendiri sesuai peraturan
yang sistematis.
5. Untuk dapat melakukan analisi terhadap suatu peristiwa atau kejadian.
6. Untuk dapat membantu berfikir dengan secara lebih kritis dan juga tepat.

Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan
bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir
benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena itu logika
mendidik manusia bersikap obyektif, tegas dan berani.

Contoh Logika

Contohnya penerapan ilmu logika dalam kehidupan misalnya pada manusia yang
mengalami penyakit serak pada tenggorokan maka pengobatannya dapat dilakukan dengan
minum air putih logikanya air putih adalah cairan yang diperlukan manusia untuk menjaga
keseimbangan tubuh, memberi kekuatan kepada leukosit untuk menjalankan tugasnya
menghasilkan makrofag untuk membunuh patogen yang masuk, menjadikan kekebalan tubuh
meningkat sehingga luka yang dihinggapi bakteri akan sembuh dan akhirnya tenggorokan
menjadi lapang dan dikatakan sembuh.

2.3    Pengertian Penalaran


Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, penalaran berasal dari kata nalar yang berarti
pertimbangan baik buruk, budi pekerti dan akal budi. Dari pengertian tersebut terdapat kata
akal yang merupakan sarana untuk berfikir. Kemampuan menalar hanya di miliki oleh
manusia. Dengan kemampuan menalar manusia dapat mengembangkan pengetahuan
lainyang kian hari kian berkembang. Dari pengetahuan hasil penalaran, manusia dapat
menentukan nilai moral, etika dan estetika.
Penalaran yaitu proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera atau observasi
empirik yang menghasilkan sejumlah pengertian dan proposisi sekaligus. Penalaran erat
kaitannya dengan penyimpulan, argumen dan bukti. Penyimpulamn dalam arti yang
sebenarnya tidak mencakup aktivitas menemukan proposisi-proposisi disusun dalam premis.,
akan tetapi hanya memakai hubungan proposisi-proposisi dalam premis dan menentukan
konklusinya..
Tujuan manusia mengembangkan pengetahuan  adalah untuk mengatasi dan
memenuhi tantangan hidup. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penalaran akan terus
berkembang. Faktor yang menyebabkan pengetahuan berkembang dengan pesat adalah :
1. Bahasa
Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat efektif dan penting dalam
kehidupan manusia yang berfungsi untuk menyampaikan informasidan jalan fikiran yang
melatar belakangi informasi tersebut kepada orang lain, baik secara lisan maupun tulisan.

2.   Mempunyai kerangka berfikir tertentu   


Kerangka berfikir yang dimaksud adalah di mulai dengan mengamati fakta dan data,
menganalisa hubungan sebab akibat sampai kepada penarikan sebuah kesimpulan.
Penalaran merupakan kegiatan berfikir  yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
menemukan kebenaran. Karekteristik tersebut ditandai dengan pola berfikir yang  runtut
dengan menggunakan kaidah-kaidah  yang baku.

Ciri-ciri penalaran:
      Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika (penalaran merupakan
suatu proses berpikir logis).
      Sifat analitik dari proses berpikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Perasaan intuisi merupakan cara berpikir
secara analitik.

2.4 Macam-macam Penalaran

Penalaran dibagi menjadi dua jenis yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif:
a.    Penalaran induktif
Penalaran induktif adalah proses penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk
semua/banyak) atas dasar pengetahuan tentang kasus-kasus individual (khusus). Penalaran
induktif adalah tipe penalaran yang berawal dari sekumpulan contoh fakta spesifik menuju
kesimpulan umum. Penalaran induktif berkaitan erat dengan pengamatan inderawi
(observasi) atas kasus-kasus sejenis lalu disusunlah pernyataan-pernyataan yang sejenis pula
sebagai dasar untuk menarik kesimpulan yang berlaku umum. Penalaran ini menggunakan
premis dari objek yang diuji untuk menghasilkan kesimpulan tentang objek yang belum diuji.
Contoh argumen induktif:
Premis 1 : Kuda Sumba punya sebuah jantung
Premis 2 : Kuda Australia punya sebuah jantung
Premis 3 : Kuda Amerika punya sebuah jantung
Premis 4 : Kuda Inggris punya sebuah jantung
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung
Dari contoh di atas terlihat bahwa kesimpulan dalam penalaran induktif merupakan
generalisasi sehingga kesimpulan itu pasti lebih luas dari premis atau titik pangkal pemikiran.
Dengan demikian selalu ada bahaya bahwa orang menarik kesimpulan umum dari alasan
yang tidak mencukupi, atau menganggap sudah pasti sesuatu yang belum pasti. Generalisasi
tergesa-gesa dapat menjerumuskan kita sehingga kita menarik kesimpulan umum tentang
sesuatu yang sebenarnya tidak berlaku umum. Untuk itu perlu dipelajari secara ilmiah syarat-
syarat yang harus dipenuhi agar dari jumlah kejadian yang kecil atau sedikit sebagai sample
kita dapat menarik kesimpulan yang berlaku umum tanpa melanggar kebenaran.
Penalaran induktif bertitik tolak dari kasus-kasus individual dan menarik kesimpulan
umum. Kesimpulan dalam penalaran induktif tersebut merupakan sintesis atau penggabungan
dari apa yang disebut sebagai titik pangkal pemikiran/premis, maka penalaran induktif
disebut juga penalaran sintesis. Karena itu pula penalaran induktuf tidak bersifat sahih atau
tidak sahih melainkan apakah kesimpulan dari suatu penalaran induktif lebih probabel
dibandingkan dengan yang lain. Kalau begitu benarnya kesimpulan dalam penalaran induktif
bergantung pada sample yang dijadikan alasan. Kalau alasan (premis) mencukupi maka
kesimpulan benar (bukan pasti benar); sedangkan jika alasan (premis) tidak mencukupi maka
kesimpulannya mungkin benar.

b.    Penalaran deduktif


Penalaran deduktif adalah penalaran dari suatu fakta yang umum ke fakta
yang spesifik. Dengan kata lain,  penalaran deduktif mencapai suatu kesimpulan spesifik
berdasarkan suatu hal yang umum.Penalaran deduktif biasa digunakan untuk membuktikan
suatu pernyataan baik berupa teorema matematika, argumen legal, atau teori saintifik.
Penalaran deduktif membawa pada suatu pernyataan yang benar, diberikan premis‐premis
bernilai benar.
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan
membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan
kesimpulan yang tidak tepat.
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai
kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang
spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik
suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana
planet-planet bergerak, Isaac Newtonmenyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19,
Adams dan LeVerrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan
keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang
gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).

Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah
Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
Sokrates adalah manusia. (premis minor)
Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)
Contoh dari argument deduktif :
Premis 1 : Setiap mamalia punya sebuah jantung
Premis 2 : Semua kuda adalah mamalia
Konklusi : Setiap kuda punya sebuah jantung
Penarikan kesimpulan secara deduktif memakai pola berpikir yang disebut silogisme.
Silogisme adalah argumentasi yang terdiri dari tiga penyataan. Dalam silogisme itu, dari dua
penyataan yang sudah diketahui (premis), kita turunkan pernyataan yang ketiga (kesimpulan).
N Deduktif Induktif
o
1 Jika semua premis benar maka kesimpulan Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar,
pasti benar tapi tak pasti benar.
2 Semua informasi atau fakta pada Kesimpulan memuat informasi yang tak ada,
kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara bahkan secara implisit, dalam premis.
implisit, dalam premis.
3 Penalaran deduktif adalah dasar untuk Penalarn induktif tidak bisa siap dipakai untuk
membangun dan menilai prinsip-prinsip membenarkan induksi.
ilmu
4 Kesimpulan dalam penalaran deduktif Kesimpulan dalam penalaran induktif bersifat
bersifat analitis karena itu pasti seratus generalisasi, sintesis karena itu tidak menjamin
persen kalau argumentasinya sahih dari kepastian mutlak.
sudut logika formal.

Perbedaan antara penalaran induktif dan penalaran deduktif :


Hakikat dari penalaran adalah berfikir secara logis dan sistematis dengan mengikuti
alur tertentu  berdasarkan pengamatan dan penginderaan dalam menemukan suatu kebenaran.
Penalaran yang merupakan suatu proses mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya logika
2. Bersifat analitik
Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran bersumber pada rasio dan fakta.
Pendapat yang mengatakan rasio sebagai sumber kebenaran melahirkan faham rasionalisme,
sdangkan pendapat yang menyatakan fakta yang tertangkap memlalui penginderaan dan
pengalaman sebagai sumber kebenaran melahirkan faham empirisme. Pengetahuan ilmiah
dibangun  berdasarkan rasionalisme dan empirisme  dan inilah yang di sebut pengetahuan
ilmiah.
BAB III
PENUTUP

3.1  kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa logika berasal dari bahasa latin
yaitu dari kata logos berarti perkataan atau sabda. Secara umum logika adalah ilmu yang
mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang
betul dan yang salah. Sedangkan penalaran yaitu proses berfikir yang bertolak dari
pengamatan indera atau observasi empirik yang menghasilkan sejumlah pengertian dan
proposisi sekaligus. Penalaran erat kaitannya dengan penyimpulan, argumen dan bukti.
Logika dan penalaran sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk berfikir lurus, efisien,
tepat dan teratur, demi mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.

3.2  saran
Di dalam makalah ini mahasiswa di haruskan untuk dapat befikir dan bernalar
menggunakan logika , dan dapat untuk mengembangkan wawasan dan pikiran nya dalam
bernalar, terutama bagi mahasiswa yang mengambil program studi ilmu hukum. Kepada
pembaca karena isi dalam makalah ini belum sempurna dan masih memerlukan banyak
sumber untuk memperbaikinya dan juga makalah ini belum memenuhi apa yang diharapkan
oleh penulis, penulis menginginkan kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan isi laporan
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Alek,S.S.,M.Pd. dan Prof.Dr.H.Achmad H.P.(2016).”Bahasa Indonesia Untuk Perguruan


Tinggi.Jakarta.Penerbit Erlangga”
Dirgantara Wicaksono.blogspot.com/2013/04/Penalaran Dan Logika Dalam Filsafat.

Anda mungkin juga menyukai