Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Statistika adalah ilmu pengetahuan yang telah banyak digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Pemerintah menggunakan statistika untuk menilai hasil pembangunan masa lalu
dan juga ntuk membuat rencana masa datang.Selain itu pimpinan mengambil manfaat dari
kegunaan statistika untuk melakukan tindakan tindakan yang perlu dalam menjalankan
tugasnya.Di dunia penelitian atau riset, dimana pun dilakukan, bukan saja telah mendapat
manfaat yang baik dari statistika tetapi sering harus menggunakannya. Seperti untuk
mengetahui apakah cara yang baru ditemukan lebih baik dari pada cara lama, atau apakah
model untuk sesuatu hal dapat kita anut atau tidak. Untuk mengetahui hal hal diatas, perlu
diadakan penilaian dengan statistika.Kata Statistika berbeda dengan Statistik. Statistik
dipakai untuk menyatakan kumpulan data, bilangan maupun non-bilangan yang disusun
dalam tabel ataupun diagram, yang melukiskan suatu persoalan. Sedangkan statistika adalah
pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau
penganalisaannya dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan
yang dilakukan.Dalam statistika dibagi menjadi dua yaitu statistika induktif dan
deskriptif.Distribusi Frekuensi dan Ukuran Gejala Pusat merupakan bagian dari statistik
deskriptif.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam pembahasan makalah ini.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang di atas penulis melakukan pengidentifikasian masalah sebagai berikut :
1. Statistika merupakan pengetahuan yang tanpa kita sadari telah banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengertian statistika berbeda dengan statistik. Statistik, merupakan penyajian data
sedangkan statistika adalah cara mengumpulkan data.
3. Dalam pengumpulan data dibutuhkan Distribusi Frekuensi agar data yang
dikumpulkan lebih mudah dipahami dan dapat tersusun secara sistematis.


2

C. PEMBATASAN MASALAH
Untuk mempermudah arah pembahasan masalah ini penulis membuat batasan
masalah sebagai berikut :
1. Daftar distribusi frekuensi dan grafiknya.
2. Ukuran gejala pusat dan gejala letak
D. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang ada maka rumusan masalah
yang digunakan adalah :
1. Bagaimana cara membuat Daftar distribusi frekuensi dan grafiknya?
2. Apa itu Ukuran gejala pusat dan gejala letak?
E. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan dari makalah ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui cara membuat daftar distribusi frekuensi dan grafiknya.
2. Untuk mengetahui ukuran gejala pusat dan gejala letak.
F. MANFAAT PEMBAHASAN
Penulis berharap makalah ini memiliki manfaat bagi kita semua. Dimana dengan adanya
makalah ini dapat membantu semua kalangan baik itu mahasiswa, pelajar dan masyarakat
umum dalam mendalami penggunaan statistika.Selain itu dapat menambah wawasan
mengenai statistika deskriptif terutama dalam distribusu frekuensi dan ukuran gejala pusat.






3

BAB II
PEMBAHASAN

I. DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI DAN GRAFIKNYA
A. PENDAHULUAN
Dalam daftar distribusi frekuensi, banyak obyek dikumpulkan dalam kelompok,
kelompok berbentuk a-b yang disebut kelas interval.kedalam kelas interval a b
dimasukkan semua data yang bernilai mulai dari a sampai dengan b.dari data dibawah
contoh kelas interval yakni 31-40,41-50,...,91-100.
Nilai
ujian
Banyak
mahasiswa (f)
31-40 2
41-50 3
51-60 5
61-70 14
71-80 24
81-90 20
91-100 12
Jumlah 80

Urutan kelas interval disusun mulai data terkecil terus kebawah sampai nilai data
terbesar.berturut-turut mulai dari atas, diberi nama kelas interval pertama, kelas interval
kedua,..., dan kelas interval terakhir.
Ini semua ada dalam kolom kiri.kolom kanan berisikan bilangan bilangan yang
menyatakan berapa buah data terdapat dalam tiap kelas interval. jadi kolom ini berisian
frekuensi, disingkat dengan r. misalnya,f=2 untuk kelas interval pertama, atau ada 2 orang
mahasiswa yang mendapat nilai ujian paling rendah 31 dan paling tinggi 40, atau f=14 untuk
kelas interval 4, atau ada 14 orang mahasiswa yang mendapat nilai ujian paling rendah 61 dan
paling tinggi 70.
Bilangan bilangan disebelah kiri kelas interval disebut ujung bawah dan bilangan
bilangan disebelah kananya disebut ujung atas.dari daftar diatas ujung ujung bawah kelas
interval pertama, kedua,, .., terakhir ialah : 31,41,...,91.sedangkan ujung ujung atas atasnya
berturut turut 40,50,..100. selisiih positif antara tiap dua ujung bawah berurutan disebut
panjang kelas interval yang disingkat dengan huruf p,contoh nya 31 dan 41 yang selisih nya
10, maka p=10 (dibaca panjang kelas interval 10).dari data diatas, semuanya memiliki
panjang kelas interval yang sama.

4

B. MEMBUAT DAFTAR DISTRIBUSI FREKUENSI
Perhatikan nilai ujian statistika untuk 16 orang mahasiswa berikut ini :
70 90 80 50
70 40 60 50
60 70 80 60
80 80 40 60
Nilai ujian Banyak
mahasiswa (f)
41-50 2
51-60 3
61-70 4
71-80 4
81-90 3
Jumlah 16
Untuk membuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama. kita
lakukan sebagai berikut.
a. tentukanrentang.
rentang ialah data terbesar dikurangi data terkecil.
dalam hal ini karena data terbesar = 90 dan data terkecil = 4 maka rentang
=90 40 = 50
b. tentukan banayak kelas interval yang diperlukan.
banyak kelas sering biasa diambil paling sedikit 5 kelas dan paling
banyak 15 kelas, dipilih menurut keperluan.cara lain cukup bagus untuk n
berukuran besar n >200 misalnya dapat menggunakan aturan sturges, yaitu :
banyak kelas =1 + (3,3) log n
untuk contoh diatas dimana n=16(jumlah siswa)
banyak kelas = 1 + (3,3) log 16
= 1 + (3,3) ( 1,2041)=4,97357
maka kita bias membuat daftar distribusi frekuensi dengan banyak kelas 4 atau
5 buah.
c. tentukan panjang kelas interval p. ini, secara ancer-ancer ditentukan oleh aturan.
s banyakkela
g ren
p
tan
=
5

harga p diambil sesuai dengan ketelitian satuan data yang digunakan.
jika data berbentuk satuan. ambil harga p teliti sampai satuan. untuk data
hingga satu decimal, p ini juga diambil hingga satu decimal. dan begitu
seterusnya.
10
5
50
= = p dan dari sini kita bisa kita ambil p=1
d. pilih ujung bawah kelas interval pertama. untuk ini bisa diambl sama dengan
data terkecil atau nilai data yang lebih kecil dari data terkecil tetapi selisihnya
harus kurang dari panjang kelas yang telah ditentukan . selanjutnya daftar
diselesaikan dengan menggunakan harga harga yang telah dihitung.

e. dengan p=10 dan memulai dengan data yang lebih kecil dari data terkecil,
diambil 41, maka kelas pertama berbentuk 41-50, kelas kedua 51-60 , kelas
ketiga 61-70,dan seterusnya.

Sebelum daftar sebenarnya dituliskan, ada baiknya dibuat daftar penolong yang
berisikan kolom tabulasi.kolom ini merupakan kumpulan deretan garis-garis miring pendeng
yang banyaknya sesuai dengan banyak data terdapat dalam kelas interval yang bersangkutan.
Dengan mengambil banyak kelas 6, panjang kelas 1 dan dimulai dengan ujung bawah
kelas pertama sama dengan 4, seperti dijelaskan dalam titik poin e, maka kita proleh daftar
penlong seperti dibawah ini.
Nilai ujian Tabulasi Frekuensi
41-50 II 2
51-60 III 3
61-70 IIII 4
71-80 IIII 4
81-90 III 3

Dari penyusunan kelas kelas interval dimuka dapat dilihat bahwa ujung bawah kelas
yang satu berbeda dari ujung atas kelas sebelumnya.
Jadi tidak benar jika dibuat kelas kelas seperti dalalm dua contoh dibawah ini.
41-51
51-61
61-71
81-90
81-90


6

C. DISTRIBUSI FREKUENSI RELATIF DAN KUMULATIF
1. Distribusi Frekuensi Relatif
Frekuensi relatif adalah perbandingan antara frekuensi masing-masing kelas dengan
jumlah frekuensi seluruhnya yang dinyatakan dalam persentase. Dan dinyatakan dengan
rumus :


dengan f rel : frekuensi relatif

: frekuensi kelas ke

: jumlah frekuensi kelas ke i


Untuk memahami pengertian yang lebih mendalam kita ambil contoh di atas untuk di jadikan
sebagai distribusi Frekuensi relatif.
Interval Kelas Batas Kelas Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)
21 30
31 40
41 50
51 60
61 70
71 80
81 90
91 100
20,5 - 30,5
30,5 - 40,5
40,5 - 50,5
50,5 - 60,5
60,5 - 70,5
70,5 - 80,5
80,5 - 90,5
90,5 - 100
25,5
35,5
45,5
55,5
65,5
75,5
85,5
95,25
5
4
10
14
14
17
13
3
6,25
5
12,5
17,5
17,5
21,25
16,25
3,75
Jumlah 80 100

Contoh : Frekuensi Relatif kelas pertama = 5/80 x 100% = 6,25%, begitu seterusnya.
7

2. Distribusi Frekuensi Kumulatif
Dari tabel distribusi frekuensi data kelomok, dapat disusun tabel distribusi frekuensi
kumulatif. Ada dua macam tabel distribusi frekuensi kumulatif, yaitu :
a. Tabel distribusi frekuensi kumulatif kurang dari,
b. Tabel distribusi frekuensi kumulatif lebih dari.
Frekuensi kumulatif kurang dari (fk kurang dari) menyatakan jumlah frekuensi semua
nilai data yang kurang dari atau sama dengan nilai tepi atas pada tiap kelas dilambangkan
dengan fk . Frekuensi kumulatif lebih dari (fk lebih dari) menyatakan jumlah frekuensi
semua nilai data yang lebih dari atau sama dengan nilai tepi bawah pada tiap kelas,
dilambangkan dengan fk .
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini :
Interval Kelas Batas Kelas Frekuensi Kumulatif
Kurang Dari
Persen
Kumulatif

21 30
31 40
41 50
51 60
61 70
71 80
81 90
91 100
20,5
30,5
40,5
50,5
60,5
70,5
80,5
90,5
100
0
5
9
19
33
47
64
77
80
0
6,25
11,25
23,75
41,25
58,75
80,00
96,25
100,00



8

Interval Kelas Batas Kelas Frekuensi Kumulatif
Lebih Dari
Persen
Kumulatif
21 30
31 40
41 50
51 60
61 70
71 80
81 90
91 100
30,5
40,5
50,5
60,5
70,5
80,5
90,5
100
80
75
71
61
47
16
3
0
100,00
93,75
88,75
76,25
58,75
20,00
3,75
0


D. HISTOGRAM DAN POLIGON FREKUENSI
Untuk menyajikan data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi menjadi
diagram, seperti biasa dipakai sumbu mendatar untuk menyatakan kelas interval, dan sumbu
tegak untuk menyatakan frekuensi baik absolut maupun relatif.Yang dituliskan pada sumbu
datar adalah batas-batas kelas interval.Bentuk diagramnya seperti diagram batang hanya di
sini sisi-sisi batang berdekatan harus berimpitan. Para statistikawan biasanya menyajikan data
yang telah disusun dalam tabel distribusi frekuensi menjadi bentuk gambar atau diagram yang
dinamakan histogram dan polygon frekuensi. Hal ini dimaksud untuk mengetahui sebaran
atau kecenderungan data.
Berikut adalah contoh data hasil ujian akhir Mata Kuliah Statistika dari 60 orang mahasiswa
adalah sebagai berikut:
23 60 79 32 57 74 52 70 82 36
80 77 81 95 41 65 92 85 55 76
9

52 10 64 75 78 25 80 98 81 67
41 71 83 54 64 72 88 62 74 43
60 78 89 76 84 48 84 90 15 79
34 67 17 82 69 74 63 80 85 61

Setelah di buat daftar distribusi frekuensinya, maka diperoleh :

Maka diperoleh histogram dan poligonnya sebagai berikut :

E. MODEL POPULASI
Poligon frekuensi yang merupakan garis patah-patah dapat didekati oleh sebuah
lengkungan halus yang bentuknya secocok mungkin dengan bentuk polygon
10

tersebut.Lengkungan yang didapat dinamakan kurva frekuensi. Contoh untuk poligon
frekuensi terdapat pada gambar dibawah ini:

Jika semua data dalam populasi dapat dikumpulkan lalu dibuat daftar distribusi
frekuensinya dan akhirnya digambarkan kurva frekuensinya, maka kurva ini dapat
menjelaskan sifat atau karakteristik populasi.
Kurva ini merupakan model populasi yang akan ikut menjelaskan ciri-ciri populasi.
Dalam prakteknya, model populasi ini biasanya didekati oleh atau diturunkan dari kurva
frekuensi yang diperoleh dari sampel representatif yang diambil dari populasi itu.
Untuk keperluan teori dan metode yang lebih lanjut, model populasi ini dituangkan
dalam bentuk persamaan matematik. Pada saat sekarang kita hanya akan membahas bentuk
kurva untuk model populasi yang sering dikenal. Diantaranya adalah adalah model normal,
simetrik, positif atau miring ke kiri, negatif atau miring ke kanan, bentuk huruf J atau U.

Untuk gambar-gambar di atas kita kenal :
a. Model normal, yang sebenarnya akan lebih tepat digambarkan berdasarkan persamaan
matematiknya. Bentuk model normal selalu simetrik dan mempunyai sebuah puncak.
Kurva dengan sebuah puncak disebut unimodal.
11

b. Model simetrik, di sini juga unimodal. Perhatikan bahwa modal normal selalu
simetrik tetapi tidak sebaliknya.
Kurva untuk model miring positif ataupun negatif, dapat dilihat sebagai berikut :

Model positif menggambarkan bahwa terdapat sedikit gejala yang bernilai makin
besar. Sedangkan model negatif terjadi sebaliknya. Soal ujian yang terlalu mudah sehingga
banyak peserta yang mendapat nilai baik menggambarkan model negatif.



Kedua gambar di atas memperlihatkan fenomena yang modelnya berbentuk J. Ini banyak
terdapat dalam dunia ekonomi, industri, dan fisika.



Model bentuk U dapat dilihat seperti gambar di atas.Dalam hal ini mula-mula terdapat
banyak gejala bernilai kecil, kemudian menurun sementara gejala bernilai besar dan akhirnya
menaik lagi untuk nilai gejala yang makin besar.



Bentuk J Bentuk J terbalik
12

II. UKURAN GEJALA PUSAT DAN UKURAN LETAK
A. Rata Rata Atau Rata Rata Hitung
Rata-rata atau rata-rata hitung, untuk data kuantitatif yang terdapat dalam
sebuah sampel dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh banyak data. Simbol
rata rata untuk sampel ialah (baca: eks garis) sedangkan rata rata untuk populasi dipakai
simbol (baca: mu). Jadi adalah statistik sedangkan parameter untuk menyatakan rata
rata. Rumus untuk rata rata adalah:

atau


Atau lebih sederhana lagi ditulis :

singkatan dari

yang berarti jumlah semua harga x yang ada dalam kumpulan itu.
Contohnya: Jika ada lima nilai ujian dari lima mahasiswa untuk mata kuliah statistika
berbentuk : 70, 69, 45, 80, dan 56. Maka ditulis: x
1
= 70, x
2
= 69, x
3
= 45, x
4
= 80
dan x
5
= 56. Dalam hal ini n = 5, yang menyatakan sebuah sampel berukuran 5.
Dan untuk kelima nilai ujian di atas, nilai rata ratanya ialah:


Jika ada lima mahasiswa mendapat nilai 70, enam mendapat nilai 69, tiga mendapat 45 dan
masing masing seorang mendapat nilai 80 dan 56, maka datanya ditulis sebagai berikut :
x
i
= nilai ujian
f
i
= frekuensi untuk nilai x
i
yang bersesuaian
Rumus rata ratanya adalah :


B. Rata Rata Ukur
Jika perbandingan tiap dua data berurutan tetap atau hampir tetap, rata-rata ukur lebih
baik dipakai daripada rata-rata hitung, apabila dikehendaki rata-ratanya. Untuk data bernilai
x1, x2, xn, maka rata-rata ukur U didefinisi sebagai:
n
n
x x x x U ....... . .
3 2 1
=
yaitu akar pangkat n dari produk (x
1,
x
2,
x
3,
x
n
)
x
i
f
i
70
69
45
80
56
5
6
3
1
1
13

Contoh:
Rata-rata ukur untuk data x
1
=2, x
2
=4, x
3
=8 adalah 4 8 4 2
3
= = x x U
Untuk fenomena yang bersifat tumbuh dengan syarat-syarat tertentu, seperti pertumbuhan
penduduk, bakteri dan lain-lain sering digunakan rumus yang mirip rata-rata ukur ialah :
t
x
P
t
P )
100
1 (
0

+ =
Untuk:
Po = keadaan awal atau permulaan
Pt = keadaan akhir
x = rata-rata pertumbuhan setiap satuan waktu
t = satuan waktu yang digunakan
Contoh :
Penduduk Indonesia pada akhir tahun 1946 ada 60 juta sedangkan akhir tahun 1956
mencapail 78 juta. Untuk menentukan laju rata-rata pertumbuhan penduk tiap tahun kita
pakai Rumus di atas dengan t = 10, Po = 60 , Pt = 78
Maka didapat

10
)
100
1 ( 60 78

+ =
x

)
100
1 log( 10 60 log 78 log

+ + =
x

)
100
1 log( . 10 7782 , 1 8921 , 1

+ + =
x

67 , 2 0267 , 1 )
100
1 ( = = +

x
x

Jadi, laju rata-rata pertumbuhan tiap tahun adalah 2,67%
14

Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi rata-rata ukurnya dihitung
dengan rumus:

=
f i
xi f i
U
) log . (
log
Untuk x
i
= tanda kelas interval dan fi = frekuensi yang sesuai dengan xi dan harga
rata-rata ukur U dicari kembali dari log U.
Contoh :
Data nilai ujian Bahasa Inggris 80 mahasiswa, kita buat dalam bentuk tabel berikut :
Kelembaban (x) f
i
x
i
Log x
i
f
i
log x
i
31 - 40
41 50
51 60
61 70
71 80
81 90
91 100
1
2
5
15
25
20
12
35,5
45,5
55,5
65,5
75,5
85,5
95,5
1,5502
1,6580
1,7443
1,8162
1,8779
1,9320
1,9800
1,5502
3,3160
8,7215
27,2430
46,9475
38,6400
23,7600
Jumlah 80 - - 150,1782

Kolom (3) adalah tanda kelas, kolom (5) merupakan logaritma dari kolom (3) dan kolom
(5)menyatakan hasil kali antara kolom (2) dan kolom (4)

= = 80 1782 , 150 ) log . ( fi dan xi fi
37 , 75 8772 , 1
80
1782 , 150
log = = = U an menghasilk yang U
nilai ujian mempunyai rata-rata ukur 75,37
C. Rata Rata Harmonik
Untuk data x
1
, x
2
, x
3
, ..x
n
dalam sebuah sampel berukuran n, maka rata-rata
harmonik ditentukan oleh :

|
|
.
|

\
|
=
i
x
n
H
1

Contoh :
15

Rata-rata untuk kumpulan data : 3, 5, 6, 7, 10, 12, dengan n = 7 ialah
H = 87 , 5
12
1
10
1
7
1
6
1
6
1
5
1
3
1
=
+ + + + + +
n

Penggunaan lain mengenai rata-rata harmonik adalah dalam soal berikut :
Si A bepergian pulang pergi. Waktu pergi ia melakukan kecepatan 10 km/jam sedangkan
waktu kembalinya 20 km/jam. Berapakah rata-rata kecepatan pulang-pergi ?
Jawab :
Otomatis, dengan rata-rata hitung biasa adalah (10+20) km/jam = 15 km/jam. Ini salah,
karena panjang jalan 100 km, maka untuk pergi diperlukan waktu 10 jam dan kembali 5 jam.
Pulang pergi perlu waktu 15 jam dan menempuh 200 km. Rata-rata kecepatan jadinya =
15
200

km/jam =
3
1
13 km/jam.
Hasil ini tiada lain daripada rata-rata harmonik
H =
3
1
13
3
40
20
1
10
1
2
= =
+

Untuk data dalam daftar distribusi frekuensi, maka rata-rata harmonik dihitung
dengan rumus: H =

|
.
|

\
|
i
i
i
x
f
f

Untuk x
i
= tanda kelas interval dan
f
i
= frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas x
i.
Contoh :
Jika untuk ujian dalam Daftar di atas dihitung rata-rata harmoniknya, maka tabel berikut
diperlukan.
Data nilai ujian Bahasa Inggris 80 mahasiswa, kita bentuk tabel berikut :
16

Kelembaban (x) f
i
x
i
f
i /
c
i
31 - 40
41 50
51 60
61 70
71 80
81 90
91 100
1
2
5
15
25
20
12
35.5
45.5
55.5
65.5
75.5
85.5
95.5
0.0282
0.0440
0.0901
0.2290
0.3311
0.2339
0.1256
Jumlah 80 - 1.0819

Kolom (3) merupakan tanda kelas dan kolom (4) adalah hasil bagi kolom (2) oleh kolom (3).
Dari tabel didapat

i
i
x
f
1,0819 dan
i
f = 80, sehingga rumus IV diperoleh :
H = 94 , 73
0819 , 1
80
=
Rata-rata harmonik untuk nilai ujian itu = 73,94
Untuk data dalam daftar telah didapat x = 76,62; U = 75,37 dan H = 73,94. Ternyata terdapat
hubungan H x U s s


D.Kuartil, Desil, dan Persentil
Kuartil, adalah nilai yang membagi sekelompok data menjadi 4 bagian yang sama
banyak, sesudah disusun menurut urutan nilainya. Ada tiga buah kuartil, ialah kuartil
pertama, kuartil kedua, dan kuartil ketiga yang masing-masing disingkat K
1,
K
2
, K
3
.
Pemberian nama ini dimulai dari kuartil paling kecil. Untuk menentukan nilai kuartil :
1. Susun data menurut urutan nilainya
2. Tentukan letak kuartil
17

3. Tentukan nilai kuartil
Untuk n ganjil maka :



Untuk n genap, maka pertama-tama carilah median (K2). Data sebelah kiri median dibagi
menjadi dua bagian yang sama dan menghasilkan kuartil bawah (K1). Data sebelah kanan
median dibagi menjadi duan bagian yang sama dan menghasilkan kuatil atas (K3).
Contoh :

Sampel dengan data 52 56 57 60 64 66 70 75 82 86 92



Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, kuartil K
i
(i = 1, 2, 3)
dihitung dengan rumus :
K
i
= b + p
|
|
|
|
.
|

\
|

f
F
in
4
, dengan i = 1,2, 3
Dengan :
b = batas bawah kelas K
i,
ialah kelas interval di mana K
i
akan terletak.
p = panjang kelas K
i
F = Jumlah frekuensi sebelum kelas K
i

f = frekuensi kelas K
i
Desil, yaitu nilai yang membagi sekumpulan data menjadi 10 bagian yang sama
setelah dta itu diurutkan. Karenanya ada sembilan buah desil ialah desil pertama, desil
kedua,, desil kesembilan yang disingkat dengan D
1,
D
2,.
D
9.

Desil- desil ini dapat ditentukan dengan jalan.
1. Susun data menurut urutan nilainya
2. Tentukan letak desil
3. Tentukan nilai desil
18

Letak desil ditentukan oleh rumus :
Letak D
i
= data ke
10
) 1 ( + n i
,dengan i = 1, 2, 3 , 9
Contoh :

Untuk data yang telah disusun dalam contoh ialah 52 56 57 60 64 66 70 75 82 86 92
94, maka letak D
7
= data ke =
+
10
) 1 12 ( 7
data ke 9,1.
Nilai D
7
= data ke 9 + (0,1) (data ke 10 data ke 9) atau D
7
= 82 + (0,1) (86-82) = 82,4.
Untuk data dalam daftar distribusi frekuensi, nilai D
i
(i = 1,2, .., 9) dihitung dengan rumus :
D
i
= b + p
|
|
|
|
.
|

\
|

f
F
in
10
, dengan i = 1, 2, 3
Dengan : b = batas bawah kelas D
i,

p = panjang kelas D
i

F = jumlah frekuensi sebelum kelas D
i
f = frekuensi kelas D
i
.
Persentil, jika sekumpulan data yang dibagi menjadi 100 bagian yang sama akan
menghasilkan 99 pembagi yang berturut-turut dinamakan persentil pertama, persentil
kedua,., persentil ke 99. Simbol yang digunakan berturut-turut P
1
, P
2
.., P
99.

Karena cara perhitungannya sama seperti perhitungan desil, maka disini hanya diberikan
rumus-rumusnya letak persentil P
i
(i = 1,2,3 .., 99) untuk sekumpulan data ditentukan oleh
rumus : Letak P
i
= data ke
100
) 1 ( + n i
, dengan i = 1, 2, 3 , 99.
Untuk nilai P
i
untuk data dalam daftar distribusi frekuensi dihitung dengan :
P
i
= b + p
|
|
|
|
.
|

\
|

f
F
in
100
, dengan i = 1, 2, 3 ..,99
Dengan : b = batas bawah kelas D
i,
p = panjang kelas D
i

F = jumlah frekuensi sebelum kelas D
i
f = frekuensi kelas D
i
.
19

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1) Distribusi frekuensi merupakan bagian dari statistika deskriptif dimana distribusi
frekuensi berisikan data dari data yang terkecil hingga data yang terbesar yang dibagi
ke dalam beberapa kelas.
2) Distribusi frekuensi ada dua jenis yaitu distribusi frekuensi relatif yang frekuensinya
dinyatakan dalam persen dan distribusi frekuensi kumulatif dimana daftar frekuensi
ini dapat dibentuk dari daftar frekuensi biasa.
3) Data yang telah disusun dalam tabel distribusi frekuensi menjadi bentuk gambar atau
diagram dinamakan histogram dan polygon frekuensi.
4) Ukuran gejala pusat adalah: rata rata atau rata rata hitung, rata rata ukur, rata
rata harmonik dan modus. Sedangkan ukuran letak adalah: median, kuartil, desil dan
persentil.
B. SARAN
Dalam membuat suatu daftar distribusi frekuensi kita harus memperhatikan langkah
langkah yang akan diambil. Lakukan seperti yang tertera di dalam makalah. Perhatikan
langkah langkah pengerjaannya, supaya saat dalam proses pengerjaan tidak terjadi
kesalahan yang dapat mengakibatkan daftar distribusi yang dibuat menjadi salah total.
Pahami baik baik penjelasan yang ada dalam makalah ini.







20

DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, Prof. DR. 1997.Metode Statistika. Bandung : Tarsito Bandung

Anda mungkin juga menyukai