Disusun Oleh :
Wiwik Susanti (H1E113010)
Ade Fitria (H1E113041)
Rendy Arya Pangestu (H1E113214)
Rifqy Maulid Rezky (H1E113233)
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Qomariyatus S, Amd., Hyp., ST., Mkes
Nova Annisa., Msi
Rektor
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si,
M.Sc.
NIP. 19660331 199102 1 001 Dekan Fakultas Teknik
Dr-Ing Yulian Firmana
Arifin, S.T., M.T.
NIP. 19750404 200003 1 002
Dosen Epidemiologi
Dosen Epidemiologi
Prof. Dr. Qomariyatus S,
Nova Annisa, S.Si., MS
Amd. Hyp., S.T., Mkes.
NIP. 19780420 20050 1 002
Disusun Oleh :
Wiwik Susanti (H1E113010)
Ade Fitria (H1E113041)
Rendy Arya Pangestu (H1E113214)
Rifqy Maulid Rezky (H1E113233)
Mengetahui,
Ketua Prodi Teknik Lingkungan,
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang berkat
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Observasi Lapangan dengan judul Surveilans Epidemiologi Studi Kasus Di
Puskesmas Kota Banjarbaru Dan Puskesmas Cempaka ini.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Allah SWT
2. Prof. Dr. Qomariyatus S, Amd., Hyp., ST., Mkes dan Nova Annisa., Msi
sebagai Dosen Mata Kuliah Epidemiologi, yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Orang tua dan adik yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk
menyelesaikan laporan ini.
4. Para staf dan karyawan yang memberikan banyak masukkan dan bantuan.
5. Semua teman-teman di Teknik Lingkungan 2013 dan kakak-kakak di
Teknik Lingkungan yang telah memberi bantuan serta dukungannya.
Kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini terdapat banyak
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun guna perbaikan yang akan datang. Semoga laporan yang
telah di buat ini mendatangkan manfaat bagi semua.
Banjarbaru, Desember 2015
Penulis
RINGKASAN
Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus
menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang
mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut
agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan. Pada awalnya surveilans epidemiologi
banyak dimanfaatkan pada upaya pemberantasan penyakit menular, tetapi pada saat
ini surveilans mutlak diperlukan pada setiap upaya kesehatan masyarakat, baik
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, maupun terhadap upaya
kesehatan lainnya. Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun
yang paling penting dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat.
Bertambahnya jumlah penduduk mempercepat terjadinya penularan penyakit dari
orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga
memperngaruhi perubahan gambaran Epidemiologi serta virulensi dari penyakit
menular tertentu. Perpindahan penduduk dari satu wilayah kewilayah baru yang
mempunyai ekologi lain membawa konsekuensi orang - orang yang pindah tersebut
mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah
penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang sangat
prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul ataupun penyakit
yang digunakan dalam bioteririsme, yang paling penting dalam upaya pencegahan
dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinya sedini mungkin.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka system surveilans yang tertata rapi sangat
diperlukan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
..i
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tugas Epidemiologi
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
a. Mengetahui Pengertian, Tujuan, dan Jenis-jenis dari surveilans epidemologi
b. Mengetahui Prinsip, Fungsi, Langkah, dan Ruang Lingkup Surveilans
Epidemiologi
c. Mengetahui contoh kasus yang berkaitan dengan surveilans epidemologi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Tugas Epidemiologi
3
Tugas Epidemiologi
4
Tugas Epidemiologi
5
Tugas Epidemiologi
6
Tugas Epidemiologi
7
Tugas Epidemiologi
8
Tugas Epidemiologi
9
Tugas Epidemiologi
2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus-
menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui
pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit
dan kematian serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit
adalah penyakit, bukan individu. Melakukan pengawasan terus menerus terhadap
distribusi dan kecendrungan insidensi penyakit,melalui pengumpulan sistematis,
konsolidasi, evaluasi terhadap laporan laporan penyakit dan kematian, serta data
relevan lainnya. Fokus surveilans penyakit adalah penyakit bukan pada suatu
individu (orang), negara negara menggunakan surveilans penyakit yang didukung
melalui program program vertikal (pusat-daerah).
Pada banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung
melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis,
program surveilans malaria. Beberapa dari sistem surveilans vertikal dapat
berfungsi efektif, tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara dengan baik dan
akhirnya kolaps, karena pemerintah kekurangan biaya. Banyak program surveilans
penyakit vertikal yang berlangsung paralel antara satu penyakit dengan penyakit
lainnya, menggunakan fungsi penunjang masing-masing, mengeluarkan biaya
untuk sumberdaya masing-masing dan memberikan informasi duplikatif sehingga
mengakibatkan inefisiensi.
3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan
masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-
indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum
konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator
individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda atau temuan laboratorium,
yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi
laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan
pada level lokal, regional, maupun nasional.
10
Tugas Epidemiologi
5. Surveilans Terpadu
11
Tugas Epidemiologi
12
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
13
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
pihak yang bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan. Informasi yang telah
diperoleh akan dianalisa dan di interpretasi sehingga dapat mengambil keputusan
yang tepat sebelum melakukan aksi atau tindakan. Keputusan yang dihasilkan
berupa program-program seperti pencegahan dan pengendalian untuk melakukan
intervensi dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan. Lalu, program tersebut
akan di aplikasikan dalam bentuk suatu tindakan. Dalam hal ini akan adanya proses
feedback (umpan balik). Setelah itu, tindakan yang telah dilakukan akan di evaluasi.
Apakah program telah berhasil atau tidak sampai pencapaian tujuan sehingga
didapatkan kembali data baru untuk penelitian selanjutnya. Alur atau proses dari
awal hingga akhir tersebut berjalan secara terus-menerus tanpa memutuskan bagian
yang ada didalamnya (Murti, B. 2010).
Dalam surveilans epidemiologi, data yang di dapat biasanya berupa masalah
kesehatan seperti kesakitan, sindrom, gangguan lingkungan sekitar atau masalah
kesehatan lainnya. Setelah itu data dapat dikumpulkan dengan dukungan berbagai
sumber seperti laporan puskesmas, laporan rumah sakit, survei, laporan
laboratorium. Pengumpulan data ini harus memperhatikan beberapa indikator,
diantaranya jumlah atau rate ,angka kesakitan dan angka kematian, variabel yang
diperlukan dan numerator serta denumerator yang dipakai. Setelah dikumpulkan,
data akan dilaporkan ke pemerintah bidang kesehatan masyarakat. Pelaporan data
bisa dalam bentuk laporan harian, mingguan dan bulanan (Murti, B. 2010).
Setelah data diperoleh dan telah diolah akan menghasilkan sebuah informasi.
Lalu, akan dilanjutkan dalam proses analisa dan interpretasi. Proses ini harus
memperhatikan karakteristik data (sumber data, kualitas, pembaharuan data apakah
data berubah atau tidak), validasi data (apakah ada nilai yang kurang atau data tidak
lengkap, kebenaran data, duplikasi atau ada kesamaan), analisis deskriptif (analisis
berdasarkan orang, tempat ,dan waktu), dan hipotesis mengambil keputusan yang
biasanya berupa program intervensi dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan
(Murti, B. 2010).
Keputusan yang telah diambil diharapkan dapat diaplikasikan dalam bentuk
tindakan. Tindakan bisa dilakukan dengan pengendalian (rapid response, case
14
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
2. Pengolahan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row
data) yag masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah
dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk
grafik, maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Pengolahan data
tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.
4. Evaluasi
Hasil evaluasi data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya,
untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan
perbaikan-perbaikan program dan pelaksaan program, serta untuk
kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
15
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
16
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
17
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses
data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologi yang
dilaksanakan secara teratur dan terus-menerus dan dikumpulkan tepat waktu.
Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber dari Rumah sakit,
Puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survei.
18
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
4. Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena
akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan
pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-
ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui
situasi, estimasi dan prediksi penyakit.
Data yang sudah diolah selanjutnya dianalisis dengan membandingkan data
bulanan atau tahun-tahun sebelumnya, sehingga diketahui ada peningkatan atau
19
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
penurunan, dan mencari hubungan penyebab penyakit malaria dengan faktor resiko
yang berhubungan dengan kejadian malaria (Masrochah, S.2006).
5. Penyebarluasan informasi
Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ketingkat atas maupun ke bawah.
Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan
masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang
informatif agar mudah dipahami terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan.
Penyebarluasan informasi yang baik harus dapat memberikan informasi yang
mudah dimengerti dan dimanfaatkan dalam menentukan arah kebijakan kegiatan,
upaya pengendalian serta evaluasi program yang dilakukan. Cara penyebarluasan
informasi yang dilakukan yaitu membuat suatu laporan hasil kajian yang
disampaikan kepada atasan, membuat laporan kajian untuk seminar dan pertemuan,
membuat suatu tulisan di majalah rutin, memanfaatkan media internet yang setiap
saat dapat di akses dengan mudah (Masrochah, S.2006).
6. Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat
menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit
kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan
mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan
memberi petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan
balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara pemberian
umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat pertemuan serta
pada saat melakukan pembinaan atau suvervisi.
Bentuk dari umpan balik bisa berupa ringkasan dari informasi yang dimuat
dalam buletin (news letter) atau surat yang berisi pertanyaan-pertanyaan
sehubungan dengan yang dilaporkan atau berupa kunjungan ke tempat asal laporan
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Laporan perlu diperhatikan waktunya
agar terbitnya selalu tepat pada waktunya, selain itu bila mencantumkan laporan
20
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
yang diterima dari eselon bawahan, sebaliknya yang dicantumkan adalah tanggal
penerimaan laporan (Masrochah, S.2006).
7. Investigasi penyakit
Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih
dahulu dilakukan penyelidikan epidemiologi penyakit malaria. Dengan investigator
membawa ceklis atau format pengisian tentang masalah kesehatan yang terjadi
dalam hal ini adalah penyakit malaria dan bahan untuk pengambilan sampel di
laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan kemudian disimpulkan
bahwa benar-benar telah terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria yang perlu
mengambil tindakan atau sebaliknya (Masrochah, S.2006).
8. Tindakan penanggulangan
Tindakan penanggulangan yang dilakukan melalui pengobatan segera pada
penderita yang sakit, melakukan rujukan penderita yang tergolong berat, melakukan
penyuluhan mengenai penyakit malaria kepada masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut,
melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan
(Masrochah, S.2006).
21
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
22
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
23
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
24
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
25
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
26
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
27
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
BAB III
METODOLOGI
Epidemiologi mempelajari penyebaran dan penentu dari frekuensi penyakit
pada manusia. Definisi ini menekankan pada penyelidikan distribusi penyakit pada
manusia dan faktor-faktor penentunya. Dalam perkembangannya lingkup
epidemiologi meluas sehingga meliputi bidang kesehatan lainnya. Hal ini
umpamanya tampak dari definisi berikut : Epidemiologi mempelajari penyebaran
28
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
dan penentu dari keadaan keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kesehatan
dalam suatu populasi tertentu dan penerapannya dari hasil-hasil studi tersebut untuk
penanggulagan masalah-masalah kesehatan.
Yang dimaksud dengan penyebaran peristiwa (penyakit dan masalah
kesehatan) adalah distribution, yaitu dimana orang sakit atau peristiwa sakit
diklasifikasikan menurut berbagai variabel. Variabel-variabel ini biasanya
dikelompkkan dalam tiga variabel utama yang berkaitan dengan Orang (sifat-sifat
yang mengalami), Tempat (sifat-sifat tempat terjadi) dan Waktu (waktu, musim dan
sifat-sifat lain yang berkaitan dengan waktu kejadian). Bagian epidemiologi ini
sering disebut sebagai epidemiologi deskriftif. Dan hasilnya pada umumnya dapat
dipakai menyusun hipetesis dan hipotesis ini diuji dalam penelitian epidemiologi
analitik.
Variabel-variabel yang biasa digunakan dalam epidemiologi deskriptif
adalah:
A. Variabel Orang
Karakteristik yang selalu diperhatikan dalam suatu penyelidikan
epidemiologi untuk variabel orang adalah umur, jenis kelamin, kelas sosial
(pendidikan, pekerjaan, penghasilan), golongan etnik, status perkawinan,
besarnya keluarga, paritas (keturunan), dan lain sebagainya yang berhubungan
dengan variabel orang, sepertigaya hidup dan kebiasaan makan. Variabel orang
dapat digunakan untuk mengetahui populasi yang berisiko.
B. Variabel Tempat
Karakteristik dalam variabel tempat yang biasa digunakan adalah daerah
berdasarkan batas-batas pemerintahan (kelurahan, kecamatan, kabupaten/
kotamadya, propinsi), daerah perkotaan dan pedesaan, daerah berdasarkan
batasbatas alam (pegunungan, pantai, laut, sungai, padang pasir), daerah
berdasarkan batas negara. Variabel tempat dalam suatu penyelidikan
epidemiologi dapat digunakan untuk mengetahui distribusi geografis dari suatu
29
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
C. Variabel waktu
Karakteristik dalam variabel waktu dilihat berdasarkan panjangnya waktu
terjadinya perubahan pada suatu penyakit dan dibedakan menjadi fluktuasi
jangka pendek atau epidemi (jam, hari, minggu, dan bulan), perubahan secara
siklis dimana terjadi perubahan angka kesakitan yang berulang-ulang
(beberapa hari, beberapa bulan/ musiman, tahunan, beberapa tahun), dan
fluktuasi jangka panjang atau disebut juga secular trends (bertahun-tahun,
puluhan tahun).
Model Penyebab Penyakit (Model Trias Epidemiologi dan Model Sufficient
Cause dan Component Cause) adalah model yang mencerminkan hubungan
sebab akibat dalam penyakit. Berikut ini gambaran dari trias epidemiologi
tersebut:
30
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
31
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
5. Daya tahan tubuh anak rendah Daya tahan tubuh anak rendah
7. Iya Iya
Dari data diatas didapatkan perolehan hasil yang sangat berbeda dari data yang
didapat dari dinas kesehatan setempat, ternyata data yang dimuat dinas kesehatan
tersebut mencakup data dari seluruh puskesmas yang ada di Kota Banjarbaru
sehingga memberikan hasil yang diperoleh sanagt berbeda. Data tersebut
menyatakan diare lah yang menjadi urutan pertama di kota banjarbaru tersebut.
32
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
Tetapi, setelah mengunjungi dan mengambil sampel dari 2 puskesmas yang berbeda
penyakit yang menjadi urutan pertama sangat bervariatif seperti ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan Akut) dan Tifus, setelah kedua penyakit tersebut yang menjadi
urutan selanjutnya sama yaitu diare. Yang menjadi kebanyakan factor penyakit
seperti diatas adalah :
Daya tahan tubuh
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Lingkungan
Kebanyakan masyarakat sebenarnya sudah mengetahui apa pentingnya lingkungan
yang bersih untuk kesehatan tetapi masih kurangnya penerapan kedalam kehidupan
sehari hari mereka.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
33
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
Demam Berdarah
Tetanus
Kolera
Malaria Mix
Malaria Klinis
Filariasis
Difteri
Kusta MB
Pneumonia
Influensa
Campak
Frambusia
Sifilis
Hepatitis Klinis
Gonorrhoe
Diare Berdarah
Diare
Batuk Rejan
Malaria Vivax
Demam Dengue
Malaria Falsifarum
Dari data per tahun diatas didapatkan bahwa sebagian besar penyakit
yang dialami warga adalah diare, dimana angka diare mencapai 1000
keluhan untuk pertahunnya. Yang kemudian penyakit tifus ada di nomor 2
lalu ada penyakit pneumonia. Data diatas diambil berdasarkan dari sumber
yang sudah menjadi pekerjaaan pendataan wajib oleh pihak dinkes
setempat.
Kemudian data yang didapatkan adalah akumulasi dari semua
puskesmas puskesmas yang terdapat di Kota Banjarbaru tidak ada satu
puskesmas pun yang tertinggal dari pendataan tahunan ini. Ini juga
merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh semua puskesmas yang
ada di Kota Banjarbaru. Berdasarkan pendataan dari pihak dinas kesehatan
kami melakukan observasi langsung ke 2 puskesmas yang ada di Kota
Banjarbaru.
34
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
35
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
36
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
2. Apa yang menjadi penyakit nomor 1 yang ada di daerah Kota Banjarbaru
a. Tifus c. Gondok
b. Diare (benar) d. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut
DAFTAR PUSTAKA
37
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
Conceptual framework of public health surveillance and action and its application
in health sector reform. BMC Public Health, 2:2 http://www.biomedcentral.
com. Diakses pada tanggal 25 September 2013
DCP2 (2008). Public health surveillance. The best weapon to avert epidemics.
Disease Control Priority Project. www.dcp2.org/file/153/dcpp-
surveillance.pdf. Diakses pada tanggal 25 September 2013
Irwanto,Roim A, Sudarmo SM. 2002. Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak
diagnosa dan penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1. Salemba Medika:
jakarta
Journal of Urban Health: Bulletin of the New York Academy of Medicine, 80
(Suppl 1): i107-i114(1).
Last, JM. 2001. A dictionary of epidemiology. New York: Oxford University Press,
Inc.
38
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
Lung. E. 2003. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd treatment in
gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2:McGraw Hill. New Tork
Mansjoer A. . 2001. Diare Akut. Dalam buku Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1,
Edisi III. Media Aesculapius. FKUI. Jakarta
39
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja & Limbah Cair (Suatu
Pengantar). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Soebagyo, 2008. Diare Akut pada Anak. Universitas Sebelas Maret Press. Surakarta
Suriawiria, U., Prof. Drs. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat.
Penerbit PT. Alumni. Bamdung
Rahayu Sri Pujiati. 2010. Pengaruh Jarak Sumur Gali Dengan Septic Tank
Terhadap Kandungan Bakteri Coliform Pada Air Sumur Gali.
Ikesma.Lumajang
Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru. 2015. Rekap Bulanan Data Diare Puskesmas-
Puskesmas Kota Banjarbaru Tahun 2015. Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru:
Banjarbaru-Kalsel
UNICEF. 2009. Diarhoea: Why children are still dying and what can be done.
Wardhana, W. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset.
Yogyakarta
WHO, 1996, Guidelines for Drinking-Water Quality, V.2.: Health Criteria and
Other Supporting Information, Snd Edition, Geneva
WHO. 2010. World Health Statistics 2010: Causes of death.
LAMPIRAN
40
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
41
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
42
LAPORAN OBSERVASI EPIDEMIOLOGI
TEKNIK LINGKUNGAN
INDEKS
Outcome Specific 4
KLB 5
Morbiditas 7
Mortalititas 7
Outbreaks 8
Kolaps 10
Donumerator 14
Follow Up 15
43