Anda di halaman 1dari 15

Nama : Komang Ditya Girika Jaya

NIM : 1805551144

Kelompok : 12

MODUL I
“PENGALAMATAN JARINGAN”

Tujuan
1. Memahami Format IP Addressing versi 4 beserta dengan pembagian
kelasnya.
2. Memahami Subnetting.
3. Melakukan konfigurasi IP pada jaringan Local Area Network.

Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan IP addressing version 4 (IPv4) dan pembagian kelasnya! Berikan
contoh beserta perinciannya.
2. Jelaskan mengenai IP Subnetting Classfull & Classless menggunakan CIDR
& VLSM!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan Broadcast Domain dan Default Gateway,
serta berikan penjelasan jika muncul “Destination unreachable” & “Request
Time Out” pada proses Ping!

Jawaban
1. IP Addressing version 4 (IPv4) dan Pembagian Kelasnya
Alamat IP versi 4 atau IP addressing version 4 adalah sebuah jenis
pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang
menggunakan protokol IP versi 4. Panjang totalnya adalah 32-bit, dan secara teoritis
dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer atau lebih tepatnya
4.294.967.296 host diseluruh dunia, jumlah host tersebut didapatkan dari 256
(didapatkan dari 8-bit) yang dipangkatkan 4 karena terdapat 4 oktet sehingga nilai
maksimal dari alamat IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana nilai
dihitung dari nol sehingga nilai-nilai host yang dapat ditampung adalah
256x256x256x256 = 4.294.967.296 host. (Wikipedia, 2019)
Contoh dari IP Address versi 4 (IPv4) adalah 192.168.0.1/21. Penjelasannya
yaitu karena IP 192.168.0.1/21 merupakan IP versi 4 kelas C. Hal ini dapat dilihat
dari nilai oktet pertama yang bernilai 192. IP tersebut memiliki submask 21. IP
Address versi 4 (IPv4) dibagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas A, kelas B, kelas C, kelas
D, dan kelas E, yang penjelasannya akan dijelaskan sebagai berikut.
1.1. Kelas A (1 bit pertama IP Addressnya 0)
Kelas A merupakan sebuah alamat unicast yang digunakan untuk jaringan
skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan
nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya digunakan untuk melengkapi oktet pertama yang
akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir)
digunakan untuk mempresentasikan host identifier. Hal ini dapat mengizinkan kelas
A memiliki jaringan hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host di setiap
jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan
untuk mekanisme interprocess communication (IPC) di dalam mesin yang
bersangkutan. (Aku, 2015)

1.2. Kelas B (2 bit pertama IP Addressnya 10)


Kelas B merupakan sebuah alamat unicast yang digunakan untuk jaringan
skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat
IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi 2
oktet pertama) akan digunakan untuk membuat sebuah network identifier, 16 bit
sisanya (2 oktet terakhir) digunakan untuk mempresentasikan host identifier. Kelas
B dapat memiliki jaringan hingga 16,384 jaringan, dan 65,534 host di setiap
jaringannya. (Aku, 2015)

1.3. Kelas C (3 bit pertama IP Addressnya 110)


Kelas C merupakan sebuah alamat unicast yang digunakan untuk jaringan
skala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama dalam kelas C selalu diset ke
nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan
digunakan untuk membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet
terakhir) digunakan untuk merepresentasikan host identifier. Hal ini
memungkinkan pembuatan total jaringan sebanyak 2,097,152 buah jaringan, dan
254 host untuk setiap jaringannya. (Aku, 2015)

1.4. Kelas D (4 bit pertama IP Addressnya 1110)


Kelas D merupakan sebuah alamat multicast, sehingga kelas D ini berbeda
dengan kelas A, B, dan C. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke
bilangan biner 1110, 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan
untuk mengenali host. (Aku, 2015)

1.5. Kelas E (4 bit pertama IP Addressnya 1111)


Kelas E ini umumnya digunakan sebagai alamat percobaan (eksperimen)
dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama ini selalu
diset ke bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat
digunakan untuk mengenali host. (Aku, 2015)

2. IP Subnetting Classfull & Classless menggunakan CIDR & VLSM


IP Subnetting adalah teknik memecah suatu jaringan besar menjadi jaringan
yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit host ID pada subnet mask untuk
dijadikan network ID yang baru. Subnetting merupakan teknik memecah network
menjadi beberapa subnetwork yang lebih kecil. Subnetting hanya dapat dilakukan
pada IP address kelas A, kelas B dan kelas C. Subnetting ini akan menciptakan
beberapa network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada
di dalam tiap network tersebut (Agfir, 2016). Pembagian subnetting terbagi menjadi
2 kategori, yaitu classfull dan classless yang penjelasannya akan dijelaskan sebagai
berikut.
2.1. Subnetting Classfull
Subnetting classfull merupakan pengalamatan IP yang dibagi berdasarkan
pada kelas. Kelas dalam jaringan ada 5 kelas yang tidak sama dan ini merupakan
kelas yang menentukan ukuran jaringan. Empat bit pertama dari alamat IP yang
dipakai untuk mengidentifikasi kelas. Kelas A, B, dan C dipakai untuk jaringan
unicast, kelas D untuk jaringan multicast dan kelas E disiapkan untuk pemakaian
masa depan (Komputerdia.com, Pengertian dan Penjelasan Subnetting Classfull
dan Classless pada Jaringan Komputer, 2019). Pengalokasian host pada jaringan
dengan menggunakan protokol RIPv1 dan IGRP, dimana protokol ini tidak
mempunyai field untuk menyimpan informasi subnet sehingga informasi-informasi
subnet tidak dikirimkan. Classfull routing protocol ini memiliki kekurangan, yaitu
tidak dapat mendukung teknik VLSM (Novan, 2015).

2.2. Subnetting classless


Subnetting classless dengan sederhana bisa disimpulkan tanpa ada kelas
atau tidak memakai kelas, bila dihubungkan dengan pengalamatan IP,
pengalamatan IP classless bisa disimpulkan menjadi pengalamatan IP tanpa
mengetahui kelasnya dengan cara memakai classless-inter domain routing (CIDR)
atau dapat juga di kenal dengan arti panjang prefiks. Format pengalamatannya yaitu
dengan memberi tanda slash (/) di belakang alamat IP lalu diikuti dengan variabel
panjang prefiks. Pengalokasian host/IP yang bisa memakai subnet mask yang tidak
sama, yang didukung oleh routing protocol (RIPv2, OSPF, serta EIGRP) yang bisa
memberikan informasi subnet hingga bisa menghemat beberapa alamat host/IP
(Komputerdia.com, Pengertian dan Penjelasan Subnetting Classfull dan Classless
pada Jaringan Komputer, 2019).
Baik subnetting classfull ataupun subnetting classless dalam pengalamatan
alamat IP nya menggunakan suatu teknik. Teknik tersebut adalah teknik CIDR
(classless inter-domain routing) dan VLSM (variable length subnet mask) yang
penjelasannya akan dijelaskan sebagai berikut.

2.3. Variable Length Subnet Mask (VLSM)


Perhitungan alamat IP menggunakan metode VLSM adalah metode yang
berbeda dengan memberikan suatu network address lebih dari satu subnet mask,
jika menggunakan CIDR dimana suatu network ID hanya memiliki satu subnet
mask saja, perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada pembagian
blok, pembagian blok pada VLSM bersifat bebas dan hanya oleh si pemilik network
address yang telah diberikan kepadanya atau dengan kata lain sebagai IP address
local dan IP address ini tidak dikenal dalam jaringan internet, namun tetap dapat
melakukan koneksi ke dalam jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan
internet hanya dapat mengenali IP address berkelas (Komputerdia.com, Pengertian
dan Penjelasan CIDR, VLSM pada Jaringan Komputer, 2017).
Subnetting yang digunakan di dalam metode VLSM ini berdasarkan jumlah
host, sehingga akan semakin banyak jaringan yang dipisahkan. Tahapan
perhitungan menggunakan VLSM IP address yang ada dihitung menggunakan
CIDR, selanjutnya baru dipecah kembali menggunakan VLSM. Setelah dilakukan
perhitungan, maka dapat dilihat subnet yang telah dipecah, maka akan menjadi
beberapa subnet lagi dengan mengganti subnetnya (Guntur, 2018). Ilustrasi
mengenai variable length subnet mask akan digambarkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Ilustrasi VLSM

Gambar 2.1. merupakan ilustrasi atau gambaran dari variable length subnet
mask (VLSM). Tahapan dalam VLSM ini ialah dengan melakukan perhitungan
alamat IP dengan menggunakan CIDR terlebih dahulu, kemudian dipecah kembali
dengan demikian akan mengasilkan beberapa subnet yang baru dengan mengganti
subnet nya. Teknik VLSM ini memiliki beberapa manfaat yang akan dijelaskan
sebagai berikut.
a. Efisien dalam penggunaan alamat IP karena alamat IP yang dialokasikan
sesuai dengan kebutuhan ruang host setiap subnet.
b. VLSM mendukung hirarkis menangani desain sehingga dapat secara efektif
mendukung rute agregasi yang juga dapat disebut sebagai route summarization.
c. Berhasil mengurangi jumlah rute di routing table oleh berbagai jaringan
subnet dalam satu ringkasan alamat. Misalnya subnet 192.168.10.0/24,
192.168.11.0/24 dan 192.168.12.0/24 semua akan dapat diringkas menjadi
192.168.8.0/21 (Guntur, 2018).

2.4. Classless-Inter Domain Routing (CIDR)


Classless-inter domain routing (CIDR) merupakan sebuah perhitungan
lanjutan tentang alamat IP dengan memakai cara VLSM (variable length subnet
mask) (Komputerdia.com, Pengertian dan Penjelasan CIDR, VLSM pada Jaringan
Komputer, 2017). Classless-inter domain routing (CIDR) ini merupakan sebuah
cara alternatif untuk mengklasifikasikan alamat-alamat IP yang berbeda dengan
sistem klasifikasi ke dalam kelas A, kelas B, kelas C, kelas D, dan kelas E. CIDR
ini juga disebut sebagai supernetting (Wijaya, 2018).
CIDR ini digunakan untuk mempermudah penulisan notasi subnet mask
agar lebih ringkas dibandingkan penulisan notasi subnet mask yang sesungguhnya.
Penggunaan notasi alamat CIDR pada classfull address pada kelas A adalah /8
sampai dengan /15, pada kelas B adalah /16 sampai dengan /23, dan kelas C adalah
/24 sampai dengan /28. Subnet mask CIDR /31 dan /32 tidak pernah ada dalam
jaringan yang nyata (Wijaya, 2018). Pembagian notasi alamat secara detail pada
kelas A akan dijelaskan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pembagian Notasi Alamat Kelas A


Bit Subnet Mask CIDR Jumlah Host
0 255.0.0 /8 16777216
1 255.128.0.0 /9 8388608
2 255.192.0.0 /10 4194304
3 255.224.0.0 /11 2097152
4 255.240.0.0 /12 1048576
5 255.248.0.0 /13 524288
6 255.252.0.0 /14 262144
7 255.254.0.0 /15 131072

Tabel 2.1. berisi tentang pembagian notasi alamat pada kelas A. Penulisan
subnet mask lebih ringkas jika ditulis dengan menggunakan CIDR jika
dibandingkan dengan menuliskan keseluruhan subnet mask seperti yang dibabarkan
pada tabel 2.2., dan untuk CIDRnya sendiri seperti yang sudah dijelaskan pada tabel
2.1. kelas A mempunyai range CIDR dari /8 sampai dengan /15. Pembagian notasi
alamat secara detail pada kelas B dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Pembagian Notasi Alamat Kelas B


Bit Subnet Mask CIDR Jumlah Host
0 255.255.0.0 /16 65536
1 255.255.128.0 /17 32768
2 255.255.192.0 /18 16384
3 255.255.224.0 /19 8192
4 255.255.240.0 /20 4096
5 255.255.248.0 /21 2048
6 255.255.252.0 /22 1024
7 255.255.254.0 /23 512

Tabel 2.2. berisi tentang pembagian notasi alamat pada kelas B. Penulisan
subnet mask lebih ringkas jika ditulis dengan menggunakan CIDR jika
dibandingkan dengan menuliskan keseluruhan subnet mask seperti yang dibabarkan
pada tabel 2.2., dan untuk CIDRnya sendiri seperti yang sudah dijelaskan pada
tabel 2.2. kelas B mempunyai range CIDR dari /16 sampai dengan /23. Pembagian
notasi alamat secara detail pada kelas C dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Pembagian Notasi Alamat Kelas C


Bit Subnet Mask CIDR Jumlah Host
0 255.255.255.0 /24 256
1 255.255.255.128 /25 128
2 255.255.255.192 /26 164
3 255.255.255.224 /27 32
4 255.255.255.240 /28 16

Tabel 2.3. berisi tentang pembagian notasi alamat pada kelas B. Penulisan
subnet mask lebih ringkas jika ditulis dengan menggunakan CIDR jika
dibandingkan dengan menuliskan keseluruhan subnet mask seperti yang dibabarkan
pada tabel 2.2., dan untuk CIDRnya sendiri seperti yang sudah dijelaskan pada tabel
2.2. kelas C mempunyai range CIDR dari /24 sampai dengan /28.

3. Broadcast Domain dan Default Gateway


Dalam jaringan komputer, terdapat 2 tools yang besar peranannya di dalam
suatu jaringan komputer, yaitu broadcast domain dan default gateway. Penjelasan
mengenai broadcast domain dan default gateway akan dijelaskan sebagai berikut.
3.1. Broadcast Domain
Broadcast artinya dalam jaringan komputer adalah pengiriman data dari
sebuah host / komputer ke seluruh komputer di dalam sebuah jaringan, dan ini
sangat mungkin terjadi pada jaringan yang dibentuk dengan menggunakan
teknologi ethernet (Zulfikar, 2015). Broadcast domain secara umum dapat
didefinisikan sebagai semua perangkat yang dapat mengetahui sinyal yang berasal
dari perangkat jaringan tertentu yang berada dalam satu segmen. Broadcast domain
juga dapat diartikan sebagai sebuah divisi logika dalam jaringan komputer dimana
semua host dan node dapat menjangkaunya atau terhubung dengan host atau node
yang lainnya melalui broadcast pada data link layer (Prasetyo, 2014). Ilustrasi
mengenai broadcast domain akan digambarkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Contoh Broadcast Domain

Gambar 3.1. merupakan ilustrasi dari broadcast domain. Gambar 3.1.


menggambarkan bahwa komputer A sedang mengirimkan data dan semua
komputer dalam satu jaringan tersebut menerima broadcast dari host atau komputer
A. Kasus ini dalam network disebut sebagai 1 broadcast domain. Contoh jaringan
yang menggunakan lebih dari 1 broadcast domain akan digambarkan pada gambar
3.2.

Gambar 3.2. Contoh Jaringan Broadcast Domain

Gambar 3.2. merupakan ilustrasi dari jaringan yang menggunakan lebih dari
1 broadcast domain. Kasus gambar 3.2. adalah komputer A dalam jaringan 1
mengirim data, yang terkena broadcastnya hanya komputer 2 yang ada di jaringan
1 saja, komputer yang ada di jaringan 2 tidak akan terkena broadcast dari komputer
A di jaringan 1. Router berperan memecah broadcast domain menjadi 2 broadcast
domain. Meskipun terpisah menjadi jaringan yang berbeda, komunikasi data antara
semua komputer diatas masih tetap dilakukan.

3.2. Default Gateway

Default gateway merupakan sebuah perangkat yang merutekan trafik dari


local network menuju perangkat yang berada pada remote network. Di dalam rumah
atau lingkungan bisnis yang kecil, default gateway biasanya digunakan untuk
menghubungkan local network ke internet. Apabila suatu host mengirim suatu
paket menuju perangkat yang berada pada IP network yang berbeda, sang host harus
mem-forward atau meneruskan paket tersebut melalui perantara device menuju
default gateway. Hal ini dikarenakan device host tidak menyediakan routing
information di luar area local network menuju remote destination atau tujuan di
luar LAN. Default gateway biasanya diimplementasikan di router dan bekerja
dengan routing table. Routing table sendiri merupakan sebuah file data yang
tersimpan di dalam RAM yang digunakan untuk menyimpan informasi rute yang
secara langsung terhubung ke jaringan, juga digunakan untuk menyimpan entri atau
data pada remote network yang telah diketahui oleh device (Erlanz, 2018). Ilustrasi
mengenai default gateway akan digambarkan pada gambar 3.3.

Gambar 3.3. Ilustrasi Default Gateway

Gambar 3.3. merupakan ilustrasi atau gambaran dari default gateway.


Implementasi dari default gateway ini terletak pada router seperti yang sudah
dijelaskan pada gambar 3.3. dan alamat IP yang terdapat pada router akan otomatis
menjadi default gateway address bagi PC yang terhubung dengan router tersebut.

Baik default gateway dan broadcast domain dalam menjalankan perannya,


terdapat beberapa trouble atau permasalahan yang mungkin bisa terjadi. Contoh
permasalahan yang mungkin bisa terjadi adalah destination unreachable dan
request time out. Penjelasan mengenai destination unreachable dan request time
out akan dijelaskan sebagai berikut.
3.3. Destination Unreachable
Destination unreachable adalah suatu kondisi dimana tidak meresponnya
host ketika melakukan perintah PING, dan ketika host, jaringan, port atau komputer
tertentu tidak dapat dijangkau. Komunikasi di jaringan akan terputus karena tidak
tersambung (TH3-R35ULT-TUTORIAL, 2017). Contoh dari error destination
unreachable akan digambarkan pada gambar 3.4.

Gambar 3.4. Destination Unreachable

Gambar 3.4. merupakan gambar tampilan ketika terdapat error destination


unreachable. Error ini bisa terjadi karena komputer host yang tidak dapat
dijangkau. Penyebab-penyebab dari destination unreachable adalah kabel jaringan
/ LAN card yang tidak terhubung di komputer/laptop atau slot LAN rusak,
hub/switch yang belum dinyalakan, status Local Area Network masih Disable pada
network connection di control panel, dan hub/switch yang terlalu panas (TH3-
R35ULT-TUTORIAL, 2017). Adapun cara penyelesaian error ini yang akan
dijelaskan sebagai berikut.

a. Hubungkan kabel jaringan tersebut dengan baik pada posisinya, jika tidak
bisa coba gunakan komputer/laptop lain, jika laptop tersebut bisa terhubung, berarti
laptop yang tadi slot LAN nya perlu diganti baru. Tetapi jika sudah diganti tetapi
masih tidak terhubung berarti instalasi kabelnya yang salah dan harus diperbaiki
instalasi kabelnya.
b. Pada saat ingin menghubungkan kabel jaringan di laptop/komputer,
periksalah terlebih dahulu hub/switch nya, apakah sudah menyala atau belum, jika
belum harus dinyalakan terlebih dahulu.
c. Buka control panel lalu carilah menu network and internet lalu pilih menu
network connections, atau klik kanan network lalu pilih open network and sharing
center lalu pilih change adapter settings, lalu lihat status local area connection jika
disable maka harus di-enable.
d. Buka control panel lalu carilah menu network and internet lalu pilih menu
network connections, atau klik kanan network lalu pilih open network and sharing
center lalu pilih change adapter settings, lalu klik kanan local area connection lalu
pilih properties lalu pilih Internet Protocol version 4 (IPv4) lalu pilih properties
lalu pilih use the following IP address, isilah IP address dengan IP yang digunakan
dan subnet mask sesuai dengan kelas, jika kelas C maka masukkan 255.255.255.0,
jika kelas B maka masukkan 255.255.0.0, jika kelas A maka masukkan 255.0.0.0
lalu klik OK.
e. Coba pegang dulu hub/switch nya, jika panas maka matikan terlebih dahulu
selama 3-4 menit lalu nyalakan kembali.

3.4. Request Time Out

Request time out adalah suatu kondisi dimana ketika komputer server tidak
merespon permintaan koneksi dari klien setelah beberapa lama, dimana jangka
waktu time-out yang bervariasi (TH3-R35ULT-TUTORIAL, 2017). Contoh dari
error request time out akan digambarkan pada gambar 3.5.

Gambar 3.5. Request Time Out


Gambar 3.3 merupakan gambar tampilan dari error request time out. Error
ini biasanya disebabkan karena adanya firewall, koneksi rendah, terputus, atau tidak
terkoneksi. Penyebab lainnya mengapa error ini bisa terjadi adalah pemakaian
bandwidth yang sudah penuh, kualitas akses jaringan yang kurang bagus, website
yang dituju memiliki tingkat delay yang tinggi, koneksi ke IP terputus, atau port di
komputer tersebut ditutup, kabel rusak atau tidak terpasang. Solusi dari error ini
akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Cek kembali penulisan IP tujuan pada sintaks PING.
b. Cek kembali apakah pemasangan kabel sudah tepat di komputer tujuan.
c. Cek kembali NetID pada komputer tujuan.
d. Matikan firewall di kedua komputer.
DAFTAR PUSTAKA

Agfir, A. (2016, Desember 11). Subnetting Dalam Jaringan Komputer (Pengertian,


Alasan, Tujuan, Fungsi, Proses, Teknik, dan Perhitungannya). Diambil
kembali dari IPTEKTIKOM:
https://iptektikom.blogspot.com/2016/12/subnetting-dalam-struktur-
jaringan-komputer.html

Aku, N. (2015, April 25). Pengertian dan Pembagian Kelas IP Address IPv4.
Diambil kembali dari Saling Berbagi:
http://naufl.blogspot.com/2015/04/pengertian-dan-pembagian-kelas-
ip.html

Erlanz. (2018, Januari 30). Pengertian Default Gateway. Diambil kembali dari
Aneka Rangkuman Teknologi:
https://erlanzhere4all.wordpress.com/2018/01/30/pengertian-default-
gateway/

Guntur. (2018, Agustus 22). Penjelasan VLSM Lengkap. Diambil kembali dari
Catatan Guntur: http://03gunturtkj2.blogspot.com/2018/08/penjelasan-
vlsm-lengkap.html

Komputerdia.com. (2017, Desember 31). Pengertian dan Penjelasan CIDR, VLSM


pada Jaringan Komputer. Diambil kembali dari Komputerdia.com:
https://www.komputerdia.com/2017/06/pengertian-dan-penjelasan-cidr-
vlsm-pada-jaringan-komputer.html

Komputerdia.com. (2019, Januari 24). Pengertian dan Penjelasan Subnetting


Classfull dan Classless pada Jaringan Komputer. Diambil kembali dari
Komputerdia.com: https://www.komputerdia.com/2017/06/pengertian-
dan-penjelasan-subnetting-classfull-dan-classless-pada-jaringan-
komputer.html

Novan. (2015, Februari 11). Pengertian Subnetting Classful dan Classless. Diambil
kembali dari novan123mm.blogspot.com:
http://novan123mm.blogspot.com/2015/02/pengertian-subnetting-classful-
dan.html

Prasetyo. (2014, November 2). Pengertian Broadcast Domain dan Collision


Domain. Diambil kembali dari Prasetyo's 21:
http://prasetyoo21.blogspot.com/2014/11/pengertian-broadcast-domain-
dan.html

TH3-R35ULT-TUTORIAL. (2017, Mei 18). Arti Destination Host


Unreachable(DHU), Request Time Out(RTO), dan GENERAL FAILURE.
Retrieved from TH3-R35ULT-TUTORIAL:
http://th3r3sult.blogspot.com/2017/05/arti-destination-host-
unreachabledhu.html

Wijaya, A. (2018, Agustus 06). Subnetting (CIDR). Diambil kembali dari TKJ
Extended Universe:
https://aldowijaya09.blogspot.com/2018/08/subnetting-cidr-dan-vlsm.html

Wikipedia. (2019). Alamat IP versi 4. Diambil kembali dari Wikipedia:


https://id.wikipedia.org/wiki/Alamat_IP_versi_4

Zulfikar, A. (2015, Maret 09). Memahami Broadcast Domain dalam Sebuah


Jaringan. Diambil kembali dari IT Freelancer Indonesia:
http://www.itfreelanceindo.com/readnews/121/Memahami-Broadcast-
Domain-Dalam-Sebuah-Jaringan.html

Anda mungkin juga menyukai