Anda di halaman 1dari 23

FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM DAN

DIRECT SEQUENCE SPREAD SPECTRUM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Sistem Modulasi dan Multiplexing

Dosen Pengampu:
Amalia Eka Rakhmania, S.T, M.T., M.Sc.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Achmad Arif Naoval L 2241160096
2. Bisma Bayu Kresna 2241160024
3. Caesar Risultra M.R 2241160061
4. Danetta Izha Hega P 2241160030
5. Lailatul Mufidah 2241160014
6. Salsabila Putri A. 2241160087

JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Amalia Eka Rakhmania, S.T, M.T.,
M.Sc. sebagai dosen pengampu mata kuliah sistem modulasi dan multiplexing yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Malang, 11 Mei 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................................... 4
BAB I ................................................................................................................................................. 5
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 5
1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan ................................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 7
2.1 Pengertian Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) .......................................................... 7
2.2 Sistem Frekuensi Hopping Spread Spectrum dari sisi Transmitter dan Receiver ....................... 10
2.3 Penerapan Frequency Hopping Spread Spectrum ..................................................................... 11
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Frequency Hopping Spread Spectrum ........................................... 11
2.5 Contoh Soal Frequency Hopping Spread Spectrum .................................................................. 12
2.6 Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) ............................................................................... 14
2.7 Prinsip dasar Direct Sequence Spread Spectrum....................................................................... 16
2.7.1. Rapat daya sinyal DS-SS ............................................................................................. 16
2.7.2. Rapat Spektral Daya kode penebar c(t)......................................................................... 16
2.7.3. Rapat daya sinyal DS-SS St(t)...................................................................................... 17
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) .................................... 19
2.9 Contoh soal Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) ........................................................... 19
2.10 Perbandingan Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) dan FHSS (Frequency Hopping
Spread Spectrum) .................................................................................................................. 20
BAB III............................................................................................................................................. 21
PENUTUP ........................................................................................................................................ 21
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 21
3.1 Saran ....................................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 23

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Proses Penebaran Informasi FHSS ......................................................................................... 8


Gambar 2. Frequency Plot dari Fast Frequency Hopping ........................................................................ 9
Gambar 3. Frequency Plot dari Slow Frequency Hopping ....................................................................... 9
Gambar 4. Sistem Frequency Hopping Spread Spectrum pada Transmitter ........................................... 10
Gambar 5. Sistem Frequency Hopping Spread Spectrum pada Receiver ................................................ 11
Gambar 6. Direct Sequence Spread Spectrum pada Transmitter ............................................................ 12
Gambar 7. Direct Sequence Spread Spectrum pada Receiver ................................................................ 12
Gambar 8. Prinsip dasar Direct Sequence Spread Spectrum .................................................................. 12
Gambar 9. Spektrum sinyal DSSS + sinyal jamming J (warna merah) ................................................... 12
Gambar 10. Spektrum sinyal informasi (BPSK) + jamming setelah Despreading .................................. 12

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan teknologi informasi sangat meningkat dan tak
terhindarkan lagi, terlebih lagi jaringannya. Teknologi jaringan yang sampai sekarang telah
berkembang dengan sangat pesat, dari teknologi kawat tembaga dengan kecepatan 10 Mbps sampai
100 Mbps hingga teknologi fiber optic berkecepatan sangat tinggi (> 1 Gbps). Namun setelah
teknologi jaringan menuju ke arah yang semakin cepat, timbul masalah mobilitas. Semakin
berkembangnya teknologi maka semakin dibutuhkan suatu jaringan yang efisien khususnya dalam
hal waktu dan tempat. Dibutuhkan sebuah jaringan yang memiliki mobilitas tinggi dan dengan biaya
yang terjangkau. Oleh karena itulah sistem jaringan nirkabel dibuat. Teknologi spread spectrum saat
ini cukup jarang dibahas secara mendalam di Indonesia.
Pada saat proses pengiriman informasi/data sering dijumpai masalah interferensi, noise,
maupun jamming yang bisa merusak sinyal informasi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka
digunakan teknik komunikasi frequency-hopping spread spectrum. Teknik tersebut digunakan
karena sinyal pembawa (carrier) mengubah-ubah frekuensi (frequency-hopping) secara acak tetapi
sesuai urutan. Jadi dapat mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh interferensi, noise, maupun
jamming dan menjamin kerahasiaan sinyal yang dikirimkan.
Spread Spectrum ditemukan pada akhir 1940-an. Awalnya diterapkan dalam komunikasi
militer, untuk menghindari interferensi dan encoding oleh perangkat lain. Saat ini sistem spread
spectrum digunakan dalam banyak sistem komunikasi. Antara lain yaitu; pada sistem komunikasi
WLAN (Wireless Local Area Networks) , sistem navigasi GPS (Global Positioning System) , sistem
komunikasi satelit GLOBALSTAR , sistem kendali dan komunikasi pada Drone atau UAV
(Unmanned Aerial Vehicles), sistem komunikasi seluler generasi kedua (2G) berdasarkan standar
IS-95, Wideband-CDMA pada sistem komunikasi seluler generasi ketiga (3G) dan sedang
dikembangkan sebagai metode multiple access pada sistem komunikasi seluler generasi kelima (5G)
[5]. Selain bidang komunikasi, sistem spread spectrum juga banyak digunakan pada: metode
watermarking digital sebagai perlindungan hak cipta atas data audio, gambar, dan video
(multimedia), metode watermarking digital dalam bidang telemedicine, rangkaian pengubah
DC/DC, LLC Resonant, dan Serial AT Attachment Generasi ke-3 (SATA-III) untuk mengurangi
masalah interferensi elektromagnetik (EMI). Sistem spread spectrum yang paling banyak digunakan
adalah sistem direct-sequence dan frequency-hopping. Kedua sistem tersebut telah banyak
digunakan pada perangkat komunikasi, khususnya pada sistem kendali dan komunikasi Drone atau
5
UAV. Akan tetapi masih belum diketahui secara pasti bagaimana cara meningkatkan keoptimalan
kedua sistem tersebut dalam menghindari interferensi; dan juga bagaimana pengaruhnya jika dalam
satu tempat terdapat dua atau lebih perangkat komunikasi yang menggunakan salah satu dari kedua
sistem tersebut dengan channel yang sama. Penelitian ini dimaksudkan untuk merancang dan
mensimulasikan sistem DSSS dan FHSS, dan juga dilakukan analisa karakterisasi pada kedua sistem
tersebut. Perancangan program simulasi dilakukan berdasarkan fungsi matematis dan langkah-
langkah pemrosesan sinyal digital pada kedua sistem, dan dengan menggunakan software Matlab.
Sedangkan analisa karakterisasi dilakukan dengan program simulasi, yang akan mensimulasikan
proses interferensi dengan sistem dan channel yang sama. Dan akan divariasikan variabel-variabel
yang terdapat pada masing-masing sitem. Dengan begitu akan diketahui variabel-variabel apa saja
yang mempengaruhi keoptimalan masing-masing sistem. Parameter yang digunakan untuk
menentukan seberapa besar keoptimalan masing-masing sistem yaitu nilai BER. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi, untuk meningkatkan keoptimalan
sistem DSSS dan FHSS pada sebuah perangkat komunikasi. Sedangkan model program simulasi
diharapkan dapat digunakan untuk perkembangan teknik multiple-access baru, yang lebih tahan
terhadap interferensi.
Sistem spread spectrum yang paling banyak digunakan adalah sistem direct-sequence dan
frequency-hopping. Sistem direct-sequence spread spectrum (DSSS) mentransmisikan sinyal pada
satu frekuensi namun pada pita yang sangat lebar. Sedangkan sistem frequency-hopping spread
spectrum (FHSS) mentransmisikan sinyal dengan pita sempit, namun dengan cepat melompat dari
satu frekuensi ke frekuensi berikutnya (beberapa milidetik pada setiap frekuensi).
1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan :
a. Untuk mengetahui teknologi mana yang lebih cocok dipakai di Indonesia antara teknik
modulasi DSSS dan FHSS.
b. Untuk mengetahui cara kerja DSSS dan FHSS.
2. Manfaat :
a. Membantu memberi gambaran kepada masyarakat atau perusahaan yang ingin membangun
sistem jaringan wireless untuk dapat memilih teknik modulasi yang sesuai terhadap sistem
jaringan wireless yang akan dibuat.
b. Pengembangan pengetahuan kepada mahasiswa, perancang jaringan, ataupun masyarakat
luas di bidang sistem jaringan wireless khususnya teknik modulasi DSSS dan FHSS.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)


Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) adalah salah satu teknik spread spectrum yang
memiliki karakteristik perubahan secara periodik pada frekuensi pembawa dari sinyal yang ditransmisikan.
Urutan frekuensi pembawa disebut frequency-hopping pattern. Himpunan frekuensi pembawa M {f1, f2,…
,fM} disebut hopset. Waktu perubahan frekuensi pembawa disebut hop rate. Hopping (lompatan) yang terjadi
melalui pita frekuensi disebut hopping band yang mencakup kanal frekuensi M. Setiap kanal frekuensi
didefinisikan sebagai daerah spektral yang mencakup frekuensi pembawa tunggal dari hopset sebagai pusat
frekuensi dan memiliki bandwidth cukup besar untuk mencakup daya dalam sinyal pulsa dengan spesifik
frekuensi pembawa.
Pada frequency Hopping system, carrier mengubah frekuensi, atau hops, tergantung pada
pseudo random sequence. Pseudorandom sequence merupakan daftar dari beberapa frekuensi
dimana carrier akan melompat pada interval waktu yang dispesifikasikan sebelum terjadi berulang
ulang. Transmiter menggunakan sequence hop untuk memilih transmisi frekuensi.
Pada FHSS proses penyebaran informasi pembicaraan pada suatu daerah frekuensi dengan
lebar tertentu, dilakukan dengan cara mengubah-ubah frekuensi sinyal pembawa setiap saat seperti
contoh pada (gambar 2.1.1). Dimana frekuensi sinyal pembawa ini membawa informasi
pembicaraan.
Dari (gambar 2.1.1) terlihat bahwa informasi pembicaraan ditebarkan pada daerah frekuensi
f1 s/d fN yang jauh sangat lebar bila dibandingkan dengan lebar bidang frekuensi informasi
pembicaran. Dengan kode-kode tertentu yang dapat diacak maka seolah-olah informasi pembicaraan
akan menempati daerah frekuensi yang berubah-ubah secara acak pula, atau dengan kata lain
informasi pembicaraan akan melompat (hopping) dari satu lokasi frekuensi ke frekuensi lainnya
antara f1 s/d fN secara acak sesuai dengan kode-kode yang sudah ditentukan.

7
Gambar 1. Proses Penebaran Informasi FHSS

Karena daerah frekuensi yang ditempati oleh informasi pembicaraan akan selalu berpindah-
pindah (hopping) secara acak dari waktu ke waktu dengan kecepatan perpindahan yang sangat
tinggi, maka sangat sukar untuk dilakukan jamming (pemacetan) oleh pihak lain yang tidak
mengetahui atau tidak mampu menguraikan kode-kode yang digunakan untuk mengubah-ubah
frekuensi. Karena kemampuan FHSS untuk menghindari penyadapan dan pemacetan oleh pihak
yang tidak diinginkan inilah, maka FHSS sangat tepat apabila digunakan untuk teknik pengamanan
informasi pembicaraan.
Frekuensi hopping dapat diklasifikasikan sebagai fast dan slow. Fast frequency hopping (FFH)
terjadi jika ada lebih dari satu hop untuk setiap simbol informasi. Meskipun definisi ini tidak
mengacu pada hop rate, Fast frequency hopping (FFH) merupakan pilihan hanya jika hop rate yang
melebihi information-symbol rate dapat diimplementasikan. Pada Fast frequency hopping (FFH)
nilai Tc < Ts yaitu frekuensi hopping terjadi lebih cepat dari modulasi. Sistem fast FH/MFSK
berbeda dari sistem slow FH/MFSK bahwa ada beberapa lompatan setiap simbol M-ary. Oleh karena
itu, dapat diterapkan dari Fast frequency hopping (FFH) yaitu Ts = NTc. Gambaran dari sistem fast
FHSS dengan modulasi 4-FSK (M = 4), 6 frekuensi lompatan (L = 6), dan 2 lompatan setiap simbol
(Ts = 2Tc, N = 2).

8
Gambar 2. Frequency Plot dari Fast Frequency Hopping

Slow frequency hopping (SFH) terjadi jika salah satu atau lebih simbol informasi yang
ditransmisikan dalam interval waktu antara hop frekuensi. Slow frequency hopping (SFH) biasanya
lebih baik karena gelombang yang ditransmisikan jauh lebih rapat dan switching time yang
berlebihan bisa berkurang. Pada Slow frequency hopping (SFH) ini dimana Tc > Ts. Sinyal slow
FH/MFSK adalah karakteristik dengan memiliki beberapa simbol transmisi setiap hop. Olek karena
itu, setiap simbol dari sinyal slow FH/MFSK adalah sebuah chip. Kententuan dari Slow frequency
hopping (SFH) adalah Tc = NTs. Persyaratan orthogonalitas untuk sinyal FSK pemisahan antara
simbol frekuensi FSK yang berdekatan setifaknya 2π/Ts. Oleh karena itu, pemisahan minimum
antara frekuensi hopping berdekatan adalah 2πM/Ts. Slow frequency hopping (SFH) dengan 4-FSK
(M =4), 6 frekuensi hop (L=6), dan 4 simbol setiap lompatan (tc = 4Ts, N = 4).

Gambar 3. Frequency Plot dari Slow Frequency Hopping

9
2.2 Sistem Frekuensi Hopping Spread Spectrum dari sisi Transmitter dan Receiver
A. Sistem frequency Hopping Spread Spectrum pada transmitter
1. Untuk transmisi data biner dimasukkan ke dalam sebuah modulator dengan menggunakan
beberapa skema pengkodean digital-ke-analog, semacam Frequency-shift keying(FSK) atau
Binary Phase-Shift Keying(BPSK).
2. Sinyal yang dihasilkan dipusatkan disekitar beberapa frekuensi dasar. Sumber jumlah
pseudorandom menyajikan apa yang dilampirkan dalam indeks didalam tabel frekuensi.
3. Pada masing masing interval yang berurutan, dipilih sebuah frekuensi baru dari tabel.
Frekuensi ini kemudian dimodulasikan melalui sinyal yang dihasilkan dari modulator awal
agar menghasilkan sinyal yang baru dengan bentuk yang sama namun sekarang dipusatkan
di tengah tengah frekuensi yang dipilih dari tabel.

Gambar 4. Sistem Frequency Hopping Spread Spectrum pada Transmitter

B. Sistem Frequency Hopping Spread Spectrum pada Receiver


1. Sinyal spektrum penyebaran didemodulasikan menggunakan sejumlah frekuensi yang sama
yang didapatkan dari tabel kemudian didemoduasikan agar menghasilkan data output.
2. Sebagai contoh, bila FSK digunakan, modulator memilih salah satu dari dua frekuensi,
katakanlah f0 atau f1, berkaitan dengan transmisi biner 1 atau biner 0.Sinyal FSK biner yang
dihasilkan diartikan ke dalam frekuensi melalui suatu jumlah yang ditentukan melalui urutan
output dari generator sumber pseudorandom. Sehingga, bila frekuensi yang dipilih pada
waktu I adalah f1 maka sinyal pada waktu I adalah baik fi + fo maupun fi + f1.

10
Gambar 5. Sistem Frequency Hopping Spread Spectrum pada Receiver

2.3 Penerapan Frequency Hopping Spread Spectrum


Aplikasi Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) telah digunakan untuk pengamanan
informasi pembicaraan (dan data) yang telah diterapkan oleh militer Israel dalam peperangan di
dataran tinggi Golan tahun 1980-an, dimana kendaraan lapis baja (tank) milik tentara AD Israel
yang dilengkapi peralatan komunikasi dengan FHSS mampu menghindari penyadapan pihak lawan
sehingga selalu berhasil dalam setiap operasinya.
Selain itu, FHSS juga dimanfaatkan untuk komunikasi akses jamak (multiple access) pada
komunikasi seluler, yang dikenal sebagai FHMA (Frequency Hopping Multiple Access) untuk
menghasilkan multiple access ranking environment kapasitas tinggi. Apabila pada FHSS untuk
pengubahan frekuensi pembawa dilakukan secara acak dengan menggunakan kode – kode tertentu
yang dirahasiakan, maka pada FHMA pengubahan frekuensi dilakukan secara teratur menggunakan
kode – kode yang unik. Penggunaan kode – kode yang unik pada FHMA inilah yang merupakan
dasar komunikasi seluler dengan teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) dan WCDMA
(Wideband – CDMA).
2.4 Kelebihan dan Kekurangan Frequency Hopping Spread Spectrum
A. Kelebihan
a) Bandwidth sistem ini besar. Sistem dapat diprogram untuk menghindari bagian dari
spektrum.
b) resistansi yang tinggi terhadap interferensi narrowband
B. Kekurangan
a) Kesalahan dalam koneksi, Tidak banyak berguna untuk jangkauan yang bagus.

11
2.5 Contoh Soal Frequency Hopping Spread Spectrum
1. Bagaimana FHSS bekerja?
Pada system frekuensi Hopping, carrier mengubah frekuensi, atau hops, tergantung pada
pseudo random sequence. pseudorandom sequence merupakan daftar dari beberapa frekuensi
dimana carrier akan melompat pada interval waktu yang dispesifikasikan sebelum terjadi
berulang-ulang. Transmitter menggunakan sequence hop untuk memilih transmisi frekuensi.
2. Apakah perbedaan dari Fast Frequency Hopping dan Slow Frequency Hopping
Fast frequency hopping dan slow frequency hopping adalah dua metode yang digunakan dalam
teknologi pengalihan frekuensi untuk mengurangi gangguan dan meningkatkan keamanan
komunikasi nirkabel. Perbedaan utama antara keduanya terletak pada kecepatan perubahan
frekuensi yang digunakan.
 Fast Frequency Hopping:
Fast frequency hopping (pengalihan frekuensi cepat) melibatkan perubahan frekuensi yang
cepat dan acak dalam komunikasi nirkabel. Dalam metode ini, pemancar dan penerima secara
terus-menerus beralih antara saluran frekuensi yang berbeda dengan kecepatan tinggi,
seringkali dalam rentang mikrodetik atau milidetik. Kecepatan perubahan frekuensi yang
tinggi ini membuat sulit bagi penyusup atau pemangku kepentingan yang tidak berwenang
untuk mengganggu atau memata-matai komunikasi. Kecepatan pengalihan yang cepat ini juga
dapat membantu mengurangi dampak interferensi dari sumber-sumber gangguan yang ada.
 Slow Frequency Hopping:
Slow frequency hopping (pengalihan frekuensi lambat) melibatkan perubahan frekuensi yang
lebih lambat dan berurutan dalam komunikasi nirkabel. Dalam metode ini, pemancar dan
penerima beralih antara saluran frekuensi dengan kecepatan yang lebih lambat, mungkin dalam
rentang detik atau puluhan detik. Pola pengalihan frekuensi biasanya terstruktur dan teratur
dalam urutan yang ditentukan sebelumnya. Keuntungan dari pengalihan frekuensi lambat
adalah memungkinkan waktu yang lebih lama bagi sistem untuk menstabilkan komunikasi
pada setiap frekuensi sebelum beralih ke frekuensi berikutnya. Hal ini dapat meningkatkan
kehandalan komunikasi dalam situasi di mana ada interferensi frekuensi tertentu atau
gangguan lainnya.
3. Mengapa Slow Frequency Hopping lebih baik ditransmisikan daripada Fast Frequency
Hopping
Karena Slow frequency hopping (SFH) terjadi jika salah satu atau lebih simbol

12
informasi yang ditransmisikan dalam interval waktu antara hop frekuensi. Slow frequency
hopping (SFH) biasanya lebih baik karena gelombang yang ditransmisikan jauh lebih rapat dan
switching time yang berlebihan bisa berkurang.

13
2.6 Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)
DSSS adalah salah satu teknik spread spectrum (spektral tersebar), yaitu suatu jenis modulasi
dimana lebar bidang frekuensi (bandwidth) transmisi yang digunakan jauh lebih besar daripada lebar
bidang frekuensi minimum yang dibutuhkan untuk mentransmisikan informasi, sementara tidak ada
kaitan langsung antara lebar bidang frekuensi keluaran dengan modulasi oleh sinyal informasinya.
Dengan adanya pemodulasian secara Direct Sequence Spread Spectrum, sinyal informasi
(termodulasi digital) yang mempunyai lebar bidang frekuensi terbatas akan ditebarkan pada daerah
frekuensi yang jauh lebih lebar, serta akan dapat bekerja pada rapat spektral daya yang rendah.

Gambar 6. Direct Sequence Spread Spectrum pada Transmitter

Pada Direct Sequence Spread Spectrum, proses penebaran dilakukan dengan melakukan perkalian
langsung (direct) antara sinyal informasi (yang dimodulasikan secara digital) dengan suatu urutan
spreading code (kode penebar). Lebar bidang frekuensi daerah sinyal informasi ditebarkan tergantung
pada chip rate (laju chip) dari kode penebar, dimana kode penebar ini dihasilkan oleh suatu PN (pseudo
noise) generator dengan panjang urutan tertentu yang dapat diprogram.

14
Proses demodulasi (despreading) sinyal Direct Sequence Spread Spectrum di penerima,
dilakukan menggunakan proses korelasi antara sinyal Direct Sequence Spread Spectrum diterima
dengan replika kode penebar yang dibangkitkan di penerima dengan bantuan rangkaian akuisisi dan
tracking.
Karena sinyal informasi ditebarkan pada daerah frekuensi yang cukup lebar dengan teknik
Direct Sequence Spread Spectrum, sinyal informasi akan tahan terhadap sinyal interferensi
(gangguan) dari luar dan sinyal jamming (pemacetan) yang sengaja dilakukan oleh perangkat
komunikasi lain.

Direct Sequence Spread Spectrum pada Receiver

Gambar 7. Direct Sequence Spread Spectrum pada Receiver

15
2.7 Prinsip dasar Direct Sequence Spread Spectrum

Gambar 8. Prinsip dasar Direct Sequence Spread Spectrum

Dalam sistem ini digunakan kode penebar (spreading code) sedemikian rupa sehingga proses
deteksinya mudah dilakukan, tanpa gangguan yang berarti dari sinyal-sinyal lain yang menempati
pita frekuensi yang sama. Sinyal keluaran modulator digital dapat dituliskan sebagai berikut :
Sd(t) = 2P cos [ω Ot + θd(t)]
dimana θd(t) berharga 0 atau π karena menggunakan modulasi BPSK. Perubahan fasa θd(t) dapat
terjadi setiap perioda bit = Tb = 1/(laju bit).
Untuk menyebarkan sinyal tersebut diatas, maka Sd(t) dikalikan dengan kode penebar c(t),
yang dalam realisasinya merupakan sinyal NRZ-polar dengan amplitude = 1 dan mempunyai lebar
satuan = TC lebar “chip”. Laju “chip” atau “chip rate” adalah jumlah chip perdetik atau = 1/ TC .
Format c(t) dibuat sedemikian rupa sehingga dapat disebut sebagai “sinyal acak semu”. Dengan
demikian, sinyal keluaran St(t) dapat dituliskan sebagai berikut:
St(t) = √2P . c(t).cos [ω Ot + θd(t)]
Sinyal St(t) inilah yang dinamakan Direct Sequence Spread Spectrum, selanjutnya dapat oleh RFPA
(radio frequency power amplifier ) diperkuat sebelum dikirimkan ke penerima.
2.7.1. Rapat daya sinyal DS-SS
Rapat Spektral Daya Sinyal BPSK Sd(t) :
Sd (f ) = ½ PTS { sinc2 [ (f — f0 ) TS ] + sinc2 [ (f + f0 ) TS ] }
2.7.2. Rapat Spektral Daya kode penebar c(t)
Rapat daya dari kode penebar c(t) adalah transformasi Fourier dari fungsi
otokorelasinya :
16
F (Rc(τ )) = Sc(f) = ∫ ∞ ∞ Rc(τ ) e − j2πfτ dτ Sc(f) = Tc sinc 2 (Ftc)
2.7.3. Rapat daya sinyal DS-SS St(t)

Berikut adalah gambaran penyebaran sinyal BPSK dengan teknik DSSS, dimana
besarnya perbandingan nilai Tc = Tb/2, atau nilai chip rate Rc dua kali nilai bit rate Rb.
Dalam pengiriman sinyal menggunakan sistem DSSS tidak menutup kemungkinan akan
mengalami gangguan. misal terkena sinyal jamming. Berikut contoh kasus, apabila sinyal
DSSS terkena sinyal jamming J, maka gambarnya adalah seperti berikut:

Gambar 9. Spektrum sinyal DSSS + sinyal jamming J (warna


merah)

Terlihat dari gambar, sinyal DSSS terkena sinyal jamming ( single tone) dengan amplitudo
sebesar J watt, yang nilainya lebih besar dari amplitudo sinyal DSSS.
Dengan digunakannya teknik DSSS, maka di penerima akan terjadi proses despreading,
sehingga amplitudo (energi) dan bandwidth sinyal BPSK kembali seperti semula. Amplitudo
(energi) menjadi A watt dan bandwidth menjadi B hertz. Sedangkan amplitudo (energi)
sinyal jamming menjadi 1/2J dan bandwidth-nya menjadi ½ nya, seperti gambar 10.

17
Dengan amplitudo (energi) sinyal jamming ditekan menjadi 1/2J dan bandwidthnya
menjadi 2 kalinya, maka tidak akan mengganggu sinyal informasi BPSK. Semakin besar
perbandingan antara Tb dan Tc, maka amplitudo (energi) sinyal jamming akan semakin
kecil, sehingga tingkat efektivitas gangguan sinyal jamming pada sinyal informasi BPSK
semakin rendah, atau dikatakan rasio perbandingan sinyal terhadap noise ( S/N) di
penerima membesar.

Gambar 10. Spektrum sinyal informasi (BPSK) + jamming setelah


Despreading

18
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)
A. Kelebihan
a) Lebih kebal terhadap jamming
b) Mampu menekan interferensi
c) Dapat dioperasikan pada level daya yang rendah
d) Kemampuan multiple access secara CDMA Code Division Multiple Access
e) Kerahasiaan lebih terjamin
f) Ranging
g) Mampu mengacak sinyal. Dimana hanya receiver yang mengetahui pengacakan kode
dapat kembali menjadi sinyal
h) Beberapa user dapat menggunakan bandwidth yang lebih besar dengan sedikit
interferensi. Contoh user:
1. Telepon seluler
2. Code division multiplexing (CDM)
3. Code division multiple access (CDMA)
B. Kekurangan
a.) Membutuhkan kanal pita lebar dengan distorsi fasa kecil.
b.) Membutuhkan periode waktu akuisisi yang lebih lama.
c.) Membutuhkan generator kode dengan rate yang tinggi.
d.) Ada masalah near-far (jarak jangkauan).
2.9 Contoh soal Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)
1. Bagaimana DSSS bekerja?
DSSS mengkombinasikan sinyal data pada station pengirim dengan data rate bit sequence
yang tinggi, dimana tergantung pada chipping code atau processing gain. Processing gain yang
tinggi meningkatkan resistansi sinyal terhadap interferensi. Setiap chip pada code akan
membedakan modulasi dengan kode sequence.
2. Sebutkan contoh aplikasi nirkabel yang menggunakan Teknik DSSS?
aplikasi nirkabel seperti WiFi, Bluetooth, dan sistem komunikasi satelit.
3. Apa saja kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah sistem spread-spectrum?
1) Sinyal yang dikirimkan menduduki bandwidth yang jauh lebih lebar daripada bandwidth
minimum yang diperlukan untuk mengirimkan sinyal informasi
2) Pada pengirim terjadi proses spreading yang menyebarkan sinyal informasi dengan bantuan
sinyal kode yang bersifat independen terhadap informasi

19
3) Pada penerima terjadi proses despreading yang melibatkan korelasi antara sinyal yang
diterima dan replika sinyal kode yang dibangkitkan sendiri oleh suatu generator lokal.

2.10 Perbandingan Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) dan FHSS (Frequency Hopping
Spread Spectrum)
Berikut adalah perbandingan antara FHSS (Frequency Hopping Spread Spectrum) dan DSSS (Direct
Sequence Spread Spectrum) dalam beberapa karakteristik utama:
1. Kecepatan Sinyal Transmisi
FHSS : Memiliki kecepatan transmisi yang rendah (up to 3 Mbps)
DSSS: Memiliki kecepatan transmisi yang tinggi (up to 11 Mbps)
2. Teknik Modulasi
FHSS : Multilevel Frequency Shift Keying (FSK)
DSSS : Binary Phase Shift Keying (BPSK)
3. Pita Frekuensi
FHSS : Menggunakan narrowband carrier yang hops (melompat) di antara saluran frekuensi
yang berbeda
DSSS: Menggunakan frekuensi band yang lebih luas
4. Interferensi/gangguan
FHSS : FHSS lebih tahan terhadap interferensi karena menggunakan loncatan frekuensi, yang
membuatnya sulit untuk mencegat sinyal.dari pihak yang tidak berwenang.
DSSS : DSSS lebih rentan terhadap gangguan karena menggunakan pita frekuensi yang lebih
lebar.
5. FHSS : Transmisi data dikodekan dan didekodekan menggunakan pola tertentu yang disebut
hopset
DSSS : Transmisi data dikodekan dan diterjemahkan menggunakan urutan biner acak semu
(pseudo random) atau kode chip.
Kedua teknik tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung pada aplikasi dan
lingkungan komunikasi yang digunakan. Pilihan antara FHSS dan DSSS tergantung pada faktor
seperti kehandalan yang diperlukan, lingkungan frekuensi yang tersedia, keamanan data, dan
kompleksitas implementasi yang diinginkan.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS) adalah salah satu teknik spread spectrum yang
memiliki karakteristik perubahan secara periodik pada frekuensi pembawa dari sinyal yang
ditransmisikan. Urutan frekuensi pembawa disebut frequency-hopping pattern.

2. FHSS telah digunakan untuk pengamanan informasi pembicaraan (dan data), komunikasi akses
jamak (multiple access), Bluetooth, dan walkie talkie.

3. Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) adalah salah satu teknik spread spectrum (spektral
tersebar), yaitu suatu jenis modulasi dimana lebar bidang frekuensi (bandwidth) transmisi yang
digunakan jauh lebih besar daripada lebar bidang frekuensi minimum yang dibutuhkan untuk
mentransmisikan informasi, sementara tidak ada kaitan langsung antara lebar bidang frekuensi
keluaran dengan modulasi oleh sinyal informasinya.

4. Pada Direct Sequence Spread Spectrum, proses penebaran dilakukan dengan melakukan
perkalian langsung (direct) antara sinyal informasi (yang dimodulasikan secara digital) dengan
suatu urutan spreading code (kode penebar).

5. DSSS telah digunakan dalam aplikasi nirkabel seperti WiFi, Bluetooth, dan sistem komunikasi
satelit.
Secara garis besar dapat dinyatakan bahwa DSSS memiliki keunggulan pada kapasitas
tetapi sangat sensitif terhadap lingkungan apakah itu noise, pantulan dan lain-lain. Disisi lain
FHSSadalah teknologi yang sangat handal dan kurang sensitif terhadap pengaruh
lingkungan. Padasuatu area geografis tertentu beberapa Sistem FHSS dapat dioperasikan
secara simultan jauh lebih banyak daripada sistem DSSS.
Dapat disimpulkan bahwa DSSS dan FHSS adalah metode penyebaran spektrum yang
efektif untuk komunikasi nirkabel. Keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-
masing, serta dapat digunakan dalam berbagai aplikasi. Penting untuk memilih metode yang
sesuai dengan kebutuhan spesifik dalam rangka mencapai komunikasi yang optimal.

21
3.1 Saran
Berdasarkan analisis perbandingan antara Frequency-Hopping Spread Spectrum (FHSS) dan
Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS), terdapat beberapa saran yang dapat diambil dalam
konteks penulisan makalah ini. Pertama, disarankan untuk lebih mendalam mempelajari
implementasi dari masing-masing metode. Selanjutnya, saran penting lainnya adalah untuk
melibatkan studi kasus konkret yang melibatkan aplikasi nyata dari kedua metode. Dengan
menganalisis bagaimana FHSS dan DSSS digunakan dalam industri tertentu, contohnya dalam
komunikasi nirkabel, akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang keunggulan dan
kelemahan masing-masing metode dalam konteks praktis. Terakhir, penting untuk menyoroti
perkembangan terkini dalam teknologi FHSS dan DSSS, seperti penerapan dalam Internet of
Things (IoT) atau komunikasi 5G. Dengan mempertimbangkan perkembangan terbaru, makalah
ini akan menjadi lebih relevan dan memberikan wawasan yang up-to-date tentang FHSS dan
DSSS dalam konteks teknologi komunikasi nirkabel saat ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Ocki Aditya, Suwadi, dan Titiek Suryani. 2014. Implementasi Frequency Hopping Spread
Spectrum (FHSS) pada DSK TMS320C6416T. Surabaya. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3,
No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print)
Abdya, Julianda. 2015. Teknologi Spread Spectrum. URL: https://infokom-
anda.blogspot.com/2014/05/teknologi-spread-spectrum.html
Unknown. 2018. Pengertian Spread Spectrum, DSSS, FHSS. URL:
https://rgcs2002.blogspot.com/2018/11/pengertian-spread-spectrum-dsss-fhss.html
Kamalulazmi. 2020. SPREAD SPECTRUM. URL: https://kamalulazmi97.medium.com/spread-
spectrum-1c4b2b5ae57b
Bhadari, Sandeep. 2023. Perbedaan Antara FHSS dan DSSS. Punjabi. URL:
https://askanydifference.com/id/difference-between-fhss-and-dsss/
Bawahab, Fawzan Ghalib Abdul Karim, Elvan Yuniarti, Edi Kurniawan. 2019. ANALISIS
KARAKTERISASI TEKNOLOGI DIRECT SEQUENCE SPREAD SPECTRUM DAN
FREQUENCY HOPPING SPREAD SPECTRUM. Jakarta. Journal of Materials Science,
Geophysics, Instrumentation and Theoretical Physics.Vol.2 No.II Tahun 2019, 129-138
Tjahjono, Budi. 2012. PERBANDINGAN TEKNIK MODULASI DSSS DAN FHSS PADA SISTEM
JARINGAN WIRELESS LAN. Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai