Npm : 1501090093
Fakultas : FKIP
Prodi : BK
Pengertian Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Nama logika untuk
pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti
“seni berdebat”, Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi
adalah orang pertama yang mempergunakan kata “logika” dalam arti ilmu yang
menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike
episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini
mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu
pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata
logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Logika
secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran,
dan sekaligus sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai
dasar filsafat dan sarana ilmu logika merupakan “jembatan penghubung” antara
filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan teori tentang
penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-
pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah,
artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali
sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Contohnya, pada kupu-kupu mengalami fase metamorfosa. Karena sebelum menjadi
kupu-kupu adanya tahap-tahapan yang dilalui yaitu yang pertama fase telur kemudian
menetas menjadi ulat lalu berubah menjadi kepompong dan selanjutnya menjadi
kupu-kupu. Penyimpulan di atas dikatakan penyimpulan yang sah karena sesuai
dengan kenyataan yang ada dan tidak dibuat-buat (masuk akal).
Menurut Louis O.
Kattsoff (2004), Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang lurus.
Ilmu pengetahuan ini menguraikan tentang aturan-aturan serta cara untuk mencapai
kesimpulan, setelah didahului oleh suatu perangkat premis. Contoh penerapan ilmu
logika dalam kehidupan misalnya pada manusia yang mengalami penyakit serak pada
tenggorokan maka pengobatannya dapat dilakukan dengan minum air putih.
Logikanya air putih adalah cairan yang diperlukan manusia untuk menjaga
keseimbangan tubuh, memberi kekuatan kepada leukosit untuk menjalankan tugasnya
menghasilkan makrofag untuk membunuh patogen yang masuk, menjadikan
kekebalan tubuh meningkat sehingga luka yang dihinggapi bakteri akan sembuh dan
akhirnya tenggorokan menjadi lapang dan dikatakan sembuh.
Macam Logika
Macam-macam Logika menurut The Liang Gie (1980) dalam Adib (2010: 102-104)
yaitu:
1. Logika dalam pengertian sempit dan luas
Dalam arti sempit logika dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal.
Sedangkan dalam arti luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan-kesimpulan dari
berbagai bukti dan tentang bagaimana sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam
serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
Macam-macam penalaran
1. Penalaran deduktif
Penalaran deduktif atau disebut logika deduktif, yaitu penalaran yang membicarakan
cara-cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan apabila lebih dahulu telah diajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah di antara suatu kelompok
barang.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang
dinamakan silogisme. Silogisme dibentuk oleh 2 pernyataan yang disebut premis
(premis mayor dan premis minor), yang diikuti dengan sebuah kesimpulan atau
konklusi. Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat yang
terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. Contohnya penalaran/logika deduktif
menggunakan silogisme:
Semua buku besar dan tebal adalah mahal (premis mayor)
Buku 3 adalah besar dan tebal (premis minor)
Jadi, buku 3 adalah mahal (konklusi/kesimpulan)
Penalaran induktif
Penalaran induktif disebut logika induktif, yaitu penalaran yang membicarakan
tentang penarikan kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan yang umum,
melainkan dari pernyataan-pernyataan yang khusus. Kesimpulannya hanya bersifat
probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pernyataan yang telah diajukan. Macam-
macam penalaran induktif yaitu:
Penyimpulan secara kausal
Penyimpulan ini berusaha untuk menemukan sebab-sebab dari hal-hal yang terjadi.
Bila telah diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan pertanyaan:
“Apakah yang menyebabkan kejadian-kejadian itu?” Misalnya, terjadi suatu wabah
penyakit tipus: “Apakah yang menyebabkan timbulnya wabah tipus?
Analogi
Penalaran secara analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang
mempunyai sifat yang sama. Contohnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan
berdasarkan susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal ini, kita dapat mengatakan
sebagai berikut. Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga
merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat erat hubungannya
yang satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun beranggapan bahwa sebuah
jam dapat membuat dirinya sendiri atau terjadi secara kebetulan. Susunannya yang
sangat rumit menunjukkan bahwa ada yang membuatnya.
Metode sintesis
Metode sintesis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara
menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga
menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Contohnya, (1) Ilmu adalah aktifitas,
(2) Ilmu adalah metode, (3) Ilmu adalah produk. Jadi, hasil sintetisnya yaitu Ilmu
adalah aktifitas, metode, dan produk.
A. Kesimpulan
Dari makalah, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam mempelajari suatu nilai
kebenaran, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan wahana berpikir yang
dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi kebenaran.
Hal yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran. Penalaran sebagai
salah satu langkah menemukan titik kebenaran. Pengetahuan inilah yang disebut
dengan ilmu dan ilmu inilah yang membuat manusia bisa berpikir.