Pengertian logika menurut para ahli memang bermacam-macam dan sangat banyak tetapi
memiliki keutamaan yang sama. pengertian logika menurut para ahli akan di jelaskan sebagai
berikut:
Logika adalah suatu bidang pengetahuan di dalm lingkungan filsafat yang dapat mempelajari
tentang asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang benar.
2. Mundiri
Logika adalah ilmu yang mempelajari tentang metode dan hukum-hukum yang di gunakan
sebagai pembeda penalaran yang benar dari penalaran yang salah.
3. Estimologi
Logika adalah suatu pertimbangan tentang akal atau pikiran yang di utarakan dengan kata dan
di nyatakan dalam bahasa.
Secara umum logika adalah merupakan suatu cabang filsafat yang bersifat praktis yang
berpangkal pada penalaran, dan juga sekaligus sebagai dasar filsafat dan merupak sarana
ilmu. Dengan demikian fungsi dasar filsafat dan juga sarana ilmu berguna sebagai jembatan
penghubung diantara filsafat dan ilmu. Penyimpulan dengan sah diartikan sebagai
pertimbangan akal dan rutut sehingga dengan demikian dapat di lacak kembali dengan benar
dan sesuai dengan isinya.
Logika
“Logika” berasal dari kata Yunani “logos” yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu.
Sedangkan ditinjau dari makna esensialnya, maka logika adalah ‘cabang dari filsafat ilmu
pengetahuan dan logika juga merupakan bagian yang sangat mendasar dalam kerangka
berfikir filsafat’. Berdasarkan pengertian tersebut maka logika merupakan bagian yang sangat
penting atau mendasar dalam studi filsafat ilmu pengetahuan (Oesman, A. 1978; Copi, I.M.
1978).
Pengertian Logika Menurut Para Ahli
Logika adalah ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat.W. Poespoprodjo,
Ek. T. Gilarso. (2006: 13)
Logika adalah suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan
nenalar. Soekadijo, (1983-1994: 3)
Aristoteles : logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah membicarakan
bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai pikiran.(Harun, 1980)
5 DEFINISI LOGIKA
1. Logika berasal dari bahasa Yunani“ logos “ yang berarti kata atau pikiran. Diperkenalkan
pertama kali oleh Aristoteles lewat karyanya yang berjudul The Organon yang berartialat,
maksudnya alat untuk berpikir. Lebih jauh logos diartikan sebagai pikiran yang benar.
(Sumber:http://blogbagi2.blogspot.com/2012/05/logika-sebagai-cabang-ilmu-
filsafat.html).
Pandangan saya: Pernnyataan diatas lebih mengartikan logika sebagai cara atau metode
berfikir dengan benar.
2. The Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (KamusLogika) menyebutkan:
Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara
teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul (correct reasoning).
(Sumber:Gie, the Liang, Kamuslogika (Dictionary of Logic), Nur Cahaya 1975
Yogyakarta).
Pandangan saya: pernyataan diatas lebih mendefinisikan logika sebagai pengetahuan
atau ilmu.
3. Menurut Mundiri dalam bukunya menyebutkan Logika didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran
yang betul dari penalaran yang salah. (Sumber: Mundiri. Logika, Rajawali Press, cet.ke-4
2000, Semarang).
Pandangan saya: Pernyataan diatas lebih mendefinisikan logika sebagai ilmu yang
mempelajari metode dan hokum-hukum untuk membedakan mana
yang benar dan mana yang salah.
4. Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari
kata benda logos. Kata logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal
(fikiran), kata, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang
diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai percakapan atau
yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakan
bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan
dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam bahasa
latin disebut logicascientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang lazim disebut
dengan logika saja. (Sumber:Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Logika, Asas-asas penalaran
sistematis, cet.ke-1 1996, Kanisius Yogyajakta).
Pandangan saya: Pernyataan diatas lebih mendefinisikan logika sebagai sesuatu yang
diutarakan atau diungkapkan yang lebih dulu dipertimbangkan oleh
akal dan pikiran.
5. Definisi umumnya logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada
penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan
fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan
penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan:
Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu
pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah,
artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang
sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
(Sumber:http://imtaq.com/definisi-dan-pengertian-ilmu-logika-kalam/)
Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. Hal ini
adlah suatu sistem penyusunan fakta yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu
kesimpulan yang logis. Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian peryataan
yang disebut silogisme dan terdiri dari beberapa unsur yaitu:
Contoh :
Metode-metode Penalaran
Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. Hal ini
adalah suatu sistem penyusunan fakta yang telah diketahui sebelumnya guna mencapai suatu
kesimpulan yang logis. Dalam penalaran deduktif, dilakukan melalui serangkaian pernyataan
yang disebut silogisme dan terdiri atas beberapa unsur yaitu:
Contoh:
Premis mayor: Semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran Sosiologi.
Premis minor: Bob adalah siswa kelas X SMA
Kesimpulan: Bob wajib mengikuti jam pelajaran Sosiologi
Induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal yang bersifat khusus untuk menentukan kesimpulan yang bersifat umum. Dalam
penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan
yang bersifat umum.
Contoh:
Metode berpikir pendekatan ilmiah adalah penalaran yang menggabungkan cara berpikir
deduktif dengan berpikir induktif. Dalam pendekatan ilmiah, penalaran disertai dengan
hipotesis.
Contoh :
Seorang siswa yang apabilal sebelum beramgkat kesekolah telah ssarapan terlebih dahulu
dalam porsi yang banyak, dia tidak akan kelaparan hingga jam pelajaran berakhir. Secara
deduktif, akan disimpulakan bahwa setipa naka yang makan banyak tidak akan cepat lapar.
Untuk menjawab kasus seperti ini, kita akan mengajukan pertanyaan mengapa seorang siswa
cepat lapar? Untuk itu, kita ajukan hepotesis bahwa siswa akan cepat lapar jika makanan
yang dimakan kurang memenuhi standar gizi dan energi yang dihasilkan oleh makanan
tersebut sedikit. Kemudai secara induktif kita uji untuk mengetahui apakah hasil pengujian
mendukung atau tidak mendukung hipotesis yang diajukan tersebut.
Pendekatan Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan Induktif)
Misalkan seorang siswa yang apabila sebelum berangkat sekolah telah sarapan terlebih
dahulu dalam porsi yang banyak, dia tidak akan kelaparan hingga jam pelajaran
berakhir. Secara deduktif, akan disimpulkan bahwa setiap anak yang makan banyak tidak
akan cepat lapar.
Untuk menjawab kasus seperti ini, kita ajukan pertanyaan mengapa seorang siswa cepat
lapar? Untuk itu, kita ajukan hipotesis bahwa siswa akan cepat lapar jika makanan yang
dimakan kurang memenuhi standar gizi dan energi yang dihasilkan oleh makanan tersebut
sedikit. Kemudian secara induktif kita uji untuk mengetahui apakah hasil pengujian
mendukung atau tidak mendukung hipotesis yang diajukan tersebut.
Masrizal ar-rira 1 year ago Aliran-aliran Pemikiran Filsafatnya, Francis Bacon, Metode Induktif
Dalam buku Novum Organum atau New Instrument pada dasarnya Francis Bacon
menyempurnakan metode ilmiah induktif. Praktek ilmiah yang saat itu bertumpu
sepenuhnya pada logika deduktif Aristoteles yang dipandang tidak ada gunanya dan
merosot. Karena itu diperlukan metode penelaahan baru, yaitu suatu metode induktif.
Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu titik tempat bertolak dan mengambil kesimpulan
darinya tetapi ilmu pengetahuan adalah sesuatu tempat sampai ke tujuan. Salah satu
gagasan yang termasyhur dari Francis Bacon dalam Novum Organum adalah konsep
Idola. Konsep ini dikemudian hari dianggap sebagai cikal bakal konsep “ideologi”
perilaku bodoh para individunya. Idola adalah unsur-unsur tradisi yang dipuja-puja
seperti berhala. Idola ini merasuki pemikiran manusia sehingga menghambat manusia
berpikir kritis dan maju karena terkekang pada idola/mitos sehingga manusia tidak bisa
Menurut Francis Bacon terdapat empat macam Idola penghalang metode induktif. Pertama,
adalah Idols of the Tribus (Bangsa), adalah menarik kesimpulan tanpa dasar
dianggap ajaib, mukjizat disingkirkan dan tidak dipelajari atau tanpa percobaan dan
mendapatkan air, kulit makhluk hidup perlu untuk melindungi manusia terhadap panas
dan dinginnya udara. Kedua, Prasangka Individual atau Idols of the Cave. Yang
sendiri mengarahkan cara kita melihat dunia, sehingga dunia objektif dikaburkan.
Ketiga, Idola Fora (Forum/Pasar) atau Idols of the Marketplace adalah idola yang
paling berbahaya. Yang diacu disini adalah pendapat atau kata-kata orang yang
penilaian kita yang tak teruji. Keempat, Idola Theatra (panggung) atau idols of the
lalu tamat, seperti sebuah teater. Pemikiran Francis Bacon sangat mempengaruhi
tradisi empirisme Inggris (hobbes, Locke) serta pemikir pencerahan Prancis, seperti
Antone Destutt de Tracy (1997), yang akhirnya menghasilkan konsep ideologi, yang
dikemukakan dalam buku Elements d’ideologie yang ditulis antara tahun 1801 dan
1815.
Francis Bacon menegaskan bahwa, kita tidak boleh seperti laba-laba yang gemar memintal
jaringnya dari apa yang ada di dalam tubunya, atau seperti semut yang semata-mata
tahu mengumpulkan makanannya saja, melainkan kita harus seperti lebah yang tahu
yang digambarkan oleh Francis Bacon seperti laba-laba dan, sedangkan metode
disempurnakan) yang sama dengan lebah. Francis Bacon penaruh perhatian besar
pada metode induksif yang tepat untuk memperoleh kebenaran, berdasarkan pada
lebih lanjut. Metode induksif yang bertitik tolak pada eksperimen yang teliti terhadap
(interpretation natural).
Berdasarkan penjelasan di atas, metode induktif menurut pemikiran Francis Bacon dapat
Jadi, relevansinya dari Idola ini, kita dapat menyaksikan bagaimana Francis Bacon mau
lain dari objektivisme, yaitu pandangan bahwa pengetahuan tentang objek di luar diri
pengamat itu dapat dicapai semaksimal mungkin. Idola bagaikan debu yang mengotori
Induktif
adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus
untuk menemukan hukum. Secara umum induktif dijelaskan sebagai proses berpikir di
mana orang berjalan dari yang kurang universal menuju yang lebih universal, atau
secara lebih ketat lagi dari yang individual atau partikular menuju ke yang umum atau
universal. Induktif bisa mengantarkan manusia pada tingkatan inderawi dan individual
menuju ke tingkatan intelektual dan universal. Dalam segala bentuknya yang lebih
bahwa karena adanya sesuatu yang telah terbukti benar dalam sejumlah kasus yang
diamati. Oleh karena itu, argumen ataupun penelitian ilmiah yang bertitik tolak dari
adanya sesuatu yang telah terbukti benar dalam sejumlah kasus yang diamati. Oleh
karena itu, argumen ataupun penelitian ilmiah yang bertitik tolak dari pengetahuan-
yang umum.
Menurut Francis Bacon metode induktif adalah proses pemikiran dengan cara mengamati
sebagai kesimpulan. Dengan kata lain metode induksif adalah cara berpikir dari hal-hal
yang bersifat kusus (particular) menuju ke hal-hal yang bersifat umum. Contoh: logam
besi dipanaskan memuai, logam perak dipanaskan memuai, logam emas dipanaskan
Francis Bacon menekankan bahwa segala wewenang yang ada dalam hal-hal intelektual
dan sekular harus ditolak, bahkan yang terdapat dalam gereja sekalipun, semuanya itu
harus digantikan dengan penelitian induktif tentang alam secara bebas. Semua
Lebih jauh lagi ia menyatakan bahwa hal-hal tersebut harus diuji, karena bila terdapat
satu saja hasil yang negative akan dapat mengakibatkan tidak berlakunya suatu
kesimpulan, walaupun terdapat fakta berbagai fakta sekalipun. Metode semacam itu
juga harus diterapkan dalam semua bidang pelajaran. Tidak boleh ada pemakaian hal
alkimia, takhayul, teori-teori atau penjelasan yang belum terbukti, dongeng atau hal-hal
magis, diskusi yang bertele-tele tentang suatu kebenaran yang mutlak, dan
ketergantungan terhadap buku-buku atau para ahli dalam bidang apapun. Seorang
murid harus percaya akan penelitian dan percobaannya sendiri dalam mencari
kebenaran-kebenaran yang nyata, hasil berlaku dan hal-hal yang diamati, bukannya
Francis Bacon mengatakan bahwa seorang murid harus sadar akan adanya kelemahan
dalam pikiran yang sering mengubah dan salah dalam menafsirkan kejadian-kejadian
merugikan dan berbagai konsepsi tradisional yang belum terbukti, jangan menganggap
sesuatu telah benar bila belum diuji kebenarannya, jangan sampai tersesat oleh hal-hal
yang salah, berarti ganda, ragu-ragu, dogmatis, kesimpulan yang tidak didasarkan
menghindari masalah-masalah mistik yang sia-sia atau hal-hal yang tidak berguna dan
Jadi, metode induktif yang diperkenalkan oleh Francis Bacon telah memberikan
sumbangan pemikiran yang penting dalam menembus metode berfikir deduktif yang
dipergunakan secara berlebihan, hingga menyebabkan dalam waktu yang lama ilmu
Reference
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu: Klasik Hingga Kontemporer, Cet. 2, Jakarta: Raja Wali
Pers, 2015.
Aksara, 1990.
Pendekatan Ilmiah (Gabungan antara Deduktif dan Induktif)
Misalkan seorang siswa yang apabila sebelum berangkat sekolah telah sarapan terlebih
dahulu dalam porsi yang banyak, dia tidak akan kelaparan hingga jam pelajaran
berakhir. Secara deduktif, akan disimpulkan bahwa setiap anak yang makan banyak tidak
akan cepat lapar.
Untuk menjawab kasus seperti ini, kita ajukan pertanyaan mengapa seorang siswa cepat
lapar? Untuk itu, kita ajukan hipotesis bahwa siswa akan cepat lapar jika makanan yang
dimakan kurang memenuhi standar gizi dan energi yang dihasilkan oleh makanan tersebut
sedikit. Kemudian secara induktif kita uji untuk mengetahui apakah hasil pengujian
mendukung atau tidak mendukung hipotesis yang diajukan tersebut.
Pengertian Rasionalitas
Sebuah keputusan yang rasional adalah salah satu yang tidak hanya beralasan, tetapi juga
dioptimalkan untuk mencapai suatu tujuan atau memecahkan masalah. Menentukan optimal
untuk perilaku rasional membutuhkan formulasi diukur dari masalah, dan membuat beberapa
asumsi utama. Ketika tujuan atau masalah melibatkan membuat keputusan, faktor rasionalitas
dalam berapa banyak informasi yang tersedia (misalnya lengkap atau pengetahuan yang tidak
lengkap).
Secara kolektif, perumusan dan latar belakang asumsi model rasionalitas mana yang berlaku.
Menggambarkan relativitas rasionalitas: jika seseorang menerima model optimal yang
menguntungkan diri mereka sendiri, maka rasionalitas disamakan dengan perilaku egois
untuk titik yang egois; sedangkan jika seseorang menerima model menguntungkan optimal,
maka perilaku murni egois tidak rasional. Oleh karena itu sarana untuk menegaskan
rasionalitas tanpa juga menentukan asumsi dari model yang menggambarkan bagaimana latar
belakang masalah dibingkai dan dirumuskan.
Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata philosophia yang
berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang dan suka,
serta kata sophia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan ( Hamdani Ali,1986:7).
1. Hasan Shadily (1984:9) mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta
akan kebenaran. Dengan demikian, dapat ditarik pengertian bahwa filsafat adalah
cinta pada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan.
Jadi, orang yang berfilsafat adalah orang yang cinta kebenaran, berilmu pengetahuan,
ahli hikmah dan bijaksana.
2. Sudarsono(1993:11-12) mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia,
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang
dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
3. Rene Descrates, filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam
dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
4. Langeveld, filsafat adalah berpikir tentang masalah-masalah yang akhir dan yang
menentukan, yaitu masalah-masalah yang mengenai makna keadaan, Tuhan,
keabadian, dan kebebasan.
5. Plato, filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran
yang asli.
B. Pengertian Rasionalisme
Secara etimologis Rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism. Kata ini
berakar dari kata bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. Menurut A.R. Lacey bahwa
berdasarkan akar katanya Rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan
bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Rasionalisme adalah
merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.
Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.
Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran yang berpegang
pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan. Ia menekankan
akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan
bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi. Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui
akal yang memenuhi syarat semua pengetahuan ilmiah. Pengalaman hanya dipakai untuk
mempertegas pengetahuan yang diperoleh akal. Akal tidak memerlukan pengalaman. Akal
dapat menurunkan kebenaran dari dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas-asas pertama yang
pasti.
Rasionalisme tidak mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman hanya
dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Karenanya, aliran ini yakin bahwa
kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide, dan bukannya di dalam barang sesuatu. Jika
kebenaran bermakna sebagai mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk
kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat
diperoleh dengan akal saja.
Kaum Rasionalisme mulai dengan sebuah pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar
yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut
anggapannya adalah jelas, tegas dan pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia
mempunyai kemampuan untuk mengetahui ide tersebut, namun manusia tidak
menciptakannya, maupun tidak mempelajari lewat pengalaman. Ide tersebut kiranya sudah
ada “di sana” sebagai bagian dari kenyataan dasar dan pikiran manusia.
Dalam pengertian ini pikiran menalar. Kaum rasionalis berdalil bahwa karena pikiran
dapat memahami prinsip, maka prinsip itu harus ada, artinya prinsip harus benar dan
nyata. Jika prinsip itu tidak ada, orang tidak mungkin akan dapat menggambarkannya.
Prinsip dianggap sebagai sesuatu yang apriori, dan karenanya prinsip tidak dikembangkan
dari pengalaman, bahkan sebaliknya pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau dari
prinsip tersebut.