Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA

DIABETES MELITUS PADA MASYARAKAT USIA PRODUKTIF

Andra Amelia Annisa Putri


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi

Email : @andraameliaannisaputri@gmail.com

Abstract: Diabetes mellitus is a chronic disease that presents with symptoms of


hyperglycemia due to decreased insulin production and/or decreased insulin activity
(American Diabetes Association, 2014). The latest facts from information related to the
number of people with Diabetes Mellitus show that the number of people with Diabetes
Mellitus in Indonesia is very large and is a very important burden to be handled by all
health workers today (Putri and Isfandiari, 2013). The incidence of Diabetes Mellitus in
general can be caused by several factors, according to the Indonesian Ministry of Health,
some of these factors are age, genetic factors, age factors, physical activity patterns,
obesity and smoking habits. This research method is a literature study that seeks some
data from various references such as journals/articles published in Publish Of Perish,
WHO, Unicef, Riskesdas, and the Indonesian Ministry of Health.

Keywords : Diabetes Mellitus, Productive Age Society

Abstrak : Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang muncul dengan gejala
hiperglikemia akibat penurunan produksi insulin dan/atau penurunan aktivitas insulin
(American Diabetes Association, 2014). Fakta terkini dari informasi terkait jumlah
penderita Diabetes Mellitus menunjukkan bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus di
Indonesia sangat besar dan merupakan beban yang sangat penting untuk ditangani oleh
semua tenaga kesehatan saat ini (Putri dan Isfandiari, 2013). Kejadian Diabetes Melitus
pada umumnya dapat disebabkan oleh beberapa faktor, menurut Kementrian Kesehatan RI
beberapa faktor tersebut adalah faktor umur, faktor genetic, faktor usia, pola aktivitas
fisik, obesitas dan kebiasaan merokok. Metode penelitian ini adalah studi literatur yang
mencari beberapa data dari berbagai referensi seperti jurnal/artikel artikel yang
dipublikasikan pada Publish Of Perish, WHO, Unicef, Riskesdas, dan Kemenkes RI.
Kata kunci : Diabetes Melitus, Masyarakat Usia Produktif
Pendahuluan

Menurut World Health Organization (WHO), sehat adalah keadaan sejahtera fisik,
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Sedangkan
menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009, yang dimaksud dengan sehat adalah sehat
jasmani, rohani, emosi, dan sosial, dan setiap orang mempunyai kehidupan yang produktif
secara sosial maupun ekonomi. (Notoatmodjo, 2012). Diabetes melitus adalah salah satu
penyakit menular yang terus meningkat. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan
atau penyakit global di masyarakat. WHO memperkirakan lebih dari 346 juta orang di
dunia menderita diabetes.
Diabetes mellitus (DM) dicirikan sebagai penyakit atau masalah metabolisme yang
sedang berlangsung dengan etiologi yang berbeda yang digambarkan dengan kadar glukosa
yang tinggi disertai dengan melemahnya pencernaan karbohidrat, lipid dan protein karena
ketidakcukupan kerja insulin. Ketidakcukupan kapasitas insulin dapat disebabkan oleh
pembentukan insulin yang lemah atau tidak mencukupi oleh sel-sel beta Langerhans
pankreas, atau disebabkan oleh tidak adanya respon sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO,
1999).
Faktor risiko Diabetes Mellitus yang perlu diperhatikan antara lain kelebihan berat
badan (kegemukan), tidak aktif bekerja, dan keturunan. Penanggulangan promotif dan
preventif harus dimungkinkan dengan mengharapkan faktor judi yang menyebabkan
Diabetes Mellitus dan menjaga kadar glukosa tetap normal. Banyak kasus Diabetes
Mellitus dipengaruhi oleh beberapa variabel termasuk usia, orientasi, identitas, keturunan
(kualitas keturunan), berat badan, tidak adanya pekerjaan aktif, dan kecenderungan
merokok (Evi dan Yanita, 2016).
Menurut sebuah studi oleh American Diabetes Association (ADA), diabetes
dikaitkan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti riwayat keluarga diabetes
(derajat 1), usia 45 dan lebih tua, etnis, riwayat kelahiran, dan bayi berat lahir rendah. .. ..
Bayi dengan berat lahir kurang dari 4000 gram, atau bayi dengan riwayat diabetes
gestasional dan berat lahir rendah (˂2,5 kg). Namun, ada faktor risiko yang bisa diubah. B.
IMT 25 kg/m2 (80 cm untuk wanita dan 90 cm untuk pria) atau obesitas (berdasarkan
lingkar pinggang, aktivitas fisik yang teratur dan teratur, hipertensi, diet). (Fatima, 2015;
Evi dan Yanita, 2016).
Menurut laporan Badan Litbang Kementerian Kesehatan tahun 2013, jumlah
penderita diabetes melitus yang ditentukan berdasarkan wawancara meningkat sehingga
mencapai angka 1,1%. Di sisi lain, pada tahun 2018, Jumlah penderita diabetes melitus
berdasarkan diagnosis dan analisis dokter mencapai 2%, prevalensi diagnosis dokter
tertinggi di wilayah DKI Jakarta sekitar 3,4n, dan prevalensi terendah di NTT sekitar 0,9.
dulu. %. Kedua, di daerah pemukiman penderita diabetes, 1,9% dan 1,0% lebih banyak di
perkotaan dibandingkan di pedesaan (Pangribowo, 2020). Prevalensi diabetes di Indonesia
berdasarkan diagnosis medis pada usia 15 tahun adalah 2%. Angka tersebut, berdasarkan
Riskesdas tahun 2013, menunjukkan peningkatan 1,5% pada prevalensi diabetes pada
penduduk berusia di atas 15 tahun. Namun, menurut hasil tes glukosa darah, prevalensi
diabetes meningkat dari menjadi 8,5% pada tahun 2018 yang dimana pada tahun 2013
pervealensi diabetes hanya berada di angka 6,9%. Angka ini menunjukkan bahwa dari
100% penderita diabetes hanya sekitar 25% penderita diabetes yang mengetahui tentang
diabetes melitus.
Hampir semua daerah menunjukkan pemekaran serupa pada tahun 2013-2018, selain
wilayah Nusa Tenggara Timur. Ada empat daerah dengan pervasive tertinggi pada tahun
2013 dan 2018, yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Timur.
Ada beberapa daerah yang peningkatan pervasivenya paling signifikan yaitu 0,9% yaitu
Riau, DKI Jakarta, Banten, Gorontalo, dan Papua Barat. Di Provinsi Jambi, prevalensi
diabetes meningkat 0,5-1,1% pada tahun 2013 karena dampak Riskesdas di wilayah Jambi
pada tahun 2007. Prevalensi diabetes tertinggi karena jumlah pemerintah dan masyarakat
perkotaan di wilayah Jambi pada tahun 2007. Umum di daerah Melingin dan Salorangung.
Ini adalah 2,7%, tetapi menurun pada tahun 2013, tetapi di Jambi, prevalensinya justru
meningkat sebesar 1,2% pada tahun 2007 menjadi 2,0% pada tahun 2007.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti melakukan
penelitian tentang “ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA
DIABETES MELITUS PADA MASYARAKAT USIA PRODUKTIF”.
Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Literatur dengan mencari
beberapa data dan hasil penelitian dari berbagai referensi seperti jurnal/artikel. Seperti dari
Publish Of Perish, WHO, Unicef, Riskesdas, Kemenkes RI.

Hasil

No. Keterangan Jurnal


1. Hubungan Antara pegetahuan, umur, aktivitas Betteng, R. (2014), Alifu et
fisik, kebiasan merokok, keturunan, dan pola al., 2020, Isnaeni et al.,
makan dengan kejadian Diabetes Melitus. 2021, Wadja et al., 2019,
(2016), Ariana, Sudirman,
dan Nur Afni (2018).

Pembahasan

Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan didapatkan bahwa tidak hubungan
antara pengetahuan dengan kejadian diabetes melitus pada masyarakat usia produktif
(Wadja et al., 2019). Di dalam penelitian ini disebutkan bahwa faktor yang sangat penting
dalam upaya pengendalian dan pengobatan suatu oenyakit ialah pengetahuan. Apabila
pengetahuan masyarakat akan suatu peyakit semakin besar, maka angka kejadian suatu
penyakit juga akan berkurang. Dari hasil penelitian ini dipaparkan bahwa tidak ada
hubungan antara masyarakat yang memiliki pengetahuan lebih tinggi dengan masyarakat
yang minim pengetahuan. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat yang memiliki
pengetahuan tinggi sudah menerakpan pola hidup atau gaya hiduo yang sehat dan teratur,
mereka tidak lagi mengonsumsi makanan yang megandung gula yang berlebihan, rajin
berolahraga dan lain sebagainya. Sedangkan untuk sebagian masyarakat lagi yang minim
pengetahuan tentang DM itu disebabkan oleh mereka yang belum mengetahui tentang
penyakit DM ini dimulai dari gejala, faktor risiko, penyebab, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil studi literatur yang dilakukan didapatkan bahwa ada hubungan
antara faktor usia dengan kejadian diabetes melitus pada masyarakat usia produktif
(Betteng, R. 2014). Di dalam penelitian ini disebutkan bahwa usia paling muda narasumber
yang terkena penyakit diabetes yaitu pada usia 36 tahun dan usia paling tua narasumber
yang terkena penyakit diabetes yaitu 56 tahun. Hal ini juga didukung oleh penelitian
terdahulu yang menyatakan bahwa kejadian diabetes melitus masyarakat di usia >15 tahun
di Indonesia pada tahun 1993 mengalami peningkatan dari yang sebelumnya hanya 1,5-
2,3% meningkat 5,6% .

Berdasarkan hasil studi literatur selanjutnya yang dilakukan oleh Alifu et al., 2020
didapatkan bahwa ada hubungan antara pola aktivitas fisik dengan kejadian diabetes
melitus pada masyarakat usia produktif dan ada hubungan antara kebiasaan merokok
dengan kejadian diabetes melitus pada masyarakat usia produktif yang mana disebutkan
bahwa pada kalangan orang yang berusia produktif jarang memiliki waktu untuk
berolahraga atau aktivitas fisik lainnya . Hal ini dikarenakan pada usia tersebut orang-orang
sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu luang untuk berolahraga. Orang-orang yang
jarang melakukan aktivitas fisik membuat kadar gula di dalam darah menjadi meningkat
karena otot jarang digunakan. Hal ini juga didukung oleh penelitian terdahulu yang
menyatakan bahwa pekerjaan yang sebenarnya mempengaruhi aktivitas insulin pada
individu yang berada dalam bahaya DM. Jika kadar glukosa melebihi kapasitas tubuh untuk
menyimpannya dan dikombinasikan dengan tidak adanya kerja aktif, maka akan terjadi
hiperglikemia.
Selanjutnya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian diabetes melitus. Pada
penelitian Alifu et al., 2020 disebutkan bahwa merokok dikenal sebagai faktor potensial
untuk obstruksi insulin. Merokok juga terbukti mengurangi pencernaan glukosa yang dapat
memicu penyakit Diabetes Melitus.
Berdasarkan hasil studi literatur selanjutnya yang dilakukan oleh Ariana, Sudirman,
dan Nur Afni (2018). didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pola makan dengan
kejadian diabetes melitus pada masyarakat usia produktif. Berbanding terbalik dengan
penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni et al., 2021. Pada penelitiannya didapatkan bahwa
ada hubungan antara pola makan dengan kejadian diabetes melitus pada masyarakat usia
produktif. Di dalam penelitian ini mereka memaparkan bahwa Sebagian orang memiliki
kebiasaan yang tidak baik dalam mengonsumsi makanannya. Contohnya yaitu
mengonsumsi makanan secara berlebihan, tidak memikirkan kandungan gula yang terdapat
pada makanan tersebut, karena apabila makanan yang kita konsumsi banyak mengandung
gula, karbohidrat, lemak, dan protein seperti makanan manis, makanan cepat saji/instan
maka akan mengakibatkan kadar gula darah di dalam tubuh membludak sehingga
meningkatkan risiko penyakit diabetes melitus.
Hal ini juga didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa kebiasaan
mengonsumsi makanan yang kurang baik bagi kesehatan juga merupakan faktor utama
yang bertanggung jawab untuk menyebabkan Diabetes Mellitus tipe II. Makan begitu
banyak karbohidrat, lemak dan protein merusak tubuh. Tubuh kita sebagian besar
membutuhkan rutinitas makan yang layak untuk menciptakan energi untuk mengisi peran
penting. Orang yang terbiasa mengonumsi jenis makanan yang mengandung banyak
karbohidrat seperti roti gulung, coklat, yogurt beku, dan lain-lain yang bisa meningkatkan
risiko terkena DM.

Hasil studi literatur yang terakhir yaitu penelitian yang dilakukan oleh Isnaeni et al.,
2021 didapatkan bahwa ada hubungan antara faktor keturunan dengan kejadian diabetes
melitus pada masyarakat usia produktif. Di dalam penelitian Isnaeni Dkk (2021)
disebutkan bahwa Lebih dari setengah responden terkena penyakit DM disebabkan oleh
faktor genetick atau keturunan. Lebih tepatnya diwariskan oleh orang tua Sebagian besar
diturunkan oleh ibu daripada ayah. Hal ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya ,
didalam penelitian tersebut dipaparkan bahwa Kejadian DM yang biasanya muncul pada
orang dewasa adalah jenis DM monogenik tipe II dengan usia ± 45 tahun . Tidak seorang pun
kecuali wanita muda yang dapat memberikan penyakit ini kepada keturunannya, seorang anak yang
mengalami DM adalah 15% jika salah satu menderita DM dan peluang 75% jika keduanya
menderita DM.
Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian studi literatur ini adalah berdasarkan
beberapa hasil penelitian yang sudah dujelaskan diatas menyatakan bahwa ada hubunagan
antara factor usia, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan keturunan (genetic) dengan
dengan kejadian diabetes melitus pada masyarakat usia produktif. Tetapi ada juga satu
penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara factor pengetahuan dan pola
makan dengan kejadian diabetes melitus pada masyarakat usia produktif.
Masukkan atau saran yang bisa diberikan yaitu kami berharap seluruh petugas
Kesehatan agar lebih gencar melakukan edukasi kepada masyarakat dan juga gencar untuk
melakukan upaya promosi Kesehatan yang sangat berguna untuk menambah pengetahuan
masyarakat guna mengurangi dan mendeteksi sedini mungkin kejadian DM ini. Kepada
masyarakat juga kami berharap unutuk peduli dan peka atas Kesehatan tubuhnya sendiri
dan harus selalu update informasi yang diberikan oleh petugas Kesehatan.
Daftar Pustaka

Alifu, W. O. R., Andriani, R., & Ode, W. (2020). Faktor- Faktor Yang Berhubungan
dengan Kejadian Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sampolawa
Kabupaten Buton Selatan. Kampurui Jurnal Kesehatan Masyarakat (The Journal of
Public Health), 2(2), 6–12. https://doi.org/10.55340/kjkm.v2i2.228
Betteng, R. (2014). Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2
Pada Wanita Usia Produktif Dipuskesmas Wawonasa. Jurnal E-Biomedik, 2(2).
https://doi.org/10.35790/ebm.2.2.2014.4554
Isnaeni, Tahun, O. D., & Widiyahastuti, T. (2021). Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Diabetes Mellitus di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Budi Lestari
Bekasi Tahun 2019. Jurnal Antara Keperawatan, 4(1), 38–45.
Wadja, H., Rahman, H., & Supriyatni, N. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Diabetes Mellitus di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018.
Jurnal Biosainstek, 1(01), 38–45. https://doi.org/10.52046/biosainstek.v1i01.211
Jariana, Sudirman., & Afni, N. (20180. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Terjadinya Diabetes Melitus Pada Pasien Rawat Jalan di RSUD Mamuju Utara.
Jurnal Kolabiratif Sains, 1(1), 186-197.

Anda mungkin juga menyukai