Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Non Positifs

RMK

INTERPRETASI DAN PELAPORAN DALAM PENELITIAN


KUALITATIF

OLEH:
WA SALFIA (A062191013)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
INTERPRETASI DATA DAN PELAPORAN DALAM PENELITIAN
KUALITATIF

Dalam penelitian kualitatif proses analisis dan interpretasi data memerlukan


cara berfikir kreatif, kritis dan sangat hati-hati. Kedua proses tersebut merupakan
proses yang saling terkait dan sangat erat hubungannya. Analisis data merupakan
proses untuk pengorganisasian data dalam rangka mendapatkan pola-pola atau
bentuk-bentuk keteraturan. Sedangkan interpretasi data adalah proses pemberian
makna terhadap pola-pola atau keteraturan-keteraturan yang ditemukan dalam sebuah
penelitian. Data yang terkumpul diharapkan dapat merupakan jawaban dari
pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Proses penyusunan data dapat berbeda-
beda antar peneliti tergantung selera, pengalaman dan kreatifitas berfikir sehingga
data yang terkumpul dapat mempengaruhi pemilihan alat analisis data. Dalam
penelitian kualitatif tidak ada formula yang pasti untuk menganalisis data seperti
formula yang dipakai dalam penelitian kuantitatif. Namun, pada dasarnya terdapat
beberapa kesamaan langkah yang ditempuh untuk menganalisis dan interpretasi data.
Proses analisis data diawali dengan menelaah seluruh data yang berhasil dihimpun
dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan kajian dokumen
(pustaka). Langkah berikutnya reduksi data yang dilakukan dengan cara abstraksi.
Abstraksi merupakan upaya membuat rangkuman dari segala data yang ada.
Kemudian, menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan ini dikategorisasikan
pada langkah berikutnya. Pengkategorian ini dilakukan dengan cara koding.
Selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan keabsahan data. Langkah terakhir,
penafsiran data yang telah untuk diuji (verifikasi) untuk dijadikan teori substansif
dengan menggunakan beberapa metode tertentu.
A. Interpretasi Data
Penafsiran atau interpretasi merupakan pencarian pengertian yang lebih luas
tentang penemuan-penemuan. Penafsiran data tidak dapat dipisahkan dari analisis
data sehingga sebenarnya penafsiran merupakan aspek tertentu dari analisa dan bukan
merupakan bagian yang terpisah dari analisa. Secara umum, penafsiran adalah
penjelasan yang terperinci tentang arti yang sebenarnya dari materi yang dipaparkan.
Data yang telah dibuat dalam bentuk tabel, misalnya perlu diberikan penjelasan
yang terperinci dengan cara:
1. Mendiskusikan tabel tersebut
2. Memberikan penafsiran terhadap data tersebut.
Mendiskusikan atau membicarakan tabel berarti memaparkan data dengan sedikt
lebih tangguh dan memberikan perhatian yang lebih tanggap terhadap perbedaan-
perbedaan atau hubungan-hubungan yang menyolok dari angka-angka dalam tabel.
Peneliti membuat referensi terhadap nomor tabel atau grafik, dan kemudian
menjuruskan perhatian kepada kolom atau item-item penting dalam tabel atau grafik
tersebut. Peneliti ingin memusatkan perhatian kepada angka atau penjumlahan
tertentu dan mencoba meyakinkan pembaca tentang kecenderungan kelompok atau
secara umum mengadakan analisa terhadap data yang dipresentasikan. Kerja tersebut
disebut diskusi.
Penelitian tidak cukup hanya mendiskusikan tabel, tetapi harus bertindak
lebih jauh lagi yaitu peneliti harus memberikan penafsiran atau interpretasi.
Memberikan interpretasi adalah memberikan arti yang lebih luas dari penemuan
penelitian. Interpretasi itu mempunyai dua aspek yaitu:
a. Untuk menegakkan keseimbangan suatu penelitian, dalam arti menghubungkan
hasil suatu penelitian dengan penemuan penelitian lainnya.
b. Untuk membuat atau menghasilkan suatu konsep yang bersifat menerangkan
atau menjelaskan.
Penafsiran juga dapat menghubungkan suatu penemuan studi eksploratif
menjadi suatu hipotesa untuk suatu percobaan yang lebih teliti lainnya. Penafsiran
juga berkehendak untuk membangun suatu konsep yang bersifat menjelaskan.
Penafsiran sangat penting kedudukannya dalam proses analisa data
penelitian, sehingga kualitas analisa dari seorang peneliti sangat bergantung dari
kualitas penafsiran yang diturunkan oleh peneliti terhadap data.
Stranger juga mengemukakan beberapa teknik menginterpretasikan hasil
analisis data kualitatif.
1. Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan. Hasil analisis mungkin
masih miskin dengan makna, dengan pengajuan beberapa pertanyaan hasil
tersebut bisa dilihat maknanya. Pertanyaan dapat berkenaan dengan hubungan
atau perbedaan antara hasil analisis, penyebab, aplikasi, dan implikasi dari hasil
analisis.
2. Hubungan temuan dengan pengalaman pribadi. Penelitian tindakan sangat erat
kaitannya dengan pribadi peneliti. Temuan hasil analisis bisa dihubungkan
dengan pengalaman-pengalaman pribadi peneliti yang cukup kaya.
3. Minta nasehat dari teman yang kritis. Bila mengalami kesulitan dalam
menginterpretasikan hasil analisis, mintalah pandangan kepada teman yang
seprofesi dan memiliki pandangan kritis.
4. Hubungkan hasil-hasil analisis dengan literatur. Faktor eksternal yang memiliki
kekuatan dalam memberikan interpretasi selain teman, atau kalau mungkin ahli
adalah literatur.
5. Kembalikan pada teori. Cara lain untuk menginterpretasikan hasil dari analisis
data adalah hubungkan atau tinjaulah dari teori yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi (Sukmadinata, 2006:157).
a. Tujuan Penafsiran Data

Menurut Schaltzaman dan Starauss (1973:110-111, dalam Lexy. J


Moleong), tujuan yang akan dicapai dalam penafsiran data ialah salah satu
diantara tiga tujuan berikut: Deskripsi semata-mata, deskripsi analitik, atau teori
substansif. Pada tujuan deskripsi semata-mata, analisis menerima dan
menggunakan teori rancangan organisasional dan rancangan organisasional
yang telah ada dalam suatu disiplin. Dengan hasil analisis data, analisis
menafsirkan data itu dengan jalan menemukan kategori-kategori (istilah mereka
ialah classes, penulis) dalam data yang berkaitan dengan yang biasanya
dimanfaatkan dalam disiplin dalam cara bercakap. Atas dasar itu penulis
menyusunnya dengan jalan mengghubungkan kategori-kategorinya ke dalam
rangka sistam kategori yang diperoleh dari data.
Pada deskripsi analitik, rancangan organisasional dikembangkan dari
kategori-kategori yang ditemukan dan hubungan-hubungan yang disaran atau
yang muncul dari data. Dengan demikian deskripsi baru yang perlu
diperhatikan dapat dicapai. Dengan pengembangan lebih lanjut menurut proses
analitik, teri substantif akan menjadi kenyataan. Dengan kata lain, dalam
penafsiran data tujuannya belum sepenuhnya mengarah pada penyususnan teori
substantif.
Pada penyusunan teori substantif, yang kedua dari cara di atas sudah ada
seccara implisit. Untuk memperoleh teori baru, yaitu teori dari dasar, analisis
harus menampakkan metafora atau rancanga yang telah dikerjakan dalam
analisis. Kemudian ia mentransformasikan metafora itu ke dalam bahasa
disiplinnhya.
b. Proses Umum Penafsiran Data.

Analisis data, seperti yang sudah dibahas pada tahap analisis data, telah
dimulai sejak di lapangan. Dengan kata lain, sejak saat itu sudah ada
penghalusan data, penyusunan kategori dengan kawasannya, dan sudah ada
upaya yang dimulai dalam rangka penyusunan hipotesis, yaitu teorinya sendiri.
Jadi, dalam hal ini analissi data itu terjalin secara terpadu dengan penafsiran
data. Data ditafsirkan menjadi kategori yang berarti sudah menjadi bagian dari
teori dan dilengkapi dengan penyusunan hipotesis kerjanya sebagai teori yang
nantinya diformulasikan, baik secara deskriptif maupun proporsional.
c. Peranan hubungan kunci dalam penafsiran data.

Langkah pertama penafsiran data ialah menemukan kategori dengan


kawasannya seperti yang sudah diuraikan di atas. Langkah ini merupakan suatu
langkah fundamental dalam penelitian kualitatif. Proses ini berlangsung
sepanjanga penelitian berjalan. Kategori dan hubungannya diberi label dengan
pernyataan sederhana berupa proporsi yang menunjukkan hubungan. Proses ini
diteruskan hingga diperoleh hubungan. Proses ini diteruskan hingga diperoleh
hubungan yang cukup padat, yaitu sampai analisis memukan hubungan kunci,
yaitu suatu metafora, model, kerangka umum, pola yang menolak, atau garis
riwayat.

d. Peranan interogasi terhadap data.

Dengan adanya modal “hubungan kunci” belum berarti segala sesuatu


yang diharapkan dapat muncul dari data. Menurut Schlatzman dan Strauss
(1973:120, Lexy. J Moleong), analisis tidak dapat menceritakan data apa yang
harus diungkapkannya, jalan ampuh yang dapat ditempuh ialah mengadakan
interogasi terhadap data. Interogasi terhadap data berarti mengajukan
seperangkat pertanyaan pada data sehingga terungkaplah banyak persoalan dari
data itu sendiri.
Kedua penulis itu mengusulkan untuk menggunakan dua macam cara
pengajuan pertanyaan yang saling membantu, yaitu cara substantif dan cara
logis. Kedua macam cara tersebut dimaksudkan untuk memperoleh jarak dan
variasi dalam perspektif yang akan menghasilkan pertanyaan model. Dengan
substantif di sii dimaksudkan kosakata abstrak peneliti yang berasal dari
disiplinnya sendiri, misalnya dalam ilmu sosial adanya lembaga, ideologi, kerja,
karier, prilaku kolektif, gerakan sosial, dan karisma. Dengan konsep itu peneliti
sebagai analisis mulai mengajukan pertanyaan.
Cara pengajuan pertanyaan secara logis berarti cara yang biasa dilakukan
dalam ilmu pengetahuan secara eksperiental, komparasi, historis, berpikir
analogis, dan proses bekrja. Cara ini memberikan perbedaan yang cukup berarti
dalam perspektif maupun dalam operasi dan membantu analisis menghasilkan
ide yang mengaitkan suatu data dengan data lainnya dalam suatu konfigurasi.
Kedua cara tersebut jelas membantu tetapi sekali lagi diperingatkan jika
peneliti menggunakan paradigma alamiah hendaknya jangan dipertukagantikan
dengan paradigma lainnya.

e. Langkah-langkah penafsiran data dengan menggunakan analisis


komparatif dalam Rangka penyusunan Teori Substantif
1) Ketetapan Kenyataan
Pada tingkat faktual, bukti yang diperoleh dari suatu kelompokan tertentu
dengan digunakan untuk mengecek apakah bukti awal sudah benar. Fakta itu
direplikasikan melalui pembandingan bukti-bukti dan dilakukan secara
internal (dalam studi itu sendiri) maupun secara eksternal (diluar studi itu)
atau kedua-duanya. Pada umumnya para ahli sepakat bahwa replikasi itu
merupakan alat yang ampuh untuk memvalidasi data.
2) Generalisasi Empiris
Salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui analisis perbandingan ialah
generasi suatu fakta.Ada beberapa pernyataan yang dapat dikemukakan
sehubungan dengan hal itu.
3) Penetapan Konsep
Penggunaan lain analisi dari analisis untuk menetapkan unit atau suatu
kajian suatu studi kasus. Hal ini dilakukan dengan jalan mengkhususkan
dimensi konsep menghasilkan satuan. Contoh : ada peneliti yang
membandingkan ciri kehidupan politik salah satu gerakan buruh dengan
karakteristik gerakan buruh lainnya untuk menemukan sikap pemberontak.
Tahap pelaksanaannya:
a) Pembandingan kajian-kajian yang aplikatif terhadap setiap kategori.
Peneliti mulai dengan meberikan kode pada setiap kejadian dari data ke
dalam sebanyak mungkin kategori sejak kategori muncul dan data yang
muncul dan cocok dengan kategori.
b) Integrasi kategori dan kawasannya
Pemberian kode diteruskan, sementara itu pembandingan antara satu
kejadian dengan kejadian lainnya terus dikerjakan. Pada saat tertentu akan
terjadi pembandingan antara kejadian dengan kawasan suatu kategori.
Pembandingan secara tetap demikian akan menghasilkan akumulasi
pengetahuan yang berkenaan kawasan suatu kategori yang sudah siap
diintegrasikan. Integrasi terjadi karena kawasan itu berkaitan dalam
beberapa hal dan menghasilkan suatu kesatuan yang udah.
c) Pembatasan teori.
Pembatasan teori dilakukan pada dua tingkatan, yaitu pada tingkatan teori
dan pada kategori. Setiap kali peneliti membandingkan kejadian dengan
kategori, pada mulanya akan sering terjadi modifikasi, namun lama
kelamaan modifikasi itu akan berkurang.
d) Penulisan teori.
Pada tahap ini peneliti telah memperoleh data yang telah diberi kode,
sejumlah catatan, dan teori. Sekarang penliti perlu membuat uraian dalam
catatan yang akan memberikan isi pada kategori, dan hal itu nantinya
menjadi tema pokok teori yang dituliskan nanti pada buku atau laporan
peneltian.
B. Interpretasi Data Menurut Moleong (1998: 197-207)
Interpretasi data (Moleong, 1998: 197-207) dijabarkan ke dalam (1) tujuan, (2)
prosedur umum, (3) peranan hubungan kunci, (4) peranan introgasi data, (5) langkah
penafsiran data dengan analisis komparatif:[12]
1) Tujuan interpretasi data
Menurut Schaltzman dan Straus (1973), memiliki tiga tujuan, yang:
a) Deskripsi semata-mata, yaitu analis menerima dan menggunakan teori dan
rancangan organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin. Hasil analisis
data, menafsirkan data tersebut dengan jalan menemukan kategori dalam data
yang berkaitan dengan yang biasanya dimanfaatkan dalam cara bercakap-
cakap.
b) Deskripsi analitik, yaitu rancangan yang dikembangkan dari kategori-kategori
yang ditemukan dan hubungan yang disarankan atau yang muncul dari data.
c) Teori subtantif, yaitu teori dasar analis harus menampakkan rancangan yang
telah dikerjakan dalam analisis, kemudian mentransformasikan kedalam
bahasa disiplinnya (sosiologi dan sebagainya) yang akhirnya membangun
identitasnya sendiri walaupun dilakukan dalam kaitan antara objek yang
dianalisis atau proses tradisional.
2) Prosedur umum interpretasi data
Interpretasi data yang sudah menjadi bagian dari teori dan dilengkapi dengan
penyusunan hipotesis yang kemudian diformulasikan baik dengan cara deskriptif
maupun proposional. Dengan alasan agar paradigma alamiah yang dipegang tidak
dapat dicampuradukkan dengan paradigma yang lain. Setelah menyelesaikan tahap
penyusunan kategori dan hipotesis, selanjutnya adalah menuliskan teori dengan
bahasa disiplin ilmu masing-masing dengan memilih salah satu diantara beberapa
cara penulisan, seperti argumentasi, deskripsi, perbandingan, analisis proses, analisis
kausatif dan pemanfaatan analogi.
3) Peranan hubungan kunci dalam interpretasi data
Yaitu suatu metafora, model, kerangka umum, pola yang menolak, atau garis
riwayat. Hubungan tersebut dimanfaatkan untuk menghaluskan hubungan dengan
hubungan suatu kategori dengan kategori lainnya yang berfungsi sebagai aturan tetap
untuk digunakan sebagai kriteria inklusi-eksklusi.
4) Peranan introgasi terhadap data
Adalah mengajukan seperangkat pertanyaan pada data sehingga terungkap
banyak persoalan dari data itu sendiri dengan menggunakan dua macam cara
pengajuan pertanyaan, yaitu cara substantif dan logis, dimaksudkan untuk
memperoleh jarak dan variasi dalam perspektif yang akan menghasilkan pertanyaan
dan model. Substantif disini dimaksudkan kosakata abstrak yang berasal dari disiplin
ilmu sendiri, misalnya ideologi, kerja, prilaku kolektif, gerakan sosial dan kharisma.
Sedangkan pertanyaan logis meliputi: komparasi, historis, berfikir analogis, dan
proses kerja.
5) Langkah-langkah interpretasi data dengan metode analisis komparatif
Adalah metode umum seperti halnya metode ekpsperimen dan statistik. Pada
awalnya analisis komparatif digunakan untuk menganalisis satuan sosial berskala
besar seperti organisasi bangsa dan lembaga. Namun saat ini metode tersebut dapat
digunakan untuk satuan sosial baik berukuran besar maupun kecil.
2. Interpretasi Data Menurut L. R. Gay
Teknik Interpretasi Data menurut L. R. Gay:
1) Hubungkan hasil-hasil analisis dengan teori-teori pada bab  sebelumnya.
2) Hubungkan atau tinjauan dari teori yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi. 
3) Perluaslah hasil analisis dengan mengajukan pertanyaan berkenaan dengan
hubungan, perbedaan antara hasil analisis, penyebab, implikasi dari hasil
analisis sebelumnya.
4) Hubungkan temuan dengan pengelaman pribadi.
5) Berilah pandangan kritis dari hasil analisis yang  dilakukan.      
C. Enam langkah yang saling terkait yang terlibat dalam analisis data
kualitatif dan interpretasi menurut J. W. creswell
1. Peneliti perlu mempersiapkan dan mengatur data untuk analisis. Proses ini
melibatkan menyimpan dan menyalin data dan memutuskan apakah data
dianalisis dengan tangan atau komputer. Langkah berikutnya adalah untuk
mengeksplorasi data dan kode. Hal ini melibatkan membaca database dan
kemudian menerapkan langkah-langkah yang terlibat dalam coding. Langkah-
langkah ini untuk mengidentifikasi segmen teks dan kemudian untuk
menetapkan label kode ke segmen berdasarkan makna peneliti melihat di
segmen teks. Kode ini kemudian digunakan dalam membentuk gambaran
tentang fenomena pusat atau dari konteks (atau pengaturan) penelitian. Kode
juga dikelompokkan bersama untuk membentuk tema yang lebih luas yang
digunakan dalam penelitian sebagai temuan kunci. Dari analisis ini, peneliti
mewakili data dalam temuan melalui angka, tabel, peta, dan diskusi rinci
tema. Representasi ini kemudian menginformasikan interpretasi yang lebih
luas dari temuan, dan ini dibahas sebagai kesimpulan umum dan dibandingkan
dengan literatur yang ada. Kesimpulan dari penelitian yang juga perlu
menyampaikan keterbatasan penelitian serta penelitian masa depan. Hal ini
penting juga untuk memvalidasi keakuratan temuan melalui beberapa strategi
seperti memeriksa anggota dan triangulasi.
2. Menyiapkan dan Mengatur Data untuk analisis. Dalam sebuah penelitian
kualitatif, manajemen data awal terdiri dari pengorganisasian data,
menyalin wawancara dan catatan lapangan mengetik, dan membuat keputusan
untuk menganalisa data dengan tangan atau dengan komputer. Beberapa
program perangkat lunak yang baik yang tersedia untuk analisis komputer.
3. Jelajahi dan  kode data yang peneliti kualitatif melakukan analisis awal data
dengan membaca melalui itu untuk mendapatkan pengertian umum dari data.
Analisis utama data kualitatif terdiri dari pengkodean data. Proses pengkodean
adalah salah satu mengurangi teks atau database gambar untuk deskripsi tions
dan tema orang, tempat, atau peristiwa. Ini melibatkan memeriksa baris demi
baris teks database, menanyakan diri sendiri apa yang dikatakan peserta, dan
kemudian menetapkan label kode ke segmen teks.
4. Coding Membangun Deskripsi dan Tema Kode tersebut kemudian digunakan
untuk mengembangkan deskripsi orang dan tempat. Mereka juga
digunakan untuk mengembangkan tema yang menyajikan abstraksi yang lebih
luas dari kode. Tema-tema ini mungkin berlapis atau terorganisir untuk
menceritakan sebuah cerita, atau mereka juga dapat saling berhubungan untuk
menggambarkan kompleksitas fenomena tersebut.
5. Mewakili dan Laporkan Temuan Kualitati Peneliti kualitatif merupakan
temuan mereka dalam menampilkan visual yang mungkin termasuk
angka, diagram, tabel perbandingan, dan tabel demografis. Mereka
melaporkan temuan dalam diskusi narasi yang terdiri dari berbagai bentuk,
seperti kronologi, pertanyaan, atau komentar tentang perubahan bahwa
pengalaman peserta. Menafsirkan Temuan Dari pelaporan dan mewakili
temuan, peneliti kualitatif membuat inter-penafsiran mengenai arti dari
penelitian. Penafsiran ini terdiri dari memajukan personal dilihat dengan
membuat perbandingan antara temuan dan literatur, serta menyarankan
keterbatasan dan penelitian di masa depan.
6. Validasi Akurasi Temuan, yaitu untuk memeriksa ketepatan penelitian
mereka, inquirers kualitatif sering menggunakan validasi prosedur seperti
pemeriksaan anggota, triangulasi, dan audit. Maksud dari valida - tion adalah
memiliki peserta, peninjau eksternal, atau sumber data sendiri memberikan
bukti keakuratan informasi dalam laporan kualitatif.
B. Penarikan Kesimpulan dan Saran
1. Penarikan Kesimpulan
Generalisasi adalah penarikan suatu kesimpulan umum dari analisa
penelitian. Generalisasi yang dibuat harus berkaitan dengan teori yang
mendasari penelitian yang dilakukan. Setelah generalisasi dibuat, peneliti perlu
pula menarik kesimpulan-kesimpulan dari penelitian. Apakah hasil penelitian
memperlihatkan hubungan-hubungan tertentu.
Kesimpulan penelitian adalah pernyataan singkat tentang hasil analisis
deskripsi dan pembahasan tentang hasil pengetesan hipotesis. Tujuan penulisan
kesimpulan adalah untuk memberikan kesempatan dan informasi kepada para
pembaca guna mengetahu secara cepat tentang apa hasil akhir yang diperoleh
dari penelitian yang telah dilakukan.
Yang disimpulkan dalam penelitian sesuai dengan jawaban permasalahan
yang dirumuskan, hipotesis yang diajukan, dan tujuan penelitian. Dengan
demikian, kesimpulan merupakan pernyataan atau jawaban pertanyaan dari
rumusan masalah atau pertanyaan penelitian atau pernyataan hasil pembuktian
hipotesis, apakah hipotesis yang diajukan terbukti atau tidak. Dengan kata lain,
kesimpulan penelitian itu merupakan pernyataan pencapaian tujuan, apakah
tujuan yang dirumuskan tercapai atau tidak. Menurut Nasution (1987),
kesimpulan yang diambil harus benar-benar didasarkan atas hasil penelitian.
Hendaknya jangan memasukkan hal-hal yang baru. Kalau ada hal yang
ditemukan dalam penelitian di luar tujuan, tetapi sangat relevan, mendukung,
dan merupakan informasi yang bermanfaat sebaiknya dimasukkan dalam
pembahasan, diinformasikan sedemikian rupa sehingga memperkuat
pembahasan hasil penelitian. Akan tetapi, kalau hal-hal yang ditemukan tidak
relevan, tidak memperkuat atau mendukung permasalahan penelitian sebaiknya
tidak dimasukkan baik dalam kesimpulan maupun dalam pembahasan hasil
penelitian.
Pada bagian kesimpulan ini, peneliti dapat menyampaikan ringkasan hasil
yang dianggap penting dengan tidak menggunakan bahasa statistik lagi.
Kesimpulan dianjurkan menguraikan hasil analisis data dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh para pembaca maupun oleh orang-orang yang
berkepentingan.
Cara merumuskan kesimpulan yang baik adalah disesuaikan atau
diserasikan dengan tujuan, rumusan masalah, hipotesis atau pertanyaan
penelitian, baik isi maupun jumlah kesimpulan yang dibuat. Jadi, untuk
membuat atau merumuskan kesimpulan penelitian lihatlah kembali tujuan,
rumusan masalah, hipotesis atau pertanyaan penelitian, apakah sudah sesuai
atau belum.
Kesalahan yang sering ditemui adalah peneliti membuat kesimpulan yang
lain yang bukan dari hasil analisis data, tetapi memberikan tafsiran mereka
menurut gambaran yang telah ada dalam pikiran peneliti. Peneliti hendaknya
jangan mencampuradukkan antara kesimpulan dan rekomendasi atau membuat
kesimpulan dalam bentuk rekomendasi. Buatlah kesimpulan dengan
menyatakan “apa” dan “apa yang akan terjadi, jika….” \
Bagian pokok dan merupakan pengarah kegiatan penelitian adalah
perumusan problematik. Di dalam problematik ini peneliti mengajukan
pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal yang akan dicari jawabnya melalui
kegiatan penelitian. Sehubungan dengan pertanyaan inilah maka peneliti
mencoba mencari jawaban sementara yang disebut hipotesis, sedangkan
kesimpulan yang ditarik berdasarkan data yang telah dikumpulkan, adalah
merupakan jawaban, benar-benar jawaban yang dicari, walaupun tidak selalu
menyenangkan hatinya. Oleh karena itu, harus tampak jelas hubungan antara
problematik, hipotesis dan kesimpulan.

Problematik
Rumusan Masalah

Hipotesis
Kesimpulan
a. Kesimpulan Penelitian Non-Statistik
Penarikan kesimpulan dilakukan sejalan dengan cara mengolah data.
Terhadap data yang bersifat kualitatif, maka pengolahannya dibandingkan
dengan suatu standar atau kriteria yang telah dibuat oleh peneliti. Sebagai
contoh penelitian yang menggunakan data kualitatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk meliahat sikap kepemimpinan beberapa kepala sekolah.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengukur sejauh mana sikap
kepemimpinan yang dimiliki oleh kepala sekolah yang dimaksud. Untuk ini,
dicari dimensi-dimensi sikap kepemimpinan terlebih dahulu, antara lain:
disiplin, demokratis, bertanggung jawab, toleran, penuh inisiatif, kreatif, dan
sebagainya. Dengan menggunakan skala sikap, penelitian mengumpulkan data
mengenai tingkat kepemimpinan pada kepala sekolah.
Maka kesimpulan yang mungkin dibuat berdasarkan kriteria atau
standar yang ditentukan, adalah sebagai berikut:
1) Sesuai dengan standar
2) Kurang sesuai dengan standar
3) Tidak sesuai dengan standar
Apabila analisi datanya berupa persentase, proposi maupun rasio,
maka kesimpulan yang dapat diambil, disesuaikan dengan permasalannya.
b. Kesimpulan Penelitian Statistik
Kesimpulan penelitian yang menggunakan teknik statistik, dapat
digenerelisasikan pada populasi apabila dari sampel dapat diketahui bahwa
populasinya berdistribusi normal (hal ini dapat dilakukan pemeriksaannya
dengan checking normalitas). Apabila populasinya tidak berdistribusi normal
maka harus menggunakan statistik non-parametrik.
Apabila peneliti melakukan penelitian terhadap sampel, maka ia
berharap bahwa kesimpulan dapat berlaku untuk seluruh populasi. Dengan
rumusan penelitian: Penggunaan teknik statistik inferensial adalah untuk
mengadakan estimasi berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh,
terhadap parameter.
c. Problema yang Dihadapi Peneliti Waktu Menafsirkan
Sebelum mengatasi keengganan memulai kegiatan menafsirkan, peneliti
sebaiknya memahami sebab-sebab kesulitan itu. Misalnya kejenuhan yang
dirasakan peneliti setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun sibuk dalam
berbagai aspek kegiatan penelitian. Ia juga terlalu dekat dengan permasalahan
penelitian sehingga ia merasakan perlunya jarak untuk bisa menafsirkan
dengan benar. Untuk keperluan itulah diperlukan waktu dan jarak diantaranya,
karena perbedaan waktu dan jarak akan meningkatkan kemampuan peneliti
untuk merefleksikan kembali datanya.
Kesulitan lain waktu peneliti harus membuat sintesis dan spekulasi kreatif
dari data penelitannya adalah disebabkan karena ia dituntut untuk
memposisikan dirinya pada pemikiran-pemikiran baru, dan memaknnia
signifikansi kegiatan-kegiatannya pada bulan-bulan dan tahun-tahun yang
lalu. Menginterpretasikan data penelitian untuk kemudian ditafsirkan, tidak
hanya berbentuk kegiatan membuat resume data faktual, melainkan harus
lebih dari itu (beyond a mere recitation of the bare facts).
Tujuan dari peneliti dalam aspek kegiatan ini adalah mengembangkan
kesimpulan dan mengaitkan hubungan-hubungan yang ada melalui
argumentasi yang hati-hati, dan yang tidak dibatasi oleh skop yang sempit.
Operasionalisasi dari memasang-masangkan data dan uji kategori seperti
seperti yang dilakukan pada saat analisis data terbuka sama untuk interpretasi.
Kesempatan untuk mencobakan kategori baru dan membentuk hubungsn-
hubungan baru dengan proyek-proyek melampaui yang ada untuk memenuhi
kriteria (beyond a mere recitation of the bare facts) menantang kreativitas
para peneliti yang oleh peneliti aliran lama dianggap sebagai ambisi yang
berbahaya.
Kesulitan yang ketiga adalah, adanya pergeseran gaya kognitif dalam
penafsiran. Pada proses analisis dideskripsikan gambaran yang singkat tetapi
koheren dari fenomena yang diobservasi, dengan pole berpikir yang
konvergen, dan cara demikian sudah akrab dikalangan peneliti. Akan tetapi,
dalam penafsiran gaya berpikir divergenlah yang dianjurkan karena perbedaan
dalam kerangka berpikir, labih kreatif, terutama dalam proses berteori yang
kompleks, juga dalam berpikir spekulatif.
Pemahaman akan kesulitan inilah yang perlu diatasi peneliti pada saat ia
mulai dengan kegiatan penafsiran atau interpretasi, fase ini harus ditempuh
dan kesulitan yang diarifi sudah merupakan setengah penyelesaian dengan
mengidentifikasi tugas antara lain mengkonsolidasikan teori, mengaplikasikan
teori, menafsirkan dengan menggunakan analogi/persamaan atau metafor dan
membuat sintesis.
DAFTAR PUSTAKA

Sukmadinata, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Graha Aksara


Moleong Lexy J. 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai