Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH FILSAFAT SAINS

“LOGIKA”

Disusun Oleh:
Siti Komaria F1071171003
Yulita Pensa F1071171009
Gusti Fawwaz Setyo F1071171010
Putri Musi Khatulisti F1071171016
Syarifah Ditha Aprillia F1071171021
Youva Kristi F1071171026
Privita Maulidya F1071171031
Nury Kamelia F1071171032

Dosen Pengampu:
Eko Sri Wahyuni, M.Pd

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah filsafat sains dengan judul logika. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu dengan lapang dadakami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan dan kami berharap semoga makalah filsafat sains
dengan judul logika ini dapat memberikan manfaat nmaupun pengetahuan terhadap
pembaca.

Pontianak, April 2018

Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kata logika atau logis sangat akrab dengan kita. Kita sering berbicara tentang
prosedur yang logis sebagai lawan dari prosedur yang tidak logis, penjelasan yang logis
sebagai lawan dari penjelasan yang tidak logis, pikiran yang logis sebagai lawan dari
pikiran yang tidak logis, tindakan yang logis sebagai lawan dari tindakan yang tidak
logis. Dalam contoh-contoh tersebut kata logis dipakai dalam arti yang sama dengan
masuk akal, dapat dimengerti.
Untuk mengerti apa sesungguhnya logika, kita harus mempelajarinya secara
teratur dan sistematis. Mempelajari logika berarti mempelajari metode-metode dan
prinsip-prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran yang tepat (valid) dari
penalaran yang tidak tepat (valid). Itu tidak berarti bahwa mempelajari logika
merupakan satu-satunya cara yang membuat orang bernalar secara tepat. Akan tetapi,
orang yang telah mempelajari logika lebih mungkin bernalar secara tepat daripada kalau
tidak mempelajari logika.
Logika tidak memberikan jaminan bahwa kita akan selalu sampai pada
kebenaran karena kepercayaan-kepercayaan yang menjadi titik tolak kita kadang -
kadang salah. Namun dengan mengikuti prinsip-prinsip yang tepat, kita perlu
mengulang kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi logika?
2. Bagaimana sejarah perkembangan logika?
3. Bagaimana pembagian dari logika?
4. Bagaimanakah cara berpikir logis pengetahuan ilmiah?
5. Apa manfaat mempelajari ilmu logika?
6. Mengapa logika menjadi cabang filsafat?
7. Apa saja kesalahan dalam logika?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi ilmu logika.
2. Mengetahui dan memahami sejarah perkembangan dan pertumbuhan awal dari ilmu
logika sampai keluar dari wilayah asalnya (Yunani).
3. Mengetahui dan memahami pembagian atau macam-macam ilmu logika dari segi
jenis, metode dan tingkatan ilmu logika.
4. Mengetahui dan memahami manfaat dari ilmu logika yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari.
PEMBAHASAN
Berfikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Akal manusia
pada hakikatnya memerlukan aturan dalam menganalisa berbagai masalah yang ada,
karena ilmu logika merupakan ilmu yang mengatur cara berfikir manusia, maka
keperluan kita kepada ilmu logika adalah untuk mengatur dan mengarahkan kita kepada
suatu cara berpikir yang benar. Sedangkan berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan
langkah-langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis,
pengkajian literartur dan menarik kesimpulan yang kesemua langkah tersebut harus
didukung dengan alat atau sarana ilmiah yang baik.Kemampuan berpikir ilmiah yang
baik harus didikung oleh penguasaan sarana berpikir dengan baik pula. Salah satunya
yaitu mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir tersebut dalam
keseluruhan berpikir ilmiah.

A. Logika Dalam Berpikir Ilmiah


Logika berasal dari kata Yunani Kuno yaitu (Logos) yang artinya hasil
pertimbangan akal pikiran yana diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai
ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin: logika scientia) yaitu logika adalah
sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur Ilmu disini mengacu pada
kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal
budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan.Kata logis yang dipergunakan
tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat
dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme. Logika sebagai
ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya
penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang
ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang
berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan
lain yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan.
Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran
dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis.
Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan
menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak
dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan
atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu
sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari
semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan bahwa logika merupakan
suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.

B. Sejarah Logika
Logika dimulai sejak Thales (624 SM – 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa
air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu
Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica
scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah
arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Sejak saat
Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan.
Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-
saran dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika
yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih
diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Pada 370 SM –
288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan
pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari
Citium 334 SM – 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa
Galenus (130 M – 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang
mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Kaum Sofis, Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut merintis
lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan Kaum
Stoa. Logika dikembangkan secara progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin
pada abad II Hijriyah. Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam
perkembangan kebudayaan Islam. Namun juga mendapat reaksi yang berbeda-beda,
sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari logika,
Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan Jumhur Ulama
membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya. Filosof Al-
Kindi mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan
lebih mendalam oleh Al-Farabi.
Selanjutnya logika mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika menjadi sangat
dangkal dan sederhana sekali. Pada masa itu digunakan buku-buku logika seperti
Isagoge dari Porphirius, Fonts Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar
logika dari Bothius, dan sistematika logika dari Thomas Aquinas. Semua berangkat dan
mengembangkan logika Aristoteles.
Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon,
Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan
logika Aristoteles yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus
mengembangkan metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud
membuktikan kebenaran – kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda
induktif dalam bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika
aljabar untuk menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant
menemukan Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk
pemikiran yang mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang
mengembangkan aljabar Boolean), Bertrand Russel, dan G. Frege tercatat sebagai
tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan Logika Modern.

C. Macam-macam Logika Ilmu


Logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Logika Alamiah
Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan
lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia ini
ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini
sifatnya masih murni.
b) Logika Ilmiah
Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang
merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya
pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti,
lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan
kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk
memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi.

D. Cara Berpikir Logis Pengetahuan Ilmiah


Logika dibagi menjadi dua cabang pokok berdasarkan dasar penalaran dalam
berlogika, yaitu logika deduktif dan logika induktif .
a) Logika Deduktif
Logika deduktif ini sendiri merupakan penarikan kesimpulan yang di peroleh
dari kasus-kasus yang sudah umum untuk menjadi sebuah kesimpulan yang ruang
lingkupnya bersifat khusus atau individu. Jika penalaran deduktif adalah suatu proses
berfikir yang pernyataan bersifat umum ditarik menjadi suatu rangkaian kesimpulan
yang bersifat khusus dan valid. penarikan kesimpulan secara deduktif ini biasanya
menggunakan pola pikir silogisme, silogisme ini disususn dari dua buah atau lebih
pernyataan dan menjadi sebuah suatu kesimpulan. Pernyataan yang mendasari silogisme
ini disebut dengan permis, permis tersebut di bedakan menjadi dua yaitu permis mayor
dan permis minor. Sedangkan untuk mendapatkan suatu kesimpulan penalaran deduktif
merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran itu didapat dari kedua permis
tersebut. Namun, penarikan kesimpulan itu didapatkan secara langsung dan tidak
langsung, jika penarikan langsung ditarik dari satu permis dan penarikan tidak langsung
ditarik dari dua permis.

Contoh logika deduktif:


 Semua manusia pasti mati (premis mayor)
 Titut adalah manusia (premis minor)
Kesimpulannya: Titut pasti mati

b) Logika Induktif
Logika induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta
khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana
ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat
individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalamm menyusun
argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Contoh logika induktif:
 Manusia dapat berkembang biak
 Hewan dapat berkembang biak
 Tumbuhan dapat berkembang biak
 Bakteri dapat berkembang biak
Kesimpulannya : Mahkluk hidup dapat berkembang biak
E. Manfaat Logika Ilmu
Manfaat logika dalam pengembangan ilmu adalah sebagai berikut:
1) Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak
yang dapat dipakai dalan semua lapangan ilmu pengetahuan (bahkan seluruh lapangan
kehidupan)
2) Logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian melatih dan
mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.
3) Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu kita peroleh berdasarkan
autoritas, emosi, dan prasangkan.
4) Logika di masa sekarang dikenal sebagai “era of reason” membantu kita untuk
mampu berpikir sendiri dan tahu membedakan mana yang benar dari yang palsu.
5) Logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat dan teratur karena dengan
berpikir demikian ia dapat memperoleh kebenaran dan menghindari kesehatan.

F. Logika Sebagai Cabang Filsafat


Filsafat adalah kegiatan atau hasil pemikiran atau permenungan yang
menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pada makna dibalik
kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah sistem pengetahuan
rasional.Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini brarti logika
dapat dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika lahir bersama lahirnya
filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran pikirannya seta
pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani Kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang
lain yang menunjukan kesesatan penalarannya. Logika digunakkan untuk pembuktian.
Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara
tradisonal, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai
cabang matematika.Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang
berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-
aturan tersebut dapat mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau
aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil
kesimpulan.

G. Kesalahan Logika atau Logical Fallacy


Kesalahan Logika atau Logical Fallacy merupakan kesalahan penalaran dalam
berargumen dan menanggapi argumen. Kesalahan Logika ini sangat sering dilakukan
(secara tidak sengaja) oleh orang-orang yang kemampuan menalarnya kurang dan juga
sangat sering digunakan (secara sengaja) oleh orang-orang tertentu,media tertentu,
untuk membenarkan argumennya dan mempengaruhi orang lain. Sebagai orang yang
berpendidikan maka kita harus memahami apa-apa saja yang tergolong Logical
Fallacy, Berikut ini Jenis-Jenis Kesalahan Logika:
1. Ad Hominem
Menyerang atau mengritik pribadi orangnya, bukan argumennya.
Misalnya:
 Kamu bukan perempuan, jadi kamu tidak bisa bicara tentang gender.
 Stephen Hawking itu cuma di kursi roda kerjanya, mana bisa dia tahu tentang
alam semesta?
2. Ad populum
Menyatakan bahwa argumen atau ide itu benar hanya karena orang banyak
menyetujui atau mengamininya.
Misalnya:
 Hampir seluruh rakyat Indonesia memilih Suharto sebagai Presiden, jadi dia
pasti presiden yang tepat bagi negara ini.
 Karena semua orang di kota ini setuju bahwa bumi itu datar, pastilah hal ini
benar.
 Mayoritas orang di dunia percaya bahwa Nabi saya paling benar, karena itu
pastilah dia benar.

3. Ad Verecundiam (Appeal to authority)


Seringkali, kita mengutip pendapat dari mereka yang mempunyai pengetahuan
khusus dalam bidangnya, karena penelitian atau studi yang sudah dilakukan. Misalnya,
kita mengutip pendapat dokter spesialis tentang penyakit tertentu. Atau kita mengutip
pendapat Yohanes Surya tentang Fisika.
Tapi mengutip pendapat seseorang karena jabatan atau kedudukannya, bukan
karena penelitian atau keahliannya, adalah suatu kesalahan logika.
Misalnya:
 Presiden Suharto berkata bahwa komunis dan orang-orang kira tidak
bermoral. Hal ini pasti benar karena dia Presiden.
 Pendeta Mormon itu menyatakan bahwa poligami baik untuk semua orang.

4. Ad antiquitatem (Appeal to tradition)


Menyatakan bahwa sesuatu pasti benar, karena sudah dari dulu dilakukan
seperti itu. Atau karena bapak, kakek, buyut dan nenek moyang yang mewariskan
sesuatu, maka hal ini tidak bisa dikritik.
Misalnya:
 Sudah dari dulu, bahkan dari nenek moyang, kita diajarkan bahwa duduk di
pinggir pintu akan mengakibatkan perempuan tidak laku. Hal ini pasti benar,
karena nenek moyang kita mempercayainya.
 Karena agama A adalah paling tua, maka agama ini benar. Bila tidak, mengapa
banyak manusia mempercayainya selama berabad-abad lamanya?

5. Ad novitatem (appeal to novelty)


Ini adalah kebalikan dari nomer 4. Menyatakan bahwa sesuatu pasti lebih bagus
atau lebih benar, karena hal itu baru, bukan karena pembuktian atau penelitian.
Misalnya:
 HP ini pasti lebih bagus dari yang itu, karena lebih baru.
 Mesin ini pasti lebih kuat dan canggih, karena mesin itu lebih tua (Memang,
biasanya mesin yang lebih baru akan lebih canggih, tapi belum tentu. Dan belum
tentu juga mesin yang baru lebih kuat daripada mesin yang tua atau kuno.
Karena beberapa bukti justru menyatakan bahwa mesin kuno terkadang lebih
kuat daripada mesin yang baru).
6. lgnoratio Elenchi
Membuat kesimpulan atau jawaban yang tidak sesuai dengan premisnya. Jadi,
ada semacam loncatan atau ketidaksinambungan antara kesimpulan dan informasi.
Misalnya:
 Dia seorang lesbian, pasti dia tidak bisa mengajar dengan baik (apa
hubungannya orientasi seksual seseorang dan kemampuannya?)
 Perempuan itu kelihatannya ramah dan murah hati, tapi dia mempunyai pacar
banyak.

7. Ad Ignoratiam
Mengambil kesimpulan hanya karena sesuatu tidak terbukti salah. Atau
menyatakan bahwa pernyataan A pasti benar, karena belum terbukti salah. Padahal,
tidak adanya bukti, bukan berarti bukti tersebut pasti tidak ada, tapi belum ada.
Misalnya:
 Karena kamu tidak bisa membuktikan adanya tuhan, maka tuhan pasti tidak ada.
 Kamu tidak bisa membuktikan bahwa Iblis tidak ada, karena itu Iblis pasti ada.

8. Beban Pembalikan Bukti


Menimpakan beban pembuktian kepada yang menyatakan klaim tersebut. Bila
ini terjadi, seseorang bisa saja mengklaim apapun, tanpa memberi bukti.
Misalnya:
A: Kamu harus percaya, bahwa ada gajah terbang.
B: Apa buktinya?
A: Apa kamu bisa membuktikan kalau tidak ada gajah terbang?
A: Kitab ini suci.
B: Aku tidak percaya.
A: Kalau kamu tidak percaya, buktikan kalau kitab ini tidak suci!

9. Petitio principia (Begging the question)


Kesimpulan yang ditarik berdasarkan atas suatu premis yang dianggap pasti
benar. Dengan kata lain, argumen yang pembuktiannya berputar.
Misalnya:
A: Agama saya pasti benar, karena suci.
B: Bagaimana kamu tahu kalau agamamu pasti benar?
A: Karena agama saya suci.
A: Dewa matahari pasti ada.
B: Bagaimana kamu tahu?
A: Karena Kitab Suci saya menyatakannya.
B: Bagaimana kamu tahu bahwa Kitab Sucimu benar?
A: Karena Kitab Suci saya ditulis oleh sang Dewa.

10. Non causa pro causa


Menyimpulkan bahwa apa yang terjadi sesudahnya adalah akibat dari
sebelumnya. Padahal sesuatu yang berurutan, belum pasti menunjukkan hubungan
sebab-akibat.
Misalnya:
 Setelah saya berdoa, hujan turun.
Kesimpulan: Hujan turun, karena doa saya.
 Setelah bertengkar dengan kekasihnya, A meninggal dunia.
Kesimpulan: A meninggal dunia karena bertengkar dengan kekasihnya.

Padahal, A meninggal dunia karena dia mabuk dan menyetir mobil. Kebiasaan
mabuk dan menyetir mobil ini memang sudah sering dilakukan oleh A.

11. Generalisasi
Menggunakan contoh atau hal kecil untuk mewakili keseluruhan.
Misalnya:
 Orang Afrika ini tidak naik kelas. Kesimpulan: semua orang Afrika bodoh.
 Hitler dan pasukan Nazinya membunuh jutaan orang Yahudi.
Kesimpulan: Semua orang jerman membenci Yahudi.

12. Straw man fallacy


Membesar-besarkan atau menyelewengkan argumen orang lain, untuk
membenarkan argumen kita. Misalnya:
Contoh 1:
A: Buku ini harus dikritik karena ada beberapa faktanya yang sudah tidak tepat.
B: Jadi, kamu menghina buku ini?
Padahal, A hanya menyatakan bahwa ada beberapa fakta dari buku tersebut yang
tidak tepat, tapi dia tidak menghina buku itu.

Contoh 2:
A: Seharusnya anak-anak tidak sering makan permen dan es krim, karena tidak baik
untuk gigi.
B: Tidak memberi mereka es krim dan permen? Kamu mau merusak masa bahagia
mereka sebagai anak-anak?
Padahal A tidak bilang, anak-anak seharusnya tidak diberi es krim dan
permen. A berpendapat „tidak sering makan“, tapi dibesar-besarkan oleh B.

13. Pertanyaan yang kompleks (menyesatkan)


Kesesatan ini bersumber pada pertanyaan yang sering kali disusun sedemikian
rupa sehingga sepintas tampak sebagai pertanyaan yang sederhana, namun sebetulnya
jawabannya menjebak.
Misalnya:
 A bertanya ke B: "Jadi, kamu tidak mengkonsumsi narkoba lagi?"
Padahal B tidak pernah mengkonsumsi narkoba. Bila B menjawab “ya”, tentu ini
tidak sesuai dengan kenyataan. Tapi, bila B menjawab “tidak”, “tidak”, berarti dia
menyatakan secara tidak langsung, bahwa ia pernah mengkonsumsi narkoba
sebelumnya.

 Seorang polisi bertanya: "Apakah kamu masih menyembunyikan barang


buktinya?"
Pertanyaan ini sukar dijawab hanya dengan ya dan tidak, apabila bila yang
ditanya tidak pernah mempunyai barang bukti itu. Bila ia menjawab "tidak“ pun, yang
ditanya seolah menyatakan bahwa ia memang mempunyai barang bukti itu dan pernah
menyembunyikannya.
 Siapa yang sudah kamu tuduh mencuri barang ini?
Padahal, yang ditanya tidak pernah menuduh siapapun. Tapi pertanyaan ini
sudah menyesatkan, seolah yang ditanya sudah menuduh seseorang.

14. Ad passiones (appeal to emotion)


Mencoba membuat orang lain menyetujui ide atau argumen kita bukan dengan
logika, tapi dengan mempengaruhi perasaan atau emosi mereka. Ada beberapa tipe dari
kesalahan logika ini. Yaitu:
a) Ad baculum
Mendesak orang menerima suatu ide, konsep atau argumen dengan menakut-
nakuti atau mengancam.
Contoh:
 Kalau kamu tidak setuju denganku, kamu akan celaka.
 Siapapun yang tidak percaya pada agamaku, akan masuk neraka.

Dalam sejarah, hal inilah yang terjadi pada Giordano Bruno dan Galileo, yang
menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari. Hal ini dianggap menentang kehendak
Tuhan, karena Gereja yang menekankan bahwa matahari mengelilingi bumi. Giordano
Bruno diancam oleh Gereja bila mempertahankan ide ini (dan akhirnya dia dibakar
hidup-hidup). Galileo juga dikucilkan oleh Gereja karena mempertahankan idenya
tentang heliosentrisme.

b) Ad misericordiam (Appeal to pity atau Belas kasihan)


Mencoba membenarkan argumen atau mendorong orang lain untuk
mempercayai sebuah argumen dengan membangkitkan rasa belas kasihan.
Contoh:
 Nilai murid ini tidak mungkin jelek, karena dia sudah belajar keras sekali.
(Terkadang, walaupun murid sudah belajar banyak, nilai mereka jelek bila tidak
mengerti pelajaran tersebut).
 Saya harus mendapat kenaikan gaji karena uang sekolah anak saya naik dan saya
baru saja kerampokan. (Kenaikan gaji seharusnya berdasarkan prestasi dan
kerja, bukan berdasarkan sikon orang tersebut).

c) Appeal to flattery
Memuji seseorang untuk mengarahkan argumen atau keputusannya. Strategi
seperti ini banyak digunakan dalam bisnis atau oleh salesman/woman.
Contoh umum dari salesman/woman:
 Mas, sudah keren. Tapi kalau merokok bisa tambah keren dan gagah, lho. Nanti
pasti banyak cewek jatuh cinta. Ayo, beli rokok ini.
 Mbak cantik sekali, mirip Luna Maya, kalau beli lipstik ini akan lebih cantik lagi
dan mungkin tidak bisa dibedakan dari Luna Maya lho.
Contoh lain:
 Kamu temanku yang paling baik, tentunya kamu setuju dengan ideku.
 Kamu pastilah orang soleh. Tentunya hanya seorang beriman seperti kamu yang
bisa mengetahui bahwa logika orang ini ngawur.

d) Wishful thinking
Membenarkan argumen agar sesuai dengan harapan kita. Atau mencoba
membuat orang lain setuju dengan argumen kita, dengan menggunakan harapan sebagai
alasan.
Contoh:
 Kalau kita yakin bahwa tahun depan, ekonomi Indonesia akan membaik, maka
hal ini akan benar-benar terjadi. Karena itu, janganlah kita berpendapat beda.
 Saya yakin, sesudah mati kita akan masuk surga. Karena kalau tidak, apa
gunanya hidup? (Padahal, tidak ada orang yang bisa membuktikan bahwa
manusia akan masuk surga sesudah meninggal. Tapi, karena harapan yang
ditawarkan, pendapat ini memaksa orang lain untuk setuju tanpa pembuktian
atau penelitian lebih lanjut).
DAFTAR PUSTAKA
https://awnurul.wordpress.com/2016/12/14/logika-sebagai-sarana-berpikir-ilmiah/
https://laciarsip.wordpress.com/tulisan/kompilasi-tulisan/ilmu-dan-logika/
http://saifurrahman99.blogspot.co.id/2014/11/logika-sebagai-sarana-berpikir-
ilmiah_69.html

Anda mungkin juga menyukai