Standard
Data tunggal seringkali dinyatakan dalam bentuk daftar bilangan, namun kadangkala
dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi tunggal
merupakan cara untuk menyusun data yang relatif sedikit. Perhatikan contoh data berikut.
5, 4, 6, 7, 8, 8, 6, 4, 8, 6, 4, 6, 6, 7, 5, 5, 3, 4, 6, 6
8, 7, 8, 7, 5, 4, 9, 10, 5, 6, 7, 6, 4, 5, 7, 7, 4, 8, 7, 6
Dari data di atas tidak tampak adanya pola yang tertentu maka agar mudah dianalisis, data
Daftar di atas sering disebut sebagai distribusi frekuensi dan karena datanya
Tabel distribusi frekuensi bergolong biasa digunakan untuk menyusun data yang
66 75 74 72 79 78 75 75 79 71
75 76 74 73 71 72 74 74 71 70
74 77 73 73 70 74 72 72 80 70
73 67 72 72 75 74 74 68 69 80
Apabila data di atas dibuat dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi tunggal,
maka penyelesaiannya akan panjang sekali. Oleh karena itu dibuat tabel distribusi
a. Mengelompokkan ke dalam interval-interval kelas yang sama panjang, misalnya 65– 67,
b. Membuat turus (tally), untuk menentukan sebuah nilai termasuk ke dalam kelas
yang mana.
c. Menghitung banyaknya turus pada setiap kelas, kemudian menuliskan banyaknya turus
pada setiap kelas sebagai frekuensi data kelas tersebut. Tulis dalam kolom frekuensi.
Istilah-istilah yang banyak digunakan dalam pembahasan distribusi frekuensi bergolong atau
Tiap-tiap kelompok disebut interval kelas atau sering disebut interval atau kelas
b. Batas Kelas
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, angka 65, 68, 71, 74, 77, dan 80
merupakan batas bawah dari tiap-tiap kelas, sedangkan angka 67, 70, 73, 76,79, 82
Dari tabel di atas maka tepi bawah kelas pertama 64,5 dan tepi atasnya 67,5, tepi bawah kelas
d. Lebar kelas
e. Titik Tengah
Contoh Soal
Penyelesaian:
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa 4 keluarga tidak mempunyai anak, 13 keluarga
mempunyai 1 anak, dan seterusnya. Selanjutnya, data tersebut disajikan dalam daftar
distribusi frekuensi, seperti Tabel berikut.
Langkah 1.
Jangkauan data (j) ditentukan, yaitu datum terbesar dikurangi datum terkecil.
Langkah 2.
Tentukan banyaknya kelas interval (k) yang diperlukan. Kelas interval adalah selang interval
tertentu yang membagi data menjadi beberapa kelompok. Biasanya seorang peneliti harus
mempertimbangkan banyaknya kelas interval. Umum nya, paling sedikit 4 kelas interval
sampai paling banyak 20 kelas interval. Tetapi perlu diingat bahwa tabel distribusi kelompok
digunakan untuk mengungkap atau menekankan pola dari kelompok. Terlalu sedikit atau
terlalu banyak kelas interval akan mengaburkan pola yang ada. Jadi, peneliti yang harus
menentukan. Namun, ada suatu cara yang ditemukan oleh H. A. Sturges pada tahun 1926,
yaitu dengan rumus:
dengan :
Langkah 3.
Panjang kelas interval (p) ditentukan dengan persamaan:
Nilai p harus disesuaikan dengan ketelitian data. Jika data teliti sampai satuan, nilai p juga
harus satuan. p juga harus teliti sampai satu desimal.
Langkah 4.
Batas kelas interval (batas bawah dan batas atas) ditentu kan. Batas bawah kelas pertama bisa
diambil sama dengan nilai datum terkecil atau nilai yang lebih kecil dari datum terkecil. Akan
tetapi, selisih batas bawah dan batas atas harus kurang dari panjang kelas. Secara umum,
bilangan di sebelah kiri dari bentuk a – b, yaitu a disebut batas bawah dan bilangan di
sebelah kanannya, yaitu b disebut batas atas.
Secara konvensional, batas bawah kelas dipilih sebagai kelipatan dari panjang kelas, namun
ada juga yang memilih batas atas kelas sebagai kelipatan dari panjang kelas.
Langkah 5.
Batas bawah nyata dan batas atas nyata ditentukan. Batas bawah nyata disebut juga tepi
bawah dan batas atas nyata disebut juga tepi atas. Definisi tepi bawah dan tepi atas adalah
sebagai berikut.
Jika data teliti hingga satuan maka:
Contoh Soal
Membuat Daftar Distribusi Frekuensi Kelompok
Berikut ini adalah data nilai ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia dari 90 siswa Kelas XI.
Nilai ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia dari 90 siswa Kelas XI.
Langkah 1.
Datum terbesar adalah 98 dan datum terkecil adalah 33, sehingga jangkauan data:
j = xmak – xmin = 98 – 33 = 65
Langkah 2.
Banyaknya kelas interval adalah:
k = 1 + 3,3 log 90 = 1 + 3,3(1,9542) = 7,449
Untuk kasus ini, diambil kelas interval 7.
Langkah 3.
Menentukan panjang kelas interval.
p = j/k = 65/7 = 9,29 (bisa diambil 9 atau 10). Untuk contoh ini, diambil p = 10.
Langkah 4.
Menentukan batas kelas interval. Batas kelas ke-1 bisa diambil 33, tetapi agar kelas interval
kelihatan bagus diambil batas bawah 31, sehingga didapat batas atasnya 31 + 9 = 40.
batas kelas ke-2 = 41 – 50
batas kelas ke-3 = 51 – 60
batas kelas ke-4 = 61 – 70
batas kelas ke-5 = 71 – 80
batas kelas ke-6 = 81 – 90
batas kelas ke-7 = 91 – 100
Langkah 5.
Untuk kasus ini, Langkah 5 tidak diperlukan, tetapi langkah ini akan sangat diperlukan pada
kasus yang akan dibahas selanjutnya.
Langkah 6.
Frekuensi setiap kelas interval dapat dicari dengan menentukan turusnya terlebih dahulu
(lihat tabel Daftar Distribusi Frekuensi Kelompok dibawah ini).
Langkah 7.
Menentukan titik tengah interval.
Titik tengah kelas ke-1 = ½ (31 + 40) = 35,5
Titik tengah kelas ke-2 = ½ (41 + 50) = 45,5
Titik tengah kelas ke-3 = ½ (51 + 60) = 55,5
Titik tengah kelas ke-4 = ½ (61 + 70) = 65,5
Titik tengah kelas ke-5 = ½ (71 + 80) = 75,5
Titik tengah kelas ke-6 = ½ (81 + 90) = 85,5
Titik tengah kelas ke-7 = ½ (91 + 100) = 95,5
Daftar distribusi frekuensi kelompok dari data tersebut, tampak seperti Tabel berikut ini.
Dari tabel tersebut, tampak siswa paling banyak memperoleh nilai antara 71–80.
Dalam Tabel diatas, frekuensi dinyatakan dalam bilangan cacah yang menyatakan banyaknya
datum dalam setiap kelas. Bentuk ini dinamakan bentuk absolut. Frekuensi absolut disingkat
dengan fabs. Jika frekuensi dinyatakan dalam persen, diperoleh tabel distribusi frekuensi
relatif, yang biasa disingkat dengan frel. Besar atau kecilnya frekuensi suatu kelas dapat
dibandingkan dengan banyaknya seluruh datum (total frekuensi). Perbandingan ini
dinamakan frekuensi relatif dari kelas itu. Frekuensi relatif bisa dinyatakan dengan persen
sehingga sering juga dilambangkan dengan f(%). Dengan demikian, frekuensi relatif
diperoleh dengan membagi frekuensi suatu datum ( fabs) dengan ukuran (banyak) data dan
dikalikan dengan 100%. Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut.
Dari daftar data dalam tabel distribusi frekuensi absolut pada Tabel berikut, tentukanlah tabel
distribusi frekuensi relatifnya.
Penyelesaian:
Jumlah frekuensi (n) = 4 + 13 + 21 + 11 + 7 = 56.
Untuk kelas ke-1: frel = 4/56 × 100% = 7,14%
Untuk kelas ke-2: frel = 13/56 × 100% = 23,21%
Untuk kelas ke-3: frel = 21/56 × 100% = 37,5%
Demikian seterusnya sehingga diperoleh nilai-nilai seperti pada kolom ketiga Tabel berikut.
Distribusi Frekuensi adalah penyusunanan data kedalam kelas-kelas tertentu dimana
setiap individu/item hanya termasuk kedalam salah satu kelas tertentu saja. Dalam
suatu penelitian juga biasanya akan dilakukan pengumpulan data. Salah satu cara
untuk mengatur atau menyusun data adalah dengan mengelompokan data-data.
Berdasarkan Ciri-ciri penting dari sejumlah data ke dalam beberapa kelas dan
kemudian dihitung banyaknya data yang masuk ke dalam setiap kelas. Tujuan
distribusi frekuensi ini yaitu:
1. Class (Kelas) adalah penggolongan data yang dibatasi dengan nilai terendah dan
nilai tertinggi yang masing-masing dinamakan batas kelas. Batas kelas (Class Limit)
adalah nilai batas dari pada tiap kelas dalam sebuah distribusi, terbagi menjadi states
class limit dan class boundaries (tepi kelas).
a. stated class limit adalah batas-batas kelas yang tertulis dalam distribusi
frekuensi, terdiri dari Lower Class Limit (batas bawah kelas) dan upper class limit
(batas atas kelas).
b. class boundaries (tepi kelas) adalah batas kelas yang sebenarnya, terdiri dari
lower class boundary (batas bawah kelas yang sebenarnya) dan upper class boundary
(batas atas kelas yang sebenarnya).
Grafik batang mungkin yang paling sederhana daripada semua grafik, grafik batang
paling bermanfaat bilamana sejumlah nilai yang akan di bandingkan relatif sedikit,
pada lazimnya grafik ini dibuat dengan menggunakan batang sebagai gambaran
kelompok data secara vertikal dan horizontal.tinggi atau panjang batang melukiskan
ukuran besarnya presentase data yang di wakilinya. Grafik batang/balok (Bar Chart)
secara umum terdiri dari dua bagian, yaitu single bar chart yang hanya terdiri dari
satu batang saja dan multiple bar chart yang terdiri dari beberapa batang. Grafik
batang ini baik yang single maupun yang multiple sangat berguna untuk
menggambarkan perbandingan suatu kegiatan.
GRAFIK LINGKARAN
Grafik lingkaran adalah suatu grafik yang berguna untuk membuat perbandingan dari
suatu data yang dibuat dalam bentuk lingkaran. Grafik lingkaran juga secara umum
terbagi menjadi dua, yaitu single pie chart yang terdiri dari satu lingkaran saja dan
multiple chart yang terdiri dari beberapa lingkaran. Grafik jenis ini sangat berguna
untuk menggambarkan suatu kegiatan berdasarkan nilai-nilai karakteristik satu
dengan yang lain dan dengan keseluruhan.
PEMBAHASAN KASUS
Contoh soal:
Berikut ini adalah data (belum dikelompokkan) Ujian Akhir Smester Bahasa
Indonesia SD Pengadilan 01 kelas 4A :
78 72 74 79 74 71 75 74 72 68
72 73 72 74 75 74 73 74 65 72
66 75 80 69 82 73 74 72 79 71
70 75 71 70 70 70 75 76 77 67
Penyelesaian:
1. Urutkan data:
65 66 67 68 69 70 70 70 70 71
71 71 72 72 72 72 72 72 73 73
73 74 74 74 74 74 74 74 75 75
75 75 75 76 77 78 79 79 80 82
R = Xmax - Xmin
= 82 – 65 =17
3. Menentukan Banyak Kelas
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log(40)
= 1+ 5,3 = 6,3 =═ 6
4. Menentukan Interval kelas
I= R/K
= 17/6 = 3
5. Batas kelas pertama adalah 65 (data terkecil)
6. Tabel Distribusi frekuensinya:
Nilai fi
fi X 100
∑fi Persen
65-67 3 3/40 7.5
68-70 6 6/40 15
71-73 12 12/40 30
74-76 13 13/40 32.5
77-79 4 4/40 10
80-82 2 2/40 5
Jumlah 40 40/40 100
Distribusi Frekuensi
123 Komentar Posted by smartstat pada Maret 29, 2010
Hasil pengukuran yang kita peroleh disebut dengan data mentah. Besarnya hasil pengukuran
yang kita peroleh biasanya bervariasi. Apabila kita perhatikan data mentah tersebut, sangatlah
sulit bagi kita untuk menarik kesimpulan yang berarti. Untuk memperoleh gambaran yang
baik mengenai data tersebut, data mentah tersebut perlu di olah terlebih dahulu.
Pada saat kita dihadapkan pada sekumpulan data yang banyak, seringkali membantu untuk
mengatur dan merangkum data tersebut dengan membuat tabel yang berisi daftar nilai data
yang mungkin berbeda (baik secara individu atau berdasarkan pengelompokkan) bersama
dengan frekuensi yang sesuai, yang mewakili berapa kali nilai-nilai tersebut terjadi. Daftar
sebaran nilai data tersebut dinamakan dengan Daftar Frekuensi atau Sebaran Frekuensi
(Distribusi Frekuensi).
Dengan demikian, distribusi frekuensi adalah daftar nilai data (bisa nilai individual atau
nilai data yang sudah dikelompokkan ke dalam selang interval tertentu) yang disertai dengan
nilai frekuensi yang sesuai.
Pengelompokkan data ke dalam beberapa kelas dimaksudkan agar ciri-ciri penting data
tersebut dapat segera terlihat. Daftar frekuensi ini akan memberikan gambaran yang khas
tentang bagaimana keragaman data. Sifat keragaman data sangat penting untuk diketahui,
karena dalam pengujian-pengujian statistik selanjutnya kita harus selalu memperhatikan sifat
dari keragaman data. Tanpa memperhatikan sifat keragaman data, penarikan suatu
kesimpulan pada umumnya tidaklah sah.
Sebagai contoh, perhatikan contoh data pada Tabel 1. Tabel tersebut adalah daftar nilai ujian
Matakuliah Statistik dari 80 Mahasiswa (Sudjana, 19xx).
79 49 48 74 81 98 87 80
80 84 90 70 91 93 82 78
70 71 92 38 56 81 74 73
68 72 85 51 65 93 83 86
90 35 83 73 74 43 86 88
92 93 76 71 90 72 67 75
80 91 61 72 97 91 88 81
70 74 99 95 80 59 71 77
63 60 83 82 60 67 89 63
76 63 88 70 66 88 79 75
Sangatlah sulit untuk menarik suatu kesimpulan dari daftar data tersebut. Secara sepintas, kita
belum bisa menentukan berapa nilai ujian terkecil atau terbesar. Demikian pula, kita belum
bisa mengetahui dengan tepat, berapa nilai ujian yang paling banyak atau berapa banyak
mahasiswa yang mendapatkan nilai tertentu. Dengan demikian, kita harus mengolah data
tersebut terlebih dulu agar dapat memberikan gambaran atau keterangan yang lebih baik.
Bandingkan dengan tabel yang sudah disusun dalam bentuk daftar frekuensi (Tabel 2a dan
Tabel 2b). Tabel 2a merupakan daftar frekuensi dari data tunggal dan Tabel 2b merupakan
daftar frekuensi yang disusun dari data yang sudah di kelompokkan pada kelas yang sesuai
dengan selangnya. Kita bisa memperoleh beberapa informasi atau karakteristik dari data nilai
ujian mahasiswa.
Tabel 2a.
xi fi
1 35 1
2 36 0
3 37 0
4 38 1
: : :
16 70 4
17 71 3
: : 1
42 98 1
43 99 1
Total 80
Pada Tabel 2a, kita bisa mengetahui bahwa ada 80 mahasiswa yang mengikuti ujian, nilai
ujian terkecil adalah 35 dan tertinggi adalah 99. Nilai 70 merupakan nilai yang paling banyak
diperoleh oleh mahasiswa, yaitu ada 4 orang, atau kita juga bisa mengatakan ada 4
mahasiswa yang memperoleh nilai 70, tidak ada satu pun mahasiswa yang mendapatkan nilai
36, atau hanya satu orang mahasiswa yang mendapatkan nilai 35.
Tabel 2b.
1 31 – 40 2
2 41 – 50 3
3 51 – 60 5
4 61 – 70 13
5 71 – 80 24
6 81 – 90 21
7 91 – 100 12
Jumlah 80
Tabel 2b merupakan daftar frekuensi dari data yang sudah dikelompokkan. Daftar ini
merupakan daftar frekuensi yang sering digunakan. Kita sering kali mengelompokkan data
contoh ke dalam selang-selang tertentu agar memperoleh gambaran yang lebih baik mengenai
karakteristik dari data. Dari daftar tersebut, kita bisa mengetahui bahwa mahasiswa yang
mengikuti ujian ada 80, selang kelas nilai yang paling banyak diperoleh oleh mahasiswa
adalah sekitar 71 sampai 80, yaitu ada 24 orang, dan seterusnya. Hanya saja perlu diingat
bahwa dengan cara ini kita bisa kehilangan identitas dari data aslinya. Sebagai contoh, kita
bisa mengetahui bahwa ada 2 orang yang mendapatkan nilai antara 31 sampai 40. Meskipun
demikian, kita tidak akan tahu dengan persis, berapa nilai sebenarnya dari 2 orang mahasiswa
tersebut, apakah 31 apakah 32 atau 36 dst.
Ada beberapa istilah yang harus dipahami terlebih dahulu dalam menyusun daftar frekuensi.
Tabel 3.
Jumlah 80
Range : Selisih antara nilai tertinggi dan terendah. Pada contoh ujian di atas, Range = 99 – 35
= 64
Batas bawah kelas: Nilai terkecil yang berada pada setiap kelas. (Contoh: Pada Tabel 3 di
atas, batas bawah kelasnya adalah 31, 41, 51, 61, …, 91)
Batas atas kelas: Nilai terbesar yang berada pada setiap kelas. (Contoh: Pada Tabel 3 di atas,
batas bawah kelasnya adalah 40, 50, 60, …, 100)
Batas kelas (Class boundary): Nilai yang digunakan untuk memisahkan antar kelas, tapi
tanpa adanya jarak antara batas atas kelas dengan batas bawah kelas berikutnya. Contoh:
Pada kelas ke-1, batas kelas terkecilnya yaitu 30.5 dan terbesar 40.5. Pada kelas ke-2, batas
kelasnya yaitu 40.5 dan 50.5. Nilai pada batas atas kelas ke-1 (40.5) sama dengan dan
merupakan nilai batas bawah bagi kelas ke-2 (40.5). Batas kelas selalu dinyatakan dengan
jumlah digit satu desimal lebih banyak daripada data pengamatan asalnya. Hal ini
dilakukan untuk menjamin tidak ada nilai pengamatan yang jatuh tepat pada batas kelasnya,
sehingga menghindarkan keraguan pada kelas mana data tersebut harus ditempatkan. Contoh:
bila batas kelas di buat seperti ini:
Kelas ke-1 : 30 – 40
Kelas ke-2 : 40 – 50
dst.
Apabila ada nilai ujian dengan angka 40, apakah harus ditempatkan pada kelas-1 ataukah
kelas ke-2?
Panjang/lebar kelas (selang kelas): Selisih antara dua nilai batas bawah kelas yang
berurutan atau selisih antara dua nilai batas atas kelas yang berurutan atau selisih antara nilai
terbesar dan terkecil batas kelas bagi kelas yang bersangkutan. Biasanya lebar kelas tersebut
memiliki lebar yang sama. Contoh:
lebar kelas = 41 – 31 = 10 (selisih antara 2 batas bawah kelas yang berurutan) atau
lebar kelas = 50 – 40 = 10 (selisih antara 2 batas atas kelas yang berurutan) atau
lebar kelas = 40.5 – 30.5 = 10. (selisih antara nilai terbesar dan terkecil batas kelas pada kelas
ke-1)
Nilai tengah kelas: Nilai kelas merupakan nilai tengah dari kelas yang bersangkutan yang
diperoleh dengan formula berikut: ½ (batas atas kelas+batas bawah kelas). Nilai ini yang
dijadikan pewakil dari selang kelas tertentu untuk perhitungan analisis statistik selanjutnya.
Contoh: Nilai kelas ke-1 adalah ½(31+40) = 35.5
Frekuensi kelas: Banyaknya kejadian (nilai) yang muncul pada selang kelas tertentu.
Contoh, pada kelas ke-1, frekuensinya = 2. Nilai frekuensi = 2 karena pada selang antara 30.5
– 40.5, hanya ada 2 angka yang muncul, yaitu nilai ujian 31 dan 38.
Banyak software (teknologi komputasi ) yang bisa digunakan untuk membuat tabel distribusi
frekuensi secara otomatis. Meskipun demikian, di sini tetap akan diuraikan mengenai
prosedur dasar dalam membuat tabel distribusi frekuensi.
Pada saat menyusun TDF, pastikan bahwa kelas tidak tumpang tindih sehingga setiap nilai-
nilai pengamatan harus masuk tepat ke dalam satu kelas. Pastikan juga bahwa tidak akan ada
data pengamatan yang tertinggal (tidak dapat dimasukkan ke dalam kelas tertentu). Cobalah
untuk menggunakan lebar yang sama untuk semua kelas, meskipun kadang-kadang tidak
mungkin untuk menghindari interval terbuka, seperti ” ≥ 91 ” (91 atau lebih). Mungkin juga
ada kelas tertentu dengan frekuensi nol.
Contoh:
Kita gunakan prosedur di atas untuk menyusun tabel distribusi frekuensi nilai ujian
mahasiswa (Tabel 1).
35 38 43 48 49 51 56 59 60 60
61 63 63 63 65 66 67 67 68 70
70 70 70 71 71 71 72 72 72 73
73 74 74 74 74 75 75 76 76 77
78 79 79 80 80 80 80 81 81 81
82 82 83 83 83 84 85 86 86 87
88 88 88 88 89 90 90 90 91 91
91 92 92 93 93 93 95 97 98 99
2. Range:
[nilai tertinggi – nilai terendah] = 99 – 35 = 64
3. Banyak Kelas:
Tentukan banyak kelas yang diinginkan.
Apabila kita lihat nilai Range = 64, mungkin banyak kelas
sekitar 6 atau 7.
Sebagai latihan, kita gunakan aturan Sturges.
banyak kelas = 1 + 3.3 x log(n)
= 1 + 3.3 x log(80)
= 7.28 ≈ 7
4. Panjang Kelas:
Panjang Kelas = [range]/[banyak kelas]
= 64/7
= 9.14 ≈ 10
(untuk memudahkan dalam penyusunan TDF)
1 31 – 40 30.5 – 40.5 2
2 41 – 50 40.5 – 50.5 3
3 51 – 60 50.5 – 60.5 5
4 61 – 70 60.5 – 70.5 13
5 71 – 80 70.5 – 80.5 24
6 81 – 90 80.5 – 90.5 21
Jumlah 80
2 41 – 50 3
3 51 – 60 5
4 61 – 70 13
5 71 – 80 24
6 81 – 90 21
7 91 – 100 12
Jumlah 80
Variasi penting dari distribusi frekuensi dasar adalah dengan menggunakan nilai frekuensi
relatifnya, yang disusun dengan membagi frekuensi setiap kelas dengan total dari semua
frekuensi (banyaknya data). Sebuah distribusi frekuensi relatif mencakup batas-batas kelas
yang sama seperti TDF, tetapi frekuensi yang digunakan bukan frekuensi aktual melainkan
frekuensi relatif. Frekuensi relatif kadang-kadang dinyatakan sebagai persen.
Frekuensi relatif =
fi = 2; n = 80
1 31 – 40 2.50
2 41 – 50 3.75
3 51 – 60 6.25
4 61 – 70 16.25
5 71 – 80 30.00
6 81 – 90 26.25
7 91 – 100 15.00
Jumlah 100.00
Variasi lain dari distribusi frekuensi standar adalah frekuensi kumulatif. Frekuensi kumulatif
untuk suatu kelas adalah nilai frekuensi untuk kelas tersebut ditambah dengan jumlah
frekuensi semua kelas sebelumnya.
Perhatikan bahwa kolom frekuensi selain label headernya diganti dengan frekuensi kumulatif
kurang dari, batas-batas kelas diganti dengan “kurang dari” ekspresi yang menggambarkan
kisaran nilai-nilai baru.
kurang dari 41 2
kurang dari 51 5
kurang dari 61 10
kurang dari 71 23
kurang dari 81 47
kurang dari 91 68
Variasi lain adalah Frekuensi kumulatif lebih dari. Prinsipnya hampir sama dengan prosedur
di atas.
Distribusi Frekuensi : Pengertian, Aplikasi,
Contoh Tabel, dan Tutorial
Hendra Setya Raharja | February 19, 2017 | Metode Statistika, Statistika | 3 Comments
Distribusi frekuensi merupakan suatu uraian atau ringkasan yang dapat dibuat dalam bentuk
tabel suatu kelompok data yang menunjukkan sebaran data observasi dalam beberapa kelas.
Sehingga ada dapat membentuk suatu tabel frekuensi yang berisikan kategori-kategori
tersebut.
Misalnya anda ingin membuat tabel frekuensi nilai matapelajaran statistika pada kelas anda,
dengan rentang nilai tertentu. Anda membuat tabelnya seperti berikut :
Nilai Frekuensi
0-50 8
51-100 22
Total 30
Tabel diatas merupakan contoh sederhana tabel frekuensi dalam kehidupan seharihari.Dalam
tabel tersebut dapat kita lihat bahwa ada siswa yang mendapatkan nilai antara 0-50, dan ada
siswa yang mendapatkan nilai diatas 50, itulah yang dimaksud dengan sebaran data
(distribusi).
Dalam aplikasinya anda dapat menambahkan frekuensi kumulatif dan frekuensi relatif pada
tabel distribusi frekuensi anda (akan dijelaskan pada tabel dibawah).
Sampai disini, yang penting anda sudah paham dulu apa itu distribusi frekuensi, apa itu tabel
frekuensi.
Nah dalam distribusi frekuensi anda perlu tau beberapa hal, seperti kelas, batas kelas dan
interval kelas.
Kelas Frekuensi
Kelas yang dimaksud adalah kelopok yang ditentukan dengan perhitungan tertentu sehingga
antar kelas memiliki aturan dan karakter yang sama.
Batas Kelas Distribusi Frekuensi
Batas kelas merupakan nilai yang berada pada tepi bawah atau tepi atas suatu kelompok
(kelas). Dengan demikian batas kelas terdiri dari batas atas dan batas bawah.
Intervel Kelas
Interval kelas menunjukkan seberapa lebar suatu kelas pada tabel distribusi frekuensi.
misalnya sebuah kelas yang terbentuk 1-5 (maka panjang intervalnya adalah 5).
Tahapan-tahapan yang perlu anda lakukan untuk membuat tabel distribusi frekuensi adalah
sebagai berikut :
3. Selanjutnya anda tentukan jumlah interval kelas yang diberi lambang (c), dengan rumus :
Keterangan komponen :
k : Banyaknya kelas
Tahap terakhir adalah menentukan batas kelas (tepi bawah dan tepi atas)
Batas bawah kelas (tepi bawah) menunjukkan kisaran nilai data terkecil pada suatu
kelas (kelompok). Sedangkan batas atas kelas menunjukkan kemungkinan nilai data
terbesar dalam suatu kelas (kelompok).
Sebagai contoh :
Dalam sebuah kelas bahasa inggiris diperoleh nilai dari 40 siswa sebagai berikut:
50 53 74 73
75 76 58 67
74 74 73 72
72 73 73 72
79 71 70 75
78 52 74 74
75 74 72 74
75 74 72 68
79 71 79 69
71 70 70 79
Dari data tersebut ingin bibuat sebuah tabel frekuensi untuk menyajikan data sebaran nilai
dari ke 40 siswa saat ujian bahasa Inggris.
maka;
n =40
k=1+3.322n
k=6.322 ~ 6
c = (79-50)6=4.8~5
Dalam menampilkan data memang terkadang membuat pembaca sulit memahami maksud
yang ingin kita sampaikan, termasuk dalam menyajikan data tabel distribusi frekuensi.
Faktanya, pembaca lebih senang melihat tampilan berupa grafik daripada tabel. Agar data yang
anda tampilkan mudah dipahami oleh pembaca, sebaiknya anda juga menampilkan data secara
lengkap. Sertakan juga tabel distribusi frekuensi relatif dan tabel distribusi frekuensi
kumulatifnya, dan sertakan grafik (histogram) yang enak dilihat.
X F Fr Fk* Fk**
(1) (2) (3) (4) (5)
f1
X1 f1 f1/n
f1 + f2 + … + fi + … + fk f2 + … + fi + … +
f1 + f2 fk
X2 f2 f2/n
… …
… … …
f1 + f2 + … + fi f1 + fk
Xi fi fi/n
… …
… … …
f1 + f2 + … + fi + … + fk
Xk fk fk/n
fk
Jumlah
X = Observasi
F = Frekuensi
Fr = Frekuensi Relatif
Grafik dalam distribusi frekuensi sering digambarkan dalam bentuk histogram atau grafik
batangan (bar chart) dan frekuensi poligon.
Perhitungan Distribusi Frekuensi Pada Data Berkelompok
Perhitungan distribusi frekuensi untuk data berkelompok dapat dicari berdasarkan ukuran
pemusatannya, ukuran letaknya, dan ukuran variansinya.
Ukuran Pemusatan
Jenis Ukuran Data Yang diperlukan Rumus Keterangan
o d1 : Frekuensi kelas
Tepi batas kelas,
modus – frekuensi kelas
interval kelas, sebelumnya.
Modus
frekuensi masing-
masing kelas. o d2 : Frekuensi kelas
modus – frekuensi kelas
sesudahnya.
o C : Interval kelas
Ukuran Letak
Jenis
Data Yang diperlukan Rumus Keterangan
Ukuran
Letaknya :
o n : Banyaknya data.
Letaknya :
n : Banyaknya data.
Ukuran Variansi
Data Yang
Jenis Ukuran Rumus Keterangan
diperlukan
n : Sƒi
Xi : Data ke-i.
, dimana :
f1 : frekuensi yang
memuat Q1.
Interval kelas,
f3 : frekuensi yang
frekuensi masing- memuat Q3.
Simpangan
masing kelas, tepi
Kuartil
batas kelas, dan fk1 : frekuensi kumulatif
frekuensi kumulatif. dan sebelum kelas Q1