Anda di halaman 1dari 28

HALAMAN SAMPUL

LAPORAN MATERI

KAPITA SELEKTA

Disusun Oleh :

Nama : Irwan Santus Panjaitan

NIM : 201612011

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA-S1


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BONTANG
KALIMATAN TIMUR
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan mengenai “Revolusi
Industri 4.0, Penerapan Teknologi Informasi dalam Mewujudkan Smart City,
Cloud Computing, IoT, Kecerdasan Buatan Pada Dunia Kerja, Digital
Mindset, Manajemen Resiko, Sistem Pembangkit Tenaga Surya & Desain
Conveyor, Network Security, Etika dan Hukum Cyber. Adapun tujuan dari
pembuatan laporan ini adalah merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Kapita
Selekta.

Dalam pembuatan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
laporan ini, khususnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu senantiasa memberikan nikmat,


kekuatan dan kesehatan selama penyelesaian laporan ini.
2. Orang Tua yang selalu memberikan semangat do’a serta dukungan.
3. Bapak Tombilayuk, S. Kom., M.T. selaku Dosen Mata Kuliah Kapita
Selekta untuk yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
rangka penyelesaian laporan ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan laporan ini.

Dalam pembuatan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pada pembuatan system maupun penyajian materi untuk laporan
ini. Kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan laporan ini.

3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. 2
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 4
BAB I REVOLUSI INDUSTRI 4.0 ................................................................................. 5
A. Pengertian Revolusi Industri 4.0 ... 5
B. Prinsip Rancanagan Revolusi
Industri 4.0 ......................................... 7
BAB II SMART CITY ...................................................................................................... 8
A. Pengertian Smart City .................. 8
B. Konsep Smart City ....................... 8
C. Penerapan Teknologi Smart City .. 8
BAB III CLOUD COMPUTING ..................................................................................... 9
A. Definisi......................................... 9
B. Karakteristik Cloud Computing .. 10
C. Layanan Cloud Computing ..... 11
BAB IV INTERNET Of THINGS (IoT) ....................................................................... 14
A. Pengertian IoT ........................... 14
B. Metode IoT................................. 14
C. Implementasi IoT ....................... 15
D. Dampak IoT ............................... 15
BAB V KECERDASAN BUATAN (AI)........................................................................ 17
A. Pengertian AI ............................. 17
B. Jenis-Jenis AI ............................. 17
C. Peluang dan Resiko AI................ 18
BAB VI DIGITAL MINDSET ....................................................................................... 20
BAB VII MANAJEMEN RESIKO ............................................................................... 21
A. Pengertian .................................. 21
B. Tujuan Manajemen Risiko .......... 21
C. Macam-Macam Resiko ............... 21
BAB VIII SISTEM PEMBANGKIT TENAGA SURYA ........................................... 22
A. Pengertian .................................. 22
B. Cara Kerja Sel Surya .................. 22
BAB IX NETWORK SECURITY ................................................................................. 24
A. Konsep Keamanan Jaringan ....... 24
B. Prinsip Keamanan Jaringan........ 24
BAB X ETIKA DAN HUKUM CYBER ....................................................................... 27
A. Definisi Hukum Cyber (Cyber Law)
27

4
BAB I REVOLUSI INDUSTRI 4.0

A. Pengertian Revolusi Industri 4.0

Adalah Prof Klaus Schwab, Ekonom terkenal dunia asal Jerman,


Pendiri dan Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF) yang
mengenalkan konsep Revolusi Industri 4.0. Dalam bukunya yang berjudul
“The Fourth Industrial Revolution”, Prof Schawab (2017) menjelaskan
revolusi industri 4.0 telah mengubah hidup dan kerja manusia secara
fundamental. Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi
industri generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas
yang lebih luas. Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia
fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin ilmu,
ekonomi, industri dan pemerintah. Bidang-bidang yang mengalami
terobosoan berkat kemajuan teknologi baru diantaranya robot kecerdasan
buatan (artificial intelligence robotic), teknologi nano, bioteknologi, dan
teknologi komputer kuantum, blockchain (seperti bitcoin), teknologi
berbasis internet, dan printer 3D. Revolusi industri 4.0 merupakan fase
keempat dari perjalanan sejarah revolusi industri yang dimulai pada abad
ke -18. Menurut Prof Schwab, dunia mengalami empat revolusi industri.
Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk
mendukung mesin produksi, kereta api dan kapal layar. Berbagai peralatan
kerja yang semula bergantung pada tenaga manusia dan hewan kemudian
digantikan dengan tenaga mesin uap. Dampaknya, produksi dapat
dilipatgandakan dan didistribusikan ke berbagai wilayah secara lebih masif.
Namun demikian, revolusi industri ini juga menimbulkan dampak negatif
dalam bentuk pengangguran masal. Ditemukannya enerji listrik dan konsep
pembagian tenaga kerja untuk menghasilkan produksi dalam jumlah besar
pada awal abad 19 telah menandai lahirnya revolusi industri 2.0. Enerji
listrik mendorong para imuwan untuk menemukan berbagai teknologi
lainnya seperti lampu, mesin telegraf, dan teknologi ban berjalan.
Puncaknya, diperoleh efesiensi produksi hingga 300 persen. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20

5
telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang
dikendalikan secara otomatis. Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh
tenaga manusia tetapi menggunakan Programmable Logic Controller
(PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya
produksi menjadi semakin murah. Teknologi informasi juga semakin maju
diantaranya teknologi kamera yang terintegrasi dengan mobile phone dan
semakin berkembangnya industri kreatif di dunia musik dengan
ditemukannya musik digital.

Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi


digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia.
Revolusi industri terkini atau generasi keempat mendorong sistem
otomatisasi di dalam semua proses aktivitas. Teknologi internet yang
semakin masif tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di seluruh
dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan
transportasi secara online. Munculnya bisnis transportasi online seperti
Gojek, Uber dan Grab menunjukkan integrasi aktivitas manusia dengan
teknologi informasi dan ekonomi menjadi semakin meningkat.
Berkembangnya teknologi autonomous vehicle (mobil tanpa supir), drone,
aplikasi media sosial, bioteknologi dan nanoteknologi semakin menegaskan
bahwa dunia dan kehidupan manusia telah berubah secara fundamental.

Gambar 1. Revolusi Industri 4.0 (Sumber: www.kompasiana.com)

6
B. Prinsip Rancanagan Revolusi Industri 4.0
Dikutip dari Wikipedia, revolusi industri 4.0 memiliki empat prinsip yang
memungkinkan setiap perusahaan untuk mengidentifikasi dan
mengimplementasikan berbagai skenario industri 4.0, diantaranya adalah:

1. Interoperabilitas (kesesuaian);
kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk terhubung
dan saling berkomunikasi satu sama lain melalui media internet untuk
segalanya (IoT) atau internet untuk khalayak (IoT).
2. Transparansi Informasi;
kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia fisik
secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data
sensor.
3. Bantuan Teknis;
pertama kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia
mengumpulkan data dan membuat visualisasi agar dapat membuat
keputusan yang bijak. Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk
membantu manusia melakukan berbagai tugas yang berat, tidak
menyenangkan, atau tidak aman bagi manusia.
4. Keputusan Mandiri;
kemampuan sistem siber – fisik untuk membuat keputusan dan
melakukan keputusan semandiri mungkin.

7
BAB II SMART CITY
A. Pengertian Smart City

Smart city adalah sebuah impian dari semua kota-kota besar di


seluruh dunia. Perencanaan smart city adalah agenda global sebagai respon
konseptual dan praktis terhadap berbagai krisis perkotaan di dunia yang
semakin menghawatirkan, untuk mengembalikan hubungan antara
manusia, ruang binaan dan ruang alami yang lebih harmonis, sehingga tidak
saling menyakiti.
Smart city adalah sebuah konsep kota cerdas/pintar yang membantu
masyarakat yang berada di dalamnya dengan mengelola sumber daya yang
ada dengan efisien dan memberikan informasi yang tepat kepada
masyarakat/lembaga dalam melakukan kegiatannya ataupun
mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya.
B. Konsep Smart City
1. Sebuah kota berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi,
penduduk, pemerintahan, mobilitas, lingkungan hidup.
2. Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur
termasuk jalan, jembatan, terowongan, rel, kereta bawah tanah,
bendara, pelabuhan, komunikasi, air, listrik, dan pengelolaan gedung.
3. Smart city dapat menghubungkan infrastruktur fisik, infrastruktur IT,
infrastruktur sosial, dan bisnis infrastruktur untuk meningkatkan
kecerdasan kota.
4. Smart city membuat kota lebih efisien dan layak huni
5. Penggunaan smart computing untuk membuat smart city dan
fasilitasnya meliputi pendidikan, kesehatan, keselamatan umum,
transportasi yang lebih cerdas, saling berhubungan dan efisien.
C. Penerapan Teknologi Smart City
1. Cloud Computing: IAAS, PAAS, SAAS → public, private, community,
hybrid → cluster, grid, smart grid
2. Control → machine to machine / internet of things (M2M/IOT)
3. Monitoring → security network : client server, peer to peer (P2P), cloud
4. Sensing → wireless sensor network (WSN), geographic information
system (GIS), inteligence transport system (ITS)
8
BAB III CLOUD COMPUTING
A. Definisi
Cloud computing pada dasarnya adalah menggunakan Internet-based service
untuk men-support business process. Kata-kata “Cloud” sendiri merujuk kepada
simbol awan yang di dunia TI digunakan untuk menggambarkan jaringan internet
(internet cloud). Cloud computing adalah gabungan pemanfaatan teknologi
komputer (‘komputasi’) dan pengembangan berbasis Internet (‘awan’).

Cloud/awan merupakan metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering


digambarkan di diagram jaringan computer, awan (cloud) dalam Cloud Computing
juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya
adalah suatu moda komputasi dimana kapabilitas terkait teknologi informasi
disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat
mengaksesnya lewat Internet (“di dalam awan”) tanpa pengetahuan tentangnya,
ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang
membantunya. Menurut jurnal yang dipublikasikan IEEE, Internet Computing /
Cloud Computing adalah suatu paradigma dimana informasi secara permanen
tersimpan di server internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna
(client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook,
handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-lain.

“Cloud Computing” secara sederhana adalah “layanan teknologi informasi


yang bisa dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui jaringan internet”.
Komputasi awan adalah suatu konsep umum yang mencakup SaaS, Web 2.0, dan
tren teknologi terbaru lain yang dikenal luas, dengan tema umum berupa
ketergantungan terhadap Internet untuk memberikan kebutuhan komputasi
pengguna. Sebagai contoh, Google Apps menyediakan aplikasi bisnis umum secara
sharing yang diakses melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan
data yang tersimpan di server.

9
B. Karakteristik Cloud Computing

Bahwa tidak semua aplikasi berbasis web dapat dimasukkan ke dalam


kategori cloud computing. Ada lima kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah
sistem untuk bisa di masukkan dalam keluarga Cloud Computing, yaitu :

1. Swalayan (On Demand Self Service)

Seorang pelanggan dimungkinkan untuk secara langsung “memesan”


sumber daya yang dibutuhkan, seperti processor time dan kapasitas
penyimpanan melalui control panel elektronis yang disediakan. Jadi
tidak perlu berinteraksi dengan personil customer service jika perlu
menambah atau mengurangi sumberdaya komputasi yang diperlukan.

2. Akses Pita Lebar (Broadband Network Access)

Layanan yang tersedia terhubung melalui jaringan pita lebar, terutama


untuk dapat diakses secara memadai melalui jaringan internet, baik
menggunakan thin client, thick client ataupun media lain seperti
smartphone.

3. Sumberdaya Terkelompok (Resource Pooling)

Penyedia layanan cloud, memberikan layanan melalui sumberdaya


yang dikelompokkan di satu atau berbagai lokasi data center yang
terdiri dari sejumlah server dengan mekanisme multi-tenant.
Mekanisme multi-tenant ini memungkinkan sejumlah sumberdaya
komputasi tersebut digunakan secara bersama-sama oleh sejumlah user,
di mana sumberdaya tersebut baik yang berbentuk fisik maupun virtual,
dapat dialokasikan secara dinamis untuk kebutuhan
pengguna/pelanggan sesuai permintaan.

Dengan demikian, pelanggan tidak perlu tahu bagaimana dan darimana


permintaan akan sumberdaya komputasinya dipenuhi oleh penyedia
layanan. Yang penting, setiap permintaan dapat dipenuhi. Sumberdaya

10
komputasi ini meliputi media penyimpanan, memory, processor, pita
jaringan dan mesin virtual.

4. Elastis (Rapid Elasticity)

Kapasitas komputasi yang disediakan dapat secara elastis dan cepat


disediakan, baik itu dalam bentuk penambahan ataupun pengurangan
kapasitas yang diperlukan. Untuk pelanggan sendiri, dengan
kemampuan ini seolah-olah kapasitas yang tersedia tak terbatas
besarnya, dan dapat “dibeli” kapan saja dengan jumlah berapa saja.

5. Layanan Yang Terukur (Measured Service)

Sumber daya cloud yang tersedia harus dapat diatur dan dioptimasi
penggunaannya, dengan suatu sistem pengukuran yang dapat mengukur
penggunaan dari setiap sumberdaya komputasi yang digunakan
(penyimpanan, memory, processor, lebar pita, aktivitas user, dan
lainnya). Dengan demikian, jumlah sumberdaya yang digunakan dapat
secara transparan diukur yang akan menjadi dasar bagi user untuk
membayar biaya penggunaan layanan.

C. Layanan Cloud Computing

1. Software as a Service (SaaS)

Sebagai konsumen individual, kita sebenarnya sudah akrab dengan


layanan cloud computing melalui Yahoo Mail, Hotmail, Google Search,
Bing, atau MSN Messenger. Contoh lain yang cukup populer adalah
Google Docs ataupun Microsoft Office Web Applications yang
merupakan aplikasi pengolah dokumen berbasis internet.

Di dunia bisnis, kita mungkin familiar dengan SalesForce.com atau


Microsoft CRM yang merupakan layanan aplikasi CRM. Di sini,
perusahaan tidak perlu setup hardware dan software CRM di server
sendiri. Cukup berlangganan SalesForce.com maupun Microsoft CRM,
kita bisa menggunakan aplikasi CRM kapan dan dari mana saja melalui
internet. Kita tidak perlu melakukan investasi server maupun aplikasi.
Kita juga akan selalu mendapat aplikasi terbaru jika terjadi upgrade.

11
Intinya, kita benar-benar hanya tinggal menggunakan aplikasi tersebut.
Pembayaran biasanya dilakukan bulanan, dan sesuai jumlah pemakai
aplikasi tersebut. Dengan kata lain, pay as you go, pay per use, per seat.

Nah, semua layanan ini, dimana suatu aplikasi software tersedia dan
bisa langsung dipakai oleh seorang pengguna, termasuk ke dalam
kategori Software as a Services (SaaS). Secara sederhana, kita langsung
mengkonsumsi layanan aplikasi yang ditawarkan.

2. Platform as a Service (PaaS)

Sering terjadi, suatu aplikasi software yang sifatnya package tidak dapat
memenuhi kebutuhan proses bisnis kita. Demikian pula dengan SaaS,
di mana aplikasi yang ditawarkan sebagai layanan tidak sesuai dengan
proses bisnis kita. Nah, pada skenario ini, kita dapat menggunakan jenis
layanan yang disebut Platform as a Service (PaaS).

Pada PaaS, kita membuat sendiri aplikasi software yang kita inginkan,
termasuk skema database yang diperlukan. Skema itu kemudian kita
pasang (deploy) di server-server milik penyedia jasa PaaS. Penyedia
jasa PaaS sendiri menyediakan layanan berupa platform, mulai dari
mengatur server-server mereka secara virtualisasi sehingga sudah
menjadi cluster sampai menyediakan sistem operasi di atasnya. Alhasil,
kita sebagai pengguna hanya perlu memasang aplikasi yang kita buat di
atasnya.

Jika kita adalah perusahaan pembuat software, PaaS juga memberi


alternatif lain. Alih-alih memasang software di server konsumen, kita
bisa memasang software tersebut di server milik penyedia layanan
PaaS, lalu menjualnya ke konsumen dalam bentuk langganan. Dengan
kata lain, kita membuat sebuah SaaS.

Singkatnya, dengan PaaS, kita membangun aplikasi kita sendiri di atas


layanan PaaS tersebut. Adapun contoh vendor penyedia layanan Paas
adalah Microsoft Azure dan Amazon Web Services.

12
3. Infrastructure as a Service (IaaS)

Ada kasus ketika konfigurasi yang disediakan oleh penyedia PaaS tidak
sesuai dengan keinginan kita. Kita berniat menggunakan aplikasi yang
memerlukan konfigurasi server yang unik dan tidak dapat dipenuhi oleh
penyedia PaaS. Untuk keperluan seperti ini, kita dapat menggunakan
layanan cloud computing tipe Infrastructure as a Service (IaaS).

Pada IaaS, penyedia layanan hanya menyediakan sumber daya


komputasi seperti prosesor, memori, dan storage yang sudah
tervirtualisasi. Akan tetapi, penyedia layanan tidak memasang sistem
operasi maupun aplikasi di atasnya. Pemilihan OS, aplikasi, maupun
konfigurasi lainnya sepenuhnya berada pada kendali kita.

Jadi, layanan IaaS dapat dilihat sebagai proses migrasi server-server


kita dari on-premise ke data center millik penyedia IaaS ini. Para vendor
cloud computing lokal rata-rata menyediakan layanan model IaaS ini,
dalam bentuk Virtual Private Server.

13
BAB IV INTERNET Of THINGS (IoT)
A. Pengertian IoT

Internet of Things, atau dikenal juga dengan singkatan IoT,


merupakan sebuah konsep yang bertujuan untuk memperluas manfaat
dari konektivitas internet yang tersambung secara terus-menerus.
Adapun kemampuan seperti berbagi data, remote control, dan
sebagainya, termasuk juga pada benda di dunia nyata. Contohnya bahan
pangan, elektronik, koleksi, peralatan apa saja, termasuk benda hidup
yang semuanya tersambung ke jaringan lokal dan global melalui sensor
yang tertanam dan selalu aktif. Pada dasarnya, Internet of Things
mengacu pada benda yang dapat diidentifikasikan secara unik sebagai
representasi virtual dalam struktur berbasis Internet. Istilah Internet of
Things awalnya disarankan oleh Kevin Ashton pada tahun 1999 dan
mulai terkenal melalui Auto-ID Center di MIT.

B. Metode IoT

Metode yang digunakan oleh Internet of Things adalah nirkabel atau


pengendalian secara otomatis tanpa mengenal jarak.
Pengimplementasian Internet of Things sendiri biasanya selalu
mengikuti keinginan si developer dalam mengembangkan sebuah
aplikasi yang ia ciptakan, apabila aplikasinya itu diciptakan guna
membantu monitoring sebuah ruangan maka
pengimplementasian Internet of Things itu sendiri harus mengikuti alur
diagram pemrograman mengenai sensor dalam sebuah rumah, berapa
jauh jarak agar ruangan dapat dikontrol, dan kecepatan jaringan internet
yang digunakan. Perkembangan teknologi jaringan dan Internet seperti
hadirnya IPv6, 4G, dan Wimax, dapat membantu
pengimplementasian Internet of Things menjadi lebih optimal, dan
memungkinkan jarak yang dapat di lewati menjadi semakin jauh,
sehingga semakin memudahkan kita dalam mengontrol sesuatu.

14
C. Implementasi IoT

Pengimplementasian Internet of Things terwujud dalam produk


Speedy Monitoring. Produk ini diluncurkan oleh PT Telkom guna
menangkap, merekam, dan memonitor suatu ruangan atau area tertentu
dengan menggunakan IP Camera yang terhubung ke jaringan Speedy.
Kelebihan produk ini adalah kita dapat mengakses hasil monitoring
kamera dan memanajemen sistem ini melalui web browser. Baik melalui
desktop maupun mobile phone. Keistimewaan dari produk Speedy
Monitoring adalah tersedianya media penyimpanan yang ditangani
secara terpusat sehingga kita hanya perlu menyediakan kamera dan tak
perlu repot lagi dengan urusan penyediaan tempat penyimpanan data
dan penyediaan server.

Dapat mengawasi dan mengontrol suatu tempat dan keadaaan saat


kapanpun dan dimanapun adalah idaman. Tentunya
dengan IoT mempermudah kita mengawasi dan mengontrol apapun
tanpa terbatas jarak dan waktu (online monitoring), termasuk memonitor
keadaan rumah (home monitoring). Maka dari itu dengan Internet of
Things kita dapat mengendalikan segala sesuatu melalui sebuah
perangkat dan mempermudah dalam melakukan segala aktivitas.

D. Dampak IoT

Dampak besar Internet of Things akan terasa pada besarnya data


yang dihasilkan pada perangkat tersebut. Bayangkan betapa besarnya
informasi personal yang disimpan dan di analisa oleh milyaran
perangkat. Itulah yang disebut dengan big data yang menimbulkan
masalah keamanan.

Implementasi keamanan untuk Internet of Things terbilang mahal


karena harus melalui tiga lapis: fisik, jaringan dan data. Fisik artinya
sebuah perangkat yang memiliki keamanan seperti kunci, seandainya
dicuri atau hilang, adapun keamanan jaringan dapat dilakukan
melalui Virtual Private Network (VPN) atau bentuk enkripsi lainnya.

15
Kemanan paling rentan adalah keamanan dari data itu sendiri. Ketika
tersimpan secara local di dalam perangkat data (data at rest) dan ketika
data tersebut dikirim ke perangkat lain (data on the move) harus tetap di
enkripsi supaya terhindar dari peretas atau hacker.

Internet of Things sangat bersinggungan dengan cloud computing. Tentu


saja dapat menyimpan semua data itu di home storage di rumah.
Disinilah keunggulan dari cloud computing, karena itu para analis
menilai bahwa Internet of Things adalah perpaduan yang sempurna.

16
BAB V KECERDASAN BUATAN (AI)
A. Pengertian AI

Kecerdasan Buatan (AI) adalah istilah umum yang mengacu pada


teknologi yang mampu membuat mesin menjadi "cerdas." Organisasi
berinvestasi dalam penelitian dan aplikasi AI untuk mengotomatisasi,
meningkatkan, atau mereplikasi kecerdasan manusia - analisis dan
pengambilan keputusan manusia - dan profesi audit internal harus siap
untuk berpartisipasi penuh dalam inisiatif organisasi dalam menerapkan AI.

Ada banyak istilah lain yang terkait dengan AI, seperti, deep learning
(pembelajaran mendalam), machine learning (mesin yang mampu belajar),
pengenalan gambar, pemrosesan bahasa alami, cognitive computing (komputasi
yang mampu mengenali sesuatu), amplifikasi kecerdasan, peningkatan
kognitif, peningkatan kecerdasan mesin, dan peningkatan kecerdasan. AI, yang
digunakan dalam pembahasan ini, mencakup semua konsep dan istilah
diatas.

B. Jenis-Jenis AI

Dalam Perbincangan "Memahami Empat Jenis AI, dari Robot Yang Reaktif
sampai menjadi Sesuatu Yang Memiliki Kesadaran Sendiri," Arend Hintze,
asisten profesor Biologi Integratif & Ilmu Komputer dan Teknik di Michigan
State University, menguraikan empat jenis AI:

1. Reactive machines:

Jenis ini merupakan AI yang paling sederhana. Reactive machines


menanggapi situasi yang sama dengan cara yang persis sama, setiap saat.
Contoh dari ini adalah mesin yang bisa mengalahkan pemain catur kelas
dunia karena telah diprogram untuk mengenali semua bagian catur,
mengetahui bagaimana bagian catur tersebut bergerak, dan bisa
memprediksi pergerakan berikutnya dari setiap pemain.

2. Limited memory:

Mesin AI Limited memory dapat melihat ke masa lalu, namun tidak

17
melakukan penyimpanan memory. Mesin Limited memory tidak bisa
membangun memory atau "belajar" dari pengalaman masa lalu.
Contohnya adalah kendaraan yang bergerak sendiri (self-driving vehicle)
yang bisa memutuskan untuk mengganti jalur karena beberapa saat yang
lalu ia mencatat adanya hambatan di jalurnya.
3. Theory of mind:
Theory of mind mengacu pada gagasan bahwa sebuah mesin dapat
mengenali bahwa orang lain yang berinteraksi dengannya memiliki
pikiran, perasaan, dan harapan. Mesin yang disematkan pada Tipe 3 AI
dapat memahami pikiran, perasaan, dan harapan orang lain, dan dapat
menyesuaikan tingkah lakunya sendiri.

4. Self-awareness:

Sebuah mesin dengan AI Tipe 4 memilki kesadaran diri. Hal ini merupakan
pengembangan dari Theory of Mind, dimana mesin memiliki kesadaran
akan dirinya sendiri, tahu tentang keadaan internalnya, dan dapat
memprediksi perasaan orang lain.

C. Peluang dan Resiko AI

Langkah awal untuk memahami peluang dan risiko bagi organisasi dalam
penerapan AI adalah memahami secara menyeluruh peluang dan risiko Big Data
bagi organisasi. Sekali lagi, untuk panduan komprehensif dalam memahami
dan mengaudit Big Data, termasuk diskusi tentang peluang, risiko, dan contoh
program kerja, dapat melihat GTAG IIA tentang “Memahami dan Mengaudit
Big Data”.

1. Peluang
 Kemampuaan untuk mempersingkat siklus pengolahan data.
 Kemampuan untuk mengurangi kesalahan dengan mengganti tindakan
tindakan yang dilakukan
 manusia dengan tindakan mesin yang dilakukan secara berulang
dengan sempurna.

18
 Kemampuan untuk mengganti aktivitas yang semula membutuhkan
waktu lama dengan aktivitas yang
 lebih hemat waktu (otomatisasi proses), mengurangi waktu dan biaya
tenaga kerja.
 Kemampuan untuk menempatkan robot atau drone untuk menggantikan
manusia dalam situasi yang berpotensi bahaya.
 Kemampuan untuk membuat prediksi yang lebih baik, mulai dari
memprediksi penjualan barang
 tertentu di pasar tertentu hingga memprediksi epidemi dan
malapetaka alam.
 Kemampuan untuk menghasilkan pendapatan dan meningkatkan pangsa
pasar melalui inisiatif penggunaan AI.
2. Resiko
 Risiko bahwa “bias” manusia yang tidak teridentifikasi
akan tertanam dalam teknologi AI.
 Risiko kesalahan logika manusia akan tertanam dalam teknologi AI.
 Risiko bahwa pengujian dan pengawasan terhadap AI tidak memadai,
sehingga menghasilkan sesuatu
 yang dapat dipertanyakan secara etika.
 Risiko bahwa produk dan layanan AI akan membahayakan,
mengakibatkan kerusakan finansial dan/atau reputasi.
 Risiko bahwa pelanggan atau pemangku kepentingan lainnya tidak akan
menerima atau mengadopsi
 inisiatif penggunaan AI organisasi.
 Risiko bahwa organisasi akan kalah dari pesaing jika tidak berinvestasi di
AI.

19
BAB VI DIGITAL MINDSET

Akhir-akhir ini istilah digital ramai diperbincangkan oleh berbagai


kalangan. Media Sosial, Big Data, Mobility & Pervasive Computing, Cloud, AI &
Robotics adalah kekuatan digital yang membuka peluang terjadinya disrupsi dan
dekonstruksi dari tatanan dunia saat ini, mempengaruhi setiap aspek kehidupan dan
bisnis.
Agar organisasi terus berkembang, mereka harus menyusun dan menerapkan
strategi bisnis yang selaras dengan perubahan besar yang disebabkan oleh kekuatan-
kekuatan ini. Transformasi digital menjadi hal yang mutlak harus dilakukan oleh
organisasi jika tidak ingin tergerus di era digital. Transformasi digital mengacu pada
transformasi kegiatan bisnis dan organisasi yang memungkinkan organisasi
menggunakan dan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan proses dan
hasil bisnis.

Transformasi digital organisasi membutuhkan para insan organisasi yang


memiliki pola pikir digital (digital mindset), tidak sekadar implementasi teknologi
digital terkini. Pola pikir digital bukan hanya kemampuan untuk menggunakan
teknologi, namun merupakan sikap dan perilaku yang berorientasi pada
pemanfaatan teknologi digital dalam melakukan berbagai aktivitas. Tanpa adanya
pola pikir digital di para karyawannya akan sulit bagi organisasi untuk membentuk
organisasi digital. Oleh karena itu, sangat penting bagi organisasi untuk dapat
mengidentifikasi dan mengembangkan pola pikir digital para talentanya sebagai
langkah awal dalam melakukan transformasi digital. The future of digital is human.

20
BAB VII MANAJEMEN RESIKO
A. Pengertian
Pada dasarnya Manajemen Risiko adalah penerapan fungsi-fungsi
manajemen dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi
oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi Manajemen
Risiko mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin,
mengkoordinir dan mengawasi program penanggulangan risiko.
B. Tujuan Manajemen Risiko
Di perusahaan pada dasarnya untuk mengamankan perusahaan dari
kemungkinan perusahaan terkena kerugian dan meminimalkan kerugian
bila peril sudah terjadi. Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai oleh
Manajemen Risiko dapat dibagi menjadi dua kelompok,
1. Tujuan sebelum terjadinya peril.
2. Tujuan sesudah terjadinya peril.
C. Macam-Macam Resiko
Menurut sifatnya dibedakan ke dalam :
1. Risiko murni;
Risiko yang terjadi pasti akan menimbulkan kerugian dan terjadinya
tanpa sengaja. Misal : kebakaran, bencana alam, pencurian,
penggelapan, dan sebagainya.
2. Risiko spekulatif;
Risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan agar
memberikan keuntungan bagi pihak tertentu. Misal: utang piutang,
perdagangan berjangka, dan sebagainya.
3. Risiko fundamental;
Risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang
dan yang menderita cukup banyak. Misal : banjir, angin topan, dan
sebagainya. Risiko khusus, risiko yang bersumber pada peristiwa yang
mandiri dan umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal
kadas, pesawat jatuh, dan sebagainya. Risiko dinamis, risiko yang
timbul karena perkembangan dan kemajuan masyarakat di bidang
ekonomi, ilmu, dan teknologi, seperti risiko penerbangan luar angkasa.

21
BAB VIII SISTEM PEMBANGKIT TENAGA SURYA
A. Pengertian
Sel surya atau sering disebut fotovoltaik adalah sebuah perangkat
yang mampu mengkonversikan cahaya matahari secara langsung untuk
menjadi energi listrik.sel surya ini bisa disebut sebagai pemegang peran
utama dalam memaksimalkan potensi sengat besar dari cahaya matahari
yang sampai kebumu, selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik ,
energi matahari juga dimanfaatkan dari segi panasnya melalui sistem solar
thermal.
Sel surya dapat dianalogikan sebagai divais dengan dua terminal
atau sambungan, dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya
berfungsi seperti dioda, dan saat disinari dengan cahaya matahari dapat
menghasilkan tegangan. Ketika disinari, umumnya satu sel surya komersial
menghasilkan tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1 volt, dan arus short-circuit
dalam skala milliampere per cm2.
Besar tegangan dan arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi,
sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara seri membentuk
modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel surya, dan
total menghasilkan tegangan dc sebesar 12 V dalam kondisi penyinaran
standar. Modul surya tersebut bisa digabungkan secara paralel atau seri
untuk memperbesar total tegangan dan arus outputnya sesuai dengan daya
yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu.
B. Cara Kerja Sel Surya
Sel surya (panel surya) konvensional bekerja menggunakan prinsip
p-n junction antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini
terdiri dari ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai
penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan elektron
sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan
elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai
kelebihan hole/proton (muatan positif) dalam struktur atomnya.

22
Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan
mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk
mendapatkan material tipe-p,silikon didoping dengan atom boron.
Sedangkan untuk tipe-n, silikon didoping dengan atom fosfor.
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik
sehingga elektron dan hole (proton) bisa diekstrak oleh material kontak
untuk menghasilkan listrik. Ketika semikonduktro tipe-p dan tipe-n
berkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari semikonduktor tipe-
n menuju tipe-p sehingga membentuk kutub positif pada semikonduktor
tipe-n, dan sebaliknya kutup negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari
aliran elektron dan proton ini maka akan terbentuk medan listrik yang mana
ketika cahaya matahari mengenai susunan p-n junction ini akan mendorong
elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang
selanjutnya dimanfaatkan sabagai listrik dan sebaliknya hole/proton
bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang.

23
BAB IX NETWORK SECURITY
A. Konsep Keamanan Jaringan
Keamanan jaringan komputer sebagai bagian dari sebuah sistem informasi
adalah sangat penting untuk menjaga validitas dan integritas data serta
menjamin keterrsediaan layanan begi penggunanya. Sistem harus dilindungi
dari segala macam serangan dan usaha-usaha penyusupan atau pemindaian
oleh pihak yang tidak berhak.
Komputer yang terhubung ke jaringan mengalami ancaman keamanan yang
lebih besar daripada host yang tidak terhubung kemana-mana. Dengan
mengendalikan network security, resiko tersebut dapat dikurangi. Namun
network security biasanya bertentangan dengan network acces, karena bila
network acces semakin mudah, network security makin rawan. Bila network
security makin baik, network acces semakin tidak nyaman. Suatu jaringan
didesain sebagai komunikasi data highway dengan tujuan meningkatkan
akses ke sistem komputer, sementara keamanan didesain untuk mengontrol
akses. Penyediaan network security adalah sebagai aksi penyeimbang antara
open acces dengan security.
B. Prinsip Keamanan Jaringan

1. Kerahasiaan (Secrecy)
Secrecy berhubungan dengan hak akses untuk membaca data atau
informasi dari suatu sistem computer. Dalam hal ini suatu sistem
komputer dapat dikatakan aman jika suatu data atau informasi hanya
dapat dibaca oleh pihak yang telah diberi hak atau wewenang secara
legal.
2. Integritas (Integrity)
Integrity berhubungan dengan hak akses untuk mengubah data atau
informasi dari suatu sistem computer. Dalam hal ini suatu sistem
komputer dapat dikatakan aman jika suatu data atau informasi hanya
dapat diubah oleh pihak yang telah diberi hak.
3. Ketersediaan (Availibility)
Availability berhubungan dengan ketersediaan data atau informasi
pada saat yang dibutuhkan. Dalam hal ini suatu sistem komputer

24
dapat dikatakan aman jika suatu data atau informasi yang terdapat
pada sistem komputer dapat diakses dan dimanfaatkan oleh pihak
yang berhak.
4. Authentication
Aspek ini berhubungan dengan metoda untuk menyatakan bahwa
informasi betul-betul asli, orang yang mengakses atau memberikan
informasi adalah betul-betul orang yang dimaksud, atau server yang
kita hubungi adalah betul-betul server yang asli.
Untuk membuktikan keaslian dokumen dapat dilakukan dengan
teknologi watermarking dan digital signature. Sedangkan untuk
menguji keaslian orang atau server yang dimaksud bisa dilakukan
dengan menggunakan password, biometric (ciri-ciri khas orang),
dan sejenisnya. Ada tiga hal yang dapat ditanyakan kepada orang
untuk menguji siapa dia :

*What you have (misalnya kartu identitas ~KTP,SIM,dll~)


*What you know (misalnya PIN atau password)
*What you are (misalnya sidik jari, biometric, Captcha)
5. Akses Kontrol
Aspek kontrol merupakan fitur-fitur keamanan yang mengontrol
bagaimana user dan sistem berkomunikasi dan berinteraksi dengan
system dan sumberdaya yang lainnya. Akses kontrol melindungi
sistem dan sumberdaya dari akses yang tidak berhak dan umumnya
menentukan tingkat otorisasi setelah prosedur otentikasi berhasil
dilengkapi.
Kontrol akses adalah sebuah term luas yang mencakup beberapa tipe
mekanisme berbeda yang menjalankan fitur kontrol akses pada
sistem komputer, jaringan, dan informasi. Kontrol akses sangatlah
penting karena menjadi satu dari garis pertahanan pertama yang
digunakan untuk menghadang akses yang tidak berhak ke dalam
sistem dan sumberdaya jaringan.

25
6. Non-Repudiation
Aspek ini menjaga agar seseorang tidak dapat menyangkal telah
melakukan sebuah transaksi. Penggunaan digital signature,
certificates, dan teknologi kriptografi secara umum dapat menjaga
aspek ini. Akan tetapi hal ini masih harus didukung oleh hukum
sehingga status dari digital signature itu jelas legal.

26
BAB X ETIKA DAN HUKUM CYBER
A. Definisi Hukum Cyber (Cyber Law)
Cyberlaw adalah aspek hukum yang ruang lingkupnya meliputi setiap
aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat
memulai online dan memasuki dunia maya (cyberspace). Cyber Law sendiri
merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace Law. Istilah lain yang juga
digunakan adalah hukum teknologi informasi (law of information
technology) hukum dunia maya (virtual world law) dan hukum mayantara,
istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan internet dan pemanfaatan
teknologi informasi berbasis virtual, dan berikut ini akan dijelaskan tentang
beberapa aspek hukum Cyberlaw yaitu: (Sutiyoso, 2014)
1. E-Commerce

2. Trademark/Domain

3. Privasi dan keamanan di internet (Privacy and Security on the internet)

4. Hak Cipta (Copyright)

5. Pencemaran nama baik (Defamation)

6. Pengaturan isi (Content Regulation)

7. Penyelesaian Perselisihan (Dispute Settlement)

Selain beberapa aspek, hukum cyber juga memiliki beberapa pro dan
kontra dalam penerapan hukum cyber yaitu :
1. Munculnya kejahatan di internet pada awalnya terjadi pro dan kontra
terhadap penerapan hukum yang harus dilakukan.
2. Hal ini dikarenakan saat itu sangat sulit untuk menjerat secara hukum
kepada para pelakunya karena alasan yang menjadi kendala seperti
berikut :
a) Sifat kejahatanya bersifat maya

b) Lintas Negara

c) Sulitnya menemukan pembuktian

27
3. Munculnya pro dan kontra terhadap pertanyaan bisa atau tidaknya
sistem hukum tradisional mengatur aktivitas-aktivitas di internet, yang
memiliki karakteristik tersebut :
a) Karakteristik aktivitas di internet yang bersifat lintas batas, sehingga
tidak lagi tunduk pada batasan teritorial
b) Sistem hukum traditional (the existing law) yang justru bertumpu pada
batasan-batasan terirorial dianggap tidak cukup memadai untuk
menjawab persoalan-persoalan hukum yang muncul akibat aktivitas di
internet.
Berikut ini terdapat beberapa kelompok pendapat terkait dengan penerapan
hukum

cyber:

1. Secara total menolak setiap usaha untuk membuat aturan hukum bagi
aktivitas- aktivitas di internet yang didasarkan atas sistem hukum yang
konvensional
2. Penerapan sistem hukum konvensional untuk mengatur aktivitas-
aktivitas di internet sangat mendesak untuk dilakukan
3. Sintesis dari kedua kelompok diatas, yaitu bahwa aturan hukum yang
akan mengatur mengenai aktivitas di internet harus dibentuk secara
evolutif dengan cara menerapkan prinsip-prinsip common law secara
hati hati dengan menitik beratkan kepada aspek tertentu dalam aktivitas
cyberspace yang menyebabkan kekhasan dalam transaksi di internet.

28

Anda mungkin juga menyukai