Di kerjakan oleh :
Nur Annisaa Badia
1929042069 - PTIK F 2019
A. Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan.
B. Perencanaan Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain)
sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
C. Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Perlunya perencanaan pembelajaran sebagaimana disebutkan diatas, dimaksudkan agar
dapat dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan
asumsi sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran
Haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Itu dapat dijadikan titik awal
perbaikan kualitas pembrlajaran. Hal ini dimungkinkan karena dalam desain pembelajaran,
tahapan yang akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam mengajar telah terancang
dengan baik.
2. Untuk pembelajaran dirancang dengan Pendekatan sistem
Hal ini didasari bahwa dengan pendekatan sistem, akan memberikan peluang yang lebih
besar dalam mengintegrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termasuk
keterkaitan antarvariabel pengajaran yakni variabel kondisi pembelajaran, variabel metode,
dan variabel hasil pembelajaran.
3. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar
Kualitas pembelajaran juga banyak tergantung pada bagaimana pembelajaran itu
dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan
perancangannya.
4. Desain Pembelajaran Diacukan Pada Siswa Perorangan
Seseorang belajar memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan atau perilaku
belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tindakan atau perilaku belajar itu akan tetap
berjalan sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam hal ini jika perencanaan pembelajaran
tidak diacukan pada individu yang belajar seperti ini, maka besar kemungkinan bahwa
siswa yang lambat belajar akan makin tertinggal, dan yang cepat berpikir makin maju
pembelajarannya.
5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan Pada Tujuan
Perancangan pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur
setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil pengiring.
6. Desain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan Belajar
Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan
peluang dicapainya hasil pembelajaran. Dengan desain pembelajaran, setiap kegiatan
yang dilakukan guru telah terencana, dan guru dapat dengan mudah melakukan kegiatan
pembelajaran. Jika hal ini dilakukan dengan bai, sudah tentu sasaran akhir dari
pembelajaran adalah terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai.
7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
Desain pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa
turut mempengaruh belajar. Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu perlu
dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran yakni, variabel kondisi, metode dan
variabel hasil pembelajaran.
8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan
Fokus utama perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, pentapan, dan
pengembangan variabel metode pembelajaran. Ada tiga prinsip yang perlu
dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran yakni, (1) tidak ada satu
metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2) metode
(strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten
pada hasil pembelajaran dan, (3) kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang
konsisten pada hasil pengajaran.
D. Prinsip-Prinsip Umum Tentang Mengajar
Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar
mengejar adalah sebagai berikut :
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar.
5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologi tentang belajar.
E. Tipe-Tipe Balajar
Pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar.
1. Belajar Isyarat
Tipe belajar seperti ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Menurut Therndike
(1961) bntuk belajar seperti ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons
diberikan secara tidak sadar.
2. Belajar Stimulus-Respons (Stimulus Respons Learning)
Belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-Rbond). Setiap respons dapat
diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
3. Belajar Rangkaian
Semacam rangkaian antara berbagai S-R yang bersifat segera. Seperti gerakan dalam
mengikat sepatu, makan-minum-merokok.
4. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Tipe belajar ini mampu mengaitkan suatu yang bersifat verbalisme kepada sesuatu yang
sudah dimilikinya.
5. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian seperti membedakan
berbagai bentuk wajah, hewan, tumbuhan, dan lain-lain.
6. Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berfikir. Hal ini diperoleh dari hasil memuat tafsiran terhadap
fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta. Suatu konsep dapat
diklasifikasikan berdasarkan ciri tertentu. Misalnya konsep tentang manusia dll.
7. Belajar Aturan (Rule Learning)
Tipe belajar ini lebih meningkat dari tipe belajar konsep. Dalam belajar aturan seseorang
dianggap telah memiliki berbagai konsep yang dapat digunakan untuk mengemukakan
berbagai formula, hukum atau dalil.
8. Belajar Pemecahan masalah (Problem Solving)
Tipe belajar ini dapat dilakukan oleh seseorang apabila dalam dirinya sudah mampu
mengaplikasikan berbagai aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapinya.
Kedelapan tipe belajar di atas tampaknya para ahli sepakat merupakan tipe belajar yang
memiliki hierarki. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar lainnya.
A. Pendahuluan
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pembelajaran. Sebagai segala kegiatan pembelajaran muaranya pada
tercapainya tujuan tersebut
B. Arti Tujuan Pembelajaran
Banyak pengertian dari para ahli salah satunya menurut Robert F. Mager (1962) pengertian
tujuan pemebelajaran sebagai perialaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh
siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.
C. Taksonomi Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi. Benyamin
S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan,
yakni:
1. Kognitif : kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental
yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi.
Kawasan kognitif ini terdiri atas 6 tingkatan : tingkat pengetahuan, tingkat pemahaman,
tingkat penerapan, tingkat analisis, tingkat sintesis, tingkat evaluasi.
2. Afektif : suatu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi
(penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini adal lima dari yang
sederhana sampai ke yang kompleks adalah sebagai berikut : kemauan menerima,
kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, ketekunan dan ketelitian.
3. Psikomotor : domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) yang bersifat manual atau motorik. Urutan tingkatan dari yang paling sederhana
sampai ke yang paling kompleks (tertinggi) adalah : persepsi, kesiapan melakukan suatu
kegiatan, mekanisme, respon terbimbing, kemahiran, adaptasi, originasi.
D. Format Untuk Menulis Tujuan Pembelajaran
Untuk menulis tujuan pembelajaran, tata bahasa merupakan unsur yang perlu diperhatikan.
Sebab dari tujuan pembelajaran tersebut dapat dilihat konsep atau proses berfikir seseorang
dalam menuangkan ide-idenya.
variabel kondisi pengajaran, sedangkan desain pesan berada dalam variabel strategis
penyampaian pengajaran yang penjelasannya di bawah ini.
J. Karakteristik Siswa
Sebagaimana diuraikan di atas bahwa karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari
kondisi pengajaran. Variabel ini didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan siswa.
Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan
berfikir dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan
amat berpengaruh dalam pemilihan strategi peneglolaan, yang berkaitan dengan bagaimana
menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran agar sesuai dengan
karakteristik peeerseorangan siswa.
K. Aliran Behaviorisme Kaitannya dengan Karakteristik Siswa
Aliran perilaku stimulus dan respons (S-R) adalah suau aliran perilaku yang menekankan
antecendent sebagai penyebab dari prilaku yang umumnya disebut metodologi aliran perilaku
(Skiner, 1974).
L. Analisis Tugas dan Tujuan Perilaku
Riset dalam tujuan perilaku dimasukkan ke dalam 4 kategori :
1. Pengaruh dari pengetahuan murid tentang tujuan perilaku pada cara belajar;
2. Pengaruh dari tuuan yang spesifik dengan tujuan yang umum pada belajar;
3. Pengaruh pada belajar murid dari penguasaan materi dari guru dan penggunaan dari suatu
tujuan;
4. Pengaruh pada penguasaan murid dari tujuan-tujuan perilaku tentang efisiensi.
M. Desain Saat ini dan Model Penyampaian
Tiga desain perilaku/ model penyampaian akan jelas melalui cara-cara:
1. PSI (Personalized System of Instruction)
Sistem ini sama seperti instruksi terprogram, menggunakan ajaran dari aliran perilaku dan
penguasaan cara belajar. PSI mempunyai 5 (lima) karakteristik, yaitu : menggunakan
instruktur atau pengajar, penguasaan materi pelajaran, menyusun sendiri kecepatan
belajarnya, guru sebagai motivator, menggunakan kata-kata tertulis.
2. Precision Teaching (Ketepatan Mengajar)
Suatu metode yang lebih menekankan monitoring kegiatan belajar di dalam kelas,
dibanding dengan menciptakan program yang didasarkan pada temuan-temuan di
laboratorium. Ketepatan mengajar telah menciptakan temuan-temuan praktis dari potensi
penggunaan pada teknologi pendidikan, seperti contoh seorang guru yang tetap secara
konsisten bahwa murid-murid yang diberikan tugas yang lebih sulit (menghasilkan tingkat
kesalahan yang lebih tinggi) dan lebih cepatnya tingkat untuk belajar kembali.
3. Direction Instruction (Pembelajaran Langsung)
Dalam mendesain pembelajaran agar belajar dapat lebih dimengerti diperlukan tiga analisis,
yaitu analisis perilaku, analisis komunikasi, dan analisis sistem ilmu pengetahuan. Analisis
perilaku berkaitan dengan bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku. Analisis
komunikasi mencoba mencari prinsip-prinsip untuk mendesain secara logis dari rangkaian
mengajar efektif. Analisis dari sistem pengetahuan berfokus pada organisasi yang logis atau
kualifikasi dari pengetahuan dimana keahlian dan konsep yang sama dapat diajarkan
dengan cara yang sama.
BAB 8. PERLUNYA MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR EMOSIONAL ANAK DALAM
MERANCANG PEMBELAJARAN
A. Konsep Dasar Emosional
Kecerdasan emosional adalah suatu cara baru untuk membesarkan anak. Mempelajari
perkembangan kepribadian anak intelligence quotient (IQ) merupakan salah satu alat yang
banyak digunakan untuk mengetahuinya. Namun belakangan berkembang suatu alat yang
disebut emotional quotient (EQ) yang oleh pakar dianggap sebagai salah satu alat yang baik
untuk mengukur kecerdasan emosional anak. Menurut Lawrence Shapiro (1997) kecerdasan
emosional anak dapat dilihat pada keuletan, optimisme, motivasi diri, antusiasme.
B. EQ Versus IQ
Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya
berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Idealnya,
seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial dan
emosional, sebagaimana ditunjukan oleh negarawan besar dunia.
C. Anatomi Saraf Emosi
Para ilmuwan sering membicarakan bagian otak yang digunakan untuk berfikir, yaitu korteks.
Kadang-kadang disebut neokorteks sebagai bagian yang berbeda dari bagian otak yang
mengurusi emosi yakni sistem limbik tetapi sesungguhnya hubungan antara kedua bagian
inilah yang menentukan kecerdasan emosional seseorang. Menurut Lawrence otak manusia
dapat digoongkan dalam dua fungsi, yaitu (a) otak logika dan (b) otak emosi. Kedua otak
tersebut menjalankan fungsi yang berbeda dalam menentukan perilaku kita, namun keduanya
saling bergantung.
D. Menjadi Orang Tua Ber-EQ Tinggi
Para peneliti yang mempelajari reaksi orang tua terhadap anak-anaknya menemukan bahwa
ada tiga gaya yang umum bagaimana orang tua menjalankan peranannya sebagai orang tua,
yakn otoriter, permisif, dan otoritatif. Penelitian menyatakan bahwa anak-anak yang berasal
dari keluarga yang menerpakan keotoriteran dan pengawasan ketat tidak memperhatikanpola
yang berhasil. Mereka cenderung tidak bahagia, penyendiri, dan sulit mempercayai orang lain.
Sebaliknya orang tua permisif, berusaha menerima dan mendidik sebaik mungkin, tapi
cenderung sangat pasif ketika sampai ke masalah penetapan batas-batas atau menanggapi
ketidakpatuhan.
Orang tua otoritatif, berusaha menyeimbangkan antara batas-batas yang jelas dan lingkungan
rumah yang baik untuk tumbuh, menghargai kemandirian anak-anaknya tetapi menuntut
mereka memenuhi standar tanggung jawab yang tinggi kepada keluarga, teman dan
masyarakat.
E. Emosi dan Segi Moral
Willian Damon, seorang profesor Amerika dalam perkembangan moral anak-anak dan remaja
menyatakan anak-anak harus mendapatkan keterampilan emosional sebagai berikut:
1. Mereka harus mengikuti dan memahami perbedaan antara perilaku yang baik dan buruk
serta mengembangkan kebiasaan dalam hal perbuatan yang konsisten dengan sesuatu
yang dianggap baik.
2. Mereka harus mengembangkan kepedulian, perhatian dan rasa tanggung jawab atas
kesejahteraan dan hak-hak orang lain, yang diungkapkan melalui sikap peduli, dermawan,
ramah, dan pemaaf.
3. Mereka harus merasakan reaksi emosi negatif seperti malu, bersalah marah, takut, dan
rendah diri bila melanggar aturan moral.
Menurut William Damon, perkembangan moral anak tidak dapat dipisahkan dengan emosi
seseorang.
F. Empati dan Kepedulian kepada Anak
Salah satu unsur dari emosional adalah empati. Empati merupakan suatu sikap kepribadian
seseorang dimana seseorang mampu menempatkan diri dalam posisi orang lain. Para psikolog
pengembangan menegaskan bahwa seseungguhnya ada dua komponen empati, yaitu : (1)
reaksi emosi pada orang lain yang normalnya berkembang dalam enam tahun pertama
kehidupan anak-anak, dan (2) reaksi kognitif yang sampai sejauh mana anak-anak dari sudut
pandang atau perspektif orang lain.
G. Mengembangkan Empati dan Kepedulian
Para psikolog perkembangan menegaskan bahwa sesungguhnya ada dua komponen empati :
reaksi emosi kepada orang lain yang normalnya berkembang dalam enam tahun pertam
kehidupan anak dan reaksi kognitif yang menentukan sampai sejauh mana anak-anak ketika
sudah leih besar mampu memandang sesuatu dari sudut pandang atau perspektif orang lain.
H. Keterampilan EQ yang Harus Diingat
Hal yang perlu diingat dalam EQ dalam hal ini adalah (1) ajarkan nilai kejujuran kepada anak
sejak mereka masih muda dan konsisten dengan pesan anda waktu usia mereka bertambah.
(2) anda dapat menjadikan kejujuran dan etika sebagai bahan perbincangan sejak anak masuk
sangat mudah dengan memilihkan buku-buku dan video untuk dinikmati bersama anak,
memainkan permainan kepercayaan, dan memahami berubahnya kebutuhan anak atas privasi.
I. Emosi Moral Negatif: Rasa Malu dan Rasa Bersalah
Malu didefinisikan sebagai salah satu bentuk rasa rendah diri, ekstrem yang terjadi ketika
anak-anak merasa gagal memenuhi harapan orang lain dalam bertindak. Membuat anak
merasa malu akan perbuatan anti sosialnya merupakan cara manjur untuk mengubah perilaku
ini. emosi negatif rasa malu dan rasa bersalah dapat dimanfaatkan secara konstruktif untuk
membentuk perilaku moral anak.
1. Memanfaatkan rasa malu
a. Upaya mempermalukan harus diberikan apabila seorang anak tidak memiliki reaksi emosi
setelah melakukan sesuatu yang seharusnya membuatnya malu.
b. Upaya mempermalukan harus dipertimbangkan sebagai strategi perubahan perilaku yang
sah apabila cara pendisiplinan yang lebih lunak dianggap gagal.
2. Berfikir Realistis
3. Keuntungan Optimisme
4. Mengubah Kelakuan Anak dengan Mengubah Pola Pikir Mereka
5. Mendefinisikan Masalah Sebagai “Musuh”
6. Membuat Kerangka Baru Suatu Masalah dan Menuliskannya
J. Aplikasi Pertimbangan Faktor Emosional Anak dalam Perencanaan Pembelajaran
Emotional Qoutient (EQ) merupakan faktor penting dalam perkembangan intelektual anak, hal
ini sejalan dengan pandangan Semiawan bahwa stimulasi intelektual sangat dipengaruhi oleh
keterlibatan emosional, bahkan emosi juga sangat menentukan perkembangan intelektual anak
secara bertahap artinya secar timbal balik faktor kognitif juga terlibat dalam perkembangan
emosional. Dengan demikian, antara IQ dan EQ tidak dapat dipisahkan perannya satu sama
lain.
K. Aplikasi Emosi dalam Kehidupan Sehari-hari
Dalam kehidupan sehari-hari faktor emosi anak dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
mencerdaskan anak di lingkungan keluarga. Beberapa hal yang terkait dengan ini dijelaskan
sebagai berikut.
1. Proses emosi dapat dijelaskan dari proses fisiologik, yaitu terjadinya emosi ditandai oleh
adanya perubahan dalam diri (visceral change).
2. Perubahan dalam refleks kulit galvanis-RKG (galvanis skin refleks-GSR), sirkulasi
(termasuk di dalamnya perubahan tekanan darah, perubahan kimiawi dan distribusinya).
3. Kondisi bangkitnya (arousal state) emosi dan motivasi sangat mirip satu sama lain.
4. Takut dan marah misalnya, merupakan akibat dan proses fisiologikal yang berbeda.
Impilkasi Emosi
Penjelasan proses emsi yang secara umum dan ringkas dapat dipetik sebuah implikasi bahwa
dengan diketahuinya emosi dan sebab-sebabnya, akan dapat diambil manfaat atau kegunaan,
baik untukn keperluan penelitian dan pengembangan ilmu maupun untuk keperluan praktis.