Anda di halaman 1dari 26

RANGKUMAN

JUDUL BUKU “PERENCANAAN PEMBELAJARAN’’


Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd.
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran

Di kerjakan oleh :
Nur Annisaa Badia
1929042069 - PTIK F 2019

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
BAB I. KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.
B. Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain)
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan diatas, dimaksudkan agar
dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan
asumsi sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
Haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Itu dapat dijadikan titik awal
perbaikan kualitas pembrlajaran. Hal ini dimungkinkan karena dalam desain pembelajaran,
tahapan yang akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam mengajar telah terancang
dengan baik.
2. Untuk pembelajaran dirancang dengan Pendekatan sistem
Hal ini didasari bahwa dengan pendekatan sistem, akan memberikan peluang yang lebih
besar dalam mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termasuk
keterkaitan antarvariabel pengajaran yakni variabel kondisi pembelajaran, variabel metode,
dan variabel hasil pembelajaran.
3. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar
Kualitas pembelajaran juga banyak tergantung pada bagaimana pembelajaran itu
dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan
perancangannya.
4. Desain Pembelajaran Diacukan Pada Siswa Perorangan
Seseorang belajar memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan atau perilaku
belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tindakan atau perilaku belajar itu akan tetap
berjalan sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam hal ini jika perencanaan pembelajaran
tidak diacukan pada individu yang belajar seperti ini, maka besar kemungkinan bahwa
siswa yang lambat belajar akan makin tertinggal, dan yang cepat berpikir makin maju
pembelajarannya.
5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan Pada Tujuan
Perancangan pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur
setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring.
6. Desain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan Belajar
Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan
peluang dicapainya hasil pembelajaran. Dengan desain pembelajaran, setiap kegiatan
yang dilakukan guru telah terencana, dan guru dapat dengan mudah melakukan kegiatan
pembelajaran. Jika hal ini dilakukan dengan bai, sudah tentu sasaran akhir dari
pembelajaran adalah terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai.
7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
Desain pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa
turut mempengaruh belajar. Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu perlu
dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran yakni, variabel kondisi, metode dan
variabel hasil pembelajaran.
8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan
Fokus utama perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, pentapan, dan
pengembangan variabel metode pembelajaran. Ada tiga prinsip yang perlu
dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran yakni, (1) tidak ada satu
metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2) metode
(strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten
pada hasil pembelajaran dan, (3) kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang
konsisten pada hasil pengajaran.
D. Prinsip-Prinsip Umum Tentang Mengajar
Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar
mengejar adalah sebagai berikut :
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.
5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar.
E. Tipe-Tipe Balajar
Pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar.
1. Belajar Isyarat
Tipe belajar seperti ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Menurut Therndike
(1961) bntuk belajar seperti ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons
diberikan secara tidak sadar.
2. Belajar Stimulus-Respons (Stimulus Respons Learning)
Belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-Rbond). Setiap respons dapat
diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
3. Belajar Rangkaian
Semacam rangkaian antara berbagai S-R yang bersifat segera. Seperti gerakan dalam
mengikat sepatu, makan-minum-merokok.
4. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Tipe belajar ini mampu mengaitkan suatu yang bersifat verbalisme kepada sesuatu yang
sudah dimilikinya.
5. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian seperti membedakan
berbagai bentuk wajah, hewan, tumbuhan, dan lain-lain.
6. Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berfikir. Hal ini diperoleh dari hasil memuat tafsiran terhadap
fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta. Suatu konsep dapat
diklasifikasikan berdasarkan ciri tertentu. Misalnya konsep tentang manusia dll.
7. Belajar Aturan (Rule Learning)
Tipe belajar ini lebih meningkat dari tipe belajar konsep. Dalam belajar aturan seseorang
dianggap telah memiliki berbagai konsep yang dapat digunakan untuk mengemukakan
berbagai formula, hukum atau dalil.
8. Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving)
Tipe belajar ini dapat dilakukan oleh seseorang apabila dalam dirinya sudah mampu
mengaplikasikan berbagai aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapinya.
Kedelapan tipe belajar di atas tampaknya para ahli sepakat merupakan tipe belajar yang
memiliki hierarki. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar lainnya.

BAB II. Pendekatan Sistem Dalam Kegiatan Pembelajaran


A. Pengertian Sistem
Pengertian sistem adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara
fungsional yang memperoleh masukan menjadi keluaran.
B. Tujuan Sistem
Suatu sistem mempunyai tujua. Tujuan ini merupakan akhir dari apa yang dikehendaki oleh
suatu kegiatan. Seperti tujuan suatu lembaga pendidikan ialah memberikan pelayanan
pendidikan kepada yang membutuhkan, tujuan instruksional ialah agar siswa belajar
mengalami perubahan perilaku tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi yang telah
dirumuskan terlebih dahulu.
C. Fungsi-Fungsi Sistem
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, diperlukan berbagai fungsi yang beraktivitas.
Misalnya seorang manusia agar dapat hidup dan menunaikan tugasnya di dalam dirinya
diperlukan adanya fungsi koordinasi dan penggerak dan sebagainya.
D. Komponen-Komponen Sistem
Bagian-bagian yang merupakan komponen pelaksana fungsi dapat ditunjukan pada tabel
berikut :
Nama Tujuan Fungsi-fungsi Pelaksana Fungsi
Instruksional Siswa belajar Riset Dosen, Peneliti
prilaku tertentu Rancangan Dosen, Ahli Pengembangan
yang telah Produksi Instruksional
ditetapkan Seleksi Spesialis Media
Terlebih dahulu Logistik Dosen
Pemanfaatan Pustakawan, Teknisi
Evaluasi Dosen
Manajemen Organisasi Dosen
Manajemen Personil Ketua Jurusan, Ketua Lembaga,
Ketua UPP, Rektor, Ketua Dekan

Komponen yang melakukan proses transformasi disebut subsiste, karena masing-masing


bagian atau komponen itu sesungguhnya adalah suatu sistem pula.
E. Interaksi Atau Saling Hubungan
Semua komponen dalam sistem pembelajaran haruslah saling berhubungan satu sama lain.
Sebagai misal dalam proes pembelajaran disajikan penyampaian pesan melalui media OHP,
maka diperlukan adanya aliran listrik untukmembantu memberikan sinar dalam jaringan OHP.
F. Penggabungan Yang Menimbulkan Jaringan Keterpaduan
Dalam kaitan dengan kegiatan pembelajaran, para guru sebaiknya berusaha menjalin
keterpaduan antara sesama guru, antara guru dengan siswa, atau antara materi, guru, media,
dan siswa.
G. Proses Transformasi
Proses kerja sistem ini secara sederhana dapat dilukiskan seperti berikut:
Hasil yang dikeluarkan oleh suatu sistem kepada sebuah atau beberapa sistem lainnya
sebagai masukan yang akan diproses lebih lanjut. Pemrosesan kedua akan menghasilkan
sesuatu yang akan dikeluarkan oleh sistem pemrosesan dan ditampung lagi oleh sistem lain
lagi.

BAB III. TIGA VARIABEL PEMBELAJARAN


A. Pendahuluan
Simon (1969), umpamanya telah mengklasifikasikan variabel-variabel pelajaran ini, yang
dikatakannya sebagai komponen utama dari ilmu merancang menjadi tiga yaitu (1) altenative
goals or requirement, (2) possibilities for action, (3) fixed parameters or constrains. Klasifikasi
lain dikemukakan oleh Glaser (1965, 1976) yang disebutnya empat components of a
psychology of instruction. Keempat komponen ini adalah sebagai berikut : analisis isi bidang
studi, diagnosis kemampuan awal siswa, proses pembelajaran, pengukuran hasil belajar.
B. Metode Pembelajaran
Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Strategi pengorganisasian
Metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.
Strategi ini, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis yaitu strategi mikro dan strategi
makro.
2. Strategi penyampaian
Merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Fungsinya yaitu menyampaiakan isi pembelajaran kepada si belajar dan menyediakan
informasi atau bahan-bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja
3. Strategi pengelolaan
Merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata
interaksi antara si belajar dengan variabel metode pembelajaran lainnya.
C. Kondisi Pembelajaran
Reigeluth dan Merril (1979) mengelompokan variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga
kelompok yaitu :
1. Tujuan dan karakteristik bidang studi : pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang
diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus atau di mana saja dalam kontinu
khusus.
2. Kendala dan karakteristik bidang studi : Aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat
memberikan landasan yang berguna sekali dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran.
3. Karakteristik si belajar : Aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa seperti bakat,
motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya.
D. Hasil Pembelajaran
Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tig
yaitu :
1. Keefektifan : keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si
belajar.
2. Efisiensi : biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai
si belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.
3. Daya tarik : biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar,
kemudian erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, di mana kualitas
pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya.

BAB IV. SEPULUH LANGKAH MENDESAIN PEMBELAJARAN MENURUT DICK


AND CARREY
A. Pendahuluan
Sebagai seorang tenaga pengajar (guru), aktivitas kegiatannya tidak dapat dilepaskan dengan
proses pengajaran. Sementara proses pengajaran merupakan suatu proses yang sistematis,
yang tiap komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik.
B. Desain Pembelajaran Menurut Dick And Carrey
Salah satu model dalam mengorganisir pengajaran, menurut Dick and Carrey (1985) dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran
Dick and Carrey (1985) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah untuk menentukan
apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Keuntungan tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara spesifik dan jelas diantara lain:
a. Siswa untuk dapat mengatur waktu, dan pemusatan perhatian pada tujuan yang ingin
dicapai.
b. Guru untuk dapat mengatur kegiatan instruksionalnya, metodenya, dan strategi untuk
mencapai tujuan tersebut.
c. Evaluator untuk dapat menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai oleh anak
didik.
2. Melaksanakan analisis pengajaran
Dengan hal ini akan diidentifikasikan keterampilan-keterampilan bawahan. Jadi hal ini
dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku prasyarat, sebagai perilaku
yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses
psikologis muncul lebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal, sehingga analisis
ini merupakan acuan dasar dalam melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya.
3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik mahasiswa sangat perlu
dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai
petunjuk dalam menmpreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran.
4. Merumuskan tujuan performansi
Menurut Dick an Carrey (1985) menyatakan bahwa tujuan performansi terdiri atas :
1. Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan, atau diperbuat oleh anak
didik.
2. Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang
ahadir pada waktu anak didik berbuat.
3. Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai unjuk perbuatan anak didik yang
dimaksudkan pada tujuan.
5. Mengembangkan butir-butir es acuan patokan
Tes acuan patokan terdiri atas soal-soal secara langsung mengukur istilah patokan yang
dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan (criterion) digunakan
karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan penampilan
siswa dalam tujuan keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telah
mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan atau belum, tes acuan patokan disebut
juga tes acuan tujuan.
6. Mengembangkan strategi pengajaran
Komponen strategi pembelajaran terdiri atas:
a. Kegiatan prapembelajaran : kegiatan ini sangat penting untuk memotivasi anak didik
atau (mahasiswa) untuk mempelajari mata kuliah perencanaan pembelajaran.
b. Penyajian informasi : karena dengan adanya penyajian informasi, anak didik (siswa
atau mahasiswa) akan tahu seberapa jauh material pembelajaran yang harus mereka
pelajari, disajikan sesuai dengan urutannya, keterlibatan mereka dalam setiap urutan
pembelajaran.
c. Peran serta mahasiswa : Anak didik (siswa atau mahasiswa) harus diberi kesempatan
(terlibat) dalam setiap langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran,
apakah itu dalam tanya jawab atau mengerjakan soal-soal latihan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
d. Pengetesan : Untuk keperlaun pengetesan ada 4 macam tes acuan patokan yang
dapat digunakan , yaitu : tes tingkah laku masukan, prates, tes sisipan, pascates.
e. Kegiatan tindak lanjut : kegiatan tindak lanjut dilakukan karena rancangan
pembelajaran dalam mata kuliah atau mata pelajaran tertentu dapat dikuasi seluruhnya
oleh anak didik (siswa atau mahasiswa) diukur pada penguasaan pascates.
7. Mengembangkan dan memilih materiiial pengajaran
Dick and Carrey (1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk
merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
1. Pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap pembelajaran
dimasukkan ke dalam bahan, kecuali prates dan pascates.
2. Pengajaran memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi
pembelajaran.
3. Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pelajaran menurut
strategi pembelajarannya yang telah disusunnya.
Keuntungan strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan
memperbarui pembelajaran bila terjadi perubahan isi. Kerugiannya adalah sebagian besar
waktu tersita untuk menyampaikan informasi, sehingga sedikit sekali waktu untuk
membantu anak didik (mahasiswa).
8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif dilakukan karena evaluasi ini adalah
salah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk
mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran.
9. Merevisi bahan pembelajaran
Hal ini dilakukan karena untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih
menarik, efektif bila digunakan dalam keperluan pembelajaran, sehingga memudahkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif
Hal ini dilakukan karena melalui evaluasi sumatif dapat ditetapkan atau diberikan nilai
apakah suatu desain pembelajaran, di mana dasar keputusan penilaian didasarkan pada
keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB V. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Pendahuluan
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pembelajaran. Sebagai segala kegiatan pembelajaran muaranya pada
tercapainya tujuan tersebut
B. Arti Tujuan Pembelajaran
Banyak pengertian dari para ahli salah satunya menurut Robert F. Mager (1962) pengertian
tujuan pemebelajaran sebagai perialaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh
siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.
C. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi. Benyamin
S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan,
yakni:
1. Kognitif : kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental
yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi.
Kawasan kognitif ini terdiri atas 6 tingkatan : tingkat pengetahuan, tingkat pemahaman,
tingkat penerapan, tingkat analisis, tingkat sintesis, tingkat evaluasi.
2. Afektif : suatu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi
(penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini adal lima dari yang
sederhana sampai ke yang kompleks adalah sebagai berikut : kemauan menerima,
kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, ketekunan dan ketelitian.
3. Psikomotor : domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) yang bersifat manual atau motorik. Urutan tingkatan dari yang paling sederhana
sampai ke yang paling kompleks (tertinggi) adalah : persepsi, kesiapan melakukan suatu
kegiatan, mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi, originasi.
D. Format Untuk Menulis Tujuan Pembelajaran
Untuk menulis tujuan pembelajaran, tata bahasa merupakan unsur yang perlu diperhatikan.
Sebab dari tujuan pembelajaran tersebut dapat dilihat konsep atau proses berfikir seseorang
dalam menuangkan ide-idenya.

BAB 6. STRATEGI PEMBELAJARAN


A. Sekilas Tentang Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses
pembelajaran. Ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni (1) strategi
pengorganisasian pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran, (3) strategi
pengelolaan pembelajaran.
B. Strategi Pengorganisasian Pengajaran
Strategi mengorganisasi isi pengajaran disebut oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merrill (1977)
sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis
fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan. Pengorganisasian pengajaran secara
khusus, merupakan fase yang amat penting dalam rancangan pengajaran.

BAB 7. DESAIN PESAN DAN KARAKTERISTIK SISWA DALAM PEMBELAJARAN


A. Konsep Desain dalam Teknologi Pembelajaran
Teknlogi pembelajaran adalah penerapan secara sistemik dan sistematik strategi dan teknik
yang diambil dari konsep ilmu perilaku dan ilmu yang bersifat fisik serta pengetahuan lain untuk
keperluan pemecahan masalah pembelajaran.
B. Desain Pesan dalam Penelitian Teknologi Pendidikan
Dalam kawasan teknologi pendidikan terdapat lima kawasan yang menjadi bidang garapan
penelitian diantaranya (1) design, (2) development, (3) utilization, (4) management, (5)
evaluation. Salah satu dari unsur desain adalah desain pesan.
Pesan adalah informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain dapat berupa ide, fakta,
makna dan data.
C. Karakteristik Isi Pesan
Pesan dalam media massa diupayakan agar khalayak akan tertarik apabila pesan
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1. Novelty (sesuatu yang baru), pendengar akan tertarik apabila yang disajikan sesuatu yang
baru.
2. Kedekatan (proximity), pendengar akan lebih tertarik apabila yang disajikan suatu peristiwa
yang dekat secara fisik dengan pengalamannya.
3. Popularitas, pemberitaan seorang tokoh yang populer akan mempunyai daya tarik
tersendiri.
4. Pertentangan (conflict), sesuatu yang mengungkapkan pertentangan.
5. Komedi (humor), hal-hal yang lucu dan menyenangkan akan lebih menarik untuk didengar
sehingga tidak membosankan.
6. Keindahan, menyenangi keindahan dan kecantikan adalah salah satu sifat manusia.
7. Emosi, sesuatu yang membangkitkan emosi dan menyentuh perasaan yang merupakan
daya tarik tersendiri dalam pengemasan suatu pesan
8. Nostalgia, hal-hal yang mengungkapkan pengalaman di masa lalu.
9. Human interest, pada dasarnya akan menyukai tentang cerita yang menyangkut kehidupan
orang lain (sendjaja:1993)
D. Struktur Pesan
Struktur pesan mengacu pada bagaimana mengorganisasi elemen-elemen pokok dalam
sebuah pesan, yaitu :
1. sisi pesan, terdiri atas dua bentuk penyusunan yaitu satu sisi dan dua sisi.
2. urutan penyajian,berbentuk climax versus anticlimax order dan recency and primacy model.
3. penarikan kesimpulan, membuat suatu kesimpulan dapat secara merata langsung dan jelas
(explisit) atau secara tidak langsung (implisit).
E. Daya Tarik Pesan
Daya tarik pesan berkaitan dengan teknik penampilan dalam penyusunan suatu pesan, ide
yang meliputi fear (threat) appeals, emotional appeals, rational appeals dan humor appeals.
F. Beberapa Teori Pembelajaran Visual
Riset yang dilaukukan (Knolton, 1966; Levie & Dickie, 1973; Reiber, 1994; dan Winn, 1987)
telah membuktikan bahwa paling sedikit ada empat riset mengenai ilustrasi yang meliputi : (1)
persepsi gambar, (2) memori atau gambar, (3) pembelajaran dan kognisi, (4) respon yang
efektif terhadap gamabar.
G. Model Memori
Bukti-bukti memperlihatkan bahwa pada umumnya memori gambar lebih baik dari pada
memori kata. Hal ini sesuai dengan efek superioritas gambar (picture superiority effect). Paling
tidak ada tiga teori yang dapat menggambarkan picture superiority effect, yaitu (1) model kode
gambar, (2) model kode tunggal, dan (3) model semantik sensori.
H. Gambar Statis dan Pemerolehan Pengetahuan
Ilustrasi gambar statis dapat bertindak sebagai fasilitas pemerolehan pengetahuan bilamana
disajikan bersamaan dengan teks materi. Akan tetapi gambar tadi tidak akan bisa menjawab
semua situasi belajar.
I. Tinjauan Karakteristik Siswa dalam Penelitian Teknologi Pendidikan
Untuk menganalisis desain pesan dan karakteristik siswa sebagai bidang garapan dalam
penelitian teknologi pendidikan Reigeluth dan Merril (1987) mengklasifikasikan variabel
pengajaran. Ketiga variabel tersebut yaitu

Tujuan & karaketristik Kendala & karaketristik karaketristik


Bidang studi Bidang studi Siswa

Strategi Strategi Penyampaian Strategi Pengelolaan


pengorganisasian Pengajaran Pengajaran
pengajaran

Keefektifan, Efisiensi, dan Daya Tarik Pengajaran

Berdasarkan diagram variabel pengajaran di atas, karakteristik siswa berada pada

variabel kondisi pengajaran, sedangkan desain pesan berada dalam variabel strategis
penyampaian pengajaran yang penjelasannya di bawah ini.
J. Karakteristik Siswa
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari
kondisi pengajaran. Variabel ini didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan siswa.
Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan
berfikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan
amat berpengaruh dalam pemilihan strategi peneglolaan, yang berkaitan dengan bagaimana
menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran agar sesuai dengan
karakteristik peeerseorangan siswa.
K. Aliran Behaviorisme Kaitannya dengan Karakteristik Siswa
Aliran perilaku stimulus dan respons (S-R) adalah suau aliran perilaku yang menekankan
antecendent sebagai penyebab dari prilaku yang umumnya disebut metodologi aliran perilaku
(Skiner, 1974).
L. Analisis Tugas dan Tujuan Perilaku
Riset dalam tujuan perilaku dimasukkan ke dalam 4 kategori :
1. Pengaruh dari pengetahuan murid tentang tujuan perilaku pada cara belajar;
2. Pengaruh dari tuuan yang spesifik dengan tujuan yang umum pada belajar;
3. Pengaruh pada belajar murid dari penguasaan materi dari guru dan penggunaan dari suatu
tujuan;
4. Pengaruh pada penguasaan murid dari tujuan-tujuan perilaku tentang efisiensi.
M. Desain Saat ini dan Model Penyampaian
Tiga desain perilaku/ model penyampaian akan jelas melalui cara-cara:
1. PSI (Personalized System of Instruction)
Sistem ini sama seperti instruksi terprogram, menggunakan ajaran dari aliran perilaku dan
penguasaan cara belajar. PSI mempunyai 5 (lima) karakteristik, yaitu : menggunakan
instruktur atau pengajar, penguasaan materi pelajaran, menyusun sendiri kecepatan
belajarnya, guru sebagai motivator, menggunakan kata-kata tertulis.
2. Precision Teaching (Ketepatan Mengajar)
Suatu metode yang lebih menekankan monitoring kegiatan belajar di dalam kelas,
dibanding dengan menciptakan program yang didasarkan pada temuan-temuan di
laboratorium. Ketepatan mengajar telah menciptakan temuan-temuan praktis dari potensi
penggunaan pada teknologi pendidikan, seperti contoh seorang guru yang tetap secara
konsisten bahwa murid-murid yang diberikan tugas yang lebih sulit (menghasilkan tingkat
kesalahan yang lebih tinggi) dan lebih cepatnya tingkat untuk belajar kembali.
3. Direction Instruction (Pembelajaran Langsung)
Dalam mendesain pembelajaran agar belajar dapat lebih dimengerti diperlukan tiga analisis,
yaitu analisis perilaku, analisis komunikasi, dan analisis sistem ilmu pengetahuan. Analisis
perilaku berkaitan dengan bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku. Analisis
komunikasi mencoba mencari prinsip-prinsip untuk mendesain secara logis dari rangkaian
mengajar efektif. Analisis dari sistem pengetahuan berfokus pada organisasi yang logis atau
kualifikasi dari pengetahuan dimana keahlian dan konsep yang sama dapat diajarkan
dengan cara yang sama.
BAB 8. PERLUNYA MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR EMOSIONAL ANAK DALAM
MERANCANG PEMBELAJARAN
A. Konsep Dasar Emosional
Kecerdasan emosional adalah suatu cara baru untuk membesarkan anak. Mempelajari
perkembangan kepribadian anak intelligence quotient (IQ) merupakan salah satu alat yang
banyak digunakan untuk mengetahuinya. Namun belakangan berkembang suatu alat yang
disebut emotional quotient (EQ) yang oleh pakar dianggap sebagai salah satu alat yang baik
untuk mengukur kecerdasan emosional anak. Menurut Lawrence Shapiro (1997) kecerdasan
emosional anak dapat dilihat pada keuletan, optimisme, motivasi diri, antusiasme.
B. EQ Versus IQ
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya
berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Idealnya,
seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial dan
emosional, sebagaimana ditunjukan oleh negarawan besar dunia.
C. Anatomi Saraf Emosi
Para ilmuwan sering membicarakan bagian otak yang digunakan untuk berfikir, yaitu korteks.
Kadang-kadang disebut neokorteks sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang
mengurusi emosi yakni sistem limbik tetapi sesungguhnya hubungan antara kedua bagian
inilah yang menentukan kecerdasan emosional seseorang. Menurut Lawrence otak manusia
dapat digoongkan dalam dua fungsi, yaitu (a) otak logika dan (b) otak emosi. Kedua otak
tersebut menjalankan fungsi yang berbeda dalam menentukan perilaku kita, namun keduanya
saling bergantung.
D. Menjadi Orang Tua Ber-EQ Tinggi
Para peneliti yang mempelajari reaksi orang tua terhadap anak-anaknya menemukan bahwa
ada tiga gaya yang umum bagaimana orang tua menjalankan peranannya sebagai orang tua,
yakn otoriter, permisif, dan otoritatif. Penelitian menyatakan bahwa anak-anak yang berasal
dari keluarga yang menerpakan keotoriteran dan pengawasan ketat tidak memperhatikanpola
yang berhasil. Mereka cenderung tidak bahagia, penyendiri, dan sulit mempercayai orang lain.
Sebaliknya orang tua permisif, berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin, tapi
cenderung sangat pasif ketika sampai ke masalah penetapan batas-batas atau menanggapi
ketidakpatuhan.
Orang tua otoritatif, berusaha menyeimbangkan antara batas-batas yang jelas dan lingkungan
rumah yang baik untuk tumbuh, menghargai kemandirian anak-anaknya tetapi menuntut
mereka memenuhi standar tanggung jawab yang tinggi kepada keluarga, teman dan
masyarakat.
E. Emosi dan Segi Moral
Willian Damon, seorang profesor Amerika dalam perkembangan moral anak-anak dan remaja
menyatakan anak-anak harus mendapatkan keterampilan emosional sebagai berikut:
1. Mereka harus mengikuti dan memahami perbedaan antara perilaku yang baik dan buruk
serta mengembangkan kebiasaan dalam hal perbuatan yang konsisten dengan sesuatu
yang dianggap baik.
2. Mereka harus mengembangkan kepedulian, perhatian dan rasa tanggung jawab atas
kesejahteraan dan hak-hak orang lain, yang diungkapkan melalui sikap peduli, dermawan,
ramah, dan pemaaf.
3. Mereka harus merasakan reaksi emosi negatif seperti malu, bersalah marah, takut, dan
rendah diri bila melanggar aturan moral.
Menurut William Damon, perkembangan moral anak tidak dapat dipisahkan dengan emosi
seseorang.
F. Empati dan Kepedulian kepada Anak
Salah satu unsur dari emosional adalah empati. Empati merupakan suatu sikap kepribadian
seseorang dimana seseorang mampu menempatkan diri dalam posisi orang lain. Para psikolog
pengembangan menegaskan bahwa seseungguhnya ada dua komponen empati, yaitu : (1)
reaksi emosi pada orang lain yang normalnya berkembang dalam enam tahun pertama
kehidupan anak-anak, dan (2) reaksi kognitif yang sampai sejauh mana anak-anak dari sudut
pandang atau perspektif orang lain.
G. Mengembangkan Empati dan Kepedulian
Para psikolog perkembangan menegaskan bahwa sesungguhnya ada dua komponen empati :
reaksi emosi kepada orang lain yang normalnya berkembang dalam enam tahun pertam
kehidupan anak dan reaksi kognitif yang menentukan sampai sejauh mana anak-anak ketika
sudah leih besar mampu memandang sesuatu dari sudut pandang atau perspektif orang lain.
H. Keterampilan EQ yang Harus Diingat
Hal yang perlu diingat dalam EQ dalam hal ini adalah (1) ajarkan nilai kejujuran kepada anak
sejak mereka masih muda dan konsisten dengan pesan anda waktu usia mereka bertambah.
(2) anda dapat menjadikan kejujuran dan etika sebagai bahan perbincangan sejak anak masuk
sangat mudah dengan memilihkan buku-buku dan video untuk dinikmati bersama anak,
memainkan permainan kepercayaan, dan memahami berubahnya kebutuhan anak atas privasi.
I. Emosi Moral Negatif: Rasa Malu dan Rasa Bersalah
Malu didefinisikan sebagai salah satu bentuk rasa rendah diri, ekstrem yang terjadi ketika
anak-anak merasa gagal memenuhi harapan orang lain dalam bertindak. Membuat anak
merasa malu akan perbuatan anti sosialnya merupakan cara manjur untuk mengubah perilaku
ini. emosi negatif rasa malu dan rasa bersalah dapat dimanfaatkan secara konstruktif untuk
membentuk perilaku moral anak.
1. Memanfaatkan rasa malu
a. Upaya mempermalukan harus diberikan apabila seorang anak tidak memiliki reaksi emosi
setelah melakukan sesuatu yang seharusnya membuatnya malu.
b. Upaya mempermalukan harus dipertimbangkan sebagai strategi perubahan perilaku yang
sah apabila cara pendisiplinan yang lebih lunak dianggap gagal.
2. Berfikir Realistis
3. Keuntungan Optimisme
4. Mengubah Kelakuan Anak dengan Mengubah Pola Pikir Mereka
5. Mendefinisikan Masalah Sebagai “Musuh”
6. Membuat Kerangka Baru Suatu Masalah dan Menuliskannya
J. Aplikasi Pertimbangan Faktor Emosional Anak dalam Perencanaan Pembelajaran
Emotional Qoutient (EQ) merupakan faktor penting dalam perkembangan intelektual anak, hal
ini sejalan dengan pandangan Semiawan bahwa stimulasi intelektual sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan emosional, bahkan emosi juga sangat menentukan perkembangan intelektual anak
secara bertahap artinya secar timbal balik faktor kognitif juga terlibat dalam perkembangan
emosional. Dengan demikian, antara IQ dan EQ tidak dapat dipisahkan perannya satu sama
lain.
K. Aplikasi Emosi dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari faktor emosi anak dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
mencerdaskan anak di lingkungan keluarga. Beberapa hal yang terkait dengan ini dijelaskan
sebagai berikut.
1. Proses emosi dapat dijelaskan dari proses fisiologik, yaitu terjadinya emosi ditandai oleh
adanya perubahan dalam diri (visceral change).
2. Perubahan dalam refleks kulit galvanis-RKG (galvanis skin refleks-GSR), sirkulasi
(termasuk di dalamnya perubahan tekanan darah, perubahan kimiawi dan distribusinya).
3. Kondisi bangkitnya (arousal state) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lain.
4. Takut dan marah misalnya, merupakan akibat dan proses fisiologikal yang berbeda.
Impilkasi Emosi
Penjelasan proses emsi yang secara umum dan ringkas dapat dipetik sebuah implikasi bahwa
dengan diketahuinya emosi dan sebab-sebabnya, akan dapat diambil manfaat atau kegunaan,
baik untukn keperluan penelitian dan pengembangan ilmu maupun untuk keperluan praktis.

BAB 9. MERANCANG EVALUASI HASIL BELAJAR


A. Pendahuluan
Sering kali dalam proses belajar mengajar (PBM) itu aspek evaluasi hasil belajar ini diabaikan.
Dalam membuat soal ujian atau evaluasi hasil belajar, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Memberikan ukuran yang dipakai : seperti bagaimana mengukur, menilai dan
mengevaluasi.
2. Mendiskusikan tentang fungsi penilaian untuk memperoleh pemahaman tentang hal-hal
apasaja yang dapat dinilai melalui ujian.
3. Melaksanakan standar penilaian ujian. Ini berarti melakukan penilaian yang baik,
dibutuhkan mutu ujian yang baik pula.
4. Merancang soal-soal ujian dalam struktur soal sedemikian rupa sehingga jumlah maupun
derajat kesukaran soal tetap relevan.
B. Pengukuran, Penilaian, dan Pengevaluasian Hasil Belajar
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif.
Menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran subjektif dan bersifat
kualitatif. Mengevaluasi adalah proses mengukur dan memulai.
C. Fungsi Ujian sebagai Instrumen Evaluasi
Ujian mempunyai tiga fungsi, yaitu mengukur, menilai dan mengevaluasi karena macam ujian
tergantung pada objek pengajaran apa yang akan dievaluasi. Suatu ujian dikatakan bermutu
baik apabila ujian tersebut :
a. Menguji apa yang hendak diuji, rancangan ujian harus relevan dengan fungsi evaluasi mana
yang diinginkan.
b. Terdiri atas serangkaian soal ujian yang baik, Soal yang baik adalah soal yang berkualitas
baik, yaitu soal yang valid, relevan, spesifik, representatif, dan seimbang.
D. Struktur Sosial Ujian
Di dalam ujian seyogianya semua pokok bahasan harus terwakili dalam ujian sehingga ujian
tersebut dapat dikatakan ujian yang representatif. Hakikatnya didasarkan pada materi
perkuliahan dan buku bacaan wajib serta sejumlah handout yang diberikan. Materi perkuliahan
yang sifatnya must know (harus diketahui) merupakan materi terpenting dan karenanya harus
ditanyakan paling banyak dalam ujian. Suatu ujian dikatakan seimbang apabila pokok bahasan
terpenting juga ditanyakan paling banyak. Selain itu, suatu ujian akan dikatakan bermutu
apabila ujian tersebut terdiri atas serangkaian soal yanga telah diorganisasikan dalam suatu
struktur soal sedemikian rupa sehingga rangkaian soal itu akan menunjukan representatif,
seimbang dan relevansi dengan sasaran belajar sekaligus. Tanpa struktur soal, rangkaian soal
itu akan tidak terorganisasi.
E. Kriteria Evaluasi
Untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan individual mahasiswa dibutuhkan beberapa
syarat. Pertama soal ujian harus dibuat secara spesifik. Kedua, penilaian dilakukan secara
dikotomi artinya bobot yang diberikan sebagai penghargaan kepada mahasiswa untuk setiap
soal yang yang dikerjakan harus ekstrem mendekati. Ada dua acuan penilaian dalam
pengambilan keputusan :
a. Penilaian acuan patokan (PAP)
b. Penilaian acuan norma (PAN)
F. Beberapa Konsep yang Berkaitan dengan Evaluasi
- Validitas Instrumen, hakikatnya adalah berhubungan dengan sejauh mana suatu alat
mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Jenis
validitas ada 4 (empat) macam, yaitu (a) validitas logis meliputi validitas isi, validitas
konstruksi, (b) validitas empiris meliputi, validitas ada sekarang, validitas prediksi.
- Reabilitas Instrumen, hakikatnya berhubungan dengan masalah kepercayaan. Maksudnya
suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepecayaan yang tinggi jika dapat
memberikan hasil yang tetap.

BAB 10. MERANCANG KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. Perlunya Penyiapan Rancangan Kegiatan Pembelajaran (RKP)
Rancanangan kegiatan pembelajaran (RKP) adalah seperangkat tulisan yang berisi rencana
pembelajaran dan praktikum dari dosen atau tenaga pengajar dalam memberikan kuliah
dan/atau praktikum. Dalam menbuat RKP perlu ditampilkan atau disiapkan tujuan
pembelajaran yang jelas dan dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi setempat.
B. Bagaimana Menyusun Rancangan Kegiatan Pembelajaran
Paling tidak ada sepuluh langkah yang dilalui dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran.
Beberapa yang dapat dijadikan acuan misalnya apa yang pernah ditulis oleh Atwi Suparman
(1993), Toeti Soekamto, dkk. (1993), dan Asmawi Zainul, dkk. (1993). Namun secara singkat
digambarkan sebagai berikut:
1. Pentingnya Dosen Mencari Informasi Sebanyak-banyaknya
Apabila dosen ingin menyiapkan bahan perkuliahan, ia harus selalu ingat pada tiga hal
penting berikut .
a. Bahan ajar apa yang akan diberikan kepada mahasiswanya.
b. Apa yang diinginkan dosen dalam memberikan kuliah dan apa pula yang harus
dikerjakan mahasiswa dalam kaitannya dengan kuliah tersebut.
c. Sejauh mana mahasiswa mengetahui materi kuliah yang diberikan dosen.
2. Menuliskan Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan
Pkok bahasan (PB) itu berupa materi pokok kuliah yang akan diberikan dalan kuliah atau
praktikum. Setiap pokok bahasan terdiri atas subpokok bahasan. Banyaknya pokok
bahasan setiap mata kuliah akan berbeda satu sama lain dan setiap subpokok bahasan
terdiri atas satu atau lebih dari sasaran belajar (Sasbel).
3. Merumuskan TIU untuk Tiap Pokok Bahasan
Perlu dibedakan antara TIU untuk mata kuliah dan TIU untum setiap pokok bahasan.
Fungsi TIU adalah :
a. Sebagai dasar untuk menyusun Sasbel;
b. Sebagai dasar untuk menjelaskan tujuan mata kuliah secara ringkas;
c. Untuk menjelaskan kedudukan mata kuliah di dalam kurikulum;
d. Untuk menentukan kegiatan mengajar.
Adapun sifat dari TIU adalah sebagai berikut :
1). Luas dan Umum. Jangan menuliskan TIU secara spesifik
2). Jumlahnya sedikit saja. Misalnya setiap Pokok Bahasan hanya ada satu atau dua.
3). Penulisan TIU untuk kepentingan dosen dalam mengarahkan kuliah yang
dibimbingnya.
4). Rumusan TIU dapat berorientasi pada dosen (perilaku memberikan kuliah) dan
mahasiswa (perilaku mahasiswa dalam belajar).
4. Menyusun Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan dalam Skema Hubungan

5. Menentukan Frekuensi Kuliah untuk Setiap Pokok Bahasan


Karena tiap mata kuliah mempunyai bobot yang berbeda misalnya 4sks, 3sks, dan 2sks,
maka tiap mata kuliah mempunyai Pokok Bahasan yang berbeda pula satu sama yang
lain. Karena Pokok Bahasan untuk setiap mata kuliah berbeda, maka frekuensi kuliah
setiap Pokok Bahasan untuk setiap mata kuliah juga berbeda.
6. Merumuskan Sasaran Belajar
Sebenarnya inti dari kegiatan perkuliahan, terletak pada sasaran belajar (Sasbel). Oleh
karena itu, penyusunan Sasbel harus benar. Untuk itu penulisan Sasbel sebaiknya harus :
a. Terperinci;
b. Sesuai dengan perilaku mahasiswa (dan terukur);
c. Diberiakan sesuai dengan waktu yang ditentukan;
d. Sesuai dengan hasil minimal yang ingin dicapai;
e. Sesuai dengan sarana yang ada.
7. Membuat Matriks Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP)
Matriks RKP berisi seperangkat informasi yang menjelaskan secara rinci hubungan antara
Pokok Bahasan, Subpokok Bahasan, Sasbel, Bentuk Pengajaran Media Pengajaran,
Tugas Terstruktur, waktu tatap muka yang diperlukan dan Pustaka.
Untuk penulisan matriks ini sudah relatif baku, yaitu mulai dari :
a. Nomor urut
b. Pokok Bahasan
c. Subpokok Bahasan
d. Sasbel
e. Bentuk Pengajaran
f. Media Pengajaran
g. Waktu yang diperlukan setiap tatap muka dalam menjelaskan
h. Pokok Bahasan tersebut
i. Penulisan Pustaka (buku wajib atau pendukung “Readers”)
8. Menentukan Ujian dan Bobot Soal
Seperti diketahui, biasanya dalam satu semester itu terdiri atas 14 kali tatap muka
(termasuk penyelesaian tugas terstruktur), yang pada umumnya terdiri atas:
a. Satu kali midtest; dan
b. Satu kali ujian akhir semester, sehingga terjadi 16 kegiatan per semester.
Pembobotannya juga berbeda antara midtest, Ujian Akhir Semester (UAS) dan Tugas
Terstruktur. Sebagai contoh seorang dosen membagi bobot soalnya sebagai berikut :
1). Ada 3 tugas terstruktur masing-masing diberi bobot 10% sehingga berjumlah 30%;
2). Midtest dengan bobot 20%;
3). UAS diberi nilai bobot 50%; sehingga secara keseluruha akan diperoleh penilaian
100%.
9. Menyusun Pedoman Perkuliahan dan RKP
Untuk menyusun suatu pedoman perkuliahan, sangat baik diadakan diskusi terlebih
dahulu dengan teman-teman untuk selalu merevisi isi dan format RKP yang telah dibuat.
Selanjutnya ditetapkan Pedoman Perkuliahan. Jika sudah dioperasionalkan
pelaksanaannya dan mengalami hambatan, maka secepatnya diadakan revisi.
10. Menyerahkan Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP)
Rencana Perkuliahan biasanya hanya bersifat tentatif, artinya pembuatan RKP tersebut
adalah bersifat sementara yang menuntut perbaikan dan penyempurnaan. Meskipun
demikian jika telah selesai dibuat yang bersifat tentatif, segera diserahkan ke bagian
akademik, ke jurusan dan lainnyamenjadi pegangan kita sebagai dosen.

BAB 11. PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DALAM


PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan suatu paradigma baru dalam sistem
pembaruan kurikulum pendidikan di sekolah. Munculnya kurikulum berbasis kompetensi
didasari oleh lemahnya kemampuan lulusan sekolah formal sekarang ini dalam arti lulusan
sekolah kurang memiliki kemampuan taksonomi yan diharapkan baik secara kognitif, afektif,
maupun secara psikomotorik.
B. Esensi KBK
KBK yang telah diberlakukan pada tahun pelajaran 2003/2004 di dalamnya telah
melaksanakan suatu sistem pembelajaran yang (mungkin) asing bagi guru yang terbiasa
menggunakan sistem klasikal. Dengan KBK guru dituntut untuk membuktikan
keprofesionalanny, mereka dituntut untuk dapat menyusun dan membuat rencana
pembelajaran yang berdasarkan kemampuan dasar apa yang dapat digali dan dikembangkan
oleh peserta didik.
C. Kompetensi yang Diharapkan dalam Pembelajaran
Kompetensi yang diharapkan akan muncul dan dikembangkan dari peserta didik melalui
kurikulum berbasis kompetensi, secara garis besar perlu kita ingatkan kompetensi pada
jenjang pendidikan sebelumnya sebagai berikut:
1. Tamatan Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, dan sederajat diharapkan memiliki
kompetensi :
a. Mengenal dan berperilaku sesuai dengan ajaran agamanya;
b. Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, belajar dan beraktivitas sehari-hari,
serta peduli terhadap lingkungan;
c. Berfikir logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi terutama dengan kelompok sebaya.
d. Membiasakan hidup bersih, bugar, dan sehat;
e. Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air.
2. Tamatan Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, dan sederajat diharapkan
memiliki kompetensi :
a. Meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama yang dianut dalam kehidupan;
b. Memahami dan menjalankan hak dan kewajiban untuk belajar dan mempersiapkan
karier;
c. Berfikir logis, kritis, kreatif inovatif, memecahkan masalah, serta berkomunikasi melalui
media;
d. Menyenangi dan menghargai seni;
e. Menjalankan pola hidup mandiri dan sosial yang sehat, bersih, bugar serta sehat rohani
dan jasmani;
f. Berpartisipasi dalam kehidupan sebagai cerminan rasa cinta dan bengga terhadap
bangsa dan tanah air.
3. Tamatan Sekolah Menengah Umum /Kejuruan, Madrasah Aliyah, dan sederajat diharapkan
memilki kompetensi :
a. Memiliki keyakinan dan ketakwaan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya;
b. Memiliki nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan dalam kehidupan;
c. Menguasai pengetahuan dan keterampilan akademik;
d. Mengalihgunakan kemampuan akademik dan keterampilan berkarya;
e. Menghargai dan berekspresi seni;
f. Mengembangkan pola hidup berdasarkan nilai-nilai kebersihan, kesehatan rohani, dan
kebugaran jasmani;
g. Berpartisipasi dan berwawasan kebangsaan dalam kehidupan.
h. Memilki pemahaman dan wawasan yang luas.
D. KBK Penerapannya dalam Pembelajaran Matematika
1. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika
Ditinjau dari aspek kompetensi yang ingin dicapai, mata pelajaran matematika menekankan
penguasaan konsep dan algoritma disamping kemampuan memecahkan masalah.
2. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika
Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Standar adalah arahan atau acuan bagi pendidik
tentang kemampuan dan keterampilan yang menjadi fokus proses pembelajaran dan
penilaian. Jadi standar kompetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki
dan dapat dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata
pelajaran tertentu.
Untuk mata pelajaran matematika di SMA, telah dirumuskan sembilan standar kompetensi
sebagai berikut :
a. Menggunakan operasi dan sifat serta manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah
yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar dan logaritma.
b. Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam
pemecahan masalah.
c. Menggunakan sifat dan aturan geometri dalam menentukan kedudukan titik, garis dan
bidang, jarak, sudut dan volum.
d. Menggunakan aturan statistika dalam menyajikan dan meringkas data dengan
berbagai cara.
e. Menggunakan manipulasi aljabar untuik merancang rumus trigonometri dan menyusun
bukti.
f. Menyusun dan menggunakan persamaan lingkaran.
g. Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan dalam pemecahan masalah.
h. Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah
i. Merancang dan menggunakan model matematika program linear serta menggunakan
sifat dan aturan yang berkaitan dengan barisan, deret, matriks, vektor,
transformasi,dalam pemecahan masalah.
3. Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian
Silabus dan sistem penilaian merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus dan
sistem penilaian suatu mata pelajaran. Disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada
pencapaian kompetensi. Silabus dan sistem penilaian berfungsi untuk mengetahui
kemajuan belajar sisw, mendiagnosis kesulitan belajar, memberiakan umpan balik,
melakukan perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan memotivasi siswa
untuk belajar lebih baik.
Langkah-langkah Penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian
a. Identifikasi
b. Pengurutan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
c. Penentuan Materi Pokok dan uraian materi pokok.
d. Pemilihan pengalaman belajar.
e. Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator.
f. Penjabaran indikator ke dalam instrumen penilaian.
g. Jenis tagihan berupa: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, tugas
individu, tugas kelompok, responsi atau ujian praktek, laporan kerja praktik.
h. Menentukan alokasi waktu.
i. Sumber atau bahan atau alat.
4. Penyusunan dan Analisis Instrumen
a. Langkah Penyusunan Instrumen
b. Bentuk Instrumen dan Penskorannya
1. Pertanyaan lisan, penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola
kontinum 0 s.d 10 atau 0 s.d 100. Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-
rambu jawaban yang akan dijadikan acuan.
2. Pilihan Ganda, dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat
berfikir rendah seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat
berfikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Penskoran pilihan
ganda dapat dilakukan dengan rumus :
Skor = B/N x 100
B = adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal
3. Uraian objektif, pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan, dan
sebagainya. Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan dengan
memberikan skor tertentukan langkah-langkah dalam menjawab soal.
4. Uraian bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi
siswa dalam semua tingkat ranah kognitif. Untuk memudahkan penskoran dibuat
rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan.
c. Bentuk Instrumen Nontes dan Penskorannya
Instrumen nontes meliputi angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini digunakan
untuk menilai aspek sikap dan minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai.
Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya dengan
rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan/pernyataan.
5. Analisis instrumen
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dahulu sebelum digunakan. Ada dua model analisis
yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah
analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama. Analisis
kuantitatif dilakukan dengan cara menguji cobakan instrumen yang telah dianalisis secara
kualitatif kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan
diuji dengan instrumen tersebut.
6. Evaluasi Hasil Penilaian
Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam
menguasai kompetensi dasar. Dari evalusi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar,
materi, atau indikator yang belum mencapai ketuntasan. Dengan mengevaluasi hasil
belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program perbaikan
yang tepat.
E. Pelaporan Hasil Penilaian dan Pemanfaatannya
1. Pelaporan Hasil Penilaian
Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun deskripsi
kualitatif terhadap kompetensi dasar tertentu. Pelaporan hasil inventori afektif ini akan
sangat bermanfaat khususnya untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran
matematika dan dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat
siswa terhadap pembelajaran matematika. Pelaporan dilakukan secara kualitatif.
2. Pemanfaatan Hasil Penilaian
a. Untuk Siswa
Dapat dimanfaatkan siswa untuk : (a) mengetahui kemajuan hasil belajar diri, (b)
mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi diri untuk
belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajar.
b. Untuk Orang Tua
Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang tua untuk : (a). Membantu anaknya
belajar, (b). Memotivasi anaknya belajar,(c). Membantu sekolah meningkatkan hasil
belajar siswa, (d). Membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.
c. Untuk Guru dan Kepala Sekolah
Hasil penilaian harus dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu
guru untuk menentukan strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah
agar memberi fasilitas belajar lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai