Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Rancangan Penelitian Dengan Pembuktian Hipotesis

Suatu rancangan penelitian merupakan hal yang penting terutama dalam


pembuktian hipotesis, sebagai konfirmasi kebenaran hipotesis dalam rangka
menjawab permasalaan yang ada. Dari permasalahan yang dihadapi dengan
menggunakan teori, fakta yang diperoleh pada penelitian terdahulu, dan asumsi
peneliti, dikembangkan kerangka teoritik yang mendasari perumusan hipotesis.
Kirimkan Ini lewat Email
. Pengertian Rancangan Penelitian :
Rancangan penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi penelitian yang dimasuksudkan untuk
menjawab permasalahan yang dihadapi, dengan mengupayakan optimasi yang berimbang antara
validitas dalam dan validitas luar, dengan melakukan pengendalian varians.
B. Hubungan Rancangan Penelitian Dengan Pembuktian Hipotesis
Suatu rancangan penelitian merupakan hal yang penting terutama dalam pembuktian hipotesis, sebagai
konfirmasi kebenaran hipotesis dalam rangka menjawab permasalaan yang ada. Dari permasalahan yang
dihadapi dengan menggunakan teori, fakta yang diperoleh pada penelitian terdahulu, dan asumsi
peneliti, dikembangkan kerangka teoritik yang mendasari perumusan hipotesis.
a. Hubungan Kausal
Bentuk-bentuk hubungan kausal
a. Hubungan asimetris : ada dua hubungan variable,tetapi tidak ada mekanisme pengaruh
mempengarui,masing-masing bersifat mandiri:
Contoh :
• Kebetulan : kenaikakan gaji dosen dengan turunnya hujan. sama-sama merupakan akibat dari
factor(variable bebas) yang sama: hubungan antara tinggi badan dan berat badan,keduanya merupakan
variabel tergantung dari variabel bebas pertumbuan.
• Indikator dari konsep yang sama : ubungan antara dua kekuatan kontraksi otot dengan kontraksi otot
b. hubungan simetris :korelasi antara dua variabel, dengan satu variabel(bebas) bersifat mempengaruhi
variabel lain(tinggi kadar lipoprotein berat jenis benda dalam dara mengakibatkan aterosklerosis).
c. hubungan timbal balik: korelasi antara dua variabel saling mempengarui.
Contoh : korelasi antara malnutrisi dan mal absorsi

b. validitas :
Membicarakan validitas sebagai terminologi penelitian, setidak-tidaknya akan sampai pada dua
pengertian , yakni berkaitan dengan pengukuran dan yang kedua berkaitan dengan penelitian itu sendiri.
validitas berkaitan dengan tiga unsur; alat ukur,metode ukuran dan pengukur(peneliti).
Validitas ukur adalah suatu keadaan dimana alat ukur yang di gunakan untuk mengukur karakteristik
seperti yang diinginkan oleh peneliti untuk di ukur.
Validitas penelitian mempunyai pengertian yang berbeda dengan validitas pengukuran , walaupun untuk
termencapai validitas penelitian syarat validitas pengukuran harus terpenuhi pula
Ada dua macam validitas penelitian yakni :
1. Validitas internal :ikwal kesahihan penelitian yang menyangkut pernyataan ; sejauh mana perubahan
yang diamati dalam suatu penelitian (terutama penelitian ekprimental) benar-benar hanya terjadi
karena perlakuan yang di berikan dan bukan pengaruh factor lain (variabel luar).
Faktor- Faktor yang mempengaruhi validitas internal :
1. Sejara(history) :peristiwa yang terjadi pada waktu lalu dan kadang-kadang dapat berpengaruh teradap
variabel terikat
2. Kematangan (muturitas) : adanya perubahan baik secara biologis maupun non biologis yang
prosesnya dapat berpengaruh.
3. Seleksi(selection) : adanya perubahan cirri-ciri atau sifat-sifat dari suatu populasi
4. Prosedur (testing) : terjadinga stress yang dapat berpengaruh terhadap hasil tes
5. Instrumen : adanya pengaruh yang diakibatkan oleh alat ukur terhadap hasil tes
6. Mortalitas : adanya perubahan yang terjadikarena adanya anggota dari populasi yang drop out.
7. Nilai rata-rata : terjadinya perubahan akibat adanya nilai ekstrim tinggi atau yang rendah seingga
mempengaruhi hasil tesnya
2. Validitas eksternal : ikhwal penelitian yang menyangkut pertanyaan, sejauh mana hasil suatu
penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi induk (asal sampel) penelitian diambil.
Contoh : apabila kita meneliti tingkat efektifitas suatu metode penyuluhan baru mengenai program
imunisasi dengan mengambil sampel di suatu desa dan ternyata baik hasilnya.
Factor-faktor yang mempengaruhi validitas
1. Efek seleksi berbagai anggota sampel
2. Gangguan penanganan perlakuan berganda
C. Jenis Rancangan Penelitian Survey
Penelitian survey digolongkan menjadi dua, yang bersifat deskriptif dan analitik.
1. Rancangan Penelitian Deskriptif
a. Definisi Rancangan Penelitian Deskriptif
Rancangan Penelitian Deskriptif merupakan rancangan penelitian non eksperimental yang bersifat
sederhana berupa sumpling survey.
b. Ciri-ciri Penelitian Deskriftif
1. Merupakan penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan variabel-variabel utama
subjek studinya.
2. Terdapat hubungan sebab akibat hanya merupakan perkiraan yang didasarkan atas table silang yang
disajikan
3. Tidak dibutuhkan kelompok control sebagai pembanding karena yang dicari adalah prevalensi
penyakit atau fenomena tertentu
4. Hasil penelitian hanya disajikan sesuai dengan data yang diperoleh tanpa dilakukan analisis yang
mendalam
5. Merupakan penelitian pendahuluan, digunakan bersama-sama dengan hampir semua jenis penelitian
6. Pengumpulan data dilakukan satu priode tertentu.
7. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional berupa sampling survey atau data
sekunder dari rekam medis
8. Dapat dilakukan pada wilayah terbatas atau meliputi wilayah yang lebih luas
c. Manfaat Penelitian Deskriptif
1. Digunakan untuk menyusun perencanaan pelayanan kebidanan pada masyarakat
2. Diperlukan untuk mengadakan evaluasi program pelayanan kebidanan yang telah dilakukan
3. Usulan untuk penelitian lanjutan
4. Diperlukan untuk membandingkan prevalensi masalah penyakit tertentu antar daerah atau satu
daerah dalam waktu yang berbeda
d. Bentuk pertanyaan penelitian (contoh)
1. Berapa besar prevalensi hipertensi dalam kehamilan bagi ibu hamil yang berumur lebih dari 35 tahun?
2. Berapa besar prevalensi penggunaan tablet Fe oleh ibu hamil untuk mengatasi kekurangan zat besi
pada ibu hamil yang mengalami anemia?
e. Rumusan tujuan penelitian (contoh)
1. Untuk mengetahui prevalensi penyakit hipertensi dalam kehamilan bagi ibu hamil yang berumur lebih
dari 35 tahun
2. Untuk mengetahui pemakaian tablet fe oleh ibu hamil di wilayah kerja… dalam mengatasi kekurangan
zat besi pada ibu hamil yang mengalami anemia.
f. Pengolahan data menggunakan rumus :

P = f / N x 100

2. Metode Penelitian Survei Analitik


Survei analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika kolerasi antara fenomena, baik
antara faktor risiko dengan faktor efek, antar faktor risiko, maupun antar faktor efek.
Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor risiko, sedangkan faktor risiko adalah
suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh). Secara garis besar survey analitik ini
dibedakan dalam 3 pendekatan (jenis), yakni Survey Analitic Cross Sectional, Survey Analitic Case Control
(Retrospective), dan Survey Analitic Cohort (Prospective).
a. Penelitian Cross Sectional
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor
resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
saat (point time approach). Penelitian cross sectional ini sering disebut juga penelitian transversal, dan
sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi.
b. Penelitian Case Control
Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey) analitik yang menyangkut bagaimana faktor
risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan “retrospective”. Dengan kata lain efek (penyakit atau
status kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi adanya atau terjadinya
pada waktu yang lalu. Adapun tahap-tahap penelitian case control ini adalah sebagai berikut :
• Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor risiko atau efek)
• Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel)
• Identifikasi kasus
• Pemilihan subyek sebagai control
• Melakukan pengukuran “retrospektif” (melihat kebelakang) untuk melihat faktor risiko
• Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian dengan
variabel-variabel objek kontrol.
c. Penelitian Cohort
Penelitian cohort sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survei (non eksperimen)
yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan efek (penyakit). Artinya, faktor
risiko yang akan dipelajari diidentifikasi dahulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya
efek, yaitu penyakit atau salah satu indikator status kesehatan.
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian cohort antara lain sebagai berikut:
Identifikasi faktor-faktor rasio dan efek
Menetapkan subyek penelitian (menetapkan populasi dan sampel)
Pemilihan subyek dengan faktor risiko positive dari subjek dengan efek negative
Memilih subyek yang akan menjadi anggota kelompok control
Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang ditentukan
Mengidentifikasi timbul atau tidaknya efek pada kedua kelompok
Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapat efek positif dengan subjek
yang mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok control
D. Rancangan Penilitian Percobaan
Percobaan pada umumnya dilakukan untuk menemukan sesuatu. Oleh karena itu secara teoritis,
percobaan diartikan sebagai tes (Montgomery, 1991) atau penyelidikan terencana untuk mendapatkan
fakta baru (Steel dan Torrie, 1995). Dan rancangan percobaan dapat diartikan sebagai tes atau
serangkaian tes dimana perubahan yang berarti dilakukan pada variabel dari suatu proses atau sistem
sehingga kita dapat mengamati dan mengidentifikasi alasan-alasan perubahan pada respon output
(Montgomery, 1991). Sedangkan menurut Milliken dan Johnson (1992) rancangan percobaan
merupakan hal yang sangat berhubungan dengan perencanaan penelitian untuk mendapatkan informasi
maksimum dari bahan-bahan yang tersedia. Dan dapat juga diartikan sebagai seperangkat
aturan/cara/prosedur untuk menerapkan perlakuan kepada satuan percobaan (Steel dan Torrie, 1995).
Adapun prinsip dasar dalam rancangan percobaan ada 3 yaitu :
1) Ulangan
Ulangan adalah diterapkannya satu perlakuan kepada lebih dari satu satuan percobaan. Ulangan
merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian dan mempunyai fungsi untuk (1) Menyediakan galat
percobaan; (2) Meningkatkan presisi dengan menurunkan simpangan baku); (3) Meningkatkan
generalisasi (kalau ulangan dilakukan a.l. pada tempat, waktu, bahan yang berbeda). Besarnya ulangan
ditentukan oleh: (1) besarnya perbedaan yang ingin dideteksi; dan (2) keragaman data dan jumlah
perlakuan.
2) Pengacakan
Pengacakan adalah yang mendasari metode statistika dalam rancangan percobaan. Pengacakan adalah
penerapan perlakuan kepada satuan percobaan sehingga semua/setiap satuan percobaan mempunyai
peluang yang sama untuk menerima suatu perlakuan. Konsep pengacakan ini berlaku juga untuk
pengambilan subsampelatau penentuan satuan pengamatan.
Pengacakan berfungsi: (1) Menghindarkan bias yaitu menjamin penduga tidak bias untuk nilai tengah
perlakuan dan galat percobaan; (2) Menjamin adanya kebebasan antar pengamatan; (3) Mengatasi
sumber keragaman yang diketahui namun tidak dapat diduga pengaruhnya.
3) Pengelompokkan
Pengelompokkan adalah teknik yang digunakan untuk meningkatkan ketelitian percobaan.
Pengelompokan dilakukan kalau terdapat sumber keragaman yang dapat diketahui dan pengaruhnya
dapat diperkirakan. Bahan percobaan disusun ke dalam kelompok-kelompok satuan percobaan yang
relatif seragam. Fungsi pengelompokan:
a. Meningkatkan presisi.
Pengelompokan meningkatkan presisi (sensitivitas percobaan dalam mendeteksi perbedaan) dengan
memisahkankeragaman antarkelompok (sumber keragaman yang dapat diduga pengaruhnya) dari galat
percobaan sehingga galat percobaan dapat diperkecil. Dalam hal ini perlakuan dibandingkan pada
kondisi yang hampir sama.
b. Meningkatkan informasi.
Pengelompokan dapat meningkatkan informasi karena kelompok dapat diletakkan pada tempat, waktu,
dan bahan yang berbeda.
Jenis Rancangan Percobaan Berdasar Rancangan Dasar Yang Digunakan
Rancangan dasar atau yang dapat juga diisebut rancangan lingkungan adalah pembagian jenis rancangan
percobaan berdasarkan kondisi lingkungan dimana percobaan itu dilaksanakan. Disini rancangan
percobaan terbagi menjadi:
 Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Diterapkan pada percobaan yang dilakukan pada lingkungan homogen (atau dapat dianggap homogen),
misalnya percobaan-percobaan yang dilaksanakan di laboratorium atau rumah kaca dimana pengaruh
lingkungan secara nisbi lebih mudah dikendalikan. Perlu dijelaskan disini bahwa yang disebut
"lingkungan" adalah faktor-faktor lain diluar faktor yang sedang diteliti. Dalam percobaan RAL setiap
unit percobaan ditempatkan secara acak serta tidak mengikuti suatu pola baris atau lajur tertentu.

 Rancangan Acak Kelompok (RAK)


Diterapkan pada percobaan yang dilakukan pada lingkungan tidak homogen (heterogen), misalnya
percobaan-percobaan yang dilaksanakan di lapangan, dimana terdapat 1 sumber keragaman diluar
faktor penelitian. Dalam percobaan RAK setiap unit percobaan ditempatkan secara acak dan mengikuti
suatu pola baris atau lajur tertentu, tegak lurus dari sumber keragaman yang ada di lapangan.
 Percobaan factorial Percobaan faktorial adalah suatu percobaan dimana dalam satu keadaan (unit
percobaan) dicobakan secara bersamaan dari beberapa (2 atau lebih) percobaan-percobaan tunggal.
Dari percobaan faktorial, selain dapat diketahui pengaruh-pengaruh tunggal faktor yang diujikan, dapat
diketahui pula pengaruh gabungan (interaksi) dari masing-masing faktor yang diujikan.
E. Rancangan – rancangan eksperimen semu (quasi experiment)

Disebut eksperimen semu karena eksperimen ini belum atau tidak memiliki ciri – ciri rancanagan
eksperimen yang sebenarnya, karena variable – variable yang seharusnya dikontrol atau dimanipulasi.
Oleh karena itu vasiditas penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai eksperimen yang
sebenarnya. Rancangan – rancangan yang tergolong ke dalam kelompok ini antara lain sebagai berikut:

a. Rancangan Rangkaian Waktu (Time Series Design)


Rancangan ini seperti rancangan pretest – posttest, kecuali mempunyai keuntungan dengan melakukan
observasi ( pengukuran yang berulang –ulang), sebelum dan sesudah perlakuan . Dengan menggunakan
serangkaian observasi (tes), dapat memungkinkan validitasnya lebih tinggi. Karena pada rancangan
protes – postes, kemungkinan hasil 02 dipengaruhi oleh factor lain diluar perlakuan sangat besar,
sedangkan pada rancangan ini, oleh karena observasi dilakukan lebih dari satu kali ( baik sebelum
maupun sesudah perlakuan ,maka pengaruh factor luar tersebut dapat dikurangi.
b. Rancangan Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control Time Series Design)
Pada dasarnya rancangan ini adalah rancangan rangkaiaan waktu, hanya dengan menggunakan
kelompok pembanding(control). Rancangan ini lebih memungkinkan adanya control terhadap validitas
internal, sehingga keuntungan dari rancangan ini lebih menjamin adanya validitas internal yang tinggi.
c. Rancangan ‘’Non – Equivalent Control Group’’
Dalam penelitian lapangan, biasanya lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil intervensi
program kesehatan di suatu control yang serupa, tetapi tidak perlu kelompok yang benar-benar sama.
Misalnya kita akan melakukan studi tentang pengaruh pelatihan kader terhadap cakupan posyandu.
Kelompok kader yang akan diberikan pelatihan, tidak mungkin sama betul dengan kelompok kader yang
tidak akan diberi pelatihan (kelompok control).
d. Rancanmgan ‘’Separate Sample Pretest – Postest’’
Rancangan ‘’non – equivalent control group ‘’ ini sangat baik digunakan untuk evaluasi program
pendidikan kesehatan atau pelatihan – pelatihan lainnya. Di samping itu rancangan ini juga baik untuk
membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu kecamatan atau desa, dengan kecamatan
atau desa lainnya. Dalam rancangan ini, pengelompokkan anggota sampel pada kelompok eksperimen
dan kelompok control tidak dilakukan secara random atau acak. Oleh sebab itu rancangan ini sering
disebut jg ‘’Non – rondomi-zed Control Group Pretes – Postest Design’’.
Rancangan ‘’ non- equivalent control group ‘’ ini sangat baik digunakan untuk evaluasi p

e. Rancangan ‘’Separate Sample Pretest – Posstest’’


Rancangan ini sering digunakan dalam penilitian-penilitian kesehatan dan keluarga berencana.
Pengukuran pertama(pretes) dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara acak dari populasi tertentu.
Kemudian dilakukan pengukuran kedua (postes)pada kelompok sampel lain, yang juga dipilih secara
acak (random)dari populasi yang sama. Rancangan ini sangat baik untuk menghindari pengaruh atau
efek dari’’tes’’, meskipun tidak dapat mengontrol ‘’sejarah’’maturitas,dan instrumen’’.

F. Penelitian Klinik
a. Perkembangan penelitian klinik
Perkembangan penilitian klinik adalah sejalan dengan perkembangan ilmu kedekteron. Ilmu kedokteran
sebagai ilmu alamiah berkembang melalui dua cara, yaitu melalui observasi dan eksperimen. Cara
observasi ini dilakukan dengan mencatat sifat – sifat dan gejala-gejala yang terjadi secara alamiah, dan
dengan cara ini kemudian diperoleh informasi tenatng perjalanan alamiah penyakit dan factor-faktor
yang mempengaruhinya. Sedangkan cara eksperimen, dilakukan dengan mengatur kondisi tertentu
terhadap objek, kemudian mengamati terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada objek
tersebut. Di dalam ilmu kedoteran/kesehatan, kedua cara ini saling menunjang dan saling melengkapi.

b. Tahap – tahap penilitian


Tujuan penilitian klinik adalah untuk menguji efektivitas obat pada manusia. Dengan sendirinya sebelum
obat tersebut dicobakan pada manusia terlebih dahulu harus dicobakan pada binatang percobaan.
Berdasarkan tujuannya, penelitian klinik ini dibagi dalam 4 tahap, yakni :
1. Tahap pertama
Tahap pertama klinik ini merupakan pemberian obat untuk pertama kali pada manusia, setelah obat
yang bersangkutan telah lolos dari penilitian farmakologi dan teksiologi pada binatang percobaan.
Tujuan penilitian klinis tahap ini untuk memperlihatkan efek farmakologi klinik suatu obat pada
sekelompok kecil penderita atau sukarelawan sehat. Pengukuran dalam penilitian ini menyangkut
khasiat obat, dengan data yang dikumpulkan adalah : jenis obat, hubungan antara dosis dengan respons,
lama keja obat pada dosis tunggal, metabolisme, dan interaksi.
2. Tahap kedua
Tujuan penilitian tahap ini adalah untuk menentukan apakah kerja farmakologi yang telah dibuktiakan
pada tahap pertama tersebut berguna untuk pengobatan. Indicator dari pengukuran penilitian tahap ini
adalah penyembuhan penyakit. Tetapi karena kesembuhan tersebut biasanya terjadi pada waktu yang
panjang, maka efek farmakologilah yang dijadikan indicator, misalnya kadar gula darah, penurunan
tekanan darah, dan sebagainya. Selain itu perlu dikumpulkan data tentang efek samping yang cukup
untuk memperkirakan secara dini rasio antara risiko dan keuntungan. Dari penilitian pada tahap ini
dapat ditentukan manfaat obat yang bersangkutan dibanding dengan obat atau cara pengobatan yang
lain yang telah ada.Dalam tahap ini pula dapat ditentukan hubungan antara dosis dan kadar obat dalam
plasma atau jaringan dengan efek kliniknya.
3. Tahap ketiga
Pada tahap ini diperlukan orang percobaan atau penderita yang lebih banyak, dan dilakukan di luar
tempat penilitian tahap kedua, dan hasil penilitian ini dapat memperkuat atau menolak hal-hal yang
ditemukan pada penilitian tahap kedua, misalkannya : insiden efek samping yang frekuensinya rendah,
profil obat yang bersangkutan bila digunakan pada pasien yang tidak terseleksi secara teliti, dan
sebagainya.
4. Keempat
Tahap ini adalah yang dilakukan setelah obat dipasarkan. Oleh sebab itu penilitian sering disebut ‘’ post
marketing drugs surveillance’’,yang bertujuan mengatasi kekurangan informasi yang ada pada penilitian
tahap sebelumnya. Penilitian ini mencakup empat masalah pokok yaitu :
• Efek samping, terutama yang muncul akibat pengguna obat jangka pendek.
• Masalah manfaat, yang mencakup efek obat pada pemberian jangka lama dalam usaha pencegahan
kekmbuhan, komplikasi penyakit, dan manfaat obat-obatan disbanding dengan cara penyembuhan yg
lain.
• Data pengguna, mencakup pengguna obat untuk indikasi baru, kelebihan pakai (oper used), salah guna
(misused), dan penyalagunaan ( abused), yang biasanya sukar dijumpai pada percobaan klinik yang
terkontrol.
• Ratio biaya atau risiko/keuntungan , bahaya dan biaya.
Pada tahap ini, metode penilitian yang digunakan bukan saja yang bersifat penilitian klinik, tetapi
digunakan pada penilitian epidiologik, survey dan pemantauan ( monitoring). Pada saat ini ‘’ clinical
trial’’ sebagai suatu metode penilitian kesehatan/ kedokteran penggunaannya tidak hanya terbatas pada
pengembangan dan evaluasi obat saja, tetapi mulai digunakan untuk pengembangan dan evaluasi cara
penyembuhan yang lain, misalnya : operasi, fisioterapi, jenis dan cara perawatan, dan sebagainya.
Semua kegiatan ini biasanya disebut penilitian pelayanan kesehatan ( health care trial)

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
• Rancangan penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi penelitian yang dimasuksudkan
untuk menjawab permasalahan yang dihadapi, dengan mengupayakan optimasi yang berimbang antara
validitas dalam dan validitas luar, dengan melakukan pengendalian varians.
• Berbagai jenis rancangan atau metode penelitian
1. Rancangan penelitian survey
2. Rancangan penelitian percobaan
3. Rancangan quasi eksperimental
4. Rancangan penelitian klinik

Anda mungkin juga menyukai