Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KELOMPOK 2

MATA KULIAH STATISTIK 1


“distribusi frekuensi data tunggal”

Disusun Oleh:

HAMDANI

Dosen pembantu:

Dr. Khairudin, M.Kes, AIFO


Dr. Alex Aldha yudi, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA S2


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam bahasa Inggrisnya, frekuensi adalah frequency berarti kekerapan,

keseringan atau jarang-kerapnya. Dalam statistic berarti angka yang menunjukkan berapa

kali suatu variable (yang dilambangkan dengan angka-angka itu) berulang dalam deretan

angka tersebut.

Distribusi berarti penyaluran, pembagian atau pencarah. Jadi frekuensi distribusi

frekuensi pencerahan frekuensi. Dalm statistic berarti suatu keadaan yang

menggambarkan bagaimana frekuensi dari gejala atau variable yang dikembangkan

dengan angka itu, telah tersalur, terbagi atau terpancar.

B. Perumusan Masalah

1. Pengertian distribusi frekuensi ?

2. Distribusi frekuensi data tunggal ?

3. Grafik batang ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian distribusi frekuensi

2. Untuk mengetahui distribusi data tunggal

3. Untuk mengetahui mengenai diagram batang

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Distribusi Frekuensi

Kata frekuensi yang dalam bahasa inggrisnya adalah frequency berarti “kekerapan”,

“keseringan” atau “jarang-kerapnya”. Dalam statistik frekuensi mengandung pengertian

angka (bilangan) yang menunjukkan seberapa kali suatu variabel (yang dilambangkan

dengan angka-angka itu) berulang dalam deretan tersebut, atau berapa kalikah suatu

variabel (yang dilambangkan dengan angka itu) muncul dalam deretan angka tersebut.

Distribusi (distribution, bahasa inggris) berarti penyaluran, pembagian atau

pencaran.jadi Distribusi Frekuensi dapat di artikan “penyaluran frekuensi”,”pembagian

frekuensi”, atau “pencaran frekuensi”. Dalam statistic, Distribusi frekuensi kurang lebih

mengandung pengertian: “ suatu keadaan yang menggambarkan bagaimana frekuensi dari

gejala atau variabel yang dilambangkan dengan angka itu yang telah tersalur, terbagi, atau

terpancar.

1. Langkah- langkah dari distribusi frekuensi

1. Mengurutkan data dari yang terkecil ke yang terbesar atau sebaliknya. Tujuannya

untuk memudahkan dalam melakukan penghitungan pada langkah ketiga.

2. Membuat kategori atau kelas yaitu data dimasukkan ke dalam kategori yang sama,

sehingga data dalam satu kategori mempunyai karakteristik yang sama.

B. Distribusi Frekuensi Tunggal

Distribusi frekuensi tunggal adalah penyajian data dalam bentuk tabel

berdasarkan penyebaran frekuensinya. Tabel distribusi frekuensi terdiri dari atas baris

(horizontal), kolom (vertikal), dan sel (isi antara pertemuan baris dan kolom). Jumlah

baris, kolom, dan sel dibuat sesuai dengan keperluan. Menyusun dan menyajikan data

dalam distribusi frekuensi tunggal (untuk macam dan jumlah data yang sedikit).

2
Contoh : Nilai ujian Fisika siswa kelas X SMAN1 Padang adalah sebagai berikut:

78, 89, 76, 75, 85, 87, 86, 88, 80, 79, 90, 93, 81, 82

Data tunggal seringkali dinyatakan dalam bentuk daftar bilangan, namun

kadangkala dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi

frekuensi tunggal merupakan cara untuk menyusun data yang relatif sedikit.

Perhatikan contoh data berikut.

Dari data di atas tidak tampak adanya pola yang tertentu maka agar mudah

dianalisis data tersebut disajikan dalam tabel seperti di bawah ini.

Daftar di atas sering disebut sebagai distribusi frekuensi dan karena datanya

tunggal maka disebut distribusi frekuensi tunggal.

Cara Membuat Tabel Distribusi Frekuensi Data Tunggal

Sebelum dikemukakan mengenai cara pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi

Data Tunggal, terlebih dahulu perlu dikemukakan bahwa Tabel Distribusi Frekuensi Data

Tunggal ada dua macam, yaitu: Tabel Distribusi Frekuensi Data Tunggal yang semua

skornya berfrekuensi 1, dan Tabel Distribusi Frekuensi Data Tunggal yang sebagian atau

seluruh skornya berfrekuensi lebih dari satu. (Sudijono Anas.2009: 46)

a. Contoh Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Data Tunggal yang Semua Skornya

Berfrekuensi 1

3
Misalkan dari 10 orang Mahasiswa yang menempuh Ujian Akhir Semester dalam

mata kuliah Statistika Dasar,diperoleh nilai sebagai berikut:

No. Nama Nilai


1. Aditin 87
2. Meta 88
3. Riska 75
4. Melani 80
5. Dika 72
6. Santoso 90
7. Imam 67
8. Uka 65
9. Yasmin 70
10 Zelly 50

Apabila kita perhatikan data di atas,maka dari 10 orang mahasiswa yang

menempuh ujian akhir semester tersebut,kita dapat mengatakan bahwa semua skor atau

semua nilai yang sedang kita hadapi itu masing-masing berfrekuensi 1.

Jika data di atas kita tuangkan penyajiannya dalam bentuk Tabel Distribusi

Frekuensi Data Tunggal, wujudnya adalah seperti diatas.

b. Contoh Pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi Data Tunggal yang Sebagian atau

Keseluruhan Skornya Berfrekuensi Lebih dari 1

Misalkan dari sejumlah 40 orang murid Sekolah Menengah Pertama yang

menempuh ulangan harian dalam mata pelajaran penjas nilai ujian akhir lompat

tinggi siswa kerlas X SMA N 1 Padang (nama murid tersebut tidak dicantumkan di

sini):

5 8 6 4 6 7 9 6 4 5

3 5 8 6 5 4 6 7 7 10

4 6 5 7 8 9 3 5 6 8

10 4 9 5 3 6 8 6 7 6

Apabila data tersebut akan kita sajikan dalam bentuk Tabel Distribusi Frekuensi,

maka langkah yang perlu ditempuh adalah:

4
Langkah Pertama

Mencari Nilai Tertinggi (Skor paling tinggi (Highest Score) H) dan Nilai

Terendah (Skor paling rendah (Lowest Score) L). Ternyata H = 10 dan L = 3.

Dengan diketahuinya H dan L maka kita dapat menyusun atau mengatur nilai

hasil ulangan harian itu, dari atas ke bawah,mulai dari 10 berturut-turut ke bawah sampai

dengan 3 pada kolom 1 dari Tabel Distribusi Frekuensi yang kita persiapkan adalah

seperti yang terlihat pada Tabel diatas.

Langkah Kedua

Menghitung frekuensi masing-masing nilai yang ada,dengan bantuan jari-jari

(tallies); hasilnya dimasukkan dalam kolom 2 dari Tabel Distribusi Frekuensi yang kita

persiapkan

Langkah Ketiga

Mengubah jari-jari menjadi angka biasa, dituliskan pada kolom 3 pada tabel

diatas, setelah selesai, keseluruhan angka yang menunjukkan frekuensi masing-masing

nilai yang ada itu lalu kita jumlahkan, sehingga diperoleh jumlah frekuensi (𝜮 f) atau

Number of cases = N. Tabel Distribusi Data Tunggal yang seluruhan skornya

berfrekuensi lebih dari satu, sebab di samping seluruh skor (nilai)nya merupakan data

yang tidak dikelompokkan, maka seluruh skor yang ada itu masing-masing berfrekuensi

lebih dari satu. (Sudijono Anas.2009: 48-50)

TABEL.

5
Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Ulangan Harian Dalam Mata Pelajaran Matematika yang

Diikuti oleh 40 Orang Murid Madrasah Ibtidaiyah.

Tabel. 1. nilai ujian akhir lompat tinggi siswa kerlas X SMA N 1 Padang

Nilai x Tallies fa fca fcb


10 // 2 2 40

9 /// 3 5 38

8 ///// 5 10 35

7 ///// 5 15 30

6 ///// ///// 10 25 25

5 ///// // 7 32 15

4 ///// 5 37 8

3 /// 3 40 3
Jumlah N= 40

Gambar 1. nilai ujian lompat tinggi

Gambar 2. nilai ujian lompat tinggi

Catatan:

6
1. Untuk melambangkan variabel (dalam contoh di atas adalah variabel nilai),pada

umumnya digunakan lambang huruf X, Y, atau Z.

2. N adalah singkatan dari Number of Cases, yang menggantikan lambang 𝜮 f (= jumlah

frekuensi), karena dipandang lebih singkat.

Berhubung Tabel Distribusi Frekuensi memiliki banyak kelemahan, maka

statistik menyediakan cara lain dalam penyajian data angka yaitu dengan membuat grafik

atau diagram.

Grafik atau diagram memiliki keunggulan tertentu antara lain:

1) Penyajian data statistik melalui grafik tampak lebih menarik daripada melalui Tabel

Distribusi Frekuensi.

2) Grafik secara lebih cepat memperlihatkan gambaran umum dan menyeluruh tentang

sesuatu perkembangan, perubahan maupun perbandingan; tidak demikian halnya

dengan tabel.

3) Grafik yang dibuat menurut aturan yang tepat dan benar akan terasa lebih jelas dan

lebih dimengerti orang (Sudijono, 2008:59-60).

Namun, grafik masih memiliki kekurangan antara lain:

(i) Membuat grafik jauh lebih sukar dan memakan waktu, biaya serta alat, tidak

demikian halnya dengan tabel.

(ii) Data yang dapat disajikan dalam grafik amatlah terbatas, sebab apabila datanya

banyak sekali maka lukisan grafiknya akan menjadi terlalu ruwet dan memusingkan:

tidak sepertinya halnya tabel.

(iii) Grafik pada kebanyakannya bersifat kurang teliti. Dalam tabel dapat dimuat angka

sampai tingkat ketelitian yang setinggi-tingginya (misalnya: 6.343, 7001, 0.125 dan

sebagainya dapat dimuat dalam tabel, namun tidak mungkin dilakukan pada grafik).

(Sudijono, 2008:60)

7
Dengan demikian jelaslah bahwa baik Tabel Distribusi Frekuensi maupun grafik,

masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu. Pada dasarnya kelemahan

yang terdapat pada Tabel Distribusi Frekuensi merupakan keunggulan grafik, sebaliknya

keunggulan yang dimiliki oleh Tabel Distribusi Frekuensi merupakan kelemahan grafik.

Itulah sebabnya apabila di dalam penyajian data statistik, dikehendaki tingkat ketelitian

yang semaksimal mungkin dan keterangan yang selengkap mungkin, sebaiknya data

statistik itu kita sajikan dalam bentuk tabel. Sebaliknya apabila penyajian data statistik itu

dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum secara tepat, sebaiknya data statistik

itu kita sajikan dalam bentuk grafik. Walhasil, kedua alat penyajian data itu dapat saling

mengisi atau saling melengkapi. Kelemahan yang dimiliki oleh Tabel Distribusi

Frekuensi, diatasi oleh grafik; sebaliknya, kelemahan yang dimiliki oleh grafik dapat

diatasi oleh Tabel Distribusi Frekuensi

C. Grafik Batang

Penyajian data dalam gambar akan lebih menjelaskan lagi persoalan secara

visual. Data variabelnya berbentuk kategori atau atribut sangat tepat disajikan dalam

diagram batang. Data tahunan pun dapat disajikan dalam diagram ini asalkan tahunnya

tidak terdapat terlalu banyak. Untuk menggambar diagram batang diperlukan sumbu datar

dan sumbu tegak yang berpotongan tegak lurus. Sumbu datar dibagi menjadi beberapa

skala bagian yang sama: demikian pula sumbu tegaknya. Skala pada sumbu tegak dengan

skala pada sumbu datar tidak perlu sama. Kalau diagram dibuat tegak, maka sumbu datar

dipakai untuk menyatakan atribut atau waktu. Kuantum atau nilai data diganbar pada

sumbu tegak.

Data yang terbentuk kategori atau nominal sangat sesuai apabila disajikan dalam

bentuk diagram batang. Dalam menyusun diagram ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yakni :

a. Sumbu datar (absis) dan sumbu tegak (ordinat)

8
Kedua garis itu berpotongan tegak lurus. Sumbu datar disebut sumbu X,

sedangkan sumbu tegak disebut sumbu Y. Skala sumbu datar hendaklah sama,

demikian juga pada sumbu tegak. Tapi antara kedua sumbu itu tidak perlu sama

skalanya.

b.   Perbandingan antara garis X dan garis Y.         

Untuk menjaga ketepatan penyajian data dan keindahan diagram perlu

diperhatikan perbandingan panjang garis X dan Y. Disamping itu perlu diperhatikan

lebar masing-masing batang, sehingga sesuai dengan perbandingan luas masing-

masingnya dan serasi dengan lebar sumbu X.

c.    Nama/legenda pada sumbu ordinat akan menunjukkan kuantum atau frekwensi,

sedangkan pada sumbu obsis (sumbu X) merupakan atribut atau waktu.

d.   Nama diagram

Ditulis dibagian bawah. Ditempatkan pada bagian tengah dan dinyatakan

dalam bahasa yang jelas, pendek dan tepat  sehingga dengan mudah orang dapat

memahami apa yang dimaksud dengan diagram itu.

e.    Letak masing-masing batang terpisah  antara yang satu dengan yang lain.

Sebelum menyusun suatu diagram batang, hendaklah membuat tabel persiapan

dari data yang diberikan atau yang ada.

Histogram merupakan bagian dari grafik batang di mana skala horisontal

mewakili nilai-nilai data kelas dan skala vertikal mewakili nilai frekuensinya. Tinggi

batang sesuai dengan nilai frekuensinya, dan batang satu dengan lainnya saling

berdempetan, tidak ada jarak/ gap diantara batang. Kita dapat membuat histogram seperti

ditunjukkan gambar 1 berikut

Contoh data: nilai ujian 16 orang siswa

69, 45, 69, 56, 45, 69, 80, 70, 56, 69, 56, 70, 69

9
Tabel . Distribusi Frekuensi Nilai Ujian Siswa (X)

Tally/Tabulas
Xi Fi fr (%)
i
45 II 2 12,5
56 IIII 4 25
69 IIII I 6 37,5
70 III 3 18,75
80 I 1 6,25
    16 100

Dapat dilihat dari grafik batang sebagai berikut:

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

10
A. Kesimpulan

Tabel distribusi frekuensi data tunggal adalah distribusi yang tidak menggunakan

interval (golongan/kelompok) didalam penyusunan tabel distribusi frekuensinya. Diagram

batang adalah suatu gambar untuk lebih mudah dalam menyajikan atau menjelaskan

persoalan secara visual.

B. Saran

Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian bahan

maupun dalam segi penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran pembaca agar karya tulis ini bisa menjadi lebih berguna.

DAFTAR PUSTAKA

Irianto,Agus .2004.Statistik konsep dasar & aplikasinya. Jakarta: Prenada Media

11
Sudjana. 2005. Metoda statistika. Bandung: PT. Tarsito Bandung

Sudijono,Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

http://distribusi-frekuensi/statistika/pdf

http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/25/pengertian-distribusi-dan-penyajiannya.html

http://fabiay007.blogspot.com/2013/03/penyajian-data-dalam-bentuk-tabel.html

12

Anda mungkin juga menyukai