Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR LOGIKA DAN FILSAFAT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Logika dan Filsafat” oleh :

Agnes Yohana Wulandari Hutahaean (18110038)

Desrina Kristin Pasaribu (19110014)

Silvia Julinda Hutajulu (19110028)

Pria Onedy Marulitua Sitorus (19110023)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengantar Logika dan Filsafat” dalam mempelajari
mata kuliah Logika dan Filsafat tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini,
penulis mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak demi kelancaran penyusunan
makalah ini. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada bapak Harlen Simanjuntak, M.Pd. selaku dosen mata kuliah dan untuk semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.

Penulis menyadari bahwa yang tersaji dalam makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.

Medan, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat logika dan filsafat ........................................................................................... 3
2.2 Dasar-dasar logika ....................................................................................................... 3
2.3 Cabang-cabang filsafat ................................................................................................. 5
2.4 Macam-macam logika .................................................................................................. 7
2.5 Kegunaan logika dan filsafat ....................................................................................... 7
2.6 Penalaran Ilmiah .......................................................................................................... 9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 11
3.2 Saran ............................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk hidup yang sempurna, itulah ungkapan yang sering kita
dengar dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna
memang memiliki banyak kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Suhartono (2005:1)
menyatakan bahwa manusia dalam kemampuannya menalar, artinya berpikir secara logis dan
analistis. Kelebihan manusia dalam kemampuannya menalar dan karena mempunyai bahasa
untuk mengomunikasikan hasil pemikirannya yang abstrak, maka manusia bukan saja
mempunyai pengetahuan, melainkan juga mampu mengembangkannya.

Akal dan pikiran merupakan perlengkapan paling sempurna yang disematkan Tuhan
kepada manusia. Dengan akal dan pikiran, manusia dapat mengubah dan mengembangkan
taraf kehidupannya. Logika menjadi sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini
berarti logika dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam makalah ini, penulis
akan membahas mengenai logika dan filsafat serta membahas penalaran ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah

Terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu :

1. Apa hakikat logika dan filsafat ?


2. Apa dasar-dasar yang terdapat dalam logika ?
3. Bagaimana cabang-cabang dalam filsafat ?
4. Apa macam-macam logika ?
5. Bagaimana kegunaan dari logika dan filsafat ?
6. Apa itu penalaran ilmiah ?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah, yaitu :
1. Untuk mengetahui hakikat logika dan filsafat.
2. Untuk mengetahui dasar-dasar yang terdapat dalam logika.
3. Untuk mengetahui cabang-cabang filsafat.
4. Untuk mengetahui macam-macam logika.
5. Untuk mengetahui kegunaan logika dan filsafat.
6. Untuk mengetahui penalaran ilmiah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Logika dan Filsafat

Logika berasal dari kata Yunani kuno logos yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu
cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (bahasa Latin: logica
scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir
secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk
mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa diartikan dengan
masuk akal.

Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis di sini berarti logika dapat
dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan
lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk menaruh pikiran-pikirannya serta pendapat-
pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain
dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.

Filsafat merupakan sebuah studi yang membahas segala fenomena yang ada dalam
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan skeptis dengan mendalami sebab-sebab
terdala, lalu dijabarkan secara teoritis dan mendasar.

2.2 Dasar-dasar logika

Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan
(validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini
logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan
bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis).

3
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif.

1. Penalaran deduktif

Penalaran deduktif, kadang disebut logika deduktif, adalah penalaran yang


membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika
kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen
deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis
dari premis-premisnya.

Contoh argumen deduktif:

- Setiap mamalia punya sebuah jantung


- Semua kuda adalah mamalia
∴ Setiap kuda punya sebuah jantung

2. Penalaran induktif

Penalaran induktif, kadang disebut logika induktif, adalah penalaran yang berangkat
dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

Contoh argumen induktif:

- Kuda Sumba punya sebuah jantung


- Kuda Australia punya sebuah jantung
- Kuda Amerika punya sebuah jantung
- Kuda Inggris punya sebuah jantung
∴ Setiap kuda punya sebuah jantung

Tabel ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan
deduktif.

Deduktif Induktif

Jika semua premis benar Jika premis benar,


maka kesimpulan pasti kesimpulan mungkin
benar. benar, tetapi tak pasti
benar.

Semua informasi atau fakta Kesimpulan memuat


pada kesimpulan sudah ada, informasi yang tak ada,
sekurangnya secara implisit, bahkan secara implisit,
dalam premis. dalam premis.

2.3 Cabang-Cabang Filsafat

Cabang-cabang dari filsafat untuk memperjelas penjelasan dari filsafat itu sendiri
dibagi menjadi lima cabang yaitu etika, estetika, metafisika, epistemology dan logika.

1. Etika

Istilah etika berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani 'etos' dan 'etikos'. Etos berarti
sifat, watak, kebiasaan, tempat biasa. Etikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan
perbuatan yang baik. Etika sering kali dinamakan filsafat moral karena cabang filsafat ini
membahas baik dan buruknya tingkah laku manusia. Jadi menurut cabang filsafat ini manusia
dipandang dari segi perilakunya. Dapat kita katakan juga bahwa etika merupakan ilmu yang
membahas tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam
masyarakat.

Pada hakikatnya, nilai tindakan manusia terikat pada tempat dan waktu, selain itu
dapat kita ketahui juga bahwa baik dan buruknya manusia ditentukan oleh sudut pandang
masyarakat. Dapat kita ambil contoh dimana perilaku yang dianggap wajar atau biasa-biasa
saja diwilayahnya belum tentu dianggap biasa saja diwilayah lain, bahkan bisa saja dianggap
kurang asusila diwilayah tertentu.

5
2. Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang membahas tentang seni nilai dan keindahan.
Istilah estetika berasal dari bahasa Yunani aisthesis yang berarti pencerapan indrawi,
pemahaman intelektual atau pengamatan spiritual. Adapun istilah art (seni) berasal dari
bahasa latin ars yang berarti seni, keterampilan, ilmu dan kecakapan. Etika dan estetika
termasuk dalam cabang filsafat aksiologi yang membahas tentang hakikat nilai.

3. Metafisika

Salah satu cabang filsafat yang lain adalah metafisika yang berasal dari bahasa
Yunani meta phisyka (sesudah fisika). Kata metafisika ini juga memiliki berbagai arti,
diantaranya dapat berarti upaya untuk mengkarakteristikkan eksistensi atau realitas sebagai
suatu keseluruhan. Namun dapat juga kita lihat secara umum bahwa didalam metafisika
terdapat suatu pembahasan filsafat yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang
segala sesuatu yang ada.

4. Epistimologi

Istilah epistemologi berasal dari bahasa yunani, yakni epitesme yang berarti
pengetahuan dan logos yang berarti kata, pikiran, dan ilmu. Jadinya dapat kita artikan bahwa
epistemologi merupakan cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan. Contohnya
dalam filsafat ilmu yaitu mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan bagaimana
cara mendapatkannya.

Dengan mempelajari epistemologi diharap kita dapat membedakan antara


pengetahuan dan ilmu, serta mengetahui kebenaran tentang suatu ilmu tersebut. Manusia
tidak dapat mengetahui semua aspek dan objek karena keterbatasan kemampuan manusia,
socretes pernah berkata bahwa apa yang saya ketahui adalah bahwa saya tidak mengetahui
apa-apa. Proses metode keilmuan pada akhirnya berhenti sejenak ketika sampai pada titik
"pengujian kebenaran" untuk mendiskusikan benar atau tidaknya suatu ilmu.

6
5. Logika

Logika adalah suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu pengetahuan yang
mempelajari kecakapan atau berpikir lurus, tepat dan teratur. Logika sebagai ilmu
pengetahuan dimana objek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran atau proses
penalaran) dan objek formal logika adalah berpikir atau penalaran yang ditinjau dari segi
ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada
pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah di ketahui
yang nanti akan diturunkan kesimpulan. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan
sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut ketepatannya.

2.4 Macam-macam logika

a. Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat
dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-
kecenderungan yang subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.
Logika ini bisa dipelajari dengan memberi contoh penerapan dalam kehidupan nyata.

b. Logika ilmiah
Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Logika
ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam
setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja
dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah, dan lebih aman. Logika ilmiah
dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.

2.5 Kegunaan Logika dan Filsafat

A. Kegunaan logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
7
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-
asas sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir,
kekeliruan, serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik, tahayul, atau kepercayaan turun-temurun (bahasa Jawa: gugon-
tuhon)
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional, kritis, lurus, metodis dan analitis
sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri
seseorang.

B. Kegunaan Filsafat
Filsafat telah membantu manusia membebaskan diri dari cara berpikir yang
dikuasai oleh mitos dan mistis dan beralih kepada cara berpikir yang rasional, luas
dan mendalam, jelas dan sistematis, logis, kritis, dan analitis. Filsafat telah berperan
dalam melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai ilmu pengatahuan yang
begitu berjasa bagi kehidupan manusia. Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti
bahwa filsafat sama sekali tidak ada hubunganya dengan kehidupan sehari-hari yang
konkret. Filsafat pada hakikatnya membantu manusia dalam memahami dan
menjalankan kehidupan mereka sehari-hari dengan menggunakan cara berpikir yang
lebih rasional dan tidak hanya mengandalkan mitos, mistis, atau sekedar intuisi dan
perasaan.
Dengan belajar filsafat diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, karena
dengan bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah pula cakrawala pemikiran,
cakrawala pandangan yang semakin luas. Sehingga akan dapat membantu
penyelesaian masalah yang selalu kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana. Dasar
semua tindakan adalah ide. Sesungguhnya filsafat di dalamnya memuat ide-ide yang
fundamental. Ide-ide itulah yang akan membawa manusia ke arah suatu kemampuan
untuk merentang kesadarannya dalam segala tindakannya, sehingga manusia akan
dapat lebih hidup, lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya, lebih sadar
terhadap hak dan kewajibannya.

8
2.6 Penalaran Ilmiah

Dalam kehidupan sehari-hari kita kerap kali menghadapi masalah, peristiwa dan
pilihan yang mengharuskan diri kita untuk dapat memahami, menghadapi serta mencari
solusi. Dengan tujuan mencari jalan keluarnya. Disini peran penalaran kita butuhkan dalam
pencapaiannya. Sebab dengan penalaran kita dapat mengetahui cara atau tahapan dalam
proses pemahaman dan penarikan kesimpulan sehingga menghasilkan sebuah informasi yang
sebelumnya kita tidak ketahui.

Di dalam proses penalaran kita juga telah merasakan proses berfikir secara induktif
yang merupakan cara berfikir dimana dalam menarik suatu kesimpulan dimulai dari yang
bersifat umum dari berbagai kasus ke yang bersifat individual. Sedangkan berfikir deduktif
yaitu cara berfikir dalam rangka menarik kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-
pernyataan yang bersifat khusus (individual) kemudian dilanjutkan dengan pernyataan
bersifat umum. Yang dimana fungsi dari proses tersebut amatlah dibutuhkan pada saat kita
menarik kesimpulan.

A. Pengertian penalaran ilmiah

Adalah suatu proses berfikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, atau petunjuk
menuju suatu kesimpulan. Dengan kata alur dari pernyataan lain, penalaran adalah proses
berfikir yang sistematis dalam logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan atau informasi
yang sebelumnya tidak diketahui. Bahan pengambilan kesimpulan itu dapat berupa fakta,
informasi, pengalaman, atau pendapat para ahli (otoritas). Penalaran menjadi bagian penting
dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Mengesampingkan unsur emosi, sentiment
pribadi atau sentiment kelompok dan tetap berdasarkan pada keilmuan.

B. Ciri-ciri penalaran
Ciri-ciri penalaran, yaitu :
1) Adanya suatu pola pikir yang secara luas disebut logika.
2) Sifat analitik dari proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
berfikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
3) Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru.
4) Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh.

9
C. Tujuan Penalaran

Tujuan dari penalran adalah untuk menentukan secara logis atau objektif, apakah yang kita
lakukan itu benar atau tidak sehingga dapat dilaksanakan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan


bahwa logika dan filsafat sama-sama saling berkaitan satu sama lain. Logika menjadi sebuah
cabang filsafat yang praktis. logika dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan
filsafat menjadi sebuah studi yang membahas segala fenomena yang ada dalam kehidupan
dan pemikiran manusia secara kritis dan skeptis dengan mendalami sebab-sebab terdahulu,
lalu dijabarkan secara teoritis dan mendasar.

Logika dan filsafat sangat penting karena memiliki kegunaan bagi kehidupan manusia
seperti membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren, meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak,
cermat, dan objektif, menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri. Dengan belajar filsafat juga dapat menambah ilmu pengetahuan, karena
dengan bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah pula cakrawala pemikiran,
cakrawala pandangan yang semakin luas. Sehingga akan dapat membantu penyelesaian
masalah yang selalu kita hadapi dengan cara yang lebih bijaksana. Dasar semua tindakan
adalah ide.

3.2 Saran

Saran untuk para pembaca agar lebih memahami dan menerapkan logika dan filsafat
dalam kehidupan karena kedua hal tersebut sangat penting untuk dipelajari. Menyadari bahwa
makalah masih jauh dari kata sempurna, maka penulis akan selalu menerima kritik dan saran
yang membangun untuk menjadikan makalah ini menjadi lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi Asmoro, Pengantar Filsafat Umum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

https://www.mypurohith.com/pengertian-logika/

Anda mungkin juga menyukai