Anda di halaman 1dari 51

Endang Sri Utami (25010113120028)

Agung Prabowo

(25010113120044)

Agustina Prima P (25010113120080)


Devita Melinda N (25010113120120)
Zuyyinatul M

(25010113120164)

Deni Lestari

(25010113120191)

Jihan Annisa

(25010113130262)

Rusliana
A
(25010113130307)
Miranti Puspasari (25010113140331)
Idha Setyowati

(25010113140393)

Novia Tri Astuti

(25010115183008)

KELOMPOK 5

ZOONOSIS

Pendahuluan

Di Indonesia penyakit infeksi masih merupakan


masalah kesehatan.
Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan
parasit terasa terabaikan, dikarenakan tidak
membahayakan bagi jiwa.
Namun sebernarnya, penyakit tersebut sangat
berpengaruh pada produktivitas dan kehidupan
sosial penderita.

FILARIASIS

Definisi

penyakit menular
menahun yang
disebabkan oleh infeksi
cacing filarial yang
ditularkan oleh berbagai
spesies nyamuk yang
bersifat menahun (kronis)

Penyebab

Wuchereria
bancrofti

Brugia malayi

Brugia timori

Gejala dan Tanda Klinis

Diagnosis

Kasus Filariasis di
Indonesia

Berdasarkan laporan tahun 2009, tiga provinsi dengan kasus


terbanyak filariasis adalah Nanggroe Aceh Darussalam (2.359
orang), Nusa Tenggara Timur (1.730 orang), dan Papua (1.158
orang).(Kemenkes, 2010).

Patogenesis Filariasis

Pencegahan Filariasis

Melaporkan ke Puskesmas bila menemuknan warga desa


dengan pembesaran kaki, tangan, kantong buah zakar, atau
payudara.
Ikut serta dalam pemeriksaan darah jari.
Minum obat anti filariasis.
Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.

Pencegahan Filariasis

Menjaga diri dari gigitan nyamuk.


Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis
mengenai cara penularan dan cara pengendalian vektor (nyamuk).
Mengidentifikasi vektor dengan mendeteksi adanya larva infektif
dalam
nyamuk
dengan
menggunakan
umpan
manusia;
mengidentifikasi waktu dan tempat menggigit nyamuk serta
perkembangbiakannya.

Pengendalian Filariasis

ASKARIASIS

DEFINISI

Askariasis
adalah
penyakit
infeksi
yang
disebabkan
oleh A.
lumbricoides (cacing gelang) yang hidup
di usus halus manusia dan penularannya
melalui
tanah. Cacing gelang adalah
parasit usus terbesar dan bisa mencapai
hingga 40 cm panjangnya. Infeksi ini
sering terjadi pada daerah dengan sanitasi
yang buruk, khususnya di negara-negara
miskin di daerah tropis dan subtropis

Cacing ini merupakan parasit yang


kosmopolit yaitu tersebar di seluruh
dunia, frekuensi terbesar berada di
negara tropis yang lembab, dengan
angka prevalensi kadangkala mencapai
di atas 50%. Angka prevalensi dan
intensitas infeksi biasanya paling tinggi
pada anak usia 5-15 tahun (Ditjen PP&PL
Dep.Kes. RI, 2005; Bethony dkk, 2006)

DIAGNOSIS

Ascariasis tidak menular langsung dari orang ke


orang. Penularan terjadi ketika seseorang menelan
telur Ascaris lumbricoides, dapat berasal dari
makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran
manusia. Beberapa kondisi yang menambah
kemungkinan seseorang untuk terkena askariasis,
diantaranya:
a.

Anak usia pra sekolah atau lebih muda

b.

Hidup di negara beriklim tropis.

c.

Makan-makanan kotor dan tidak sehat.

d.

Minum air dari sumber yang tidak bersih.

Diagnosis askariasis ditegakkan dengan menemukan Ascaris


dewasa atau telur Ascaris pada pemeriksaan tinja, dengan
melakukan
a.pemeriksaan makroskopis terhadap tinja atau muntahan
penderita
b.pemeriksaan foto rontgen perut
c.Pemeriksaan ultrasonografi dan tomografi komputer
d.Pemeriksaan serologi

GEJALA

Anak-anak lebih mungkin untuk memiliki gejala


ascariasis dibandingkan orang dewasa karena usus
mereka yang lebih kecil lebih beresiko untuk
mengalami penyumbatan usus. Semakin banyak jumlah
cacing yang terlibat, semakin parah gejala yang akan di
alami oleh seseorang. Anak-anak lebih sering terinfeksi
cacing ini daripada orang dewasa,kelompok usia yang
paling umum terjadi adalah 3-8 tahun. Infeksi ini
cenderungterjadi lebih serius jika anak mengalami gizi
buruk. Anak sering terinfeksi akibattidak mencuci
tangan setelah bermain di tanah yang terkontaminasi.

GEJALA

Gejala-gejala askariasis, antara lain:


a.

Demam dan batuk kering

b.

Mengi

c.

Sakit perut

d.

Mual atau muntah

e.

Gizi buruk, terutama pada anak-anak

f.

Diare atau BAB berdarah

g.
Cacing keluar baik dari mulut, hidung atau
rektum
(anus)
h.
Komplikasi lain yang disebabkan oleh cacing
Ascaris
lumbricoides, seperti:
i.

Penyakit kandung empedu

j.

Abses hati

k.

Pankreatitis

l.

Radang usus buntu

m.

Radang selaput perut.

Patogenesis

Patogenesis
infeksi
Ascaris
lumbricoides
berkaitan dengan jumlah organisme yang
menginvasi,
sensitifitas
individu,
bentuk
perkembangan cacing, migrasi larva dan status
nutrisi individu.
Larva yang bermigrasi didalam jaringan, dapat
menyebabkan trauma mekanik dan lisis sel
oleh enzim yang dihasilkan oleh larva.

Kelainan patologi yang terjadi, disebabkan oleh dua stadium


sebagai berikut :
Kelainan oleh larva, yaitu berupa efek larva yang bermigrasi
di paru (manifestasi respiratorik). Gejala yang timbul berupa
demam, dyspneu, batuk, malaise bahkan pneumonia.
Kelainan oleh cacing dewasa, berupa efek mekanis yang jika
jumlahnya cukup banyak, akan terbentuk bolus dan
menyebabkan obstruksi parsial atau total.

Cacing dewasa (1) hidup di dalam lumen usus halus.


Cacing betina menghasilkan yang dikeluarkan bersama
tinja. (2) Telur yang dibuahi (fertilized) yang mengandung
embrio menjadi infektif sekitar 18 hari. (3) Setelah telur
yang berkembang menjadi infektif tertelan oleh hospes
(4), larva akan menetas (5), menginvasi mukosa usus,
selanjutnya terbawa aliran darah portal kemudian melalui
aliran darah sistemik ke paru-paru (6). Larva yang
matang menuju ke paru-paru (10-14 hari), penetrasi pada
dinding alveoli, ke cabang bronchi, kerongkongan, dan
selanjutnya tertelan (7). Setelah mencapai usus,
berkembang menjadi cacing dewasa (1).

Pencegahan

Hendaknya pembuangan tinja (feces) pada WC


yang baik.
Pemeliharaan
lingkungan.

kebersihan

perorangan

dan

Penerangan
melalui
sekolah,
organisasi
kemasyarakatan oleh guru-guru dan pekerja pekerja kesehatan.
Hendaknya jangan menggunakan faces sebagai
pupuk kecuali sudah dicampur dengan zat kimia
tertentu.

Pengendalian

SCHISTOSOMIA
SIS

Pengertian Schistosomiasis

Penyakit

parasit

disebabkan

oleh

akut
cacing

dan
darah

kronis

yang

(Trematoda

cacing) dari genus Schistosoma.


Penularan

terjadi

ketika

Schistosoma

mencemari sumber air yang biasanya dibawa


oleh keong (siput).

Agen Penyebab
Phylum
Kelas

: Platyhelminthes
: Trematoda

Subkelas

: Digenea

Ordo

: Prosostomata

Subordo

: Strigeata

Famili
Genus

: Schistosomatidae
: Schistosoma

Species
: Schistosoma mansoni, Schistosoma
japonicum, Schistosoma haematobium,
Schistosoma mekongi

Hospes Perantar

Spesies dan Distribusi


Geografis

Daerah Endemis
Schistosomiasis

Patogenesis

Manifestasi dan Gejala


Klinis

Masa Tunas

Serkaria

menembus

kulit

dan

menimbulkan

pruritus serta kemerahan.


Akhir masa tunas ditandai dengan hati menjadi
besar, nyeri, rasa tidak nyaman di perut, demam
berkeringat menggigil dan bisa disertai diare.
Cacing muda bermigrasi melawan aliran darah ke
vena mesentrerika dan cabang-cabangnya hingga
telur menyerab dinding usus.

Stadium Akut

Telur masuk ke usus, hati dan paru dengan


jumlah

telur

semakin

lama

semakin

lebih

banyak .
Gejalanya

demam,

malaise,

urtikaria,

eosinofilia, sakit perut, diare, BB turun, hati


membesar,
splenomegali.

hepatomegali

dan

disusul

Stadium Menahun

Terjadi penyembuhan jaringan melalui fibrosis,


hati mulai mengecil.
Gejala pada stadium akut tergantung pada organ
yang diserang. Contohnya jika yang diserang
kandung

kemih:

berdarah.

Jika

diserang

akan

kelemahan otot.

sering
otak/tulang

berkemih,
belakang

menimbulkan

kejang

kemih
yang
dan

Pencegahan

Hindari mandi dan mencuci dengan air yang mengandung

serkaria/ hindari kontak dengan air di daerah endemis.


Menggunakan jamban yang memenuhi standar kesehatan.
Hindari tempat habitat keong menular atau jika beraktivitas

di sekitar habitat keong penular sebaiknya memakai sepatu


boot.
Menggunakan air dari sumber air yang terjamin kualitas

kebersihannya sebagai kebutuhan sehari-hari.

Minum air yang aman. Meskipun tidak ditularkan


karena menelan air yang terkontaminasi, jika
mulut atau bibir bersentuhan dengan air yang
mengandung parasit, bisa terinfeksi.
Air yang digunakan untuk mandi harus direbus
mendidih selama 1 menit untuk membunuh
serkaria apapun dan kemudian didinginkan.

Strategi Pemberantasan

Meningkatkan

pemberantasan

penyakit

untuk

mencegah kemungkinan penyebaran ke daerah lain.


Metode intervensi, dengan kombinasi pengobatan
penderita,
sanitasi

pemberantasan

lingkungan,

mengeringkan

dan

keong,

perbaikan

agroengineering

daerah-daerah

rawa

merupakan fokus keong.


Mengadakan kerja sama lintas sektoral.

yaitu
yang

Strongyloidiasis (diare Cochin


Cina)
Penyebab :
cacing gelang stercoralis strongyloides
Strongiloides terutama ditemukan di daerah beriklim
tropik dan subtropik karena kelembaban yang tinggi
(Lynne S Garcia 1996)

Gejala Klinis

Patogenesis

Penetrasi larva filariform infektif menembus kulit


menimbulkan
Cutaneus Larva Migrans dan
Visceral Larva Migrans. Larva ini kemudian
menembus saluran limfatik atau kapiler terbawa
sampai ke jantung kanan dan kapiler pulmonal.
Kemudian keluar dari
kapiler pulmonal dan
penetrasi ke dalam alveoli paru. Diduga saat
keluar dari kapiler pulmonal parasit ini
menyebabkan perdarahan dan menimbulkan
infiltrasi seluler pada paru.

Parasit ini kemudian bermigrasi ke saluran nafas


atas, sampai ke esofagus dan tertelan masuk ke
lambung dan usus.
Pada infeksi berat gambaran mukosa dapat terlihat
seperti gambaran sarang tawon (honeycombed
appearance). Telur yang menetas mengeluarkan
larva rhabditiform yang lalu akan keluar melalui
feses. Saat parasit ini berada di saluran cerna,
timbullah gejala gejala saluran cerna seperti nyeri
abdomen, kram, malabsorbsi dan sebagainya.

Masa inkubasi ekstrinsik 1 bulan. Keadaan


terjadinya autoinfeksi internal maupun eksternal
akan mengarah ke hiperinfeksi. Hal ini akan
menyebabkan parasit ini dapat bertahan lama
bahkan sampai bertahun tahun pada tubuh
seseorang sehingga dapat bertahan hidup di
belahan dunia mana pun dan dalam iklim
apapun. Hal ini pula yang diduga sebagai
penyebab sering rekurennya gejala klinis yang
merupakan ciri dari penyakit ini.

Jenis dan Morfologi

Bentuk bebas (free living form) :


-betina : ukuran 1 x 0,05 mm, esofagus
panjang tubuh serta pendek dan terbuka, uterus
berupasatu barisan lurus yang berisi 40 50
telur. Vulva terbuka di sisi ventral dekat
pertengahan tubuh.
-jantan : fusiform, ukuran 0,7 x 0,07 mm, esofagus
tertutup,
memiliki
2
spikula
dan
1
gubernakulum,
ujung
ekor
runcing
dan
melengkung.

Bentuk parasitik :
-betina : halus dan transparan, ukuran 2,2 x 0,05 mm,
esofagus filiform panjang tubuh. Pada betina gravid
uterus berisi 10 20 telur yang mengandung embrio.
Vulva pada sisi ventral 1/3 posterior panjang tubuh.
-Jantan : menurut Kreist (1932) dan Faust ada bentuk
parasitik jantan pada manusia yang morfologinya
sama dengan morfologi jantan bentuk bebas (free
living). Namun belum ada peneliti yang menemukan
bentuk parasitik jantan ini selain Kreist dan Faust.
Oleh karena itu dianutlah pemahaman bahwa bentuk
parasitik betina pada manusia berkembang biak
secara parthenogenesis (Roberts, et all, 2005).

Pencegahan dan
Pengendalian
1. melindungi kulit
dari tanah yang terkontaminasi (memakai alas
kaki)
2. Penyuluhan (cara penularan strongiloidiasis, cara pembuatan dan
penggunaan jamban yang benar)
Sedangkan

untuk

mencegah

timbulnya

keparahan,

dilakukan

pemeriksaan oleh dokter apabila :


1. Pernah melakukan terapi imunosupresif
2. Bertugas di Pasifik Selatan Atau Asia Tenggara
3. Terinfeksi Human T-cell lymphotropic Virus-1 (HTLV-1)
4. Didiagnosis kanker
5. Menerima atau melakukan transplantasi organ (CDC 2013)

Penutup

Dimasa depan, diharapkan masyrakat lebih sadar


dan mau berbenah diri agar terhindar dari penyakit
infeksi terutama penyakit parasitik. Hal ini
disebabkan, memutus lingkaran hidup paraisit
tidak dapat dilakukan oleh pemerintah tanpa
bantuan dari masyrakat. Beberapa penyakit parasit
memang tidak mengancam jiwa, namun dapat
mengurani produktivitas kerja sehingga dapat
mengganggu kehidupan sosial penderita. Sebab
itu, tindakan pencegahan penting dilakukan oleh
setiap struktur masyrakat

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai