Anda di halaman 1dari 40

PENCEGAHAN PENYAKIT

OLEH: KELOMPOK 5

ANITA 702008102
WARDA 702008025

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan dengan hati yang tulus dan pikiran
yang jernih kami panjatkan kehadirat Allah Subuhanahu Wata’ala
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan ini
dengan judul “Pencegahan Penyakit”. Adalah hanya pertolongan dan
izin Allah.
Disamping itu shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi
Muhammad Sallallahu alai’hi Wasallam. beserta kelurga nya dan para
sahabatnya yang dengn penuh kesetiaan telah mengobarkan syi’ar islam
yang manfaatnya masih terasa hingga saat ini. Semoga laporan ini dapat
menambah wawasan bagi para pembacanya dan bernilai ibadah bagi
penulisnya.
Sebagai konsekuensi logis bahwa bila nantinya akan di dapati
beberapa cacat, kesalahan dan kekurangan dalam laporan ini, saya
selaku penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhirnya, hanya kepada Allah penulis panjatkan rasa syukur dan
hanya kepada-Nya pula urusan penulis kembalikan.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ i


Daftar Isi...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ ...1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisanan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A. Pencegahan Penyakit ........................................................................ 3
B. Tingkat Pencegahan ......................................................................... 6
1. Fase sebelum ............................................................................. 6
2. Fase sebelum sakit..................................................................... 6
C. Strategi Pencegahan Penyakit.......................................................... 19
D. Strategi Pencegahan Penyakit ......................................................... 20
E. Pencegahan Penyakit Menular........................................................ 21
1. Pencegahan Primer Penyakit Menular ....................................... 22
2. Pencegahan Sekunder Penyakit Menular ................................... 23
3. Pencegahan Tersier Penyakit Menular ....................................... 23
4. Pelaksanaan Upaya Pencegahan Penyakit Menular ................... 24
F. Pencegahan Penyakit Tidak menular ............................................ 25
1. Pencegahan Primer Penyakit Tidak Menular ............................ 25
2. Pencegahan Sekunder Penyakit Tidak Menular ........................ 25
3. Pencegahan Tersier Penyakit Tidak Menular ......................... 26
4. Penerapan upaya pencegahan penyakit tidak menular ............. 26
G. Macam-Macam Tindakan Pencegahan Penyakit .......................... 28
H. Tahap-Tahap Pencegahan Penyakit ............................................... 28
I. Usaha-usaha Pencegahan (Preventive) ......................................... 29
BAB III PENUTUP ................................................................................... 37
A. Kesimpulan ....................................................................................... 37
B. Saran ................................................................................................... 37
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia,


namun belum banyak masyarakat yang mampu mengambil keputusan tentang
perawatan kesehatan yang mereka butuhkan, dan tanggung jawab untuk menjaga
kesehatannya secara optimal. Betapa pentingnya kesehatan, akan tetapi banyak
orang yang mengabaikannya. Mereka tidak menyadari bahwa gaya hidup, pola
hidup, dan aktivitas keseharian bisa mempengaruhi kesehatan. Mereka merasa
sehat ketika tidak mengalami batuk, flu, atau penyakit menular lainnya. Padahal,
ada bahaya yang mengancam apabila pola hidup yang sehat tidak diterapkan
dalam keseharian. Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak disebabkan oleh
kuman, virus, atau bakteri tetapi lebih disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup
tidak sehat.

Konsep pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi,


melindungi, dan mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu
(National Public Health Partnership, 2006).

Upaya preventif/pencegahan adalah sebuah usaha yang dilakukan individu


dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara
etimologi berasal dari bahasa latin, praevenire, yang artinya datang sebelum atau
antisipasi, atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian penyakit menular?


2. Apa saja faktor penyebab penyakit menular?
3. Bagaimana mekanisme penyakit menular?
4. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan penyakit menular?
5. Apa pengertian penyakit tidak menular?
6. Apa pengertian dan jenis faktor resiko penyakit tidak menular?
7. Bagaimana upaya pencegahan penyakit tidak menular?
C. Tujuan Masalah
Tujuan pnulis makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas kuliah
dan kelompok dalam mata kuliah Dasar-dasar Epidemiologi. Dan juga kami
sebagai penulis ingin memberikan informasi kepada rekan-rekan yang lain tentang
epidemiologi penyakit menular dan tidak menular beserta pencegahannaya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pencegahan Penyakit

Epidemiologi merupakan ilmu dasar pencegahan dengan sasaran utama


adalah mencegah dan menanggulangi penyakit dalam masyarakat. Pengertian
pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum
kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah pencegahan, haruslah didasarkan
pada data/keterangan yang bersumber dari hasilanalisis epidemiologi atau hasil
pengamatan/penelitian epidemiologis (Nur Nasry Noor, 2008).
Konsep pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi,
melindungi, dan mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu
(National Public Health Partnership, 2006).
Upaya preventif/pencegahan adalah sebuah usaha yang dilakukan
individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi
secara etimologi berasal dari bahasa latin, praevenire, yang artinya datang
sebelum atau antisipasi, atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sbegai upaya secara sengaja
dilakukan untuk mencegah terjadinya ganggguan, kerusakan, atau kerugian bagi
seseorang atau masyarakat (Notosoedirdjo dan Latipun, 2005 : 145)
firman Allah Subuhanahu Wata’ala dalam surah Al-Baqarah:195
َ‫َّللاَ ي ُِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬
‫َّللاِ َو ََل ت ُ ْلقُوا بِأ َ ْيدِي ُك ْم إِلَى الت ه ْهلُ َك ِة َوأَحْ ِسنُوا إِ هن ه‬ َ ‫َوأ َ ْن ِفقُوا فِي‬
‫سبِي ِل ه‬
Artinya:
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang berbuat baik. (QS. Al-Baqarah 1:195)

Upaya pencegahan penyakit telah dilakukan sejak zaman prasejarah.


Misalnya, di Negara Cina pada sekitar 2000 tahun SM telah dilakukan
pencegahan terhadap penyakit variola hingga pada saat itu timbul ungkapan
“seorang dokter yang baik bukan menyembuhkan orang sakit, tetapi
menyembuhkan orang sehat“.
Upaya pencegahan penyakit mencapai puncaknya pada abad ke-18
karena pada saat itu mulai ditemukan berbagai vaksin, misalnya :
1. Vaksin variola
Vaksin adalah larutan ynag berisi kuman penyakit (patogen yang sudah di
lemahkan atau salah satu sudah di lemahkan atau salah satu bagian tubuh dari
patogen tersebut. Variola atau cacar adalah penyakit menular pada manusia yang
di sebabkan oleh virus variola major atau variola minor. Penyakit ini di kenal
dengan nama latinnya, variola atau variola vera, yang berasal dari kata latin
varius, yang berarti
“berbintik”,atau varus yang artinya “jerawat”.

Dalam hadis Rasulullah bersabda;


‫طا ِئفَ ٍة‬َ ‫ أ ُ ْر ِس َل َعلَى‬،‫س‬ ٌ ْ‫لطاع ُْونَ ِرج‬ ‫سله َم “ا َ ه‬
َ ‫صلهى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ‫س ْو ُل هللا‬ َ ُ ‫ْث أ‬
ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫سا َمةَ ْبنُ زَ ْي ٍد قَال‬ ُ ‫َح ِدي‬
‫ض‬ ٍ ‫ َوإِذَا َوقَ َع بِأ َ ْر‬.‫ض فَ ََل ت َ ْقدَ ُم ْوا َعلَ ْي ِه‬
ٍ ‫س ِم ْعت ُ ْم بِ ِه بِأ َ ْر‬
َ ‫ فَإِذَا‬،‫ أ َ ْو َعلَى َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم‬،َ‫ِم ْن بَنِى إِس َْرائِ ْيل‬
ً ‫(و فِى ِر َوايَةٍ) ََل ي ُْخ ِر ُج ُك ْم إِ هَل فِ َر‬
ُ‫ارا ِم ْنه‬ ً ‫”وأ َ ْنت ُ ْم بِ َها فَ ََل ت َْخ ُر ُج ْوا فِ َر‬
َ .ُ‫ارا ِم ْنه‬ َ
Artinya:
Usamah bin Zaid r.a. berkata: “Rasulullah saw. Bersabda:
“Tha’un (wabah cacar) itu suatu siksa yang diturunkan Allah kepada sebagian
Bani Isra’il atau atas umat yang sebelummu. Maka bila kamu mendengar bahwa
pentakit itu berjangkit di suatu tempat, janganlah kalian masuk ke tempat itu, dan
jika di daerah di mana kamu telah ada di sana maka janganlah kamu keluar dari
daerah itu karena melarikan diri dari padanya”.
2. Vaksin rabies
Vaksin rabies adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah rabies.
Vaksin ini dapat digunakan sebelum atau beberapa saat sudah terpapar dengan
virus ini, seperti setelah di gigit anjing atau kelelawar yang terinfeksi.

3. Vaksin polio
Vaksin polio adalah vaksin yang di berikan untuk mencegah penyakit
polio. Terdapat dua jenis vaksin polio yaitu vaksin yang berisi virus polio yang
tidak aktif yang di suntikan kedalam tubuh atau vaksin berisi virus polio yang
sudah di lemahkan yang di berikan lewat mulut. Kedua vaksin ini telah
memberantas polio hampir di seluruh dunia.

Pencegahan penyakit ini berkembang terus dan pencegahan tidak hanya


ditujukan pada penyakit infeksi saja, tetapi pencegahan penyakit non-infeksi,
seperti James Lind yang menganjurkan makanan sayur dan buah segar untuk
mencegah penyakitscorbut. Bahkan, pada saat ini pencegahan dilakukan pada
fenomena nonpenyakit, seperti pencegahan terhadap ledakan penduduk dengan
keluarga berencana (Eko Budiarto, 2002).
Pencegahan yang efektif dan praktek control merupakan fitur penting
dari perlindungan masyarakat, dengan demikian dapat meningkatkan keselamatan
dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Loveday, 2014).

B. Tingkat Pencegahan

Salah satu teori Public Health yang berkaitan dengan pencegahan


timbulnya penyakit dikenal dengan istilah 5 level of prevention agains
deseases. Leavel dan Clark dalam bukunya Preventive medicine for the Doctor in
this Community mengemukakan adanya tiga tingkatan dalam proses pencegahan
terhadap timbulnya suatu penyakit. Kedua tingkatan utama tersebut meliputi hal-
hal sebagai berikut.
1. Fase sebelum sakit
Fase pre-pathogenesis dengan tingkat pencegahan yang disebut
pencegahan primer (primary prevention).
2. Fase sebelum sakit
Fase pathogenesis, terbagi dalam dua tingkatan pencegahan yang disebut
pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan tersier
(tertiary prevention).

Fase Pre- Fase Pathogenesis


Pathogenesis

Pencegahan Primer Pencegahan Pencegahan tersier


sekunder

Promosi kesehatan Perlindungan Diagnosis Pembahasan Rehabilitasi


umum dan awal dan ketidakmampuan
spesifik perawatan
tepat
(Slamet Ryadi,
2014)
Salah satu kegunaan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit
adalah untuk dipakai dalam merumuskan dan melakukan upaya pencegahan.
Artinya, dengan mengetahui perjalanan penyakit dari waktu ke waktu serta
perubahan-perubahan yang terjadi di setiap masa tersebut, dapat dipikirkan
upaya-upaya pencegahan apa yang sesuai dan dapat dilakukan sehingga penyakit
itu dapat dihambat perkembangannya sehingga tidak menjadi lebih berat, bahkan
dapat disembuhkan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan akan sesuai dengan
perkembangan patologis penyakit itu dari waktu ke waktu, sehingga upaya
pencegahan itu dibagi atas berbagai tingkat sesuai dengan perjalanan penyakit.
Dalam pandangan islam mencegah lebih baik mengobati yang di
sebutkan dalam hadits, di riwayatkan bahwa Rasullah bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, Allah akan
memelihara dirinya dan bahaya dunia sebagaimana salah seorang kalian
memelihara orang sakit dan bahaya makanan dan minuman”
Menurut Nur Nasry, pada dasarnya ada empat tingkatan pencegahan
penyakit secara umum, yakni : pencegahan tingkat dasar (primordial prevention),
pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (secondary
prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang melputi pencegahan terhadap
terjadinya cacat dan terakhir adalah rehabilitasi. Keempat tingkat pencegahan
tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaannya sering dijumpai
keadaan yang tumpang tindih (Nur Nasry, 2008).
Dikenal ada empat tingkat utama pencegahan penyakit, yaitu:
Pencegahan tingkat awal (priemordial prevention), Pencegahan tingkat pertama
(primary prevention), Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention),
Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) (M.N Bustan, 2006).
Pencegahan tingkat awal dan pertama berhubungan dengan keadaan
penyakit yang masih dalam tahap pre-patogonesis, sedangkan pencegahan tingkat
kedua dan ketiga sudah berada dalam keadaan patogensis atau penyakit sudah
tampak.Bentuk-bentuk upaya pencegahan yang dilakukan pada setiap tingkat itu
meliputi 4 bentuk upaya pencegahan sebagai berikut: Pencegahan tingkat awal
(primordial prevention), berupa pemantapan status kesehatan (underlying
condition). Pencegahan tingkat pertama (primary prevention), berupa promosi
kesehatan (health promotion) dan pencegahan khusus (health
protection).Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) berupa diagnosis
awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan
kecacatan (disability limitation). Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)
berupa rehabilitasi (rehabilitation) (M.N Bustan, 2006).
Lebih lanjut pada setiap bentuk upaya pencegahan itu dapat diberikan
beberapa contoh. Contoh-contoh upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada
setiap bentuk upaya pencegahan adalah (M.N Bustan, 2006):
1. Pemantapan status kesehatan (underlying condition)
a. Pemakaian makanan bergizi rendah lemak jenuh,
b. Pengendalianpelarangan merokok.
2. Promosi kesehatan (health promotion)
a. Pendidikan kesehatan, penyebaran informasi kesehatan,
b. Konsultasi gizi,
c. Penyediaan air bersih,
d. Pembersih lingkungan/sanitasi,
e. Konsultasi genetik.
3. Pencegahan khusus (specific protection)
a. Pemberian imunisasi dasar,
b. Pemberian vitamin A, tablet penambah zat besi,
c. perlindungan kerja terhadap bahan berbahaya (hazard protection).
4. Diagnosis awal dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt
treatment)
a. Screening (penyaringan),
b. Penjejakan kasus (case finding),
c. Pemeriksaan khusus (laboratorium dan tes).
5. Pemberian obat yang rasional dan efektif
6. Pembatasan kecacatan (disability limitation)
a. Operasi plastik pada bagian/organ yang cacat,
b. Pemasangan pin pada tungkai yang patah.
7. Rehabilitasi (rehabilitation)
a. Rehabilitasi fisik: rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian alat
bantu/protese,
b. Rehabilitasi sosial: rumah perawatan wanita tua/jompo,
c. Rehabilitasi kerja (vocational service): rehabilitasi masuk ke tempat
kerja sebelumnya, mengaktifkan optimum organ yang cacat.
Upaya pencegahan ini di arahkan kepada masyarakat sesuai dengan
kondisi atau masalah masyarakat masing-masing dan biasanya dibagi menurut
kelompok target tertentu. Gambaran arah pencegahan sesuai dengan targetnya
dapat dilihat dalam table berikut (M.N Bustan, 2006)
Table 5.1 Tingkat Pencegahan dan Kelompok Targetnya menurut
Fase Penyakit
Tingkat pencegahan Fase penyakit Kelompok target

Primordial Kondisinormal kesehatan Populasi total dan


kelompok terpilih

Primary Keterpaparan faktor penyebab Populasi total dan


khusus krlompok terpilih
dan individu sehat

Secondary Fase patogenisitas awal Pasien

Tertiary Fase lanjut penyakit Pasien


(pengobatan dan rehabilitasi)

Sumber: Beoglehole, WHO 1993


Table 5.2 Hubungan Kedudukan Riwayat Perjalanan Penyakit,
Tingkatan Pencegahan dan Upaya Pencegahan
Riwayat penyakit Tingkatan pencegahan Upaya pencegahan

Pre-patogenesis Primordial prevention Underlying


condition
Primary prevention
Health promotion

Specific protection

Pathogenesis Secondary prevention Fearly diagnosis and


prompttreatment

Disability limitation

Tertiary prevention Rehabilitation

Sumber: Beoglehole, WHO 1993


1. Pencegahan Tingkat Awal (primordial prevention).
Pencegahan tingkat awal (primordial prevention) diperkenalkan oleh
WHO (beaglehole, WHO 1993) sebagai salah satu bentuk upaya pencegahan yang
didapatkan berdasarkan pengalaman epidemologis dalam menangani masalah
penyakit kardiovaskuler. Ditemukan bahwa terjadinya penyakit jantung pada
masyarakat luas hanya jika terdapat kausal dasar (basic underlying cause) yang
berupa makanan tinggi lemak jenuh binatang. Jika bentuk penyebab dasar ini
tidak ada, seperti di china dan jepang, penyakit jantung jarang di temukan
meskipun ditemukan banyak faktor risiko lainnya seperti merokok dan tekanan
darah tinggi. Namun demikian kanker paru tinggi karena rokok, dan strok tinggi
karena hipertensi china dan jepang (M. N Bustan, 2006).
Tujuan primordial prevention ini adalah untuk menghindari terbentuknya
pola hidup sosial-ekonomi dan kultural yang mendorong peningkatan risiko
penyakit.Upaya primordial juga diperlukan dalam hal pengendalian peningkatan
polusi udara (greenhouse effect, acid rain, ozone-layer depletion) dan
pengaruhasap di daerah perkotaan dalam pencegahan penyakit jantung dan paru.
Perhatian dapat dioxide di atmosfer pada beberapa kota besar metropolitan (Paris,
London, NewYork, dan Tokyo) yang melebihi nilai ambang maksimum yang
direkomendasikan oleh WHO (M. N Bustan,2006).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pencegahan awal ini diarahkan
kepada kondisi dasar atau status kesehatanmasyarakat yang bersifat positif yang
dapat mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau faktor risiko dapat
berkembang atau memberikan efek patologis. Faktor-faktor itu tampaknya banyak
bersifat sosial atau berhubungan dengan gaya hidup dan pola makan. Upaya awal
terhadap tingkat pencegahan primordial ini merupakan upaya mempertahankan
kondisi kesehatan yang positif yang dapat melindungi masyarakat dari gangguan
kondisi kesehatannya yang sudah baik (M.N Bustan,2006).
Pencegahan tingkat dasar (primordial prevention) adalah usaha
mencegah terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam
masyarakat terhadap penyakit secara umum. Pencegahan ini meliputi usaha
memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau pola hidup yang sudah ada
dalam masyarakat yang dapat mencegah meningkatnya risiko terhadap penyakit
dengan melestarikan pola atau kebiasaan hidup sehat yang dapat mencegah atau
mengurangi tingkat risiko terhadap penyakit tertentu atau terhadap berbagai
penyakit secara umum. Umpannya memelihara cara makan masyarakat pedesaan
yang kurang mengonsumsi lemak hewani dan banyak mengonsumsi sayuran,
kebiasan berolahraga, dan kebiasaan lainnya dalam usaha mempertahankan
tingkat risiko yang rendah terhadap berbagai penyakit tidak menular (Nur Nasry
Noor, 2008).

Dalam surah Al-Baqarah menjelaskan tentang tentang pola makan sehat.


‫ضا َعةَ َو َعلَى ْال َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُه هن‬ َ ‫الر‬ ‫َاملَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرادَ أ َ ْن يُتِ هم ه‬ ِ ‫َو ْال َوا ِلدَاتُ ي ُْر‬
ِ ‫ض ْعنَ أ َ ْو ََلدَه هُن َح ْولَي ِْن ك‬
ِ ‫ار َوا ِلدَة ٌ ِب َولَ ِدهَا َو ََل َم ْولُود ٌ لَهُ ِب َولَ ِد ِه َو َعلَى ْال َو ِار‬
‫ث ِمثْ ُل‬ ‫ض ه‬َ ُ ‫س ِإ هَل ُو ْس َع َها ََل ت‬ٌ ‫ف َن ْف‬ ِ ‫َو ِكس َْوت ُ ُه هن ِب ْال َم ْع ُر‬
ُ ‫وف ََل تُك هَل‬
‫ضعُوا أ َ ْو ََلدَ ُك ْم فَ ََل ُجنَا َح‬
ِ ‫َاو ٍر فَ ََل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما َوإِ ْن أ َ َردْت ُ ْم أ َ ْن ت َ ْست َْر‬ ٍ ‫ص ًاَل َع ْن ت ََر‬
ُ ‫اض ِم ْن ُه َما َوتَش‬ َ ِ‫ذَلِكَ فَإ ِ ْن أ َ َرادَا ف‬
‫ير‬
ٌ ‫ص‬ ِ َ‫َّللاَ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬ ‫َّللاَ َوا ْعلَ ُموا أ َ هن ه‬
‫وف َواتهقُوا ه‬ ِ ‫سله ْمت ُ ْم َما آت َ ْيت ُ ْم بِ ْال َم ْع ُر‬
َ ‫َعلَ ْي ُك ْم إِذَا‬
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan
warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada
dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan." (Al-Baqarah : 233)
Bentuk lain dari pencegahan ini adalah usaha mencegah timbulnya
kebiasaan baru dalam masyarakat atau mencegah generasi yang sedang tumbuh
untuk tidak meniru/melakukan kebiasaan hidup yang dapat menimbulkan risiko
terhadap berbagai penyakit seperti kebiasaan merokok, minum alkohol dan lain
sebagainya. Sasaran pencegahan tingkat dasar ini terutama kelompok masyarakat
usia muda dan remaja, dengan tidak mengabaikan orang dewasa dan kelompok
manula (Nur Nasry Noor, 2008).
Contoh upaya pencegahan primordial pada penyakit Diabetes
Militus yaitu ditujukan kepada masyarakat sehat, untuk berperilaku positif
mendukung kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari risiko DM.
Misalnya, berperilaku hidup sehat, tidak merokok, makanan bergizi seimbang,
ataupun bisa diet, membatasi diri terhadap makanan tertentu atau kegiatan jasmani
yang memadai (Bustan, 2007).
2. Pencegahan Tingkat Pertama (primary prevention)
Pencegah tingkat pertama merupakan suatu usaha pencegahan penyakit
melalui usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko (risk factor) dengan
sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan secara
umum(promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap penyakit
tertentu. Pencegahan tingkat pertama ini didasarkan pada hubungan interaksi
antara pejamu (host), penyebab (agent/pemapar), lingkungan (environment), dan
proses kejadian penyakit. Usaha pencegahan tingkat pertama secara garis
besarnya dapat dibagi dalam usaha peningkatan derajat kesehatan dan usaha
pencegahan khusus (Nur Nasry Noor, 2008).
Dapat dilakukan promosi kesehatan dimana kegiatan-kegiatan
sebagaimana di bawah ini dapat dipersiapkan sebagai berikut.
1) Penyuluhan kesehatan yang intensif,
2) Perbaikan gizi dan penyusunan pola menu gizi yang adekuat,
3) Pembinaan dan pengawasan terhadap pertumbuhan balita khususnya,
anak-anak, dan remaja pada umumnya,
4) Perbaikan perumahan sehat,
5) Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk memungkinkan
pengembangan kesehatan mental maupun sosial,
6) Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab,
7) Pengendalian terhadap faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
timbulnya suatu penyakit.
Ada dua macam strategi pokok dalam usaha pencegahan ini (Nur Nasry
Noor, 2008) yakni :
1) Strategi dengan sasaran populasi secara keseluruhan,
2) Strategi dengan sasaran hanya terbatas pada kelompok risiko tinggi (high
risk groups) yang keduanya memiliki kelebihan dan kekuranganny.

Pencegahan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan melakukan


tindakan pencegahan khusus. Pencegahan tingkat pertama meliputi (Lidya
Maryani dan Rizki Muliani, 2010):
1) Promosi kesehatan (health promotion).
Merupakan upaya untuk menghindari kemunculan dari atau adanya
faktor risiko. Upaya promosi kesehatan meliputi:
a) Penyuluhan kesehatan,
b) Perbaikan perumahan,
c) Penyediaan sanitasi yang baik,
d) Perbaikan gizi,
e) Konsultasi genetik,
f) Pengendalian faktor lingkungan,
g) Memberikan pengobatan kepada golongan yang rentan,
h) Peningkatan higiene perorangan dan perlindungan terhadap
lingkungan yang tidak menguntungkan,
i) Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan,
j) Perlindungan kerja,
k) Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik,
bahan-bahan racun maupun allergen,
l) Pengendalian sumber-sumber pencemaran.

2) pencegahan khusus (specific protection).


merupakan upaya untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh
penyebab serendah mungkin. Upaya pencegahan khusus meliputi:
a) Pemberian imunisasi dasar,
b) Pemberian nutrisi khusus,
c) Perlindungan kerja terhadap bahan berbahaya (hazard protection),
d) Pemberian vitamin a, tablet zat besi,
e) Perlindungan terhadap sumber-sumber pencemaran.
3) Pencegahan primer.
Pencegahan primer merupakan upaya terbaik karena dilakukan sebelum
kita jatuh sakit dan ini adalah sesuai dengan “konsep sehat” yang kini dianut
dalam kesehatan masyarakat modern (Slamet Ryadi, 2014).
Pencegahan tingkat pertama dilakukan dengan 2 cara: (1) menjauhkan
agen untuk dapat kontak atau memapar penjamu, dan (2) menurunkan kepekaan
penjamu (host susceptibility). Intervasi ini dilakukan sebelum perubahan patologis
terjadi (fase prepatogenesis). Jika suatu penyakit lolos dari pencegahan
primordial, maka giliran pencegahan tingkat pertama ini digunakan terhadapnya.
Kalau lolos dari upaya maka penyakit itu akan segera dapat timbul yang secara
epidemiologi tercipta sebagai suatu penyakit yang endemis atau yang lebih
berbahaya kalau timbul dalam bentuk KLB (M.N Bustan 2006).
Upaya pencegahan tingkat pertama level promosi kesehatan pada
penyakit demam berdarah yaitu promosi kesehatan dilakukan melalui intervensi
pada host/tubuh orang misalnya makan-makan bergizi seimbang, berperilaku
sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit
misalnya menghilangkan tempat berkembangbiakan penyakit, mengurangi dan
mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembangbiaknya vector
penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembangbiaknya
nyamuk Aedes, atau misalnya terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan
memberikan antibiotika untuk membunuh kuman (Rivai, 2005).
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor
penyebab, lingkungan, serta faktor pejamu.
1) Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain : desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi,
yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit,
penyemprotan atau insektisida dalam rangka menurunkan dan
menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan,
di samping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan
rantai penularan.
2) Mengatasi atau memodifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan
fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan
serta pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis
seperti pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan
lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antarindividu
dan kehidupan sosial masyarakat.
3) Meningkatkan daya tahan pejamu yang meliputi perbaikan status gizi,
status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi
serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status
psikhologis, persiapan perkawinan serta usaha menghindari pen garuh
faktor keturunan, dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan
kualitas gizi, serta olahraga kesehatan.
3. Pencegahan Tingkat Kedua (secondary prevention).
Sasaran utama pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang
terancam akan menderita penyakit tertentu melalui diagnosis dini untuk
menemukan status patogeniknya serta pemberian pengobatan yang cepat dan
tepat. Tujuan utama pencegahan tingkat kedua ini, antara lain untuk mencegah
meluasnya penyakit menular dan untuk menghentikan proses penyakit lebih
lanjut, mencegah komplikasi hingga pembatasan cacat. Usaha pencegahan
penyakit tingkat kedua secara garis besarnya dapat dibagi dalam diagnosa dini dan
pengobatan segera (early diagnosis and promt treatment) serta pembatasan cacat
(Nur Nasry Noor,2008).
Tujuan utama dari diagnosa dini ialah mencegah penyebaran penyakit
bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan tujuan utama dari pengobatan
segera adalah untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit,
menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat. Cacat
yang terjadi diatasi terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan
hingga mengakibatkan terjadinya kecacatan yang lebih baik lagi (Nur Nasry Noor,
2008).
Salah satu kegiatan pencegahan tingkat kedua adalah menemukan
penderita secara aktif pada tahap dini. Kegiatan ini meliputi (Nur Nasry Noor,
2008):
a) pemeriksaan berkala pada kelompok populasi tertentu seperti pegawai
negeri, buruh/ pekerja perusahaan tertentu, murid sekolah dan mahasiswa
serta kelompok tentara, termasuk pemeriksaan kesehatan bagi calon
mahasiswa, calon pegawai, calon tentara serta bagi mereka yang
membutuhkan surat keterangan kesehatan untuk kepentingan tertentu ;
b) penyaringan (screening) yakni pencarian penderita secara dini untuk
penyakit yang secara klinis belum tampak gejala pada penduduk secara
umum atau pada kelompok risiko tinggi ;
c) surveilans epidemiologi yakni melakukan pencatatan dan pelaporan sacara
teratur dan terus-menerus untuk mendapatkan keterangan tentang proses
penyakit yang ada dalam masyarakat, termasuk keterangan tentang
kelompok risiko tinggi.
Selain itu, pemberian pengobatan dini pada mereka yang dijumpai
menderita atau pemberian kemoprofilaksis bagi mereka yang sedang dalam proses
patogenesis termasuk mereka dari kelompok risiko tinggi penyakit menular
tertentu (Nur Nasry, 2008).
Upaya pencegahan sekunder penyakit hipertensi (Bustan, 2007),yaitu
dengan
a) Gaya hidup : management stress, makanan rendah garam, stop smoking,
penyesuaian gaya hidup,
b) Lingkungan : penggantian kerja jika diperlukan, family konseling,
c) Biologi : pengobatan yang patuh dan cegah efek samping,
d) Pelayanan kesehatan : pendidikan pasien dan evaluasi penyebab sekunder.
Upaya pencegahan tingkat kedua pada penyakit diabetes adalah dimulai
dengan mendeteksi dini pengidap diabetes. Karena itu dianjurkan untuk pada
setiap kesempatan, terutama untuk mereka yang beresiko tinggi agar dilakukan
pemeriksaan penyaringan glukosa darah. Dengan demikian, mereka yang
memiliki resiko tinggi diabetes dapat terjaring untuk diperiksa dan kemudian yang
dicurigai diabetes akan dapat ditindaklanjuti, sampai diyakinkan benarmereka
mengidap diabetes. Bagi mereka dapat ditegakkan diagnosis dini
diabetes kemudian dapat dikelola dengan baik, guna mencegah penyulit lebih
lanjut (Sidartawan, 2001).
4. Pencegahan Tingkat Ketiga (tertiary prevention).
Pencegahan tingkat tiga merupakan pencegahan dengan sasaran
utamanya adalah penderita penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah
beratnya penyakit atau mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi.
Tujuan utamanya adalah mencegah proses penyakit lebih lanjut, seperti
pengobatan dan perawatan khusus penderita kencing manis, tekanan darah tinggi,
gangguan saraf dan lain-lain serta mencegah terjadinya cacat maupun kematian
karena penyebab tertenyu, serta usaha rehabilitasi (Nur Nasry Noor,2008).
Rehabilitasi merupakan usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan
social seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitas fisik/medis (seperti
pemasangan protese), rehabilitasi mental (psychorehabilitation) dan rehabilitasi
sosial, sehingga setiap individu dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif
dan berdaya guna.Pencegahan tingkat pertama, kedua, dan ketiga tersebut, dalam
pelaksanaanya saling berhubungan erat satu dengan yang lain sehingga dijumpai
keadaan yang tumpang tindih (Nur Nasry Noor, 2008).
Upaya rehabilitasi ditujukan untuk membatasi kecacatan sehingga tidak
menjadi tambah cacat, dan melakukan rehabilitasi dari mereka yang punya cacat
atau kelainan akibat penyakit.Pada keadaan ini kerusakan patologis sudah bersifat
irreversible, tidak bisa diperbaiki lagi. Karena itu, upaya-upaya rehabilitasi yang
dapat dilakukan misalnya, terapi latihan untuk mempertahankan kondisi otot,
pergerakan, mencegah kontraktur bagi penderita paralise akibat strok (M.N
Bustan, 2006).
Yang termasuk upaya pencegahan ketiga adalah rehabilitasi yang
merupakan upaya untuk memulihkan kedudukan, kemampuan atau fungsi setelah
penderita sembuh. Pada keadaan ini kerusakan patologis sudah bersifat
irreversible, tidak bisa diperbaiki lagi, karena itu upaya rehabilitasi yang dapat
dilakukan, seperti (Lidya Maryani dan Rizki Muliani, 2010):
a. Rehabilitasi fisik, misalnya rehabilitasi cacat tubuh dengan pemberian alat
bantu / protese;
b. Rehabilitas sosial, misalnya mendirikan tempat pendidikan untuk tuna
netra,tuna rungu, anak cacat dan terbelakang;
c. Rehabilitasi kerja (vocational services), misalnya rehabilitasi masuk ke
tempat kerja sebelumnya, mengaktifkan optimum organ yang cacat;
d. Rehabilitasi mental, misalnya mengembalikan kepercayaan diri orang
yang terkena narkoba.
Upaya pencegahan tersier pada penyakit hipertensi (Bustan, 2007) yaitu
dengan
a. Gaya hidup : resuksi stress, exercise sedang, stop smoking,
b. Lingkungan : cegah keamanan dan keselamatan (rumah lantai pertama,
pakai wheel-chair) dan family support,
c. Biologi : kepatuhan berobat, terapi fisik dan speech therapy,
d. Pelayanan kesehatan : emergency medical technic, asuransi.

C. Strategi Pencegahan Penyakit

Strategi pencegahan meliputi sasaran dan kegiatan pencegahan yang


bervariasi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi serta tingkat
pencegahannya.Sasaran pencegahan dapat merupakan individu maupun
masyarakat. Dalam melaksanakan pencegahan dengan sasaran tersebut dapat
dilakukan melalui usaha setempat yang bersifat tradisional terutama pencegahan
dasar atau primordial, dan dapat pula dilakukan melalui pusat-pusat pelayanan
kesehatan yang tersedia di tempat tersebut (Nur Nasry Noor, 2008).
Pelaksanaan usaha pencegahan yang terencana dan terprogram dapat
bersifat wajib maupun sukarela, seperti pemberian imunisasi dasar, perbaikan
sanitasi lingkungan, penyediaan air minum, dan peningkatan status gizi
masyarakat melalui perbaikan gizi masyarakat termasuk pemberian makanan
tambahan, juga termasuk berbagai usaha untuk mencegah kebiasaan yang dapat
menimbulkan atau meningkatkan risiko terhadap berbagai gangguan kesehatan
tertentu. Sasaran pencegahan juga meliputi berbagai usaha perbaikan dan
peningkatan lingkungan hidup, perbaikan standar hidup seperti perbaikan
perumahan, sistem pendidikan, sistem kehidupan sosial serta peningkatan standar
hidup sehat (Nur Nasry Noor, 2008).
Disamping usaha pencegahan yang terencana dan berkesinambungan
dikenal juga berbagai usaha pencegahan yang bersifat darurat seperti usaha
pencegahan dan penanggulangan wabah,usaha pencegahan penyakit akibat
bencana alam maupun akibat perang,dan adanya usaha pencegahan tingkat ketiga
dalam bentuk rawat darurat dan lain sebagainya (Nur Nasry Noor, 2008).
Dalam menilai derajat kesehatan/situasi morbiditas dan mortalitas untuk
program pencegahan,harus dipertimbangkan beberapa hal lain diluar kesehatan
seperti sistem persediaan makanan,keaadaan makanan, sistem perekonomian
termasuk pendapatan perkapita, keadaan lapangan kerja dan tingkat
pengangguran, sistem kehidupan sosial, adat kebiasaan, kebijakan pemerintah dan
lain-lain. Keselurahan hal tersebut dapat mempengaruhi program pencegahan
serta strategi pencegahan yang sedang dilaksanakan (Nur Nasry Noor, 2008).

D. Strategi Pencegahan Penyakit

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, berbagai


bentuk upaya pencegahan telah diprogramkan dan dilakukan. Beberapa contoh
yang dapat diajukan di sini adalah (M.N Bustan, 2006):
1. Program imunisasi dasar (universal child immunization = UCI)
2. Program pemberantasan penyakit menular melalui binatang
3. Penyuluhan kesehatan masyarakat rumah sakit (PKMRS)
4. Program eradikasi polio
5. Pemberian konseling AIDS
6. Pemeriksaan screening AIDS
7. Penyuluhan kesehatan lingkungan
Setiap bentuk upaya ini memerlukan identifikasi masalah, perencanaan,
kegiatan dan evaluasi di mana penekanannya diarahkan kepada pencegahan
terjadinya penyakit. Pencegahan secara terbatas di sini biasanya dimaksudkan
sebagai upaya-upaya preventif tingkat pertama.Salah satu landasan penekanan
penting dan utamanya upaya pencegahan ini mengingat aspek biaya (cost benefit),
yang dalam peribahasa umum dinyatakan dengan lebih baik, mudah dan murah
untuk mencegah dari pada mengobati. Biaya pengobatan memang cukup tinggi
dan sulit terjangkau. Tidak ada istilah kaya bagi penyakit (M.N Bustan, 2006).

E. Pencegahan Penyakit Menular

Penyakit menular merupakan berbagai jenis penyakit dan infeksi yang


menular sehingga bisa berpindah dari seseorang ke orang lain. Penyakit menular
atau infeksi adalah penyakit yang di sebabkan oleh transmisi suatu agent infeksius
tertentu dari produk toksiknya dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke host
yang rentan, baik secara langsung atau tidak langsung.
Epidemiologi (preventif penyakit menular) melalui karantina.
Preventif kesehatan, tidak memasuki suatu daerah yang terjangkit wabah,
tidak lari dari tempat itu, mencuci tangan sebelum menjenguk orang sakit
dan sesudahnya, berobat ke dokter dan mengikuti semua petunjuk
preventif dan terapinya.

Sabda nabi terkait epidemiologi antara lain :

“Buatlah lah jarak antara kamu dengan orang yang terkena


sopak, jarak kira-kira satu atau dua anak panah”.

“Janganlah orang yang terkena suatu penyakit menularkan


kepada orang sehat”.

“Apabila kamu mendengar terjadinya suatu wabah (penyakit)


pada suatu daerah, maka janganlah kamu memasukinya dan apabila
disuatu daerah berjangkit itu, sedangkan kamu berada di dalamnya,
maka jangalah lari meninggalkannya”.

“Barang siapa berwudlu dan membaguskan wudlunya kemudian


menjenguk saudaranya yang sakit, ia akan dijauhkan dari neraka”.

Ada sebagian orang yang mementahkan hadits pembahasan dengan alasan


adanya beberapa hadits yang mengindikasikan adanya kontradiksi dengan hadits
pembahasan, diantaranya:

ِ ‫ض عَ َلى ُم‬
ٍ ‫صح‬ َ : ‫الن ِِبي ِ َقا َل‬
ٌ ‫َل ي ُْو ِردُ ُم ْم ِر‬ ْ ِ ‫عَ ْن َأب‬
‫ي ُه َر ْي َرةَ عَ ِن ه‬

Artinya:

Dari Abu Hurairah dari Nabi bersabda: “Janganlah unta yang sehat
dicampur dengan unta yang sakit”.

Ada beberapa pencegahan di antaranya sebagai berikut:

1. Pencegahan Primer Penyakit Menular


Langkah-langkah pencegahan primer penyakit menular dapat
digambarkan dalan menggunakan mata rantai infeksi seperti yang digambarkan
diatas. Dalam model ini, startegi pencegahan tampak dalam masing-masing
sambungan pada rantai pelaksanaan yang sukses dari setiapstrategi dapat
dipandang sebagai kelemahan suatu sambungan,dengan tujuan akhir memutus
mata rantai infeksi, atau mengganggu siklus pencegahan penyebaran penyakit.
Contoh tindakan masyarakat antara lain klorinasi persediaan air, pemeriksaan
restaurant dan pasar bahan makanan eceran,dan progam imunisasi yang mencakup
semua penduduk. Kedalamnya juga ditambahkan upaya personal dalam
pencegahan primer, misalnya cuci tangan, dan pemasakan makanan dengan benar
(Aiyaradian, 2012).
2. Pencegahan Sekunder Penyakit Menular
Upaya pencegahan skunder yang dilaksanakan oleh masyarakat terhadap
penyakit menular biasanya ditunjukan untuk mengendalikan atau membatasi
penyebaran suatu epidemi. Contohnya pemeliharaan secara cermat catatan kasus
dan melakukan investigasi kasus.Terkadang upaya pengendalian skunder penyakit
ini dapat mengakibatkan isolasi dan karantina. Isolasi adalah pemisahan (selama
masa penularan) orang atau binatang yang terjangkit dari yang lainya untuk
mencegah baik secara langsung ataupun tidak lansuns penyebaran agens menular
pada orang yang renta. Karantinaadalah pembatasan kebebasan bergeraak dari
orang atau binatang sehat yang terpajan penyakit menular sampai masa inkubasi
berlalu. Upaya pengendalian lebih lanjut adalah desinfeksi, pembunuhan agens
menular diluar tubuh pejamu dan pengobatan masal dengan antibiotik. Terakhir
program pendidikan kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan harus
digunakan sebagai upaya pencegahan primer maupun skunder (Aiyaradian, 2012).
3. Pencegahan Tersier Penyakit Menular
Upaya pencegahan tersier mencakup upaya pemulihan infeksi,
penyembuhan sampai sehat total, dan kembali menjalankan aktifitas normal.
Ditingkat komunitas, upaya pencegahan tersier ditujukan untuk pencegahan
kekembuhan suatu penyakit epidemik. Pemusnahan yang tepat, pembalseman, dan
pemakaman yang meninggal merupakan contohnya. Pencegahan tersier dapat
melibatkan pelaksanaan kembali upaya pencegahan primer dan sekunder sebagai
cara untuk mencegah munculnya kasus lain. Contohnya dibeberapa negara
misalnya republikkorea, penderita selesma atau flu mengenakan masker tipis di
tempat umum untuk mengurangi penyebaran penyakit (Aiyaradian, 2012).

4. Pelaksanaan Upaya Pencegahan dalam Pengendalian Penyakit Menular


(Aiyaradian, 2012).
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah penyakit progresif
yang disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus (HIV). Seseorang
dapat terjangkit penyakit ini jika berkontak dengan virus melalui aktivitas seksual,
penggunaan obat intravena, atau terpajan darah. Reservoir virus HIV adalah
populasi manusia yang terinfeksi, HIV biasanya meninggalkan pejamu yang
terinfeksi (reservoir) selama aktivitas seksual. Portal of exit-nya adalah saluran
urogenital.Penularan secara langsung dan terjadi saat cairan reproduksi atau darah
bertukar dengan cairan dan darah pejamu yang rentan. Namun, berkaitan dengan
kasus penggunaan jarum suntik, penularan terjadi secara tidak langsung melalui
jarum (media) yang terkontaminasi (Aiyaradian, 2012).
Dalam firman Allah Subuhanahu Wata’ala dalam (QS. Al-Furqan: 68)
ِ ‫َّللاُ إِ هَل بِ ْال َح‬
‫ق َو ََل يَ ْزنُونَ َو َم ْن َي ْفعَ ْل‬ ‫س الهتِي َح هر َم ه‬ ‫َوالهذِينَ ََل يَدْعُونَ َم َع ه‬
َ ‫َّللاِ إِلَ ًها آخ ََر َو ََل يَ ْقتُلُونَ النه ْف‬
‫ذَلِكَ َي ْلقَ أَثَا ًم‬
Artinya:
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang beserta
Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali
dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan
yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dasa(nya).”
Pemerikasaan cermat terhadap mata rantai infeksi mengungkap bahwa
upaya pencegahan dan pengendalian dapat diidenfikasi pada setiap
sambungan.Pathogen pada pejamu berpenyakit dapat ditahan perkembangannya
dengan menggunakan obat yang tepat. Diluar tubuh pejamu, uapaya sterilisasi
jarum dan media lain yang memungkinkan serta desinfeksi permukiman dapat
membunuh virus dan mengurangi kemungkinan penularan melalui kontaminasi.
Potal of exit (dan entry) dapat dilindungi dengan menggunakan kondom.
Penularan dapat dihentikan dengan tidak melakukan aktivitas seks atau dengan
menguranginya (Aiyaradian, 2012).

F. Pencegahan Penyakit Tidak menular

Baik individu maupun masyarakat dapat memberikan kontribusi


bermakna dalam pencegahan dan penedalian penyakit berpenyebab ganda.
Masyarakat dapat menyediakan lingkungan yang pro-kesehatan-fisik, ekonomi,
dan sosial yang di dalamnya setiap orang akan lebih mudah mencapai derajat
kesehatan yang lebih tinggi (Aiyaradian, 2012).
1. Pencegahan Primer Penyakit Tidak Menular
Upaya pencegahan primer untuk penyakit tidak menular mencakup
persediaan makanan dan energy yang adequate, kesempatan yang baik dalam
pendidikan, pekerjaan, perumahan dan layanan komunitas yang efisien. Selain
dasar-dasar tersebut, komunitas harus menyediakan program promosi kesehatan
dan pendidikan kesehatan, layanan kesehatan dan medis, dan perlindungan
terhadap bahaya lingkungan pekerjaan (Aiyaradian,2012).
Setiap individu dapat mempraktikan upaya pencegahan primer dengan
mendapatkan tingkat pendidikan yang tinggi yang mencakup pengetahuan tentang
kesehatandan penyakit dan perjalanan penyakit anggota keluarga lain. Secara
khusus, individu harus mengambiltanggung jawab dalam hal makan dengan tepat,
olahraga yang cukup, mempertahankan berat badan yang sesuai dan menghindari
penggunaan berlebih berakohol dan obat-obatan lain. Masing-masing individu
juga dapat melindungi dirinya dari cedera dengan mengenakan sabuk pengaman,
kacamata pengaman, dan lotion tabir surya (Aiyaradian, 2012).
2. Pencegahan Sekunder Penyakit Tidak Menular
Upaya pencegahan sekunder yang dapat dilakukan masyarakat mencakup
pelaksanaan skrining massal untuk penyakit kronis, upaya penemuan kasus, dan
penyediaan tentang fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kesehatan yang memadai
bagi masyarakat. Tugas individu di dalam pencegahan sekunder mencakup
skrining pribadi, misalnya periksa sendiri payudara atau testis (untuk kanker pada
organ tersebut), bemocult test (untuk kanker kolon dan rektum), dan skrining
medis seperti pap test (untuk kanker servik), tes PSA untuk kanker prostat,
mammografi dan skrining untuk diabetes, glukoma, atau hipertensi. Keikutsertaan
dalam skrining kesehatan dan pemeriksaan kesehatan dan gigi secara rutin
merupakan langkah awal dalam pencegahan sekunder untuk penyakit tidak
menular.Langkah-langkah itu harus diikuti dengan diagnosis pasti dan pengobatan
segera untuk penyakit apapun yang terdeteksi (Aiyaradian, 2012).
3. Pencegahan Tersier Penyakit Tidak Menular
Upaya pencegahan tersier bagi masyarakat mencakup ketersediaan
fasilitas,layanan, dan tenaga medis kedaruratan yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan penduduk yang di dalamnya upaya pencegahan primer dan sekunder
sudah tidak ampuh. Contohnya mencakup layanan ambulan rumah sakit, dokter
dan dokter bedah, perawat, dan tenaga professional kesehatan yang lain
(Aiyaradian, 2012).
Pencegahan tersier bagi individu kerap membutuhkan perubahan perilaku
atau gaya hidup yang signifikan. Contohnya mencakup kepatuhan mengikuti
pengobatan yang diresepkan, program olahraga, dan diet. Contoh, seorang pasien
serangan jantung dapat mengikuti program pendidikan dan konseling gizi dan di
dorong untuk perpartisipasi dalam program olahraga berpegawas sehingga dapat
memaksimalkan penggunaan kemampuan yang tersisa. Kegiatan tiu dapat
membawa pasien kembali meneruskan pekerjaannya dan mencegah serangan
jantung kedua. Untuk tipe tertentu masalah kesehatan tidak menular, misalnya
masalah yang melibatkan penyalahgunaan zat, kedatangan yang rutin pada
pertemuan kelompok pendukung atau sesi konseling dapat menjadi satu bagian
penting dalam program pencegahan tersier (Aiyaradian, 2012).
4. Penerapan upaya pencegahan dalam pengendalian penyakit tidak menular:
CHDWalaupun mengalami kemajuan yang sangat pesat, penyakit
jantung coroner(CHD) tetap menjadi pembunuh nomor 1 di amerika. Mengurangi
angka kematian akibat CHD merupakan salah satu tujuan khusus healthy people
2010. Banyak faktor yang berperan dalam risiko seserang mengalami penyakit ini,
baik masyarakat maupun individu dapat berperan dalam pencegahan CHD
(Aiyaradian, 2012).

a. Aturan Masyarakat
Masyarakat harus menyadari pentingnya pencegahan penyakit cara yang
sangat tidak efektif dan paling mahal untuk memberikan pertolongan pada pasien
CHD. Walaupun perubahan perilaku seseorang memegang prospek terbaik
didalam penurunan angka prevalensi penyakit jantung di negara ini, masyarakat
dapat memberikan lingkungan yang dapat mendukung perubahan perilaku
tersebut. Contoh, masyarakat dapat mendukung pembatasan area merokok dan
dapat memberikan pesan yang jelas bagi kaum muda bahwa merokok merusak
kesehatan.komunitas juga dapat menyediakan kesempatan yang memadai untuk
pelaksanaan skrining kesehatan terhadap faktor faktor risiko seperti hipertensi dan
kadar kolesterol serum. Olahraga dapat mengurangi obesitas dan meningkatkan
high density lipoprotein (HDL) dalam darah, yang pada giliranya menurungkan
risiko serangan jantung (Aiyaradian, 2012).
b. Aturan Indivisual
Faktor-faktor risiko untuk CHD sangat banyak. Beberapa faktor risiko
tersebut tidak dapat dimodifikasi, sementara faktor risiko yang lain dapat
dimodifikasi (dikurangi) untuk meningkatkan kesehatan seseorang. Setiap orang
dapat meningkatkan kekebalannya terhadap CHD dengan mengetahui perbedaan
antara tipe-tipe faktor risiko dan dengan mengadopsi perilaku yang dapat
mencegah atau menunda awitan CHD (Aiyaradian, 2012).
Faktor risiko taktermodifikasikan untuk CHD antara lain, ras, jenis
kelamin, tipe kepribadian,usia, dan laju metabolik basal. Yang juga diwariskan
adalan kadar awal kolesterol serum seseorang. Dengan begitu, anak yang
orangtuanya memiliki kadar kolesterol serum tinggi termasuk dalam kelompok
yang berisiko untuk kadar yang samatingginya, apapun dietnya (Aiyaradian,
2012).
G. Macam-Macam Tindakan Pencegahan Penyakit

Lima pola untuk mencegah penyakit:

1. Pola olah raga yang teratur sesuai berat badan dan jenjang usia . yoga
sangat disarankan bagi orang-orang yang berusia di atas 30 tahun,
2. Pola pikiran positif (manejemen pikiran) agar terhindar dari stress,
3. Pola hidup sehat dan seimbang,
4. Pola istirahat yang cukup,
5. Pola bernapas dalam yang benar dan teratur.
Hadits tentang tindakan pencegahan penyakit yang artinya

a) Tentang Kebersihan Diri


"Agama Islam itu adalah (agama) yang bersih/suci, maka hendaklah kamu
menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga, kecuali orang-orang
yang suci." (HR. Baihaqi).
b) Tentang Manajemen Stres
"Barangsiapa yang menahan amarah padahal ia mampu untuk
melampiaskannya, Allah akan panggil ia di hadapan para makhluk pada hari
kiamat, hingga Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari (terbaik) yang ia
inginkan," (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat. Orang yang kuat adalah yang
mampu menahan dirinya di saat marah." (HR. Al Bukhari)

H. Tahap-Tahap Pencegahan Penyakit

Lima tingkat pencegahan penyakit menurut leavel and clack

1. Peningkatan kesehatan (health promotion ),


2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit penyakit tertentu
(general and spesifik protection ),
3. Menegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan tang cepat dan tepat
(early diagonis and prompt treatment ),
4. Pembatasan kecacatan (disabillity limitation),
5. Penyembuhan kesehatan (rehabilition ).

I. Usaha-usaha Pencegahan (Preventive)

Upaya pencegahan ( preventive) Menurut Leavel and Clark , pencegahan


penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan pada masa sebelum sakit dan
pada masa sakit. Leavell dan Clark dalam bukunya “Preventive Medicine for the
doctor in his community”. Usaha-usaha pencegahan itu adalah :
1. Masa sebelum sakit
a) Mempertinggi nilai kesehatan (Health promotion),
b) Memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit
(Specificprotection).
2. Pada masa sakit
a) Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal, serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera (Early diagnosis and treatment),
b) Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit (Disability
limitation),
c) Rehabilitasi (Rehabilitation).

Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat


dilakukan berdasarkan lima tingkatan (five levels of prevention) dari Leavel and
Clark, sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan ( health promotion)


Dalam tingkat ini dilakukan pendidikan kesehatan, misalnya dalam
peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan seperti
penyediaan air rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah,
kotoran, air limbah, hygiene perorangan, rekreasi, sex education, persiapan
memasuki kehidupan pra nikah dan persiapan menopause.
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada
umumnya. Beberapa usaha di antaranya :
a) Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitasnya,
b) Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan, seperti : penyediaan air
rumah tangga yang baik, perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran
dan air limbah dan sebagainya,
c) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat,
d) Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan kepribadian yang
baik.
2. Perlindungan khusus (specific protection).
Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus,
pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di Negara-negara berkembang.
Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai
perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun anak-anaknya masih rendah.
Selain itu pendidikan kesehatan diperlukan sebagai pencegahan terjadinya
kecelakaan baik ditempat-tempat umum maupun tempat kerja.
Penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV/AIDS, penggunaan
sarung tangan dan masker saat bekerja sebagai tenaga kesehatan. Beberapa usaha
lain di antaranya :
a) Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit tertentu,
b) Isolasi penderitaan penyakit menular,
c) Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum
maupun di tempat kerja.

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt


treatment).
Karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang
terjadi di masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau
diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak
memperoleh pelayanan kesehatn yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan
sangat diperlukan dalam tahap ini.
Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara
mendeteksi dini penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka
segera dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti
pemeriksaan Biopsy, USG atau mamografi atau Kolposcopy.
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
a) Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis
penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera,
b) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
c) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.
Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :
(1) Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam pemeriksaan
misalnya, pemeriksaan darah, roentgent paru-paru dan sebagainya serta
segera memberikan pengobatan,
(2) Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita
penyakit yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular
(contact person) untuk diawasi agar derita penyakitnya timbul dapat
segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan lain yang perlu
misalnya isolasi,desinfeksi dan sebagainya,
(3) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat mengenal
gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari pengobatan.
Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tindaknya usaha
pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis obat serta keahlian
tenaga kesehatannya,melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan
itu diberikan.
Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :
(a) Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit,bahkan mungkin tidak dapat
sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma) yang terlambat,
(b) Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar,
(c) Penderitaan si sakit menjadi lebih lama,
(d) Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.

4. Pembatasan cacat (disability limitation)


Oleh karena kurangnyaa pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan
yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan
cacat atau ketidak mampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga
diperlukan pada tahap ini.
Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi
menjegah terjadinya infertilitas.

5. Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang
menjadi cacat, untuk memeulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan
latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut,
ia tidak akan segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu
oorang yang cacat stelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untik
kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima
mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas
pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut,
tetapi juga perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat. Pusat-pusat rehabilitasi
bagi korban kekerasan, rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.

Rehabilitasi ini terdiri atas :


a) Rehabilitasi fisik
yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-
maksimalnya. Misalnya,seseorang yang karena kecelakaan,patah kakinya
perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah ini sama dengan kaki
yang sesungguhnya.
b) Rehabilitasi mental
yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan sosial secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan
mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan
sebelumm kembali ke dalam masyarakat.
c) Rehabilitasi sosial vokasional
yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatn dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai
dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
d) Rehabilitasi aesthesis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak
dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu.
Usahamengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,memerlukan
bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti
dan memahami keadaan mereka (fisik, mentaldan kemampuannya) sehingga
memudahkan mereka dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat, dalam
keadaannya yang sekarang.
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan
falsafah pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini.
Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat,
bukan hanya berdasarkan belas kasihan semata-mata, melainkan juga berdasarkan
hak azasinya sebagai manusia.
Usaha pencegahan dan kejadian penyakit. Bila seseorang seseorang jatuh
sakit; dengan pengobatan akan terjadi tiga kemungkinan yaitu :
(1) Sembuh sempurna,
(2) Sembuh dengan cacat,
(3) Tidak sembuh lagi (meninggal).
Yang terbaik yaitu bila terjadi kesembuhan secar sempurna seandainya
terjadi kecacatan, maka alat tubuh yang cacat ini akan tetap dimilikinya dan
seringkali merupakan beban (penderitaan) untuk selama-lamanya.
Bila alat-alat mobil rusak,kit adapt membeli yang baru untuk
menggantinya, dan ia akan berfungsi lagi dengan baik, seolah-olah mobil tersebut
dalam keadaan baru kembali.
Lain halnya dengan alat tubuh manusia, bila rusak (sakit) kita hanya
berusaha untuk memperbaikinya (mengobatinya) dengan segala daya, dan tetap
memakainya lagi, walaupun perbaikannya tidak mencapai kesempurnaan (cacat).
Penggantian dengan alat buatan (prothese), tidak akan menjadi sebaik
seperti asalnya.Karena itu sangatlah bijaksana, bila kita selalu serprinsip lebih
baik mencegah timbulnya penyakit dari pada mengobati maupun
merehabilitasinya
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Epidemiologi merupakan ilmu dasar pencegahan dengan sasaran utama


adalah mencegah dan menanggulangi penyakit dalam masyarakat. Pengertian
pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum
kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah pencegahan, haruslah didasarkan
pada data/keterangan yang bersumber dari hasilanalisis epidemiologi atau hasil
pengamatan/penelitian epidemiologis (Nur Nasry Noor, 2008). Upaya
preventif/pencegahan adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi
berasal dari bahasa latin, praevenire, yang artinya datang sebelum atau antisipasi,
atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu.

B. SARAN

Makalah ini tentunya masih sangat jauh dari kata sempurnah dan kami
sangat mengharapkan saran dan kritik guna membangun dan bisa memperbaiki
makala kami.karena ada pepatah yang mengatakan “semakin ilmu itu di galih
maka semakin banyak kita ketahui”.
DAFTAR PUSTAKA
Aiyaradian. 2012. Tingkatan Pencegahan Penyakit. diakses pada tanggal
10 di situs: (http://aiyaradian.blogspot.co.id/2012/10/tingkatan-pencegahan-
penyakit.html).
Budiarto, Eko & Anggraeni, Dewi. 2013. Pengantar Epidemiologi.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT Asdi Masatya.
Hasnah. 2009. Pencegahan Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 Media Gizi
Pangan. Vol. VII, Edisi 1, Januari – Juni 2009.
Http://jurnalbidandiah.blogspot.co.id/2012/05/upaya-pencegahan-
preventive-menurut.html.
Loveday.dkk. 2014. National Evidence-Based Guidelines for Preventing
Healthcare Associated Infections in NHS Hospitals in England. Journal of
Hospital Infection. Vol 86: hal 1.
Maryani, lidya dan rizki, muliani. 2010. Epidemiologi Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nasrin, dkk. 2002. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular. Jakarta : UI Press.
Noor,Nur Narsy. 2008. Epidemiologi. Jakarta: PTRineka Cipta.
Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Noor, Nur Nasry. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notosoedirdjo & Latipun. 2005. Kesehatan Mental, Konsep, dan
Penerapan. Jakarta: UMM Press.
Ryadi, A.L. Slamet & Wijayanti, T. 2014. Dasar-Dasar Epidemiologi
Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika.
Kalra S, Magon N, Malik S 2012. Patient-centered care and therapeutic
patient education: Vedic inspiration. J Midlife Health.

Su’dan, R.H., 1997, Al Qu’an dan Panduan Kesehatan Masyarakat, PT.


Dana Bhakti Prima Yasa, Yogykarta. Hal: 10-22.

Anda mungkin juga menyukai