Anda di halaman 1dari 100

1|MATEMATIKA KELAS 11 SMA

Materi Matematika Kelas 11 IPA

Materi Matematika Kelas 11 IPA

Statistika

Menyajikan Data dalam Bentuk Diagram

Penyajian Data dalam Bentuk Tabel Distribusi Frekuensi

Menghitung Ukuran Pemusatan, Ukuran Letak, dan Ukuran Penyebaran

Peluang

Aturan Perkalian, Permutasi, dan Kombinasi

Peluang suatu Kejadian dan Penafsirannya

Trigonometri & Lingkaran

Penggunaan Rumus Sinus dan Cosinus

Persamaan Lingkaran, Persamaan Garis Singgung Lingkaran

Suku Banyak, Komposisi Fungsi dan Invers Fungsi

Algoritma pembagian, Penggunaan Teorema sisa & Teorema Faktor, Akar-Akar Rasional dari
persamaan suku Banyak

Relasi & Fungsi, Aljabar Fungsi, Fungsi Komposisi, Fungsi Invers

Limit Fungsi dan Turunan Fungsi

Pengertian & sifat Limit Fungsi

Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan untuk Menentukan Karakteristik SUatu Fungsi, Teorema
L'Hopital

Statistika

Menyajikan Data dalam Bentuk Diagram


2|MATEMATIKA KELAS 11 SMA

Diagram Garis dan Diagram Lingkaran

1. Diagram Garis

Diagram garis biasanya digunakan untuk menyajikan data statistik yang diperoleh berdasarkan
pengamatan dari waktu ke waktu secara berurutan

contoh :

Berikut ini adalah tabel berat badan seorang bayi yang dipantau sejak lahir sampai berusia 9 bulan.

Nyatakan data di atas dalam bentuk diagram garis.

Penyelesaian :

Jika digambar dengan menggunakan diagram garis adalah sebagai berikut

Berat badan bayi sejak usia 0 bulan-9 bulan

2. Diagram Lingkaran

Kita ketahui bahwa besar sudut satu keliling adalah 360 0 dan luas lingkaran sebanding dengan sudut
pusatnya. Cara membuat diagram lingkaran adalah lingkaran dibagi menjadi beberapa juring lingkaran
yang luas proposional terhadap setiap banyaknya data untuk setiap bagian.

Contoh :

Berikut data ini adalah data hobi dari 1.200 siswa dari SMA Budi,
3|MATEMATIKA KELAS 11 SMA

Penyelesaian :

Sajikan data diatas ke dalam diagram lingkaran

Sepak bola → x 360o = 90o

Bola basket → x 360o = 45o

Bola volly → x 360o = 60o

Bulu tangkis → x 360o = 75o

Karate → x 360o = 30o

Lain lain → x 360o = 60o

Dengan hasil ini kita dapat menggambar diagram lingkarannya,

Diagram Batang dan Diagram Batang Daun

1. Diagram Batang

Diagram batang menunjukkan keterangan-keterangan dengan batang-batang tegak atau mendatar dan
sama lebar dengan batang-batang terpisah.

Contoh :
4|MATEMATIKA KELAS 11 SMA

Jumlah lulusan SMA X di suatu daerah dari tahun 2001 sampai tahun 2004 adalah

sebagai berikut.

Nyatakan data di atas dalam bentuk diagram batang !

Penyelesaian :

Data tersebut dapat disajikan dengan diagram batang sebagai berikut

2. Diagram Batang Daun

Dalam diagram batang daun, data yang terkumpul diurutkan lebih dulu dari data ukuran terkecil sampai
dengan ukuran yang terbesar. Diagram ini terdiri dari dua bagian, yaitu batang dan daun. Bagian batang
memuat angka puluhan dan bagian daun memuat angka satuan.

Contoh soal :

Buatlah diagram batang-daun dari data berikut.

45 10 20 31 48 20 29 27 11 8
25 21 42 24 22 36 33 22 23 13
34 29 25 39 32 38 50 5

Penyelesaian :

Mula-mula kita buat diagram batang-daun di sebelah kiri kemudian membuat diagram batang-daun di
sebelah kanan agar data terurut.
5|MATEMATIKA KELAS 11 SMA

Penyajian Data dalam Bentuk Tabel Distribusi Frekuensi

Distribusi Frekuensi Tunggal dan Berkelompok

Data tunggal seringkali dinyatakan dalam bentuk daftar bilangan atau bentuk tabel distribusi frekuensi.
Tabel distribusi frekuensi tunggal merupakan cara untuk menyusun data yang relatif sedikit sedangkan
Tabel distribusi frekuensi berkelompok biasa digunakan untuk menyusun data yang memiliki kuantitas
yang besar dengan mengelompokkan ke dalam interval-interval kelas yang sama panjang.

Perhatikan contoh data tunggal berikut !

5, 4, 6, 7, 8, 8, 6, 4, 8, 6, 4, 6, 6, 7, 5, 5, 3, 4, 6, 6, 8,

7, 8, 7, 5, 4, 9, 10, 5, 6, 7, 6, 4, 5, 7, 7, 4, 8, 7, 6

contoh data hasil nilai pengerjaan tugas Matematika dari 40 siswa kelas XI berikut ini.

66 75 74 72 79 78 75 75 79 71

75 76 74 73 71 72 74 74 71 70

74 77 73 73 70 74 72 72 80 70

73 67 72 72 75 74 74 68 69 80
6|MATEMATIKA KELAS 11 SMA

Istilah-istilah yang banyak digunakan dalam pembahasan distribusi frekuensi berkelompok atau
distribusi frekuensi berkelompok antara lain sebagai berikut.

a. Interval kelas dari contoh diatas terdapat enam interval 65-67 (interval kelas pertama), 68-70
(interval kelas kedua)......80-82 (interval kelas keenam).

b. Batas kelas, angka 65, 68, 71, 74, 77, dan 80 merupakan batas bawah dari tiap-tiap kelas, sedangkan
angka 67, 70, 73, 76, 79 dan 82 merupakan batas atas dari tiap-tiap kelas.

c. Tepi kelas (Batas Nyata Kelas),untuk mencari tepi kelas dapat dipakai rumus berikut ini.

Dari tabel di atas maka tepi bawah kelas pertama 64,5 dan tepi atasnya 67,5, tepi bawah kelas
kedua 67,5 dan tepi atasnya 70,5 dan seterusnya.

d. Lebar kelas, untuk mencari lebar kelas = tepi atas – tepi bawah, jadi lebar kelas pada tabel diatas
adalah 67,5 – 64,5 = 3.

e. Titik Tengah , untuk mencari titik tengah = (batas atas + batas bawah). Dari tabel diatas :

titik tengah kelas pertama = (67 + 65) = 66

titik tengah kelas pertama = (70 + 68) = 69

dan seterusnya.

Frekuensi Relatif dan Kumulatif

frekuensi relatif dari suatu data adalah dengan membandingkan frekuensi pada interval kelas itu
dengan banyak data dinyatakan dalam persen. Frekuensi relatif dirumuskan sebagai berikut.

Frekuensi kumulatif kelas ke-k adalah jumlah frekuensi pada kelas yang dimaksud dengan frekuensi
kelas-kelas sebelumnya. Ada dua macam frekuensi kumulatif, yaitu frekuensi kumulatif "kurang dari"
("kurang dari" diambil terhadap tepi atas kelas) dan frekuensi kumulatif "lebih dari" ("lebih dari"
diambil terhadap tepi bawah kelas).

Tepi atas = batas atas + satuan pengukuran


7|MATEMATIKA KELAS 11 SMA

Tepi bawah = batas bawah - satuan pengukuran

Contoh :

Dari tabel data berkelompok, untuk interval kelas 74-76 (kelas 4),

hitunglah :

a. Frekuensi relatif

b. Frekuensi kumulatif "kurang dari";

c. Frekuensi kumulatif "lebih dari".

Penyelesaian :

a. Frekuensi relatif kelas ke-4

= x 100% = x 100% = 35%

b. Frekuensi kumulatif "kurang dari" untuk interval kelas 74 – 76 = 2+5+13 = 20 (Ada 20 nilai yang
kurang dari tepi atas kelas 76,5)

c. Frekuensi kumulatif "lebih dari" untuk interval kelas 74 – 76 = 4+2= 6 (Ada 6 nilai yang lebih dari
tepi bawah kelas 73,5)

Histogram dan Poligon Frekuensi

Histogram merupakan diagram frekuensi bertangga yang bentuknya seperti diagram batang. Batang
yang berdekatan harus berimpit. Untuk pembuatan histogram, pada setiap interval kelas diperlukan
tepi-tepi kelas. Tepi-tepi kelas ini digunakan untuk menentukan titik tengah kelas yang dapat ditulis
sebagai berikut.

Titik tengah kelas = (tepi atas kelas + tepi bawah kelas)

Poligon frekuensi dapat dibuat dengan menghubungkan titik-titik tengah setiap puncak persegipanjang
dari histogram secara berurutan. Agar poligon "tertutup" maka sebelum kelas paling bawah dan setelah
kelas paling atas, masing-masing ditambah satu kelas.
8|MATEMATIKA KELAS 11 SMA

Contoh :

Hasil pengukuran berat badan terhadap 100 siswa SMP X digambarkan dalam distribusi bergolong
seperti di bawah ini. Sajikan data tersebut dalam histogram dan poligon frekuensi.

Penyelesaian :

Histogram dan poligon frekuensi dari tabel di atas dapat ditunjukkan sebagai berikut.

Menghitung Ukuran Pemusatan, Ukuran Letak, dan Ukuran Penyebaran

Ukuran Pemusatan Data


Mean
Rataan hitung seringkali disebut sebagai ukuran pemusatan atau rata-rata hitung. Rataan hitung juga
dikenal dengan istilah mean dan diberi lambang . nilai rataan hitung (mean) untuk data tunggal
ditentukan oleh rumus berikut.

atau

Untuk data bergolongan

atau

Contoh :

Tabel nilai data tunggal ulangan harian Matematika kelas XI IPA


9|MATEMATIKA KELAS 11 SMA

Penyelesaian :

= = = 6,05

Tentukan rataan dari data berkelompok

Penyelesaian :

Rataan = = = 51

Median (Me)

Median adalah suatu nilai tengah yang telah diurutkan. Median dilambangkan Me. Untuk data tunggal
dapat digunakan rumus :

 Untuk n ganjil : Me =

 Untuk n genap : Me =
10 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Keterangan : = data pada urutan ke- setelah diurutkan.

Median untuk data berkelompok

Me = b2 + c

Keterangan :

b2 = tepi bawah kelas median

c = lebar kelas

N = banyaknya data

F = frekuensi kumulatif kurang dari sebelum kelas median

f = frekuensi kelas median

Contoh :

Dari data di bawah ini, tentukan mediannya

1.

Penyelesaian :

Banyaknya data n = 50 (genap), digunakan rumus:

Me = = = =6

2.

Penyelesaian :

Banyaknya data ada 40 sehingga letak mediannya pada frekuensi 1/2 . 40 = 20


11 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

b2 = = 59,5

(diketahui : c = 10; f = 14; N = 40; F = 9)

Maka Me = b2 + c

= 59,5 + 10

= 59,5 + 10

= 59,5 + 7,86

= 67,36

Modus (Mo)

Data yang paling sering muncul disebut modus. Misalnya, data hasil ulangan 10 orang siswa sebagai
berikut 7 4 6 5 7 8 5,5 7 6 7 Modus dari data itu adalah 7 sebab nilai yang paling sering muncul
adalah 7. Untuk data berkelompok menggunakan rumus sebagai berikut

Keterangan :

L = Batas bawah nyata (tepi bawah) dari kelas modus

d1 = Selisih antara frekuensi dari kelas yang mengandung modus dan frekuensi dari kelas yang
mendahuluinya (sebelumnya).

d2 = Selisih antara frekuensi dari kelas yang mengandung modus dan frekuensi dari kelas
berikutnya

i = Interval kelas/panjang kelas.

Contoh :

Tentukan modus dari tabel di bawah ini.

Penyelesaian :
12 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

L = 56 – 0,5 = 55,5 ; d1 = 20 – 10 = 10

d2 = 20 – 13 = 7; i = 7

Mo = L + i

= 5,5 + 7 = 59,62

Ukuran Letak
Kuartil (Q)

Kuartil adalah membagi data yang telah diurutkan menjadi empat bagian yang sama banyak.

Untuk data tunggal letak dari Qi dirumuskan sebagai berikut.

Letak Qi =

Keterangan :

Qi = kuartil ke-i

N = banyak data

Untuk data berkelompok menggunakan rumus berikut :

Qi = B b + p

Keterangan :

Bb = tepi bawah interval yang memuat Qi

fq = Frekuensi kelas interval yang memuat Qi

F = frekuensi kumulatif sebelum kelas interval yang memuat Qi

f = frekuensi kelas median

 Jangkauan Quartil : JQ = Q3 - Q1
 Jangkauan semi interkuartil : Qd = (Q3 - Q1)

Contoh :
13 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Berdasarkan data diatas tentukan kuartil ke-2

Penyelesaian :

Banyak data 50,

maka Letak Q2 = X25 + (X25 - X24)

= 6 + (6 - 6) = 6

Desil dan Presentil

Desil membagi data menjadi sepuluh bagian yang sama besar. Jika data dibagi menjadi 100 bagian
yang sama, maka ukuran itu disebut persentil.

Keterangan:

i = 1, 2, 3....; n = banyak data

Keterangan:

Pi = persentil ke-i ; i = 1, 2, 3....; n = banyak data

Contoh :

1. Tentukan desil ke-5 dari data berikut

47, 33, 41, 37, 46, 43, 39, 36, 35, 42, 40, 39, 45

Penyelesaian :

Data setelah diurutkan menjadi 33, 35, 36, 37, 39, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46,47.

Banyak data adalah n = 13

D5 = data ke-
14 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

= data ke- 7

= X7 = 40

2. Diketahui: 9, 10, 11, 6, 8, 7, 7, 5, 4, 5, tentukan persentil ke-30

Penyelesaian :

Data diurutkan: 4, 5, 5, 6, 7, 7, 8, 9, 10, 11

Letak persentil ke-30 di urutan data ke - = = 3,3

P30 = X3 + 0,3 (X4 - X3) = 5 + 0,3 (6 - 5) = 5,3

Jadi, P30 = 5,3

Ukuran Penyebaran

Jangkauan (Range)

Untuk range data tunggal dirumuskan dengan:

Contoh :

1. Tentukan range dari data-data di bawah ini.

6, 7, 3, 4, 8, 3, 7, 6, 10, 15, 20

Penyelesaian :

Dari data di atas diperoleh Xmaks = 20 dan Xmin = 3

Jadi, R = Xmaks - Xmin

= 20 - 3 = 17

2. Tentukan range dari data-data di bawah ini.


15 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Penyelesaian :

Nilai tengah kelas terendah = =4

Nilai tengah kelas tertinggi = = 19

Jadi, R = 19 – 4 = 15.

Simpangan Rata-Rata (Deviasi Rata-Rata)

Simpangan rata-rata data tunggal dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan

SR = Simpangan rata – rata

n = ukuran data

Xi = data ke-i dari data x1 x2, x3, ........ xn

= rataan hitung

Simpangan rata-rata data berkelompok dirumuskan:

Contoh :

Hitung simpangan rata-rata dari data kuantitatif berikut:

12, 3, 11, 3, 4, 7, 5, 11

Penyelesaian :

= (X1 + X2 + X3 + .... + Xn)

= (12 + 3 + 1 + 3 + 4 + 7 + 5 + 1) = 7

SR =

= = 3,25

Jadi, simpangan rata-ratanya adalah 3,25.


16 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Simpangan Baku, Ragam atau Variansi

Simpangan Baku

Untuk menjelaskan penyebaran yang terjadi. Saat ini, ilmuwan menggunakan deviasi standar atau
simpangan baku untuk mengestimasi akurasi pengukuran.

untuk sampel

dan untuk populasi

Ragam atau Variansi

Untuk data yang tidak dikelompokkan ataupun data yang dikelompokkan, diperoleh nilai variansi (v)
dengan menggunakan rumus:

Contoh :

Dari 40 orang siswa diambil sampel 9 orang untuk diukur tinggi badannya, diperoleh data berikut:

165, 170, 169, 168, 156, 160, 175, 162, 169.

Hitunglah simpangan baku sampel dan varians dari data tersebut.

Penyelesaian :

= 1494/9 = 166

S=

= = = 5,83

Dari hasil perhitungan diperoleh S = 5,83

V = S2 = (5,83)2 = 33,99
17 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Peluang
Aturan Perkalian, Permutasi, dan Kombinasi
Aturan Perkalian

 Aturan Pengisian Tempat yang tersedia

Jika terdapat n buah tempat tersedia, dengan: K1 adalah banyak cara mengisi tempat pertama.; K2
adalah banyak cara mengisi tempat kedua setealh tempat pertama terisi,... dan seterusnya.; K 3 adalah
banyak cara mengisi tempat ke-n setelah (n-1) tempat tempat sebelumnya terisi, Maka banyak cara
mengisi n tempat yang tersedia itu secara keseluruhan adalah

Contoh :

Seorang ingin membuatkan plat nomor kendaraan yang terdiri dari 4 angka, padahal tersedia angka-
angka 1, 2, 3, 4, 5 dan dalam plat nomor itu tidak boleh ada angka yang sama. Berapa banyak plat
nomor dapat dibuat?

Penyelesaian :

Jadi, polisi itu dapat membuat plat nomor kendaraan sebanyak 5 × 4 × 3 × 2 = 120 plat nomor
kendaraan.

 Notasi Faktorial

Faktorial adalah hasil kali bilangan asli berurutan dari 1 sampai dengan n.

n! = 1 x 2 x 3 x .... x (n – 2) x (n – 1) x n

Contoh :

 3! = 3 x 2 x 1 = 6
 3! X 2! = 3 x 2 x 1 x 2 x 1 = 6 x 2=12

Permutasi

a. Permutasi unsur-unsur yang berbeda


18 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Dengan permutasi k unsur dari n unsur yang di notasikan atau P(n,k).

Contoh :

Berapakah banyak permutasi dari 2 huruf yang diambil dari 4 huruf-huruf A, B, C dan D !

Penyelesaian :

Hal ini merupakan permutasi dari 4 unsur ke dalam 2 unsur, sehingga banyak permutasi adalah

= = = 12

b. Permutasi yang memuat beberapa unsur sama

Untuk menghitung banyaknya permutasi jika ada unsur yang sama, Perhatikan contoh berikut.

Berapa banyak kata dapat disusun dari kata:

GAJAH MADA (Banyaknya huruf = 9; banyaknya A = 4)

Penyelesaian :

P= = = 15.120

c. Permutasi Siklis

Permutasi siklis adalah permutasi yang cara menyusunnya melingkar, sehingga banyaknya
menyusun n unsur yang berlainan dalam lingkaran ditulis:

Contoh :

Pada rapat pengurus OSIS SMA X dihadiri oleh 6 orang yang duduk mengelilingi sebuah meja
bundar. Berapakah susunan yang dapat terjadi?

Penyelesaian :

P(siklis) = (6 – 1)! = 5! = 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 120

Kombinasi

Kombinasi k unsur yang diambil dari n unsur yang berbeda adalah suatu pilihan dari k unsur tanpa
memperhatikan urutannya (k ≤ n), dinotasikan dengan .
19 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Contoh :

1. Hitunglah

Penyelesaian :

= = = = 5 x 2 = 10

2. Hitunglah nilai n, apabila = 4n + 5

Penyelesaian :

= =

= = 4n + 5

n2 – n = 8n + 10

n2 – 9n – 10 = 0

(n – 10)(n + 1) = 0

n = 10 atau n = -1

karena n harus bilangan asli, maka n yang memenuhi adalah n = 10

Ruang Sampel Suatu Percobaan

1. Menentukan banyak kemungkinan kejadian dari berbagai situasi

Contoh :

sebuah dadu maka sisi-sisi sebuah dadu akan terlihat banyaknya titik ada 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Jadi
ruang sampelnya adalah {1, 2, 3, 4, 5, 6}. Apabila kita melambungkan sebuah dadu sekali maka
kemungkinan angka yang muncul adalah 1, 2, 3, 4, 5, atau 6. Kita tidak dapat memastikan bahwa
angka 5 harus muncul atau angka 2 tidak muncul. Jadi kemungkinan munculnya angka 1, 2, 3, 4, 5,
atau 6 dalam suatu kejadian adalah sama.

2. Menuliskan Himpunan kejadian dari suatu percobaan

Untuk menuliskan kejadian dari suatu percobaan diketahui dengan himpunan.

Contoh :
20 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Diketahui 3 buah mata uang logam mempunyai sisi angka (A) dan sisi gambar (G), dilempar sekali.
Jika P adalah kejadian muncul dua gambar dan Q adalah kejadian muncul tiga angka, nyatakan P
dan Q dalam bentuk himpunan.

Penyelesaian

Jika S merupakan ruang sampel maka:

S = {AAA, AGA, GAA, GGA, GAG, AGG, AAG, GGG}

P adalah kejadian muncul dua gambar, maka:

P = {GGA, GAG, AGG}

Q adalah kejadian muncul tiga angka, maka:

Q = {AAA}

Peluang suatu Kejadian dan Penafsirannya

Peluang Suatu Kejadian

Jika A adalah suatu kejadian yang terjadi pada suatu percobaan dengan ruang sampel S, di mana
setiap titik sampelnya mempunyai kemungkinan sama untuk muncul, maka peluang dari suatu kejadian
A ditulis sebagai berikut.

Keterangan :

P(A) = peluang kejadian A

n(A) = banyaknya anggota A

n(S) = banyaknya anggota ruang sampel S

Contoh : Pada pelemparan 3 buah uang sekaligus, tentukan peluang muncul:

a. Ketiganya sisi gambar;

b. Satu gambar dan dua angka.

Penyelesaian :
21 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

a. S = {AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG}

Maka n(S) = 8

Misal kejadian ketiganya sisi gambar adalah A.

A = {GGG}, maka n(A) = 1

P(A) = =

b. Misal kejadian satu gambar dan dua angka adalah B.

B = {AAG, AGA, GAA}, maka n (B) = 3

P(A) = =

Kisaran Nilai Peluang

Jika Anda mengetahui bahwa suatu kejadian kemungkinan kecil terjadi maka peluangnya mendekati
nilai nol. Sebaliknya, jika peluang suatu kejadian yang kemungkinan besar dapat terjadi, peluangnya
mendekati nilai 1.

 Apabila P(x) = 0, kejadian x mustahil terjadi.


 Apabila P(x) = 1, kejadian x pasti terjadi.

Contoh :

Tentukan peluang dari pernyataan-pernyataan berikut.

1. Ikan dapat hidup di darat.

2. Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah.

3. Lumut tumbuh di daerah gurun.

4. Muncul kartu as pada pengambilan seperangkat kartu remi.

Penyelesaian :

1. Ikan hidup di darat merupakan suatu kemustahilan sehingga peluangnya sama dengan 0.

2. Air mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah merupakan suatu kepastian sehingga peluangnya
sama dengan 1.

3. Lumut tumbuh di daerah gurun merupakan suatu kemustahilan sehingga peluangnya sama dengan 0.

4. Muncul kartu as pada kartu remi bukan merupakan suatu kemustahilan dan bukan pula suatu
kepastian sehingga peluangnya di antara 0 dan 1, yaitu .
22 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Frekuensi Harapan suatu Kejadian

Frekuensi harapan dari sejumlah kejadian merupakan banyaknya kejadian dikalikan dengan peluang
kejadian itu.

Keterangan :

n : banyak percobaan

P(A) : peluang terjadinya kejadian

Contoh :

1. Sebuah dadu ditos sebanyak 100 kali, tentukan

a. Harapan muncul mata dadu 5,

b. Harapan muncul mata dadu prima ganjil,

Penyelesaian :

a. f H (mata dadu 5) = 100 x = =

b. f H ( prima ganjil) = 100 x =

Kejadian Majemuk

 Peluang gabungan dua kejadian A atau kejadian B dinotasikan P(AU B) adalah:

 Peluang gabungan dua kejadian yang saling lepas, jika A B = , maka

Contoh :

1. Sebuah dadu didi enam dilemparkan sekal, berapakah peluang kejadian munculnya mata dadu angka
genap atau angka yang habis dibagi 3?

Penyelesaian :

Ruang sampel S = {1,2,3,4,5,6} dengan n(S) = 6, Misal A kejadian munculnya mata dadu angka
genap, dan B kejadian munculnya mata dadu angka yang habis dibagi 3, maka

A = {2,4,6}, B = {3,6) dan A B = {6}

Dengan n(A) = 3, n(B) = 2 dan n(A B) = 1. dalam hal ini


23 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

P(A) = = , P(B) = = dan P(A B) =

Dengan rumus

P(A U B) = P(A) + P(B) – P(A B)

= + + =

2. Dalam sebuah kantong terdapat 10 kartu, masing-masing diberi nomor yang berurutan, sebuah kartu
diambil dari dalam kantong secara acak, misal A adalah kejadian bahwa yang terambil kartu bernomor
genap dan B adalah kejadian terambil kartu bernomor prima ganjil. Tentukan peluang kejadian A atau B
!

Penyelesaian :

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}

→ P(A) =

→ P(B) =

→ P(A B) = 0

A = {2, 4, 6, 8, 10}

B = {3, 5, 7}

P(A B) = {}

Dengan rumus

P(A U B) = P(A) + P(B)

= + = =

Peluang Kejadian Saling Bebas

Kejadian A dan kejadian B merupakan dua kejadian saling bebas apabila:

Contoh :

Pada pelemparan sebuah dadu sekaligus. A adalah kejadian keluarnya dadu pertama angka 3 dan B
adalah kejadian keluarnya dadu kedua angka 5. Berapakah peluang terjadinya A, B, dan A B ?
24 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Penyelesaian :

S = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), ….., (6, 6)}, n(S) = 36

A = {(3, 1), (3, 2), (3, 3), (3, 4), (3, 5), (3, 6)} , n(A) = 6

B = {(1, 5), (2, 5), (3, 5), (4, 5), (5, 5), (6, 5)} , n(B) = 6

P(A) = = =

P(B) = = =

P(A B) = P(A) x P(B) = x =

Peluang Kejadian Bersyarat

Kejadian A dan kejadian B merupakan dua kejadian tidak saling bebas atau kejadian bersyarat apabila:

P(A/B) = dengan syarat P(B) ≠ 0 atau

P(B/A) = dengan syarat P(A) ≠ 0

Contoh :

Dalam sebuah kotak terdapat 6 bola merah dan 4 bola putih. Jika sebuah bola diambil dalam kotak itu
berturut-turut sebanyak dua kali tanpa pengembalian. Tentukan peluang yang terambil kedua-duanya
bola merah.

P(A) = ; P(B/A) =

P(A B) = P(A) . P(B/A)

= x = =
25 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Trigonometri & Lingkaran

Penggunaan Rumus Sinus dan Cosinus


Penggunaan Rumus Sinus dan Cosinus Jumlah Dua Sudut, Selisih Dua Sudut

Sebelum membahas rumus cosinus untuk jumlah dan selisih dua sudut, perlu kamu ingat kembali
pelajaran di kelas X. Dalam segitiga siku-siku ABC berlaku:

Sin = Cos = tan =

Rumus trigonometri untuk jumlah dan selisih dua sudut:

a. cos (A + B) = cos A cos B – sin A sin B

b. cos (A – B) = cos A cos B + sin A sin B

c. sin (A + B) = sin A cos B + cos A sin B

d. sin (A – B) = sin A cos B – cos A sin B

e. tan (A + B) =

f. tan (A – B) =
26 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Contoh :

1. Diketahui cos A = dan sin B = , sudut A dan B lancip. Hitunglah cos (A + B) dan cos (A – B).

Penyelesaian :

cos A = , maka sin A =

sin B = , maka cos B =


o cos (A + B) = cos A.cos B – sin A.sin B

= . - .

= - =-


o cos (A–B) = cos A.cos B + sin A.sin B

= . + .

= + =

2. Diketahui cos A = - dan sin B = , sudut A dan B tumpul. Hitunglah sin (A + B) dan

sin (A – B).

Penyelesaian :

cos A = - , maka sin A =

sin B = , maka cos B = -


o sin (A + B) = sin A cos B + cos A sin B

= . (- ) + (- ) .

=- - =-


27 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

o sin (A -B) = sin A cos B – cos A sin B

= . (- ) - (- ).

=- + =-

3. Tanpa menggunakan tabel logaritma atau kalkulator, hitunglah tan 105° !

tan 105° = tan (60 + 45)° =

= = x

= =

= = -(2 + √3 )

Rumus-rumus Trigonometri untuk sudut ganda

a. sin 2A = 2 sin A cos A

b. cos 2A = cos2A – sin2A – 2 cos2A – 1 = 1 – 2sin2A

c. tan 2A =

d. sin A =

e. cos A =

f. tan A =

g. tan A =

Contoh :

1. Hitunglah sin 1200

Penyelesaian :

Sin 1200 = sin 2(600) = 2 sin 300 cos 300

= 2 . . √3 = √3

2. Jika sin = (di kuadran II), hitunglah sin 2 , maka kita peroleh cos = - dan tan = - .
28 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

a. sin 2 = 2 sin cos = 2 . . - = -

b. cos 2 = cos2 - sin2 = (- ) - ( )2 = -

c. tan A = = =2

Penurunan Rumus Jumlah dan Selisih Sinus dan Cosinus

 Rumus-rumus perkalian sinus dan cosinus dalam jumlah atau selisih sinus atau cosinus.

a. 2 cos A cos B = cos (A + B) + cos (A – B)

b. 2 sin A sin B = cos (A – B) – cos (A + B)

c. 2 sin A cos B = sin (A + B) + sin (A – B)

d. 2 cos A sin B = sin (A + B) – sin (A – B)

Contoh :

Hitunglah cos 750 cos 150

Penyelesaian :

cos 75° cos 15° = (cos (75 + 15)o + cos (75 - 15)o)

= (cos 90o + cos 60o)

= (0 + )=

 Rumus-rumus penjumlahan dan pengurangan untuk sinus, cosinus, dan tangen.

a. cos A + cos B = 2 cos (A+B) cos (A - B)


29 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

b. cos A - cos B = -2 sin (A+B) sin (A - B)

c. sin A + sin B = 2 sin (A+B) cos (A - B)

d. sin A - sin B = 2 cos (A+B) sin (A - B)

e. tan a + tan b =

f. tan a - tan b =

Contoh :

a. sin 750 + sin150 = 2 sin (750 + 150) cos (750 - 150)

= 2 sin 450 cos300

= 2 . √2 . √3

= √6

b. cos 750 - cos 150 = -2 sin (750 + 150) sin (750 - 150)

= -2 sin 450 sin300

= -2 . √2 .

= - √2

c. tan 1050 + tan 150 =

= -2√3

Persamaan Lingkaran, Persamaan Garis Singgung Lingkaran


Persamaan Lingkaran

Lingkaran adalah tempat kedudukan atau himpunan titik-titik yang berjarak sama terhadap suatu titik
yang tetap
30 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Dari gambar di atas, titik O adalah pusat lingkaran. Titik A, B, C, D terletak pada lingkaran, maka OA
= OB = OC = OD adalah jari-jari lingkaran = r.

 Persamaan lingkaran yang berpusat di O(0, 0) dan berjari-jari r adalah :

x2 + y2 = r2

 Persamaan lingkaran yang berpusat di A(a, b) dan berjari-jari r adalah :

(x – a)2 + (y – b)2 = r2

 Bentuk umum persamaan lingkaran x2 + y2 + 2Ax + 2By + C = 0, pusat di (–A, –B) dan berjari-
jari

Contoh :

1. Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di (0, 0) dengan panjang jari-jari 2√3 .

Penyelesaian :

Jari-jari r = 2√3. sehingga r2 = (2√3 )2 = 12. Jadi, persamaan lingkaran berpusat di (0, 0) dengan
jari-jari 2√3 adalah x2 + y2 = 12

2. Tentukan persamaan lingkaran yang berpusat di (2,–1) dengan jari-jari 3√2 .

Penyelesaian :

Persamaan lingkaran standar (x – a) 2 + (y – b)2 = r2. Untuk pusat (2,–1) dengan jari-jari 3√2
diperoleh

(x– 2)2 + (y – (-1))2 = (3√2)2 ↔ (x– 2)2 + (y + 1)2 = 18, jadi persamaan (x– 2)2 + (y + 1)2 = 18

3. Tentukan koordinat pusat dan panjang jari-jari lingkaran apabila diketahui persamaan lingkaran x2 +
y2 – 2x – 6y – 15 = 0

Penyelesaian :

x2 + y2 – 2x – 6y – 15 = 0, persamaan lingkaran standar x2 + y2 + 2Ax + 2By + C = 0

maka diperoleh

2A = –2 2B = –6 C= –15

A = –1 B = –3

r= =
31 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

= = √25 = 5

Jadi, pusat lingkaran (1, 3) dan jari-jari lingkaran = 5.

 Posisi suatu titik terhadap lingkaran (x – a)2 + (y – b)2 = r2

a. Jika P (x1, y1) terletak di dalam lingkaran berlaku (x1 – a)2 + (y1 – b)2 < r2

b. Jika P (x1, y1) terletak pada lingkaran berlaku (x1 – a)2 + (y1 – b)2 = r2

c. Jika P (x1, y1) terletak di luar lingkaran berlaku (x1 – a)2 + (y1 – b)2 > r2

 Posisi suatu garis l : y = mx + n terhadap suatu lingkaran x2 + y2 + 2Ax + 2By + C = 0

a. Jika D < 0, maka persamaan garis l terletak di luar lingkaran.

b. Jika D = 0, maka persamaan garis l terletak pada lingkaran

c. Jika D > 0, maka persamaan garis l terletak di dalam lingkaran

Contoh :

1. Tentukanlah posisi titik A(5, 1), B(4, –4), dan C(6, 3) terhadap lingkaran dengan persamaan x2 + y2 –
4x + 6y – 12 = 0.

Penyelesaian :

Persamaan lingkaran x2 + y2 – 4x + 6y – 12 = 0 dapat diubah sebagai berikut.

x2 + y2– 4x + 6y – 12 = 0

(x2 – 4x) + (y2 + 6y) – 12 = 0

(x2 – 4x + 4) + (y2 + 6y + 9) – 12 = 0 + 4 + 9... kedua ruas ditambah 4 dan 9

(x – 2)2 + (y + 3)2 – 12 = 13

(x – 2)2 + (y + 3)2 = 25

Titik A (5, 1) terletak pada lingkaran sebab (5 – 2)2 + (1 + 3)2 = 25.

Titik B (4, –4) terletak di dalam lingkaran sebab

(4 – 2)2 + (–4 + 3)2 < 25.


32 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Titik C (6, 3) terletak di luar lingkaran sebab

(6 – 2)2 + (3 + 3)2 > 25.

2. Diketahui garis lurus g dengan persamaan y = mx + 2 dan lingkaran L dengan persamaan x2 + y2 = 4.


Agar garis g memotong lingkaran L di dua titik yang berbeda, tentukan nilai m yang memenuhi.

Penyelesaian :

y = mx + 2 maka y2 = (mx + 2)2 = m2 x2 + 4m x + 4

x2 + y2 = 4 ↔ x2 + m2x2 + 4mx + 4 = 4

↔(1+ m2)x2 + 4mx = 0

Diskriminan D = (4m)2 – 4 (1 + m2) (0)

D = 16m2

Agar garis gmemotong lingkaran L di dua titik maka haruslah D > 0. Dengan demikian, 16m2 > 0


o m2 > 0
o m>0

Jadi, nilai m yang memenuhi adalah m > 0.

Persamaan Garis Singgung Lingkaran

a. Persamaan garis singgung melalui suatu titik pada lingkaran

 Persamaan garis singgung yang melalui P(x1, y1) pada lingkaran x2 + y2 = r2 adalah x1x + y1y =
r2
 Persamaan garis singgung yang Persamaan Lingkaran, Persamaan Garis Singgung Lingkaran
melalui P(x1, y1) pada lingkaran (x – a)2 + (y – b)2 = r2 adalah (x1 – a)(x – a) + (y1 – b) (y – b) =
r2
 Persamaan garis singgung yang melalui P(x1, y1) pada lingkaran x2 + y2 + 2Ax + 2By + C adalah
x1x + y1y + Ax1 + Ax + By1 + By + C = 0

b. Persamaan garis singgung lingkaran dengan gradien tertentu

 Persamaan garis singgung dengan gradien m terhadap lingkaran x2 + y2 = r2 adalah y = mx ± r

 Persamaan garis singgung dengan gradien m terhadap lingkaran(x – a)2 + (y – b)2 = r2 adalah y –
b = m (x – a) ± r
 Persamaan garis singgung dengan gradien m terhadap lingkaran x2 + y2 + 2Ax + 2By + C = 0

adalah y – b = m(x – a) ± r

Contoh :

1. Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran x2 + y2 = 25 di titik (4, –3).

Penyelesaian :
33 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Titik (4, –3) terletak pada lingkaran sebab 42 + (–3)2 = 25.

Persamaan garis singgung g: x1x + y1y = r2 dengan x1 = 4 dan y1 = –3 adalah 4x – 3y = 25.

2. Tentukan persamaan garis singgung dengan gradien 2√2 pada lingkaran x2 + y2 = 16.

Penyelesaian :

Persamaan garis singgung dengan gradien 2√2 pada lingkaran x2 + y2 = 16 adalah

m = 2√2

r2 = 16 ↔ r = 4

y = mx ± r

= 2√2 ± 4

= 2√2 ± 4

= 2√2 ± 4 √17

Jadi persamaan garis singgungnya:

y = 2√2 + 4√17, y = 2√2 - 4√17

Pembagian Suku Banyak

Suku banyak adalah suatu bentuk yang memuat variabel berpangkat. Suatu suku banyak berderajat n
dinyatakan dengan:

Contoh :

6x3 – 3x2 + 4x – 8 adalah suku banyak berderajat 3, dengan koefisien x3 adalah 6, koefisien x2 adalah –3,
koefisien x adalah 4, dan suku tetapnya –8.

Nilai Suku Banyak

Untuk menentukan nilai suku banyak dapat dilakukan dengan dua cara.

a. Cara substitusi

b. Cara skema (Horner)

Contoh :

Hitunglah nilai suku banyak berikut ini untuk nilai x yang diberikan.

f(x) = 2x3 + 4x2 – 18 untuk x = 3

Penyelesaian :
34 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Menggunakan cara subtitusi

f(x) = 2x3 + 4x2 – 18

f(3) = 2 . 33 + 4 . 32 – 18

= 2 . 27 + 4 . 9 – 18

= 54 + 36 – 18

f(3) = 72

Jadi, nilai suku banyak f(x) untuk x = 3 adalah 72.

Menentukan derajat suku banyak hasil bagi dan sisa pembagian

a. Suku banyak f(x) dibagi (x – k) menghasilkan h(x) sebagai hasil bagi dan f(x) sebagai sisa
pembagian, sedemikian hingga f(x) = (x – k) h(x) + f(k)

b. Suku banyak f(x) berderajat n jika dibagi oleh fungsi berderajat satu akan menghasilkan hasil bagi
berderajat (n – 1) dan sisa pembagian berbentuk konstanta.

Contoh :

Tentukan derajat dari hasil bagi dan sisa pembagian suku banyak 2x3 + 4x2 – 18 dibagi x – 3 !

Penyelesaian :

a. Dengan cara disusun

b. Cara Horner

Dari penyelesaian tersebut diperoleh 2x2 + 10x + 30 sebagai hasil bagi berderajat 2 dan 72 sebagai
sisa pembagian.

Menentukan hasil bagi dan sisa pembagian suku banyak oleh bentuk linear atau kuadrat

a. Suku banyak f(x) dibagi (ax + b) menghasilkan sebagai hasil bagi dan f (- ) sebagai sisa

pembagian, sedemikian hingga f(x) → (ax + b) + f (- )


35 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

b. Suku banyak f(x) dibagi ax2 + bx + c dan dapat difaktorkan menjadi (ax – p1)(x – p2) dapat ditulis f(x)

= (ax2 + bx + c) . h2(x) + [(ax – p1) . h1(p2) + f 1 ( ) di mana h2(x) merupakan hasil bagi dan (ax – p1)

h1(p2) + ( )

Penggunaan Teorema Sisa dan Teorema Faktor

1. Teorema Sisa

a. Jika suku banyak f(x) dibagi (x – k), maka sisa pembaginya adalah f(k).

b. Jika suku banyak f(x) dibagi (ax + b), maka sisa pembaginya adalah f (- )

c. Jika suku banyak f(x) dibagi (x – a)(x – b), maka sisanya adalah px + q

dimana f(a) = pa + q dan f(b) = pb + q.

Contoh :

Jika f(x) dibagi oleh x2 – 5x + 6 sisanya 2x + 1. Tentukan sisanya jika f(x) dibagi oleh x – 3.

Penyelesaian :

f(x) = (x2 – 5x + 6) h(x) + S

f(x) = (x – 3)(x – 2) h(x) + 2x + 1

f(3) = (3 – 3)(3 – 2) h(3) + 2 . 3 + 1

f(3) = 0 + 6 + 1

Jadi, sisanya adalah 7.

2. Teorema Faktor

Jika f(x) suatu suku banyak, maka (x – k) faktor dari f(x) jika dan hanya jika k akar Persamaan f(x) = 0.

Contoh :

Hitunglah p jika 2x3 – 5x2 – 4x + p habis dibagi x + 1.

Penyelesaian :

Karena 2x3 – 5x2 – 4x + p habis dibagi x + 1 maka sisanya 0, sehingga:

f(x) = 2x3 – 5x2 – 4x + p

f(–1) = 2 (–1)3 – 5 (–1)2 – 4 (–1) + p


36 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

0 = –2 – 5 + 4 + p

0 = –3 + p

p=3

Jadi, p = 3.

Akar-Akar Rasional dari Persamaan Suku Banyak

1. Menentukan Akar Rasional

Jika diketahui suatu suku banyak f(x) dan (x – a) adalah faktor dari f(x), maka a adalah akar dari
persamaan f(x) atau f(a) = 0.

2. Sifat – sifat Akar persamaan suku banyak.

a. Suku banyak berderajat dua: ax2 + bx + c = 0

o X1 + X 2 = -

o X1 . X2 =

b. Suku banyak berderajat tiga: ax3 + bx2 + cx + d = 0

o X1 +X2 +X3 = -
o X1 . X2 + X 2 . X3 + X 1 . X3 =

o X1 . X2 . X3 = -

c. Suku banyak berderajat empat: ax4 + bx3 + cx2 + dx + e = 0

o X1 +X2 +X3 + X4 = -
o X1 . X2 . X3 + X2 . X3. X4+ X3 . X4 . X1 + X4 . X1 . X2 =

o X1 . X2 + X 1 . X3 + X 1 . X4 + X 2 . X3 + X 2 . X4 + X 3 . X4 = -

o X1 . X2 . X3. X4= -

Contoh :

Jika salah satu akar dari suku banyak x3 + 4x2 + x – 6 = 0 adalah x = 1, tentukanlah akar-akar yang lain.

Penyelesaian :
37 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

karena f(1) = 0, maka x = 1 adalah akar persamaan f(x) = 0

x3 + 4x2 + x – 6 = 0

(x – 1)(x2 + 5x + 6) = 0

(x – 1)(x + 2) (x + 3) = 0

Jadi, akar yang lain adalah x = –2 dan x = –3.

Relasi & Fungsi, Aljabar Fungsi, Fungsi Komposisi, Fungsi Invers


Relasi

Suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah pemasangan atau perkawanan atau korespondensi
dari anggota-anggota himpunan A ke anggota-anggota himpunan B.

Jika diketahui himpunan A = {0, 1, 2, 5}; B = {1, 2, 3, 4, 6}, maka relasi “satu kurangnya dari”
himpunan A ke himpunan B dapat disajikan dalam diagram panah, diagram Cartesius, himpunan
pasangan berurutan, dan dengan rumus.

a. Diagram panah

b. Diagram Cartesius

c. Himpunan berurutan

R = {(0, 1),(1,2),(2,3),(5,6)}

d. Dengan rumus

f(x) = x+1, dimana x {0, 1, 2, 5} dan f(x) x {1, 2, 3, 4, 6}


38 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Fungsi

Fungsi ialah relasi dengan setiap unsur dari daerah asalnya dipasangkan dengan tepat satu unsur dari
daerah kawannya.

Sifat-sifat fungsi

1. Fungsi injektif (satu-satu)

Jika fungsi f : A B, setiap b B hanya mempunyai satu kawan saja di A, maka fungsi itu disebut
fungsi satu-satu atau injektif

2. Fungsi surjektif (onto)

Pada fungsi f : A B, setiap b B mempunyai kawan di A, maka f disebut fungsi surjektif atau
onto.

3. Fungsi bijektif (korespondensi satu-satu)

Suatu fungsi yang bersifat injektif sekaligus surjektif disebut fungsi bijektif atau korespondensi
satu-satu.
39 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Aljabar Fungsi

a. Penjumlahan f dan g didefinisikan (f + g) (x) = f(x) + g(x).

Contoh :

Diketahui f(x) = x + 2 dan g(x) = x2 – 4. Tentukan (f + g)(x).

Penyelesaian :

(f + g)(x) = f(x) + g(x)

= x + 2 + x2 – 4

= x2 + x – 2

b. Pengurangan f dan g didefinisikan (f – g)(x) = f(x) – g(x).

Contoh :

Diketahui f(x) = x2 – 3x dan g(x) = 2x + 1. Tentukan (f – g)(x).

Penyelesaian :

(f – g)(x) = f(x) – g(x)

= x2 – 3x – (2x + 1)

= x2 – 3x – 2x – 1

= x2 – 5x – 1

c. Perkalian f dan g didefinisikan (f. g)(x) = f(x) . g(x).

Contoh :

Diketahui f(x) = x – 5 dan g(x) = x2 + x. Tentukan (f × g)(x).

Penyelesaian :

(f × g)(x) = f(x) . g(x)

= (x – 5)(x2 + x)

= x3 + x2 – 5x2 – 5x

= x3 – 4x2 – 5x

d. Pembagian f dan g didefinisikan ( ) (x) =

Contoh :
40 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Diketahui f(x) = x2 – 4 dan g(x) = x + 2. Tentukan ( ) (x)

Penyelesaian :

( ) (x) =

= = =x-2

Fungsi Komposisi

Komposisi fungsi adalah penggolongan beberapa fungsi menjadi sebuah fungsi.

Syarat dan aturan fungsi yang dapat dikomposisikan.

Jika diketahui A = {1,2,3,4}, B = {a,b,c,d}, dan C = {p,q,r}, maka fungsi f : A B dan g : B C


didefinisikan seperti diagram berikut.

Dari fungsi kita peroleh fungsi langsung memetakan himpunan A ke himpunan C. fungsi yang
langsung memetakan A ke C itu dapat dianggap sebagai fungsi tunggal yang diagramnya tampak
sebagai berikut.

Fungsi tunggal tersebut merupakan fungsi komposisi dan dilambangkan dengan g o f dibaca “fungsi g
bundaran f”. g o f adalah fungsi komposisi dengan f dikerjakan lebih dahulu daripada g.

Fungsi komposisi tersebut dapat ditulis:

Contoh :
41 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Diketahui f(x) = 2x – 1, g(x) = x2 + 2.

a. Tentukan (g o f)(x).

b. Tentukan (f o g)(x).

Penyelesaian :

a. (g o f)(x) = g(f(x))

= g (2x - 1)

= (2x - 1)2 + 2

= 4x2 – 4x + 1 + 2

= 4x2 - 4x + 3

b. (f o g)(x) = f(g(x))

= f(x2 + 2)

= 2(x2 + 2) – 1

= 4x2 + 4 – 1

= 4x2 + 3

Fungsi Invers

Perhatikan fungsi f berikut

Relasi R disebut fungsi invers f. Relasi R biasa dinotasikan dengan f -1 Apakah f -1 merupakan fungsi ?
ternyata bukan, mengapa? Sekarang perhatikan fungsi g berikut ini,
42 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Kita perhatikan kembali fungsi f dan g pada dua contoh dua diatas. Kenapa f –1 bukan fungsi tetapi g – 1
fungsi. Relasi f –1 bukan fungsi karena ada q elemen B yang mempunyai dua kawan yang berbeda, 3
dan 4 di dalam A. Hal ini disebabkan karena f fungsi yang tidak satu – satu.

Suatu fungsi f akan mempunyai invers, yaitu f –1 jika dan hanya jika fungsi f bijektif atau dalam
korespondensi satu-satu. Misalkan, f merupakan fungsi dari A ke B, maka f –1 merupakan fungsi invers f
jika berlaku (f –1 o f)(x) = x dan (f o f –1)(x) = x.

Jika fungsi inversnya ada, maka fungsi invers tersebut dapat dicari dengan dua cara:

 Dengan membalik arah panah fungsi semula,apabila diagram panahnya diketahui.


 Dengan menggunakan prinsip bahwa: jika y-f(x) maka x = f –1 (y)

Contoh :

Diketahui fungsi f(x) = 2x + 5, x R.

a. Tentukan rumus untuk f –1

b. Hitunglah f –1 (0), f –1 (2), f –1 (3).

Penyelesaian :

a. Misalkan y = f(x)

Y = 2x + 5

2x = y – 5

X=

f –1 =
43 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Jadi rumus untuk f –1 adalah f –1 =

b. Dari f –1 (x) = , kita peroleh

f –1 (0) = =- ,

f –1 (2) = =- ,

f –1 (3). = = -1

Kaitan Sifat Fungsi Invers dengan Fungsi Komposisi

Jika terdapat fungsi komposisi (g o f), maka (g o f) dapat dipandang sebagai suatu fungsi tunggal,
sehingga pada fungsi tersebut dapat dicari inversnya.

Pada gambar diatas, jika fungsi komposisi gof memetakan a A ke c C, maka fungsi invers dari g o f
yaitu (g o f) -1 memetakan c C kembali ke a A

Contoh :

Diketahui f(x)3 dan g(x) = 2x + 1, (g o f)(x) x R. Tentukkan (gof)-1

Penyelesaian :

(g o f )(x) = g( f (x)) = g(x3 ) = 2x3 +1, misal (g o f)-1(x) = y maka

2x3 +1 = y → 2x3 = y - 1 → X3 = → X=

Jadi (g o f)-1(x) = X =

Limit Fungsi dan Turunan Fungsi


Pengertian & sifat Limit Fungsi
Pengertian Limit Fungsi di suatu Titik dan di Tak Hingga

 Pengertian Limit

Dalam matematika, limit merupakan nilai hampiran suatu variabel pada suatu bilangan real. Notasi :
44 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Contoh :

Tentukan limit berikut.

a. (2x - 4)

b. (x2 - 5x + 6)

Penyelesaian :

a. (2x - 4) artinya jika x mendekati 2 maka (2x – 4) mendekati (2. 2 – 4) = 0

Dengan demikian, (2x - 4) = 0.

b. (x2 - 5x + 6) artinya jika x mendekati 4 maka (x2 – 5x + 6) akan mendekati (42 – 5.4 + 6) = 2.

Jadi, (x2 - 5x + 6) = 2.

 Limit Fungsi di Tak Berhingga

Diketahui f(x) = 2x

Jika dibuat tabel untuk x bilangan sebagai berikut.

Apabila nilai x makin besar, ternyata nilai f(x) makin lama makin kecil. Apabila x besar sekali atau x
mendekati tak berhingga, ditulis X → ∞ , maka nilai 2x akan mendekati nol, dikatakan limit dari 2x
untuk x mendekati tak berhingga adalah nol dan ditulis:

=0

Contoh :

Penyelesaian :

=
45 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

= = =0

Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu Fungsi Aljabar dan Trigonometri

1. Menghitung Limit Fungsi Aljabar

Perhatikan fungsi f(x) = 2x pada tabel di bawah ini.

Dari tabel terlihat jika nilai x diperbesar hingga mendekati 3, maka nilai f(x) mendekati 6, dikatakan
bahwa limit dari 2x untuk x mendekati 3 adalah 6 ditulis:

2x = 6

Menentukan limit dengan cara di atas ternyata lambat dan tidak efisien. Misalkan untuk
menyelesaikan f(x) , maka dapat dilakukan dengan cara yang lebih cepat dengan menggunakan
rumus sebagai berikut.

a. Jika f(a) = c, maka nilai f(x) = f(a) = C

b. Jika f(a) = , maka nilai f(x) = f(a) = = ∞

c. Jika f(a) = , maka nilai f(x) = f(a) = =0

d. Jika f(a) = , maka nilai f(x), maka sederhana atau ubahlah lebih dahulu bentuk.

Contoh :

Hitunglah limit – limit berikut.

i. (5x + 7) = 5 (-2) + 7 = -3

ii. (2x2 - 3) = 2. 12 – 3 = 2 – 3 = -1

iii. = = = =∞

2. Menghitung Limit Fungsi Trigonometri

Contoh :

= 1 (sesuai rumus)
46 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan untuk Menentukan Karakteristik SUatu Fungsi, Teorema
L'Hopital
Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan

a. Menghitung Limit Fungsi yang Mengarah ke Konsep Turunan

Jika diketahui fungsi f(x), maka turunan pertamanya didefinisikan:

Contoh :

Tentukan turunan pertama dari

a. f(x) = 8

b. f(x) = x – 2

Penyelesaian :

a. f(x) = 8

f'(x) = = = 0, jadi turunan fungsi konstan adalah nol.

b. f(x) = x – 2

f(x + h) = x + h – 2

f'(x) =

= = 1=1

b. Menghitung Turunan Fungsi yang Sederhana dengan Menggunakan Definisi Turunan

Rumus-rumus turunan fungsi aljabar :

y = u ± v, maka y' = u' ± v'

y = k u, maka y' = k u'

y = u v, maka y' = u'v + uv'

y = , maka y' =

y = un, maka y' = n. un – 1 u'

 Turunan fungsi yang berbentuk y = u ± v


47 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Contoh :

Carilah f'(x) jika f(x) = 3x2 + 7x

Penyelesaian :

f(x) = 3x2 + 7x

misal : u = 3x2 → u' = 3. 2 . x2 – 1 = 6x1 = 6x

v = 7x → v' = 7 . 1 . x1 – 1 = 7x0 = 7 . 1 = 7

Jadi jika f(x) = u + v, maka f ′(x) = u' + v' = 6x + 7

 Turunan fungsi yang berbentuk y = u . v

Contoh :

Carilah jika : y = x(5x + 3)

Penyelesaian :

y = x(5x + 3)

misal: u = x → u' = 1

v = 5x + 3 → v' = 5 + 0 = 5

jadi jika y = u.v, maka y' = u' v + u v'

y' = 1 (5x + 3) + x (5)

y' = 5x + 3 + 5x

y' = 10x + 3 atau = 10x + 3

Turunan fungsi trigonometri

a. Jika y = sin x, maka y' = cos x

b. Jika y = cos x, maka y' = –sin x

contoh :

Tentukan turunan pertama fungsi berikut

1. f(x) = sin 3x

f'(x) = 3 cos 3x

2. f(x) = 5 sin ( x + 6)
48 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

f'(x) = 5 . cos ( x + 6)

= cos ( x + 6)

Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

 Persamaan Garis SInggung pada Kurva

Contoh :

Tentukan gradien garis singgung dari fungsi f(x) = x3 – 3x2 di titik (–2, –20).

Penyelesaian :

f(x) = x3 – 3x2

f '(x) = 3x2 – 6x

f '(–2) = 12 + 12

= 24

Jadi, gradien garis singgung f(x) = x3 – 3x2 di titik (–2, –20) adalah m = 24

 Fungsi f(x) dikatakan naik jika f '(x) > 0, dan fungsi f(x) dikatakan turun jika f '(x) < 0.

Contoh :

Tentukan interval-interval dari fungsi f(x) = x2 – 4x agar fungsi:

a. Naik

b. Turun

Penyelesaian :

f(x) = x2 – 4x → f '(x) = 2x – 4

a. Syarat supaya fungsi naik adalah:

f '(x) > 0

2x – 4 > 0

2x > 4
49 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

b. Syarat supaya fungsi turun adalah:

f '(x) < 0

2x – 4 < 0

2x < 4

x<2

 Fungsi f(x) dikatakan stasioner jika f '(x) = 0

Jenis titik stasioner ada 3 yaitu:

a. titik balik maksimum,

b. titik balik minimum, dan

c. titik belok horizontal.

Contoh :

Tentukan nilai stasioner dan jenisnya dari fungsi f(x) = x3 - x2 + 6x

Penyelesaian :

f(x) = x3 - x2 + 6x → f '(x) = x2 – 5x + 6

 syarat mencapai nilai stasioner : f '(x) = 0

x2 – 5x + 6

(x – 3)(x – 2) = 0

x – 3 = 0 atau x – 2 = 0

x = 3 atau x = 2

x = 3 → y = f(x) = 4

x = 2 → y = f(x) = 4

o Untuk x = 2 nilai stasioner adalah 4 jenisnya maksimum → titik stasioner maksimum


(2, 4 ).
50 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

o Untuk x = 3 nilai stasioner adalah 4 jenis minimum → titik stasioner minimum (3, 4 ).

 Turunan Kedua

Turunan kedua fungsi f(x)

atau , atau

Contoh :

Tentukan turunan kedua untuk fungsi f(x) = 2x4 – 5x

Penyelesaian :

f(x) = 2x4 – 5x

f '(x) = 8x3 – 5

f "(x) = 24x2

Teorema L'Hopital

Penggunaan turunan untuk menghitung bentuk-bentuk tak tentu limit fungsi dikenal sebagai Teorema
L'Hopital. Misal f(x) dan g(x) adalah fungsi-fungsi yang diferensiabel.

Jika g' ≠ 0 untuk setiap x ≠ a dan jika mempunyai bentuk atau pada x= a maka :

= dengan catatan ada apabila masih mempunyai bentuk tak

tentu. Diteruskan dengan menggunakan turunan kedua = = ............. dan


seterusnya. Sehinga diperoleh nilai limitnya.

Contoh :

Hitunglah limit berikut menggunakan L’hopital

Penyelesaian :

= =5

=5 = =5
51 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Materi Matematika Kelas 11 IPS

Materi Matematika Kelas 11 IPS

Statistika

Penyajian Data

Ukuran Pemusatan Data

Ukuran Letak Data

Ukuran Penyebaran Data

Peluang

Kaidah Pencacahan dan Permutasian

Kombinasi, Ruang Sampel dan Kejadian

Peluang suatu kejadian dan Kejadian majemuk

Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers

Fungsi dan Fungsi Komposisi

Invers Fungsi

Limit Fungsi

Limit Fungsi Aljabar

Menentukan Limit Fungsi Aljabar

Limit Sebagai Dasar Turunan

Turunan / Diferensial

Turunan Fungsi Aljabar

Karakteristik Grafik Fungsi

Penggunaan Turunan dan Turunan Kedua


52 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Statistika
Penyajian Data
Istilah - Istilah

 Statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan,


pengolahan, penyajian, dan penafsiran data serta penarikan kesimpulan dari data tersebut.
 Statistik adalah kumpulan angka atau nilai yang menggambarkan karakteristik suatu kumpulan
data.
 Populasi adalah seluruh objek yang akan diteliti, contoh : Siswa-siswa SMA 9.
 Sampel adalah bagian dari populasi yang benar-benar diamati, contoh : beberapa siswa SMA 9
dari kelas IPS.
 Data adalah kumpulan dari informasi atau keterangan yang diperoleh baik dalam bentuk angka
dan bukan angka.
 Data kualitatif adalah data yang menunjukkan keadaan atau sifat objek.
 Data kuantitatif adalah data yang menunjukkan jumlah atau ukuran objek.

Penyajian Data dalam bentuk Diagram

 Diagram Batang

Diagram batang adalah diagram yang berdasarkan data kategori atau kelompok, misalnya menyajikan
jumlah penduduk di suatu daerah pada selang waktu tertentu.

 Diagram Lingkaran

Bentuk penyajian data berupa lingkran yang di gunakan dengan tujuan untuk perbandingan.

 Diagram Garis

Diagram garis digunakan untuk menyajikan kumpulan data yang diperoleh dari waktu ke waktu yang
berurutan.

Contoh :

Berikut ini adalah hobi dari 1.200 siswa SMA 9.

Sajikan data tersebut dalam : a. Diagram Batang

b. Diagram Lingkaran

c. Diagram Garis
53 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Jawab :

a. Diagram Batang

b. Diagram Lingkaran

Dalam menghitung besarnya sudut dari lingkaran menggunakan persamaan :

Sehingga :

Sepak Bola = 300/1200 x 360o = 90o

Voli = 200/1200 x 360o = 60o

Karate = 100/1200 x 360o = 30o

Basket = 150/1200 x 360o = 45o

Bulu Tangkis = 250/1200 x 360o = 75o

Lain - lain = 200/1200 x 360o = 60o

Dari hasil tersebut kita dapat menggambarkan diagram lingkarannya :

Diagram Lingkaran Jumlah Siswa dengan Hobinya

c. Diagram Garis

Diagram Batang jumlah siswa dengan Hobinya


54 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Penyajian Data dalam bentuk Tabel Distributif

a. Tabel Distributif Frekuensi Tunggal

Contoh :

Diketahui data nilai pelajaran matematika dari 30 siswa

80 30 50 70 70 70 40 80 90 50 80 90 70 70 60

60 60 70 50 60 60 60 70 60 60 80 80 80 60 70

Nyatakan data tersebut dalam tabel frekuensi tunggal :

Jawab :

b. Tabel Distributif Frekuensi Terkelompok

 Apabila dihadapkan pada data pengamatan yang sangat besar.


 Menentukan jumlah kelas interval menggunakan persamaan :

Dengan k= banyak kelas

n = jumlah seluruh data

 Panjang Kelas

Dimana :
55 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

 Batas kelas bawah disesuaikan dengan nilai data yang terkecil, sedangkan batas kelas atas
disesuaikan.
 Tepi kelas

 Panjang kelas

 Titik Tengah (Nilai Tengah ) Kelas

Contoh

Sebuah data skor angket kegiatan berkemah siswa kelas XI program IPS adalah

50 89 88 88 65 75 82 57 61 68 75 71 48 57 62

80 75 80 75 72 75 71 79 81 79 75 64 74 68 82

Susunlah data diatas dalam tabel distribusi frekuensi terkelompok !

Jawab :

1. Urutkan dahulu data dari yang terkecil hingga yang terbesar

48 50 57 57 61 62 64 65 68 68 71 71 72 74 75

75 75 75 75 75 79 79 80 80 81 82 82 88 88 89

2. Kemudian cari jangkauan / range (R) :

R = data terbesar – data terkecil

= 89 – 48

= 41

3. Menentukan banyak kelas, dengan n = 30

k = 1 + 3.3 log n

= 1 + 3.3 log 30

= 1 + 4.8741

= 5.8741

Sehingga didapat nilai k = 5.8471, dibulatkan ke atas menjadi 6.


56 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

4. Menentukan panjang kelas

Dibulatkan menjadi 7.

5. Batas bawah menggunkan nilai nilai terkecil dari dat, yaitu 48.

6. Sehingga dari perhitungan diatas didapat tabel distribusi frekuensi terkelompok sebagai berikut :

Ukuran Pemusatan Data


Rataan (Mean)

- Mean Data Tunggal

 Mean Data Tunggal

= Mean (rara-rata hitung)

= Nilai data ke-i

= Banyak data yang diamati

Contoh :

Dari tes TOEFL yang diikuti sebanyak lima kali, reva memperoleh skor 455, 512, 472, 498 dan 517.
Tentukan nilai rata-rata dari skor TOEFL yang diperoleh !

Jawab :

= 491,8

- Mean Data Berkelompok


57 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

= Mean (rara-rata hitung)

= Nilai data ke-i

= Banyak data yang diamati

Contoh :

Diberikan sebuah data :

Tentukan nilai rata-rata dari data tersebut !

Jawab :
58 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Median

Nilai pengamatan yang berada di pertengahan dari sekelompok data yang telah diurutkan berdasarkan
besarnya.

 Median Data Tunggal

Contoh :

Tentukan median dari data 5 2 3 4 7 9 5 4 6 !

Jawab :

Urutkan data tersebut dari kecil ke terbesar :

2 3 4 4 4 5 5 6 7 9

Terdiri dari 10 data, sehingga nilai median berada pada data ke- 5 dan ke-6, yaitu 4 dan 5.

Segingga mediannya

 Median data Kelompok

= Median

= Tepi bawah kelas interval yang memuat

= frekuensi komulatif sebelum kelas interval yang memuat

= Frekuensi kelas interval yang memuat

p = Panjang kelas interval

Contoh :

Hitunglah median untuk data kelompok berikut :


59 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Ukuran datanya adalah 50, maka terletak pada kelas interval 56-62, sehingga ;

= 56 - 0,5 = 55,5

= 20

= 13

p=7

Oleh karena itu ;

= 59,7

Modus

Modus merupakan nilai yang paling sering muncul atau memiliki frekuensi tertinggi.

 Modus Data Tunggal

Contoh :

Tentukan modus dari data berikut :

6 5 4 3 4 5 2 1 5 6 4 3 2 5 4 3 2 4 1 1

Jawab :

Urutkan dahulu datanya, menjadi :


60 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6, sehingga data yang paling sering muncul adalah 4,


maka modusnya 4.

 Modus Data Kelompok

Mo = Modus

= Tepi bawah kelas modus

p = interval kelas

d1 = Selisih frekuensi yang mengandung modus dengan frekuensi sebenarnya

d2 = Selisih frekuensi yang mengandung modus dengan frekuensi sesudahnya

Contoh :

Tentukan modus dari data terkelompok berikut :

Jawab :

Dari kumpulan data diatas dapat diperoleh nilai modus terletak pada interval 56-62, sehingga didapat :

= 56 – 0.5 = 55.5

d1 = 20 – 10 = 10

d2 = 20 – 13 = 7

p =7

= 58,54
61 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Ukuran Letak Data


Kuartil

Kuartil adalah nilai-nilai yang membagi data menjadi empat bagian data yang sama besar. Terdiri dari
kuartil pertama (Q1), kuartil kedua (Q2), dan kuartil ketiga (Q3).

A. Kuartil Data Tunggal

Qi = Kuartil ke-i

n = Banyak data

i = 1, 2, 3

Contoh :

Tentukan nilai kuartil-kuartilnya dari kelompok data berikut :

65 28 90 70 45 37 45 65 70 85

Jawab :

Urutkan dahulu data kelompok tersebut

23 37 45 45 65 65 70 70 85 90

Cari dahulu letak masing-masing kuartil :

Letak Q1 = Data ke - = 2,25, terletak pada data ke - 2

Letak Q2 = Data ke - = 5,5, terletak pada data ke - 6

Letak Q3 = Data ke - = 8,25, terletak pada data ke - 8

Maka Nilai kuartilnya :

Q1 = nilai data ke - 2 + (nilai data ke 3 - nilai data ke - 2)

= 37 + (45 - 37)

Q1 = 43
62 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Q2 = nilai data ke - 2 + (nilai data ke 7 - nilai data ke - 6)

= 65 + (70 - 65)

= 67,5

B. Kuartil Data Kelompok

Qi = Kuartil ke-i

= Tepi batas bawah kelas kuartil

p = kelas interval

i = 1, 2, 3

n = banyak data

= Fekuensi komulatif sebelum kelas interval yang mengandung kuartil

= Frekuensi kelas interval yang mengandung kuartil

Contoh :

Tentukan kuartil atas () dan kuartil bawah () dari data berikut !

Jawab :

Untuk Q1, terletak pada data ke-3, yaitu pada interval 70-79, sehingga = 70 - 0,5 = 69,5, maka
kuartil atasnya :

Q1 = + p= + 10 = 69,75

Untuk Q2, terletak pada data ke-4, yaitu pada interval 80-89, sehingga = 80 - 0,5 = 79,5, maka
kuartil bawahnya :

Q2 = + p= + 10 = 85

C. Statistik lima serangkai


63 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Berupa Q1, Q2, Q3, Q4, Q5

Desil

Desil adalah nilai pembatas yang mebagi data terurt menjadi sepuluh bagian yang sama, terdiri dari
sembilan jenis, dimulai dari desil pertama () hingga desil kesembilan ().

a. Desil Data Tunggal

Letak desil :

Contoh :

Diketahui kelompok data tersebar :

7 9 12 12 12 16 18 21 21 22 23 23 23

28 28 29 32 33 34 35 35 35 35 38 39 40

Tentukan D1 dan D2 !

Jawab :

Data tersebut sudah berurut.

Maka :

Letak D1 = (n+1) = (20 + 1) = 2,1

D1 = nilai data ke 2 + 0,1 (nilai data ke 3 - nilai data ke 2)

D1 = 18 + (0,1) (19 - 18) = 18,1

Letak D2 = (n+1) = (20 + 1) = 4,2

D2 = nilai data ke 4 + 0,1 (nilai data ke 5 - nilai data ke 4)

D2 = 19 + (0,2) (20 - 19) = 19,2

b. Desil Data Kelompok

Di = Kuartil ke-i

= Tepi batas bawah kelas desil

p = kelas interval

i = 1, 2, 3
64 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

n = banyak data

= Fekuensi komulatif sebelum kelas interval yang mengandung desil

= Frekuensi kelas interval yang mengandung desil

Contoh :

Tentukan D4 dan D8 dari data tersebut !

Jawab :

Untuk D4, terletak pada data ke-3, yaitu pada interval 70-79, sehingga = 70 - 0,5 = 69,5, maka :

D4 = + p = 69,5 + 10 = 73,5

Untuk D8, terletak pada data ke-4, yaitu pada interval 80-89, sehingga = 80 - 0,5 = 79,5, maka
kuartil bawahnya :

D8 = + p = 79,5 + 10 = 87,7

Ukuran Penyebaran Data


Ukuran Penyebaran Data

A. Jangkauan Data ( )

Merupakan selisih anatara nilai statistik maksimum dan nilai statistik minimum. Disebut juga range
data atau rentangan data.

B. Jangkauan Antarkuartil ( )

Selisih anatara nilai kuartil atas (Q3) dan kuartil bawah (Q1)

C. Jangkauan Semiinterkuartil ( )

Disebut juga simpangan kuartil


65 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

D. Simpangan

1. Simpangan Rata-rata


o Data Tunggal


o Data Terkelompok

= Simpangan Rata-rata

= Titik tengah kelas

= Rata-rata data

n = Banyak data

= Frekuensi dari masing-masing kelas

2. Ragam dan Simpangan Baku


o Data Tunggal

Ragam :

Simpangan Baku :


o Data Kelompok

Ragam :
66 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Simpangan Baku :

Simpangan baku :

S2 = Ragam atau variasi

S = Simpangan baku

Contoh

1. Tentukan simpangan rata-rata, ragam dan simpangan baku dari data berikut :

17 21 25 25 34 40

Jawab :

Cari dahulu rata-ratanya :

= 27

 Simpangan rata - rata

= 6,667

 Ragam

= ((17-27)2 + (21-27)2 + (25-27)2 + (25-27)2 + (34-27)2 + (40-27)2)

= 72,4

 Simpangan Baku

= = 8,5

2. Tentukan simpangan rata-rata, ragam dan simpangan baku dari data berikut :
67 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Jawab :

Buat tabel untuk mempermudah proses perhitungan :

Sehingga dapat diketahui nilai rata-ratanya :

= = = 44,25

Maka dapat kita hitung nilai simpangan rata-rata, ragam dan simpangan baku :

 Simpangan rata-rata

= = = 4,525

 Ragam

S2 = = = 28,685

Nilai n > 30, sehingga n-1 = n

 Simpangan Baku

S= = = 5,36

Peluang

Kaidah Pencacahan dan Permutasian


68 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Kaidah Pencacahan (Counting Rules)

Merupakan suatu aturan untuk menghitung semua kemungkinan yang dapat terjadi dalah suatu
percobaan.

A. Aturan Pengisian Tempat (filling Slots)

Contoh kasus :

Tersedia 3 buah kaos bewarna abu-abu, kuning dan putih, serta 2 buah celana bewarna hitam dan biru.
Maka tentukan banyak pasangan kaos dan celana yang mungkin terjadi !

Jawab :

Penyelesaian kasus diatas dapat menggunkan beberapa metode :

 Diagram Pohon

Berdasarkan diagram pohon diatas pasangan celana dan kaos memiliki enam kemungkinan, yaitu :
(b-a), (b-k), (b-p), (h-a), (h-k), (h-p).

 Tabel Persilangan

Berdasarkan tabel persilangan diatas pasangan celana dan kaos memiliki enam kemungkinan, yaitu
: (b-a), (b-k), (b-p), (h-a), (h-k), (h-p).

 Pasangan Berurutan

Dibuat seperti menggambarkan pasangan berurutan pada himpunan. untuk menentukan banyak
pasangan warna celana jeans dan kaos yang dapat disusun adalah dengan menggunakan aturan,
yaitu:

Jika terdapat n buah tempat tersedia, dengan :

k1: banyak cara mengisi tempat pertama

k2: banyak cara mengisi tempat kedua setelah tempat pertama terisi

kn: banyak cara mengisi tempat ke-n setelah (n-1)tempat sebelumnya terisi.
69 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Banyak cara mengisi n tempat secara keseluruhan :

k1 x k2 x k3 x ....... kn

1. Pertama dipilih warna celana: ada 2 cara


2. Kedua dipilih warna kaos: ada 3 cara

Maka, untuk memilih pasangan warna celana jeans dan kaos seluruhnya ada 2 x 3 = 6 cara. Aturan
yang digunakan tersebut dikenal sebagai aturan pengisian tempat (filling slots).

B. Notasi Faktorial

Notasi n! dibaca sebagai n faktorial

Difefinisikan pula bahwa 0! = 1

Contoh :

 4 ! = 4 x 3 x 2 x 1 = 24
 4! × 3! = (4 x 3 × 2 × 1) × (3 × 2 × 1) = 24 × 6 = 144
 = =4

Permutasian

Permutasi adalah susunan elemen-elemen dari suatu himpunan yang memperhatikan urutannya.

A. Permutasi dari Unsur-Unsur yang berbeda

Permutasi k unsur atau objek dari unsur n yang tersedia, dengan memperhatikan urutan susunannya
dapat ditentukan dengan :

Contoh :

1. Tentukan nilai dari !

Jawab :

= = = = 5 x 4 = 20

2. Didalam sebuah kelas, akan dibentuk kepengurusan yang terdiri atas ketua, sekretaris, dan
bendahara. Berapa banyak cara 6 calon yang akan memperebutkan ketiga posisi tersebut ?

Jawab :
70 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Karena posisi yang diperebutkan masing-masing berbeda, kasus ini dapat dikerjakan dengan permutasi
3 unsur dari 6 unsur yang tersedia :

Jadi = = = 6 x 5 x 4 = 120 cara

B. Permutasi dari Unsur-Unsur yang sama

Permutasi n unsur, dengan k unsur yang sama dari n unsur itu (n ≥ k) adalah :

Aturan diatas dapat diperluas :

Untuk permutasi n unsur, dengan k1, k2, ...., dan kn unsur yang sama dari n unsur itu (n ≥ k 1 + k2 + .... +
kn) adalah :

Contoh :

1. Tentukan banyak susunan huruf yang dapat dibentuk dari unsur huruf-huruf pembentuk kata :

a. PANDA

b. PENDIDIKAN

Jawab :

a. PANDA

Unsur yang tersedia , n = 5

Unsur yang sama k = 2 , yaitu huruf A ada 2.

Maka :

P= = = = 5 x 4 x 3 = 20

b. PENDIDIKAN

Unsur yang tersedia ada 10.

Unsur yang sama adalah :

k1 = 2, yaitu huruf N ada 2;

k2 = 2, yaitu huruf D ada 2;

k3 = 2, yaitu huruf I ada 2


71 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Jadi :

P= =

= = 453.600

2. Misal terdapat 6 bendera dengan rincian 2 bendera berwarna merah, 3 bendera bewarna putih dan 1
bendera bewarna biru. Berapa banyak susunan yang dapat dibuta untuk menyusun bendera itu secara
berjajar ?

Jawab :

Banyak susunan yang dapat dibuat adalah :

Unsur yang tersedia ada 6.

Unsur yang sama :

k1 = 2, yaitu bendera merah ada 3;

k2 = 3, yaitu bendera putih ada 2;

P= = = = 60 susunan

C. Permutasi Siklis

Misalkan terdapat unsur yang berbeda dalam susunan melingkar, banyak susunan dapat
ditentukan dengan permutasi siklis dengan aturan :

Contoh :

Sebanyak 6 orang mengadakan rapat. Mereka duduk menghadap sebuah meja bundar.

Berapa banyak cara mereka menempati kursi yang disusun melingkar itu?

Jawab:

Banyak cara mereka menempari kursi adalah :

Psiklis = (n - 1)! = (6 - 1)! = 5! = 5 x 4 x 3 x 2 x 1 = 120 cara

Kombinasi, Ruang Sampel dan Kejadian


72 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Kombinasi

Karena banyak permutasi k unsur adalah k ! dan kombinasi tidak memerhatikan urutan maka setiap k !
permutasi merupakan satu kombinasi dari k unsur.

Kombinasi unsur dari unsur yang tersedia dirumuskan dengan :

Contoh :

1. Tentukan nilai kombinasi dari !

Jawab :

= = = = 15

2. Dari 10 orang yang mendaftar karyawan di suatu perusahaan, hanya akan diterima 6 orang sebagai
karyawan. Tentukan banyak cara untuk memilih keenam orang itu.

Jawab:

Pada kasus ini urutan orang yang diterima sebagai karyawan tidak diperhatikan. Jadi, kasus ini dapat
diartikan sebagai kombinasi 6 unsur dari 10 unsur yang tersedia.

= = = = 210 cara

Ruang Sampel dan Kejadian

A. Ruang Sampel

Ruang Sampel adalah himpunan semua kejadian yang mungkin diperoleh dari suatu percobaan,
dinotasikan dengan S.

Ruang sampel dapat ditentukan dengan cara :

1. Mendaftar
2. Diagram Pohon
3. Tabel

Contoh :

1. Tentukan ruang sampel dan banyak anggota ruang sampel dari pelemparan sebuah dadu !

Jawab :

Dadu berbentuk kubus dengan 6 sisi, sehingga kejadian yang mungkin dari pelemparan sebuah dadu
adalah munculnya mata dadu 1, 2, 3, 4, 5 atau 6, maka:

Ruang sampel, S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}


73 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Banyak anggota ruang sampel, n(S) = 6

2. Tentukan ruang sampel dan banyak anggota dari ruang sampel pada percobaan pelemparan dua
buah mata uang !

Jawab :

Pada mata uang terdapat dua buah sisi, yaitu angka (A) dan gambar (G), dengan melakukan
pelemparan dua buah mata dadu secara bersama maka akan keluar pasangan, yaitu:

Ruang Sampel, S = {AA, AG, GA, GG}

Banyak anggota ruang sampel, n(S) = 4

B. Kejadian

Contoh :

a. Pada pelemparan sebuah dadu berisi enam, kejadian–kejadian sederhana adalah

{1}, yaitu kejadian munculnya mata dadu 1.

{2}, yaitu kejadian munculnya mata dadu 2.

{3}, yaitu kejadian munculnya mata dadu lebih dari 3.

b. Pada pelemparan sebuah dadu berisi enam, kejadian–kejadian majemuk adalah

{1, 2}, yaitu kejadian munculnya mata dadu kurang dari 3.

{2, 4, 6}, yaitu kejadian munculnya mata dadu genap.

{3, 4, 5, 6}, yaitu kejadian munculnya mata dadu lebih dari 2.

Peluang suatu kejadian dan Kejadian majemuk


Peluang Suatu Kejadian

A. Definisi Peluang

Jika setiap anggota ruang sampel (S) mempunyai kesempatan yang sama untuk muncul,
74 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

maka peluang munculnya kejadian A dalam ruang sampel S adalah :

Dimana :

P (A)= Peluang kejadian A

n (A)= Banyaknya anggota kejadian A

n (S)= Banyaknya anggota ruang sampel

Contoh :

Tentukan peluang munculnya mata dadu berangka ganjil pada pelemparan sebah dadu !

Jawab :

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, maka n(S) = 6

A (ganjil) = {1, 3, 5}, maka n(A (ganjil)) = 3

Maka :

P(A (ganjil)) = = 3/6 = 1/2

Maka peluang munculnya mata dadu ganjil pada pelemparan sebuah dadu adalah 1/2 .

B. Kisaran Peluang

Jika kejadian A dalam ruang sampel S selalu terjadi, maka diperoleh n(A) = n(S) sehingga P (A) =
1.

Jika kejadian A dalam ruang sampel S tidak pernah terjadi, maka n(A) = 0 sehingga peluangnya
P(A) = 0. Oleh karena itu, nilai peluang terbatas pada 0 ≤ P (A) ≤ 1.

C. Frekuensi Harapan Suatu Kejadian

Fungsi harapan untuk suatu kejadian A pada suatu percobaan yang dilakukan n kali dinyatakan
sebagai :

Fh = n x P (A)

dimana :

Fh : Frekuensi harapan kejadian A

P (A) : Peluang kejadian A


75 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Kejadian Majemuk
Peluang Komplemen Suatu Kejadian

Komplemen suatu kejadian A adalah kejadian dari tidak terjadinya kejadian A.

Jika Ac adalah komplemen dari A, maka peluang kejadian Ac ditentukan dengan :

P (Ac) = 1 - P(A)

dimana :

P (A) = peluang kejadian A

P (Ac) = peluang komplemen kejadian A

Contoh :

Tentukan peluang munculnya mata uang logam paling sedikit satu “angka” dalam percobaan
melambungkan empat mata uang loga sekaligus !

Jawab :

n (S) = 24 = 16

Kejadian paling sedikit satu “angka”, komplemennya adalah kejadian tanpa “angka”.

n (tanpa angka) = 1

P (paling sedikit satu angka) = 1 - P (tanpa angka)

= 1 - 1/16 = 15/16

Peluang Gabungan Dua Kejadian

Jika A dan B adalah dua kejadian yang tidak saling lepas berada dalam ruang sampel S, maka peluang
kejadian A U B ditentukan dengan :

Dimana

P (A U B) : peluang gabungan kejadian A dan B

P (A) : peluang kejadian A

P (B) : peluang kejadian B

P (A B) : peluang irisan keadian A dan B

Contoh :
76 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Sebuah dadu sisi enam dilemparkan sekali, berpakah peluang kejadian munculnya mata dadu angka
genap atu angka yang habis dibagi 3 ?

Jawab :

Ruang sampel, S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} , dengan n(S) = 6.

Misal A kejadian munculnnya mata dadu angka ganjil.

B kejadian muncul mata dadu angka habis dibagi 3, maka :

A = {2, 4, 6}, B = {3, 6} dan A B = {6}

Sehingga n(A)= 3, n(B) = 2, dan n(A B) = 1

Maka :

P(A) = 3/6 = 1/2,

P(B) = 2/6 = 1/3,

P(A B) = 1/6

Peluang kedua kejadian tersebut :

P (A U B) = P(A) + P(B) - P(A B) = 1/2 + 1/3 + 1/6 = 2/3

Peluang Gabungan kejadian saling lepas

Jika A dan B adalah dua kejadian yang saling lepas, maka peluang gabungan dua kejadian tersebut
ditentukan dengan :

Contoh :

Pada pelemparan sebuah dadu sebanyak satu kali, A adalah kejadian munculnya mata dadu < 3, dan B
adalah kejadian munculnya mata dadu ≥ 4. Carilah peluang kejadian munculnya mata dadu < 3 atau≥
4!

Jawab :

Misal :

S : ruang sampel = S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6

A : Kejadian yang muncul mata dadu < 3 = A = {1, 2}, n(A) = 2

B : Kejadian muncul mata dadu ≥ 4 = B = {4, 5, 6}, n(B)= 3

Maka :
77 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

P(A) = 2/6 = 1/3, P(B) = 3/6 = 1/2, P(A B) = 0

P(A U B) = P(A) + P(B) = 1/3 + 1/2 = 5/6

Peluang kejadian munculnya mata dadu < 3 atau ≥ 4 adalah 5/6 .

Peluang Gabungan Kejadian yang Saling Bebas

Kejadian A dan B disebut dua kejadian yang saling bebas jika kejadian A tidak terpengaruh oleh
kejadian B atau kejadian B tidak terpengaruh oleh kejadian A.

Peluang antara dua kejadian saling bebas dapat ditentukan dengan :

Dimana :

P(A B) : peluang irisan kejadian A dan B

P(A) : peluang kejadian A

P(B) : peluang kejadian B

Jika P(A B) ≠ P(A) x P(B), maka kejadian A dan B tidak saling bebas.

Peluang Kejadian Bersyarat

Kejadian bersyarat adalah kejadian munculnya suatu kejadian A jika disyaratkan kejadian munculnya
kejadian B terlebih dahulu.

Peluang kejadian A dengan syarat kejadian B terjadi terlebih dulu ditentukan oleh :

Peluang kejadian B dengan syarat kejadian A terjadi terlebih dulu ditentukan dengan :

Contoh :

Dua kubus bernomor dilempar secara bersama-sama. Jika jumlah angka yang

muncul dalam kedua kubus adalah 6, tentukan peluangnya bahwa salah satu kubus

muncul angka 2 !

Jawab :

Misalkan A adalah kejadian jumlah angka yang muncul dalam kedua kubus adalah

6 dan B adalah kejadian salah satu kubus muncul angka 2.

Oleh karena itu, anggota-anggota A, B, dan A B adalah sebagai berikut :

A = {(1, 5), (2,4), (3,3), (4,2), (5,1)}

B = {(2,1),(2,2),(2,3),(2,4),(2,5),(2,6),(1,2),(3,2),(4,2),(5,2),(6,2)}
78 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

A B = {(2,4), (4,2)}

Maka :

P (A|B) = = = 2/5

Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers


Fungsi dan Fungsi Komposisi
Fungsi

Fungsi merupakan suatu relasi yang memasangkan setiap anggota himpunan A dengan tepat satu
anggota himpunan B.

Dinotasikan dengan :

Aljabar Suatu Fungsi :

 Penjumlahan fungsi (x) dan g(x) dinyatakan dengan :

 Selisih fungsi (x) dan g(x)dinyatakan dengan :

 Perkalian fungsi (x) dan g(x) dinyatakan dengan :

 Perkalian fungsi (x) dan g(x) dinyatakan dengan :

Contoh 1 :

Jika (x) = 3x + 4, maka tentukan (5) !

Jawab :

(x) = 3x + 4

(5) = 3 . 5 + 4 = 19, maka (5) = 19

Contoh 2 :

Jika (x + 3) = 2x + 1, maka tentukan (x) !

Jawab :

Misalkan x + 3 = y, maka x = y - 3,
79 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

sehingga (x + 3) = 2x + 1 akan menjadi :

(y) = 2 (y - 3) + 1

(y) = 2y - 6 + 1

(y) = 2y - 5

Ganti kembali y menjadi x, sehingga :

(x) = 2x -–5

Contoh 3:

Diketahui (x)= 3x + 4 dan g(x)= 2x - 2. Tentukanlah :

a. ( + g) (x)

b. ( - g) (x)

c. ( x g) (x)

d. (x)

Jawab :

a. ( + g) (x) = (x) + g(x) = (3x + 4) + (2x - 2) = 5x + 2

b. ( - g) (x) = (x) - g(x) = (3x + 4) - (2x - 2) = x + 2

c. ( x g) (x) = (x) x g(x) = (3x + 4) x (2x - 2) = 6x2 + 2x - 8

d. (x) = =

Fungsi Komposisi

Syarat Suatu fungsi dapat dikomposisikan jika daerah hasil dari adalah himpunan bagian dari daerah
asal g.

Aturan fungsi komposisi :

Apabila terdapat fungsi (x), g(x) dan h(x), maka :

 o g(x) = (g(x))
 g o (x) = g( (x))
 h o g o (x) = h (g( (x)))

Contoh :

Jika diketahui fungsi (x) = 2x - 1, g(x) = x2 + 1 dan h = x + 2, tentukanlah :


80 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

a. o g(x)

b. g o (x)

c. h o g o (x)

d. h o g o (2)

Jawab :

a. o g(x) = (g(x))

o g(x) = 2(x2 + 1) - 1

o g(x) = 2x2 + 2 - 1

o g(x) = 2x2 + 1

b. g o (x) = g ( (x))

g o (x) = (2x -1)2 +1

g o (x) = (2x)2 - 4x + 1 + 1

g o (x) = (2x)2 - 4x + 2

c. h o g o (x) = h(g( (x)))

sebelumnya sudah didapat persaman dari

go (x) = (2x)2 - 4x + 2

sehingga :

h o g o (x) = h(g( (x)))

h o g o (x) = (2x2 - 4x + 2) + 2

h o g o (x) = 2x2 - 4x + 4

d. h o g o (2) = 2 . 22 - 4 . 2 + 4

hogo (2) = 4

Sifat –Sifat Fungsi Komposisi :

 Komposisi fungsi pada umumnya tidak bersifat komutatif.

 Komposisi fungsi bersifat asosiatif.


81 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

 Terdapat fungsi identitas I(x) = x, sehingga :

Invers Fungsi
Menentukan Invers suatu Fungsi

Invers fungsi merupakan hubungan kebalikan dari suatu fungsi. Maka dapat dituliskan :

Jika fungsi : A → B yang mempunyai peta (a) = b, maka invers adalah fungsi g :
B → A dengan peta g(b) = a
-1
Dapat dinyatakan dengan : g =

Syarat agar invers suatu fungsi merupakan fungsi (fungsi invers) :

Suatu fungsi : A → B yang mempunyai fungsi invers -1 : B → A jika dan hanya jika
merupakan fungsi bijektif atau A dan B bekorespodensi satu-satu.

Menentukan Invers Suatu Fungsi

Penulisan invers fungsi yaitu x = -1(y) diganti menjadi y = -1


(x) . Berikut ini adalah langkah-
langkah untuk menentukan invers dari suatu fungsi :

1.
1. Misalkan y = (x) .
2. Nyatakan x dalam y (x sebagai fungsi y).
3. Gantilah x dengan -1(y).
4. Gantilah y pada -1(y) dengan x untuk mendapatkan -1
(x).

Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut :

Contoh :

Diketahui fungsi (x) = 2x + 5, Tentukanlah :


-1
a. Rumus untuk
-1 -1 -1
b. Nilai dari (0), (2), dan (3)

Jawab :

a. Misalkan y = (x)

y = 2x + 5

2x = y - 5

x=
82 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

-1
(y) =

-1
b. (x) = maka :

-1(0) = =

-1(2) = =

-1(3) = =

Beberapa rumus khusus invers dari suatu fungsi :


-1
o (x) = ax + b (x) =
o (x) = -1(x) =
o (x) = alog(bx + c) -1(x) =
o (x) = abx+c -1(x) =

contoh

-1
1. Diketahui (x) = , x≠ , tentukanlah rumus !

Jawab :

Misalkan y = (x)

y=

x - 3 = y(2x + 1)

x - 3 = 2xy + y

x - 2xy = y + 3

x(1 - 2y) = y + 3

x=

-1
(y) =

-1
Jadi, rumus fungsi inversnya adalah (x) =

2. Diketahui suatu fungsi (x) = 2x + 6. Tentukanlah :

a. Rumus fungsi untuk -1(x)


83 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

-1
b. Gambarlah grafik fungsi (x) dan (x)

Jawab :

a. Misalkan y = (x)

y = 2x + 6

2x = y - 6

x=

-1
(y) =

-1(x) =

b. Tentukan dahulu nilai dan dari masing-masing fungsi :

Untuk (x) = 2x + 6

Untuk -1(x) =

Fungsi Invers dan Fungsi Komposisi

Apabila terdapat fungsi (x), g(x), dan h(x), maka Fungsi invers apabila dikomposisikan menjadi :
84 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A


o ( o g)-1 (x) = ( -1 o g-1) (x)
o (g o )-1 (x) = (g-1 o -1) (x)
o (h o g o )-1 (x) = (h-1 o g-1 o -1
) (x)

Langkah-langkah dalam menentukan Fungsi Invers dari Fungsi Komposisi :

1. Menentukan dahulu fungsi komposisi nya.


2. Tentukan Fungsi Inversnya berdasarkan fungsi komposisinya.

Contoh :

Diketahui fungsi dan fungsi g sebagai berikut : (x) = x + 3 dan g(x) = 2x - 1. Tentukalah fungsi
invers dari (g o )-1 (x) !

Jawab :

Menentukan (g o ) (x)

(g o ) (x) = g( (x))

(g o ) (x) = 2(x + 3) - 1

(g o ) (x) = 2x + 6 - 1

(g o ) (x) = 2x + 5

Maka (g o )-1 (x) :

Misal y = 2x + 5

2x = y - 5

x=

---> (g o ) (x) =
85 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Limit Fungsi
Limit Fungsi Aljabar
Limit Fungsi Aljabar

Contoh 1:

Tentukan nilai limit dari limx→3 !

Jawab :

limx→3 = limx→3

= limx→3 x + 2 = 3 + 2 = 5

Contoh 2 :

Tentukan nilai limit dari limx→2 !

Jawab :

limx→2 = limx→2

= limx→2 = = 1/4

Menentukan Limit Fungsi Aljabar


Limit Fungsi di Satu Titik

Dalam menentukan nilai limit suatu fungsi dapat dilakukan dengan beberapa cara :

a. Substitusi

Dengan mengganti nilai x pada fungsi sesuai dengan nilai x pendekatan limit.

Contoh :

1.
1. limx→3 2x - 8 = 2 . 3 - 8 = -2
2. limx→3 (x2 + 2x + 1) = 32 + 2 . 3 + 1 = 16

b. Faktorisasi
86 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Digunakan apabila menggunakan cara substitusi saja menghasilkan bilangan pecahan , yang
berarti bilangan tersebut tak terdefenisi.

Contoh :

Tentukan nilai limit berikut :

o limx→4 = limx→4

= (x + 4) = 4 + 4 = 8

c. Mengalikan Faktor Sekawan / Merasionalkan Penyebut

Digunakan saat bentuk fungsi berupa akar, yang bertujuan untuk menghilangkan bentuk akar
sehingga menjadi lebih sederhana.

* Beberapa bentuk faktor sekawan :


o (x - a) bentuk sekawan dari (x + a)
o (√x - a) bentuk sekawan dari (√x + a)
o (√x - √y) bentuk sekawan dari (√x + √y)

Mengalikan dengan faktor sekawan juga digunakan untuk merasionalkan pecahan dengan
penyebut yang berbentuk akar. Kemudian agar nilai pecahannya tidak berubah pecahan semula
harus dikalikan dengan pecahan yang bernilai satu.

* Beberapa bentuk merasionalkan penyebut :


o

 = x

 = x

 = x

Contoh :

limx→1 = limx→1 ( )x( )


87 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

= =

Contoh

- Tentukan nilai limit berikut :

a. =

= (x2 + 3x + 9)

= 32 + 3 . 3 + 9 = 27

b. limx→-2 = limx→-2 ( )x( )

= = =0

Teorema Limit

1. limx→c a = a
2. x=c
3. (x) = (c)
4. a . (x) = a . (x)
88 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

5. ( (x) + g(x)) = (x) + g(x)


6. ( (x) - g(x)) = (x) - g(x)
7. ( (x) . g(x)) = (x) . g(x)

Contoh

1. 10 = 10

2. 5x2 = 5 x2 = 5 . 12 = 5

3. (3x2 - 2x) = 3x2 - 2x

= 3. x2 - 2x

= 3 . 42 - 2 . 4 = 48 - 8 = 40

4. =

= = 6/5

5. =

=
89 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

= = -1

Limit Fungsi Mendekati Tak Berhingga


Membagi dengan Pangkat Tertinggi

 Untuk limit dengan a bilangan real dengan bentuk bernilai ∞, karena 0 disini merupakan
bilangan dengan nilai yang sangat kecil.

 Untuk limit mendekati tak hingga dengan bentuk limx→∞ , maka akan berlaku :

1. Jika pangkat tertinggi (x) = pangkat tertinggi g(x), maka :

2. Jika pangkat tertinggi (x) > pangkat tertinggi g(x), maka :

=∞

3. Jika pangkat tertinggi (x) < pangkat tertinggi g(x), maka :

=0

contoh :

Tentukan limit fungsi berikut :

1. = 2/4 = 1/2

2. = 3/2
90 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Mengalikan dengan Faktor Sekawan

( )= ( )x

= = 0/2 = 0

Menggunakan Rumus

Untuk fungsi limit dengan bentuk berikut dapat diselesaikan menggunakan persamaan :

Contoh :

Tentukan ( - )!

Jawab :

Dari soal diketahui a = 3, b = -2 dan p = 1.

Dengan Menggunakan rumus diatas dapat diperoleh :

( - )=

= . =

Limit Sebagai Dasar Turunan

Limit fungsi merupakan dasar perhitungan dalam menentukan turuan atau diferensial suatu fungsi.
Turunan dari fungsi (x) adalah '(x). Fungsi '(x) dapat ditulis dalam bentuk limit fungsi yaitu :

Contoh :

Diketahui (x) = x2 + 3 . Tentukan


91 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Jawab :

= 2x + 0 = 2x

Turunan / Diferensial

Turunan Fungsi Aljabar


Turunan Fungsi

Konsep dan Notasi Turunan :

Turunan Fungsi Aljabar :

Rumus :

1.
1. y=c → y' = 0
2. y=x → y' = 1
3. y = x → y' = n.xn-1
n

4. y = c[ (x)]n → y' = c . n[ (x)]n-1 '(x)


5. y = u(x) + v(x) → y' = u'(x) + v'(x)
6. y = u(x) - v(x) → y' = u'(x) - v'(x)
7. y = u(x) . v(x) → y' = u'(x) . v(x) + u(x) . v'(x)

8. → y' =

Aturan rantai :
92 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Contoh:

Tentukan turunan fungsi (x) = 2(3x + 1)2 !

Jawab :

Misalkan y = (x) = 2u2, dengan u = 3x + 1, maka :

= 2u , =3

Dengan aturan rantai, diperoleh :

'(x) = = x = 4u x 3 = 4(3x + 1) x 3 = 12(3x + 1) = 36x + 12

Contoh

Contoh :

Tentukan turunan fungsi-fungsi berikut :

1. (x) = 10

Maka :

'(x) = 0 (menggunakan persamaan 1)

2. (x) = 5x + 2

Maka :

'(x) = 5 (menggunakan Persamaan 2)

3. (x) = 4x5

Maka :

'(x) = 5 . 4x5-1 = 20x4 (menggunakan persamaan 3)

4. (x) = x-3

Maka :

'(x) = (-3) . x-3-1 = -x-4 (menggunakan persamaan 3)

5. (x) = 3x5 - 7x2

Maka :

'(x) = 5 . 3x5-1 - 2 . 7x2-1 = 15x4 - 14x (menggunakan persamaan 3 dan 6)

6. (x) = (5x3 + 2)3


93 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Maka :

'(x) = 3 . (5x3 + 2)3-1 . (3 . 5x3-1 +0)

= 3 . (15x2) (5x3 + 2x)2

= 45x2 (5x3 + 2)2 (menggunakan persamaan 4)

7. (x) = (x3 + 2x) . (√x)

Maka :

(x) = (x3 + 2x) . ( ) = u(x) . v(x)

'(x) = u'(x) . v(x) + u(x) . v'(x)

u = (x3 + 2x) → u' = 3x2 + 2

v = ( ) → v' =

'(x) = (3x2 + 2) . ( ) + (x3 + 2x) . ( )

= + + +

= +

= + (menggunakan persamaan 7)

8. (x) =

Maka :

(x) = =

'(x) =

u = 2x2 - 1 → u' = 4x

v = 3x + 5 → v' = 3

'(x) =

Karakteristik Grafik Fungsi


94 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Persamaan Garis Singgung Suatu Kurva

Gradien garis singgung suatu kurva y = (x) di x = a dapat ditulis :

Jika titik P(x1,y1) terletak pada kurva y = (x) persamaan garis singgung kurva melalui titik
P(x1,y1) adalah :

Syarat gradien di antara dua garis adalah :

 Sejajar → m1 = m2
 Berpotongan → m1 ≠ m2
 Tegak lurus → m1 . m2 = -1
 Berimpit → m1 = m2

Contoh

1. Tentukan persamaan garis singgung kurva y = x2 - 2x + 1 dititik (0,1) !

Jawab :

Gradien garis singgung adalah :

m = y' = (x2 - 2x + 1) = 2x - 2

Jika x = 0, maka :

m = 2x - 2 = 2 . 0 - 2 = -2

Persamaan garis singgung yang melalui (0,1) pada kurva adalah :

y - y1 = m(x - x1)

y - 1 = -2(x - 0)

y - 1 = -2x

2x + y = 0

2. Tentukan persamaan garis singgung kurva (x) = x3 + 3x2 - 2x - 5, yang titik absisnya -2 !

Jawab :
95 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

y = (x) = x3 + 3x2 - 2x - 5

Absis = x = -2, maka y = (-2)3 + 3(-2)2 - 2(-2) - 5

= -8 + 12 + 4 - 5

=3

Maka diperoleh titik singgung (x1, y1) = (-2 , 3)

Gradien garis singgungnya adalah :

m = y' = (x3 + 3x2 - 2x - 5) = 3x2 + 6x - 2

Untuk x = -2, maka :

m = 3x2 + 6x - 2 = 3(-2)2 + 6(-2) - 2 = -2

Maka persamaan garis singgung melalui (-2,3) pada kurva adalah :

y - y1 = m(x - x1)

y - 3 = (-2) (x - (-2))

y - 3 = -2x - 4

2x + y - 3 + 4 = 0

2x + y + 1 = 0

Fungsi Naik dan Fungsi Turun

Contoh :

Tentukan interval fungsi yang ditentukan oleh (x) = x3 + 3x2 - 4, jika :

a. Fungsi Naik

b. Fungsi Turun

Jawab :
96 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Tentukan dahulu fungsi turunannya :

'(x) = ( x3 + 3x2 - 4)

= x2 + 8x

Maka :

a. Fungsi naik ( '(x) > 0)

x2 + 8x > 0

x(x + 8) > 0

x < -8 atau x > 0

Jadi (x) = x3 + 3x2 - 4 naik pada x < -8 atau x > 0

b. Fungsi turun ( '(x) < 0)

x2 + 8x < 0

x(x + 8) < 0

-8 < x < 0

Jadi (x) = x3 + 3x2 - 4 turun pada -8 < x < 0

Titik Stasioner

Titik stasioner adalah titik tempat fungsi berhenti naik atau turun untuk sementara, yaitu mempunyai
gradien sama dengan nol. Atau biasa diesebut dengan titik balik maksimum atau minimum dari suatu
kurva.

Syarat stasioner :

Jenis-jenis stasioner :

1. Titik balik maksimum pada titik x = a

Jika x < a , maka '(x) > 0


97 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Jika x > a , maka '(x) < 0

2. Titik balik minimum pada titik x = a

Jika x < a , maka '(x) < 0

Jika x > a , maka '(x) > 0

3. Titik belok stasioner positif pada x = a

Jika x < a , maka '(x) > 0

Jika x > a , maka '(x) > 0

4. Titik belok stasioner negatif pada x = a

Jika x < a , maka '(x) < 0

Jika x > a , maka '(x) < 0

Contoh

1. Tentukan titik stasioner dari kurva y = x2 - 3x + 5 !

Jawab :

y' = 2x - 3

Syarat stasioner : '(x) = 0, maka :


98 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

2x - 3 = 0

2x = 3

x = 3/2

Jadi, titik stasionernya : x = 3/2

2. Tentukan titik stasioner dari fungsi y = x4 - x2 + 5 !

Jawab :

y = x4 - x2 + 5 maka y' = x3 - x

Syarat stasioner : '(x) = 0, maka :

x3 - x = 0

x(x2 - 1) = 0

x(x - 1)(x + 1) = 0

Maka x = 0, x = 1 dan x = -1

Jika :

x = 0, maka y = 5, diperoleh titik (0,5)

x = 1, maka y = , diperoleh titik (1, )

x = -1, maka y = , diperoleh titik (-1, )

Sehingga titik (0,5) merupakan titik stasioner maksimum, sedangkan titik (1, ) dan (-1, ) merupakan
titik stasioner minimum.

Penggunaan Turunan dan Turunan Kedua


Penggunaan Turunan

Berikut beberapa contoh penyelesaian kasus pada kehidupan sehari-hari menggunakan konsep
turunan :

1. Sebuah perusahaan ekspor dan impor memiliki x karyawan yang masing-masing memperoleh gaji
(180x - 3x2) ribu rupiah perbulan. Tentukan :

a. Berapa jumlah karyawan perusaaan tersebut agar total gaji seluruh karyawan maksimum ?

b. Berapa gaji untuk satu karyawan ?


99 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Jawab :

a. Misalkan y = (180x - 3x2)

y' = (180 - 6x)

Dengan y maksimum maka :

y' = 0

180 - 6x = 0

6x = 180

x= = 30

Maka, jumlah karyawan perusahaan tersebut adalah 30 orang.

b. Jika total karyawan x = 30 orang, maka total gaji yang diberikan perusahaan untuk 30 orang adalah
:

y(x) = (180x - 3x2)

y(30) = (180 . 30 - 3 . 302)

y = 2700

Jadi gaji masing-masing karyawab sebesar Rp. 2.700.000 perbulan.

2. Pertumbuhan produksi tepung terigu suatu perusahaan setelah berjalan selama t bulan adalah p(t)=
(400t - 5t2) ton. Tentukan produksi maksimum !

Jawab :

p(t) = (400t - 5t2)

p'(t) = (400 - 10t)

Produksi maksimum terjadi jika p'(t) = 0, maka :

p'(t) = 0

400 - 10t = 0

400 = 10t

t = 40
100 | M A T E M A T I K A K E L A S 1 1 S M A

Maka produksi maksimumnya :

p(40) = (400 . 40 - 5 . 402)

p = 8000

Jadi, perusahaan tepung tersebut menghasilkan produksi maksimum 8.000 ton tepung dalam waktu
40 bulan.

Turunan Kedua

Contoh :

Tentukan turunan kedua dari fungsi berikut : (x) = x3 + 3x2 - 2x - 5 !

Jawab :

(x) = x3 + 3x2 - 2x - 5

'(x) = 3x2 + 6x - 2

''(x) = 6x + 6

Anda mungkin juga menyukai