LOGIKA
Pada abad XIII sampai dengan abad XV tampillah Petrus Hispanus, Roger
Bacon, Raymundus Lullus dan Wilhelm Ocham mengetengahkan Logika yang
berbeda sekali dengan metode Aristoteles yang kemudian kita kenal dengan
Logika Modern. Raymundus Lullus mengemukakan metode baru logika yang
disebut Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan
kebenaran-kebenaran tertinggi.
Pada abad XIX Logika dipandang sebagai sekedar peristia psikologis dan
metodis seperti yang diajarakan oleh W. Wund, J. Dewey dan M. Baldwin. Nama-
nama seperti George Boole, Bertrand Russell dan G. Frege harus dicatat sebagai
tokoh yang banyak berjasa dalam kehidupan Logika Modern.1
Perkembangan Logika sampai saat ini sangat pesat sampai ada di dunia
Yunani Tua, Dunia Abad Pertengahan, Dunia Modern, Dunia Sezaman, Di India,
dan di Indonesia.
1
Mundiri, Logika, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal 1-4
MENGANALISIS
Dalam mempelajari ilmu Logika ada yang bersifat Pro dan Kontra,
dikarenakan banyak yang berbeda pendapatnya. Yang pro nya dalam mempelajari
Ilmu Logika kita mendapat manfaatnya yaitu baha keseluruhan informasi
keilmuan merupakan suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak
mungkin melepaskan kepentingan terhadap Logika.
Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien tepat dan teratur untuk
mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas
berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika
menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan
keyakinan seseorang, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif tegas dan
berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.2
2
Mundiri, Logika, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2000, hal 14-15
disadari, belum teridentifikasi. Jadi dengan menyarankan prosedur logika
bukanlah tidak mengakui cara tahu lainnya yang pasti juga sangat berharga dalam
usaha mengetahui yang benar yang hakikatnyabpluriformal dan pluridimensional,
bukan uniformal. Ataupun uni dimensional. Hati juga memiliki logikannya
sendiri, begitu Pascal.
Sebagian orang ada yang mencurigai dan mengambil jarak terhadap logika
karena alasan agam, keyakinan, iman. Mereka lupa baha iman juga butuh akal.
Kecurigaan sering bertumpu pada sikap tradisional yang tidak dapat melihat, tidak
sanggup melihat (karena kesanggupannya dipatahkan oleh himpitan iklim
kejiwaan dan kesempitan perspektif agama) mutu filsafat, khususnya logika.3
Pada masa Yunani Kuno yang dimuai oleh Thales filsuf Yunani pertama
yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan hanya cerita hisapan jempol
belaka, dan Aristoteles logika yang disebut dengan analitica, yang secara khusus
meneliti berbagai argmentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan
dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi
yang masih diragukan.
3
Danusiri, Masdi al-Amin, Muh Afif, Nadhirin, Logika, TA, 2003, hal 73-75
DAFTAR PUSTAKA