Anda di halaman 1dari 7

Riwayat Alamiah Penyakit (RAP)

Riwayat Alamiah Penyakit (Natural History of Disease) adalah perkembangan suatu penyakit
tanpa adanya campur tangan medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit
berlangsung secara natural.
Pada umumnya secara umum RAP dibagi menjadi 3 tahap, yakni tahap patogenesis, prepatogenesis (masa inkubasi, penyakit dini dan penyakit lanjut), dan tahap pasca patogenesis
(penyakit akhir). Pada pembahasan kali ini, saya akan membahasnya secara rinci riwayat alamiah
suatu penyakit, agar mudah menghafal, maka kita golongkan RAP dalam 5 tahap :
1. Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi
di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk
ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan
tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease)
Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum
nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Masa inkubasi adalah
tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab
penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit.
3. Tahap penyakit dini (Stage of Clinical Disease)
Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah
jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit
segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini tergantung
daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah
(self care).

4. Tahap penyakit lanjut


Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertangani serta tidak
memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit masuk pada
tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini
penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
5. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
a)

Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan

sebelumnya/bebeas dari penyakit)


b)

Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya

tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari
serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
c)

Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak tampak

lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya
tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya
membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena
dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)
d)

Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit

tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu
masih tetap berada dalam keadaan sakit.
e)

Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi,

sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini
bukanlah keadaan yang diinginkan.

2.2 Pola Perkembangan dan Spektrum Penyakit


Spektrum penyakit adalah berbagai variasi tingkatan simptom dan gejala penyakit menurut
intensitas infeksi atau penyakit pada penderitanya, dari yang ringan, sedang sampai yang berat
dengan komplikasi pada organ-organ vital.
Intensitas infeksi dan derajat penyakit bergantung kepada:
1. Agent jenis kuman, jumlah kuman, kualitas (virulensi kuman, toksisitas), kemampuan
biologis, dsb.
2. Host manusia umur, jenis kelamin, kondisi fisiologis (hormonal), daya tahan tubuh,
genetik, faktor gizi, lingkungan yang melemahkan, dsb
Suatu penyakit (menular) tidak hanya selesai sampai pada jatuh sakitnya seseorang, tetapi
cenderung untuk menyebar. Beberapa komponen dalam proses terinfeksinya penyakit ialah
sebagai berikut:
1. Agent
2. Reservoir
3. Portals of entry and exit
4. Mode of transmission
5. Immunity
Dalam proses perjalanan penyakit, perpindahan agen dari pejamu ke reservoir atau sebaliknya,
harus melalui pintu masuk tertentu (portal of entry) calon penderita baru dan kemudian untuk
berpindah ke penderita baru lainnya, kuman akan melalui pintu keluar (portal of exit).
Portal of entry/portal of exit, ialah:

Melalui konjungtiva, yang biasanya hanya dijumpai pada beberapa penyakit mata
tertentu.

Melalui saluran nafas (hidung & tenggorokan): melalui droplet sewaktu reservoir/
penderita bicara, bersin, atau batuk atau melalui udara pernapasan.

Melalui Pencernaan: baik bersama ludah, muntah maupun bersama tinja.

Melalui saluran urogenitalia: biasanya bersama-sama dengan urine atau zat lain yang
keluar melalui saluran tersebut.

Melalui lukapada kulit ataupun mukosa.

Secara mekanik: seperti suntikan atau gigitan pada beberapa penyakit tertentu.

Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk mendapatkan potensial yang
baru, harus berjalan melalui suatu lingkaran perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang
disebut jalur penularan (Mode of Transmission). Secara garis besarnya, jalur penularan (Mode of
Transimission) dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Penularan langsung: yakni penularan yang terjadi secara langsung dari penderita atau
reservoir, ke pejamu potensial yang baru, sedangkan,
2. Penularan tidak langsung: adalah penularan yang terjadi melalui media tertentu; seperti

media udara (air borne), melalui benda tertentu (vechicle borne), dan melalui vektor
(vector borne).
2.3 Epidemiological Iceberg
Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) merupakan sebuah metafora (perumpamaan) yang
menekankan bahwa bagian yang tak terlihat dari gunung es jauh lebih besar daripada bagian
yang terlihat di atas air. Artinya, pada kebanyakan masalah kesehatan populasi, jumlah kasus
penyakit yang belum diketahui jauh lebih banyak daripada jumlah kasus penyakit yang telah
diketahui. Fenomena gunung es menghalangi penilaian yang tepat tentang besarnya beban
penyakit (disease burden) dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang sesungguhnya, serta
pemilihan kasus yang representatif untuk suatu studi. Mempelajari hanya sebagian dari kasus
penyakit yang diketahui memberikan gambaran yang tidak akurat tentang sifat dan kausa
penyakit tersebut. (Morris, 1975; Duncan, 1987, dikutip Wikipedia, 2010).

2.4 Konsep Tingkat Pencegahan Penyakit (Level of Prevention)


Konsep tingkat pencegahan penyakit ialah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian
dengan menggunakan langkahlangkah yang didasarkan pada data/ keterangan bersumber hasil
analisis/ pengamatan/ penelitian epidemiologi.
Tingkatan pencegahan penyakit:
a)

Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) seperti promosi kesehatan dan

pencegahan khusus. Sasarannya ialah faktor penyebab, lingkungan & pejamu. Langkah
pencegahaan di faktor penyebab misalnya, menurunkan pengaruh serendah mungkin (desinfeksi,
pasteurisasi, strerilisasi, penyemprotan insektisida) agar memutus rantai penularan. Langkah
pencegahan di faktor lingkungan misalnya, perbaikan lingkungan fisik agar air, sanitasi
lingkungan & perumahan menjadi bersih. Langkah pencegahan di faktor pejamu misalnya
perbaikan status gizi, status kesehatan, pemberian imunisasi.
b)

Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) seperti diagnosis dini serta

pengobatan tepat. Sasarannya ialah pada penderita / seseorang yang dianggap menderita
(suspect) & terancam menderita. Tujuannya adalah untuk diagnosis dini & pengobatan tepat
(mencegah meluasnya penyakit/ timbulnya wabah & proses penyakit lebih lanjut/ akibat samping
& komplikasi). Beberapa usaha pencegahannya ialah seperti pencarian penderita, pemberian
chemoprophylaxis (Prepatogenesis / patogenesis penyakit tertentu).
c)

Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) seperti pencegahan terhadap cacat dan

rehabilitasi. Sasarannya adalah penderita penyakit tertentu. Tujuannya ialah mencegah jangan
sampai mengalami cacat & bertambah parahnya penyakit juga kematian dan rehabilitasi
(pengembalian kondisi fisik/ medis, mental/ psikologis & social.
2.5 Manfaat RAP dalam epidemiologi
Studi tentang RAP merupakan bagian dari studi epidemiologi, dikarenakan terdapat:
a) Studi etiologi menemukan penyebab

b) Studi prognostik mempelajari faktor risiko dan perkiraan akhir penyakit


c) Studi intervensi mengetahui effectiveness , dan efficiency program pemberantasan dan
pencegahan penyakit.

Dari RAP diperoleh beberapa informasi penting:

Masa inkubasi atau masa latent.

Kelengkapan keluhan (symptom) sebagai bahan onformasi dama menegakkan diagnosis

Lama dan beratnya keluhan yang dialami oleh penderita kejadian penyakit menurut
musim (season) kapan penyakit itu lebih frekuen kejadiannya

Kecenderungan lokasi geografis serangan penyakit sehingga dapat dengan mudah


dideteksi lokasi kejadian penyakit.

Untuk diagnostik: masa inkubasi dapat dipakai sebagai pedoman penentuan jenis
penyakit.

Sifat-sifat biologis kuman patogen sehingga menjadi bahan informasi untuk pencegahan
penyakit.

Untuk pencegahan: dengan mengetahui kuman patogen penyebab dan rantai perjalanan
penyakit dapat dengan mudah ditemukan titik potong yang penting dalam upaya
pencegahan penyakit.

Untuk terapi: intervensi atau terapi hendaknya diarahkan pada fase paling awal. Lebih
awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan. Keterlambatan diagnosis akan
berkaitan dengan keterlambatan terapi.

Daftar Pustaka
1. Bustan mn. 2002. Pengantar epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

2. Gerstman. 2003. Epidemiology Kept Simple. California: Willey Liss.


3. Juwono, Sugeng. Riwayat Alamiah, Spektrum, Rantai Infeksi dan Kejadian Epidemik
Penyakit. 2011
4. Lalusu, Yusnita Erni. Pengantar epidemiologi. 2011
5. 5. Murti, Bisma. Modul Perkuliahan Fakultas Kedoketran UNS

Anda mungkin juga menyukai