Anda di halaman 1dari 15

AULIYA RAHMI

1812040040

PMI A

DESAIN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. Mohon cari metode atau teknik pendekatan partisipatif yang digunakan


dalam pemberdayaan masyarakat?

Jawab :

1. Evironmental Scanning (ES)

Pendampingan merupakan bagian integral dari proses membangun dan


memberdayakan masyarakat. Oleh karena itu, seorang pendamping tidak sekedar
dituntut untuk menguasai teknik tertentu untuk menfasilitasi, tetapi juga harus
mampu membangun kemampuan stakeholder lainnya mengenali konteks program
secara keseluruhan.

Komponen ini sangat esensial dalam proses pendampingan, oleh karena itu
strategic planning difokuskan khusus pada penelaan situasi lingkungan. Dilakukan
untuk membangun sumber daya baik alam maupun manusia dalam
mengidentifikasi potensi kebutuhan yang terdapat di lingkungan.

Stace dan Dunphy dalam Nasdian (2014:110) mengatakan bahwa


“Menyajikan tiga pendekatan untuk melakukan penilaian terhadap lingkungan,
yaitu Strategic Scenarios Analysis, Customer Analysis, dan Critical Isu
Strategies”. Dibawah ini merupakan penjelasan masing-masing metode:

A. Strategic Scenarios Analysis (SSA) mencakup penilaian terhadap


kemungkinan-kemungkinan masa datang pada aspek-aspek berikut:
pelanggan (pasar), teknologi, hasil/pelayanan, tenaga kerja,
stakeholder/shareholder, sumber daya, dan pesaing. Hasil akhirnya
untuk mengambil keputusan saat ini berkenaan dengan masa depan.
B. Customer Analysis (CA) berorientasi kepada upaya memenuhi
prefensi dan kebutuhan pelanggan. Mencakup kebutuhan dan
keinginan pelanggan pada masa yang akan datang.
C. Critical Strategic Issue (CSI) digunakan untuk menilai isu-isu
jangka pendek (12-24 bulan). Metode analisi yang digunakan CSI
terstruktur. Isu bisa bersifat positif atau negatif di dalam dan luar
bisnis. Namun keseluruhan isu tersebut memiliki potensi
mempengaruhi organisasi untuk mencapai tujuan salama jangka
yang telah ditentukan.

Ketiga faktor sebagai dampak (rendah, signifikan dan besar) ditunjukkan


dengan suatu matrik. Tiga pendekatan ini merupakan metodelogi yang sangat kuat
karena mencakup penilaian terhadap tingkatan pengaruh dan tingkatan
kepentingannya.

a. Logical Framework Approach (LFA)

Logical Framework Approach (LFA) dilaksanakan dalam suatu lokakarya


atau bisa disebut dengan sosialisasi terhadap program yang telah direncanakan
sebelumnya secara berkesinambungan yang diterapkan dalam suatu kelompok
untuk mewakili stakeholder merupakan penjelasan dalam artian bahasa indonesia
dari (Consultants of ANUTECH Development Internasional dalam Nasdian,
2014:112).

Berdasarkan sejumlah pengalaman dalam berpartisipasi dan menerapkan


LFA, dapat diidentifikasi beberapa ciri spesifik dari LFA yaitu;

 Menggunakan teknik visualisasi


 Merumuskan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
 Menyusun informasi secara sistematik
 Menghasilkan sebuah Rancangan Program yang konsisten dan realistis
 Menyajikan ringkasan rencana-rencana program
 Seperangkat alat-alat perencanaan, yang terdiri dari:
Alat-alat perencanaan di atas sudah disusun dengan urut yang diawali
dengan analisis kebutuhan, maka dalam mengaplikasikan diharapkan
mengetahui urutan-urutan tersebut. tahap pelaksanaan LFA:
 Pendahuluan : penentuan bidang, nama, tempat dan jangka waktu
pelaksanaan program serta mengidentifikasi pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap program.
 Tahap Pertama : melaksanakan Analisis Permasalahan
 Tahap Kedua : melaksakan Analisis Tujuan
 Tahap Ketiga : melaksanakan Analisi Alternatif
 Tahap Keempat : Menyusun Analisis Pihak Terkait
 Tahap Kelima : menyusun Matriks Perencanaan Program
 Tahap Lanjutan : menyusun Rencana Kegiatan dan Kerangka
Pemantauan

2. Participatory Impact Monitoring (PIM)

Participatory Impact Monitoring (PIM) merupakan alat analisis baru untuk


mengelola suatu program. Alat ini relatif jauh lebih mudah dibanding dengan alat
analisis yang pernah ada. Prinsip PIM adalah adanya suatu timbal balik terhadap
proyek PIM serta menerima perubahan. PIM di desain untuk proyek-proyek yang
ditangani sendiri (selft-help project), dalam bentuk kelompok atau organisasi yang
mandiri, termasuk organisasi akar rumput.

PIM hanya dapat bekerja jika terpenuhi kondisi-kondisi berikut:

A. Ada pertemuan kelompok secara regular


B. Anggota memiliki perhatian tertentu dan terdapat kegiatan
pengambilan keputusan secaar bersama
C. Kepemimpinan yang selalu berkonsultasi dengan sesame anggota
sebelum mengambil keputusan
D. Anggota kelompok mau meluangkan waktu mungkin lebih dari
sebelumnya dalam mengelola proyek
Cakupan dan langkah-langkah kegiatan PIM dalam mengelola suatu proyek,
adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui konteks proyek sehingga dapat melakukan monitoring


dengan baik, yang mencakup pengetahuan mengenai:
 Kesulitan melakukan monitoring
 Apa yang harus dimonitor
 Bagaimana melakukannya
 Langkah-langkah pengenalan dan pengelolaan berbasis
kelompok dan pertanyaan-pertanyaan kunci yang diperlukan
adalah sebagai berikut:
 Apa yang harus diamati?
 Bagaimana mengamatinya?
 Siapa yang mengamati?
 Bagaimana mendokumentasikan hasil?
 Apa yang diamati?
 Mengapa hasilnya demikian?
 apa kegiatan selanjutnya?

3. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah wawancara kelompok dari sejumlah


individu atau sebuah diskusi yang menfokuskan interaksi dalam kelompok
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh pendamping berperan
sebagai moderator dalam kelompok diskusi tersebut (Stewart, dkk dalam Nasdian,
2014: 119). FGD merupakan suatu pengumpulan data dari responden atau
informan berdasarkan hasil diskusi kelompok yang berfokus pada menyelesaikan
sutau permasalahan.

Peserta diskusi tidak boleh lebih dari 10 orang dengan itu ada pemilihan
selektif yang mampu dalam mendiskusikan topik. Keberhasilan tergantung pada
peranan pendamping sebagai moderator FGD untuk mengarahkan dan
memberikan komunikasi yang baik terhadap peserta diskusi. Secara keseluruhan
FGD akan dilaksanakan mulai dari tingkat kelompok, komunitas, dan lokalitas.

Langkah-langkah Focus Group Discussion (FGD):

A. Pendamping melakukan pendekatan kepada partisipan untuk


menjelaskan latar belakang dan tujuan dilaksanakan FGD
B. Mengundang peserta atau partisipan FGD
C. Sebelum FGD dimulai, pendamping perlu menguasai gambaran
struktur sosial ekonomi masyarakat dan dinamika komunitas di
daerah tersebut. Diharapkan untuk memperoleh visi dan pandangan
“daerah” terhadap pengembangan komunitas di kawasannya.
D. Ketika FGD berlangsung, ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu:
merekam seluruh jalannya dan pembicaraan dalam diskusi dan
mensuplai butir-butir pertanyaan yang dikembangkan selama
diskusi berlangsung kepada moderator agar pembahasan semakin
“tajam” dan jelas arahnya.
E. Ketika FGD berlangsung, moderator harus mampu memberikan
kesempatan yang seimbang kepada seluruh partisipan. Sangat
penting dalam FGD tersebut adalah moderator harus mampu
memunculkan perdebatan.
F. Hasil tertulis yang direkam dari FGD digunakan sebagai dasar
untuk menggembangkan butir-butir pertanyaan yang lebih tajam
dari pertanyaan umum yang telah dirumuskan sebelumnya.

4. Zielobjectiev Orientierte Project Planning (ZOPP)

Sebagai suatu metode perencanaan, ZOPP secara resmi diperkenalkan oleh


GTZ (Gesellschaft Fur Technische Zusammenarbiet) pada tahun 1983.
Selanjutnya ZOPP selalu diaplikasikan dalam merencanakan proyek dalam fase
persiapan maupun implementasinya.

Kelebihan ZOPP terletak pada kemampuannya menjamin adanya konsistensi


berpikir dan prosedur serta adanya pemahaman yang sama akan istilah-istilah
yang digunakan ZOPP, selain meningkatkan kualitas perencanaan, sekaligus dapat
memfasilitasi komunikasi dan kerja sama antara berbagai pihak yang terlibat
dalam suatu proyek.

Dari kelima setiap metode-metode partisipatif dalam pengembangan


masyarakat memiliki kelemahan dan keuntungan masing-masing. Oleh sabab itu,
sebelum melaksanakan suatu metode partispatif dilakukan identifikasi kebutuhan
masyarakat untuk mengetahui kecocokan dalam metode dan memperhatikan
keterlibatan pihak masyarakat.

5. Participatory Rural Appraisal (PRA)

Metode PRA merupakan metode pembelajaran masyarakat. Teknik-teknik


kajian keadaan masyarakat tersebut hanyalah sebagai alat pada proses belajar
dengan masyarakat. Proses belajar itu sendiri tidak berhenti pada saat kegiatan
pengkajian keadaan saja, tetapi juga pada saat “orang luar” menjalankan program
bersama masyarakat. Ada beberapa catatan yang harus diperhatikan:

A. Pengertian belajar meliputi kegiatan menganalisis, merencanakan


dan bertindak.
B. PRA lebih cocok disebut metode-metode (jamak) dari pada metode
atau pendekatan (tunggal).
C. PRA memiliki metode metode dan teknik teknik yang bias kita
pilih. Sifatnya terbuka untuk menerima cara cara dan metode baru
yang lebih cocok.

Tujuan dari metode PRA ini adalah untuk mengumpulkan rancangan yang
memfasilitasi agar pembelajaran dapat dilakukan oleh masyarakat desa sendiri.
Pengertian belajar disini mempunyai arti luas, karena meliputi juga kegiatan
mengkaji, merencanakan dan bertindak. Tujuan utama dari metode PRA ini
adalah untuk menghasilkan rancangan program yang lebih sesuai dengan hasrat
dan keadaan masyarakat. Lebih dari itu, PRA juga bertujuan memberdayakan
masyarakat, yakni dengan pengembangan kemampuan masyarakat dalam
mengkaji keadaan mereka sendiri, kemudian melakukan perencanaan dan
tindakan. Dalam metode ini masyarakat juga dilibatkan secara langsung dalam
tahap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, menggunakan alat kajian, dan
adanya pemadu.

Metode PRA tekanannya bukanlah pada kemampuan teknik teknik PRA


dalam partisipasi pengumpulan data, penggunaan alat kajian dan prinsip
kepemanduan. Penekanannya justru pada proses belajar masyarakat dan tujuan
praktis untuk pengembangan program. Sebab penerapan metode PRA adalah
untuk mendorong masyarakat turut serta meningkatkan dan mengkaji pengetahuan
mereka mengenai kehidupan dan kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat
menyusun rencana dan tindakan. Metode PRA juga bersifat terbuka
untukmenerima cara-cara dan metode baru.

Prinsip prinsip PRA:

a. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (Keberpihakan)


b. Prinsip Pemberdayaan (Penguatan) Masyarakat.
c. Prinsip Masyarakat sebagai Pelaku, orang luar sebagai fasilitator.
d. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan.
e. Prinsip santai dan informal
f. Prinsip triangulasi
g. Prinsip mengoptimalkan hasil
h. Prinsip orientasi praktis
i. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
j. Prinsip belajar dari kesalahanPrinsip terbuka

Unsur-unsur metode PRA adalah untuk merangkum seluruh pengertian


Metode PRA yang terdiri dari:

a) Proses Belajar (saling bertukar pengalaman dan pengetahuan).


b) Alat Belajar (Teknik teknik PRA)
c) Dan Hasil belajar/ Output Belajar yang diharapkan (tercapainya tujuan
jangka pendek yaitu rencana program serta tercapainya tujuan jangka
panjang yaitu tercapainya kea rah pemberdayaan masyarakat) yang
sekaligus berarti perubahan social.
6. Rapid Rural Appraisal (RRA)

Metoda RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam


waktu yang terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus
diambil segera. Dewasa ini banyak program pembangunan yang dilaksanakan
sebelum adanya kegiatan pengumpulan semua informasi di daerah sasaran.
Konsekuensinya, banyak program pembangunan yang gagal atau tidak dapat
diterima oleh kelompok sasaran meskipun program-program tersebut sudah
direncanakan dan dipersiapkan secara matang, karena masyarakat tidak
diikutsertakan dalam penyusunan prioritas dan pemecahan masalahnya.

Pada dasarnya, metoda RRA merupakan proses belajar yang intensif untuk
memahami kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu
diperlukan cara kerja yang khas, seperti tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin,
menggunakan sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang khusus, untuk
meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja
tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal yang
digabungkan dengan pengetahuan ilmiah. Komunikasi dan kerjasama diantara
masyarakat desa dan aparat perencana dan pelaksana pembangunan (development
agent) adalah sangat penting, dalam kerangka untuk memahami masalah-masalah
di perdesaan. Di samping itu, metoda RRA juga berguna dalam memonitor
kecenderungan perubahan-perubahan di perdesaan untuk mengurangi
ketidakpastian yang terjadi di lapangan dan mengusulkan penyelesaian masalah
yang memungkinkan. Metoda ini bertujuan untuk menghasilkan pengamatan
kualitatif bagi keperluan pembuat keputusan untuk menentukan perlu tidaknya
penelitian tambahan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan. Metode
RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu;

A. Perspektif sistem,
B. Triangulasi dari pengumpulan data, dan
C. Pengumpulan data dan analisis secara berulang-ulang (iterative).
2. Masing-maisng metode tersebut dijelaskan dan diberikan contoh konkrit!

Jawab :

A. Evironmental Scanning (ES)

Untuk mengetahui prioritas anggaran pendidikan dasar di Provinsi Jawa Barat


diperlukan penelusuran terhadap pebagai hal yang melatarbelakangi penentuan
prioritas tersebut dalam konteks manajemen stratejik.

Kebijakan alokasi anggaran pendidikan dasar di Provinsi Jawa Barat dalam


prosesnya bisa dilihat dengan menggunakan model manajemen stratejik
(Hunger&Wheelen, 2003: 109) yang secara garis besar terdiri dari empat
langkah : pertama, melakukan environmentalscanning (analisis lingkungan) yang
terdiri dari analisis lingkungan eksternal (ALE) dan analisis lingkungan internal
(ALI). Kedua, strategyformulation (perumusan strategi) yaitu kegiatan perumusan
misi, menentukan tujuan, membuat strategi, dan membuat kebijakan. Ketiga,
strategyimplementation (menjalankan strategi yang telah dibuat) yaitu menyusun
program, menganggarkan, serta membuat prosedur. Keempat,
evaluatonandcontrol (evaluasi dan pengawasan) yaitu kegiatan monitoring
terhadap kinerja organisasi kemudian melakukan koreksi yang diperlukan.

B. Logical Framework Approach (LFA)

Evaluasi Kinerja Pembangunan Program Kerja Base TransceiverStation (BTS)


Menggunakan LogicalFrameworkAnalysis Studi Pada Badan Aksesibilitas
Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) KOMINFO Penduduk Indonesia
sebagian besar tersebar pada wilayah yang belum terjangkau oleh sarana
prasarana telekomunikasi. Kondisi geografis Indonesia yang sangat beragam,
menyebabkan pembangunan infrastruktur tidak dapat dilaksanakan secara
optimal. BAKTI merupakan sebuah perusahaan pemerintahan Indonesia yang
menyediakan layanan TIK yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. BAKTI, khususnya pada Direktorat Infrastruktur, membuat program
kerja BTS yang berlangsung di daerah Blankspot Layanan Telekomunikasi.
Pembangunan BTS merupakan upaya nyata pemerintah untuk mengatasi
kesenjangan telekomunikasi yang dirasakan oleh masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hasil evaluasi kinerja terhadap program kerja BTS
menggunakan metode LFA (LogicalFrameworkAnalysis), yang berguna baik
dalam perencanaan, monitoring dan manajemen evaluasi pengembangan sebuah
program kerja. LFA terdiri dari tujuh tahapan analisis, yaitu stakeholderanalysis,
problem analysis, objectiveanalysis, strategy analysis, log frame (project plan),
activityplanning, dan resource. Di dalam tahapan LFA dilakukan analisis SWOT
untuk mengetahui bagaimana organisasi bertindak dalam mengatasi masalah.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa program kerja BTS sudah cukup
maksimal, karena hasil evaluasi menunjukkan bahwa adanya kesesuaian dengan
tujuan utama yang sudah ditetapkan oleh BAKTI. Rekomendasi dibuat disetiap
tahapan LFA, agar rekomendasi tersebut lebih spesifik dan dapat meningkatkan
kinerja, dan dibuat berdasarkan teori-teori terkait manajemen sistem informasi

C. ParticipatoryImpactMonitoring (PIM)

Implementasi PIM dalam pembangunan masyarakat yang dapat diamati adalah


pada penguatan kelembagaan masyarakat desa hutan dalam implementasi program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di Pemalang dan Randublatung.
Masih jarangnya publikasi penerapan PAP di Indonesia baik karena minimnya
penggunaan PAP atau hanya karena masalah teknis publikasi membuat korelasi
positif penerapan PAP terhadap penguatan modal sosial masih lemah dalam
tataran empiris.

D. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) terkait dengan kegiatan Assessment program


pendampingan penyelenggaraan Desa Broadband Terpadu 2017 bertempat di
Aula Kantor Desa Sungai Enau Kecamatan Kualamandor B, Kabupaten Kubu
Raya, Provinsi Kalimantan Barat, Selasa (10/10).

Peserta yang hadir terdiri dari pemerintahan desa, Kelembagaan karangtaruna


Trisakti, Tokoh Agaman , perwakilan dari masyarakat. Mereka sangat antusias
dalam mengikuti diskusi tersebut, memberi informasi seputar desa.
Kegiatan FGD ini semua kelembagaan yang diundang diberi ruang untuk
mengutarakan pendapatnya, baik untuk keperluan pertanian, air bersih, dan juga
pelayanan masyarakat pun di bicarakan diacara tersebut.

E. ZielobjectievOrientierte Project Planning (ZOPP)

Pemikiran dasar yang menjadi penekanan yang dilakukan dalam metode


ZOPP (ZielOrentierte Project Plannung) ini adalah melalui tujuan yang
bermanfaat yang dapat di rumuskan apabila sebab-sebab dan akibat-akibat dari
masalah-masalah yang akan di tanggulangi telah di analisis secara mendalam,
yang digambarkan dalam suatu analisis permasalahan, dalam pengertian, bukanlah
hipotesis yang berdasarkan pemikiran teoritis, tetapi masalah-masalah yang benar-
benar yang di alami masyarakat perdesaan, terutama dalam sektor pertanian.
Metode ini juga dimaksudkan agar semua pihak yang terkait berperan aktif dalam
proyek berperan serta secara intensif sejak tahap awal proyek atau perencanaan,
agar dapat dihasilkan suatu matriks perencanaan proyek yang menggambarkan
struktur dasar proyek secara menyeluruh. Analisis ZOPP untuk peningkatan
kualitas produktivitas pertanian komoditas bawang merah di perdesaan ini, akan
menggunakan tiga analisis, antara lain: analisis struktur masalah dengan
mengdentifikasi permasalahan dan juga memperhatikan juga analisis peran yang
kemudian dirumuskan dalam tujuan-tujuan proyek yang logis dalam bentuk
analisis tujuan, dari analisis tujuan umumnya ditemukan beberapa pilihan
pendekatan proyek yang bisa di tempuh. Penentuan pendekatan proyek haruslah
didasarkan pada pilihan-pilihan tersebut dengan memilih pendekatan yang paling
sesuai dipandang dari berbagai sudut kepentingan proyek; antara lain pendanaan,
personil, budaya dan lain-lain. Pendekatan proyek yang dipilih mungkin
merupakan satu atau gabungan beberapa pilihan yang ada, selanjutnya adalah
tentang gambaran struktur dasar proyek secara menyeluruh yang mungkin disusun
apabila telah ditentukan pendekatan proyek yang disepakati bersama oleh pihak-
pihak yang terkaitdengan proyek.

F. ParticipatoryRuralAppraisal (PRA)
ParticipatoryRuralAppraisal (PRA) untuk Pengembangan Desa Wisata di
Pedukuhan Pucung, Desa Wukirsari, Bantul.

Kegiatan program pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang dilakukan oleh


Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada pada
tahun 2018 ini mengambil lokasi di Pedukuhan Pucung, Desa Wukirsari, Bantul,
yang terkait dengan pengembangan Pucung sebagai desa wisata secara
partisipatoris. Dalam pelaksanaan PkM ini, metode partisipatoris yang dikenalkan
adalah metode PRA sehingga peneliti dapat bertindak sebagai fasilitator dan
langsung dapat memfasilitasi warga dalam mengenal dan memanfaatkan metode
partisipatoris untuk menyusun CAP (CommunityAction Plan), yang nantinya akan
menjadi program pengembangan desa wisata. Pada akhir pelaksanaan program ini
telah berhasil disusun CAP pengembangan Desa Wisata Pucung yang berbasis
budaya lokal dan juga disepakati untuk membentuk kepengurusan organisasi
pengembangan desa wisata dan pemilihan beberapa fasilitator lokal. Dalam
pengembangan selanjutnya, tim PkM masih akan melakukan pendampingan
terhadap keberlanjutan dan pelaksanaan CAP pengembangan Desa Wisata Pucun

G. Rapid RuralAppraisal (RRA)

MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM


PEMBANGUNAN PERTANIAN: PERLUNYA IMPLEMENTASI “PRA”,
PENDEKATAN KULTURAL DAN STRUKTURALmenjalinkerjasama antara
anggota Kelompok Tani Karya Indah di desa Awal Terusan (Kecamatan Sirah,
Pulau Padang – OKI – Sumatera Selatan) dengan koperasi IPPTP Kayu Agung.
Kerjasama tersebut dilakukan karena adanya laporan bahwa petani tidak bisa
menerapkan dosis pemupukan sesuai dengan anjuran karena harga pupuk mahal
dan lokasi kios saprodi sulit dijangkau. Toko saprodi terdekat berjarak 30 km dan
harus ditempuh dengan tiga kali ganti kendaraan yang
frekwensikeberadaannyapun sangat jarang. Setelah terjalin kerjasama, maka
koperasi menyediakan pupuk di lokasi sesuai dengan permintaan dan petani
membayar dalam jangka waktu yang disepakati. Dilaporkan semua petani
membayar biaya pupuk tepat waktu sesuai perjanjian dan produksi meningkat dari
2 – 2,5 menjadi 3 – 3,5 ton/ha. Pada musim selanjutnya adopsi teknologi
pemupukan meningkat dari 60% menjadi 99%.

3. Jelaskan perbedaan masing-masing metode tersebut!


1. ZOPP

Perencanaan dengan metode ZOPP mempuyai kegunaan untuk meningkatkan


kerjasama semua pihak yang terkait, mengetahui keadaan yang ingin diperbaiki
melalui proyek, merumuskan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan dan sebagai dasar pelaksanaan proyek. Mutu hasil dari
perencanaan itu sangat tergantung pada informasi yang tersedia dan yang
diberikan.

2. PRA

Prinsip kerja metode PRA hampir sama dengan metode ZOPP. Perbedaanya,
kalau metode PRA penekanannya lebih pada proses belajar masyarakat dan tujuan
praktis untuk pembangunan program.

Penerapan metode PRA adalah untuk mendorong masyarakat turut serta


meningkatkan dan mengkaji pengetahuan mereka mengenai kehidupan dan
kondisi mereka sendiri, agar mereka dapat menyusun rencana dan tindakan.
Metode PRA bersifat terbuka untuk menerima cara-cara dan metode baru yang
dianggap cocok.

3. RRA

Pada prinsipnya ketiga jenis metode perencanaan partisipatif tersebut,


mempunyai tujuan yang sama, yakni memberdayakan masyarakat dan
kelembagaan desa serta menumbuhkan partisipasi masyarakat.

Namun, metode perencanaan partisipatif yang telah ada ini, perlu diramu lebih
sedemikian rupa dengan mendasarkan prinsip musyawarah dan gotong royong
yang telah hidup berurat-berakar di masyarakat perdesaan.

4. FGD
FGD sebagai metode penelitian sekunder umumnya digunakan untuk
melengkapi riset yang bersifat kuantitatif dan atau sebagai salah satu teknik
triangulasi. Dalam kaitan ini, baik berkedudukan sebagai metode primer atau
sekunder, data yang diperoleh dari FGD adalah data kualitatif.

Meskipun terlihat sederhana, menyelenggarakan suatu FGD yang hanya


berlangsung 1 -3 jam, memerlukan persiapan, kemampuan, dan keahlian khusus.
Ada prosedur dan standar tertentu yang harus diikuti agar hasilnya benar dan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

5. PIM

Pendamping dalam metode PIM adalah memfasilitasi terwujudnya PIM dalam


proyek pengembangan masyarakat/ pengembangan komunitas. Prinsip pendekatan
Participatory Impact Monitoring harus ada kepercayaan dan keinginan timbal
balik untuk mengelola proyek dengan metode PIM Anggota masyarakat yang
terlibat dalam pelaksanaan PIM berkeinginan untuk menerima perubahan. -
Pendamping harus tegas dalam dukungan metodologi, dan diskusi harus dilakukan
oleh kelompok masyarakat itu sendiri.

6. LFA

Beberapa keunggulan Logical Framework Approach:

a. Mewadahi pernyataan dari semua komponen kunci dari suatu


program. Ini sangat membantu khususnya saat ada pergantian staff
dalam program tersebut.
b. Dapat menjelaskan dan merunut secara logis bagaimana
kemungkinan program itu bisa dimplementasikan.
c. Membantu untuk mengenali skala prioritas capaian program, serta
memastikan jika input dan output program tidak saling
membingungkan antara satu dengan yang lain, dan
mengidentifikasi capaian-capaian diluar target yang sebelumnya
tidak diketahui.
d. Menyediakan suatu dasar untuk melakukan monitoring dan
evaluasi dengan mengidentifikasi indikator-indikator kesuksesan,
dan maksud dari suatu perhitungan atau penaksiran (angka).
e. Menjelaskan hubungan-hubungan yang mendasari penilaian
terhadap efisiensi dan efektivitas program
f. Mengidentifikasi faktor utama terkait kesuksesan dari sebuah
program.
g. Mendorong pendekatan multidispliner untuk persiapan dan
pengawasan dari suatu program.
7. ES

Environmental scanning yang efektif seharusnya dapat membantu pembuat


keputusan mengetahui perubahan potensial yang terjadi di lingkungan eksternal
mereka. Environmental scanning menyediakan penyelidikan strategik yang
berguna dalam pemilihan keputusan strategi. Konsekuensi dari aktivitas ini adalah
bertambahnya pemahaman akan dampak dari perubahan terhadap organisasi,
membantu meramalkan, dan membawa harapan perubahan yang baik dalam
pembuatan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai