PENDAHULUAN
1
dan pendekatan manfaat dari status sehat itu senditri (utility of health status).
Sedangkan metode yang paling umum digunakan untuk menganalisis ekonomi
program kesehatan dibagi dua, yaitu analisis ekonomi parsial (hanya
menerapkan pada sisi input atau output saja) dan analisis menyeluruh
(merangkum sekaligus masalah input dan output program). Metode pendekatan
menyeluruh lazimnya dibagi menjadi tiga kelompok besar, antara lain analisis
minimisasi biaya (Cost Minimization Analysis), analisis efektivitas biaya (Cost
Effectiveness Analysis), dan analisis manfaat biaya (Cost Benefit Analysis).
CEA (Cost Effectiveness Analysis) merupakan cara untuk menilai
program yang terbaik bila beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang
sama tersedia untuk dipilih (Thomson, 1980). Oleh karena itu, perlu mempelajari
metode CEA (Cost Effectiveness Analysis) untuk mengambil keputusan atau
memilih sebuah program dari beberapa alternatif dengan berfokus pada hasil
utama yang ditargetkan dari program tersebut dan biaya yang paling murah.
1.3 Tujuan
2
7. Mengetahui tahapan melakukan CEA (Cost Effectiveness Analysis).
8. Mengetahui contoh penerapan CEA (Cost Effectiveness Analysis).
1.4 Manfaat
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
mengevaluasi program-program kesehatan. Metode ini memeriksa
perbedaan-perbedaan biaya diantara beberapa program yang potensial
untuk mendapatkan hasil tertentu. Metode ini memiliki kelebihan yaitu bahwa
keluaran (output) tidak dinyatakan dalam satuan moneter (dollar), sehingga
tidak perlu berhubungan dengan masalah yang penuh rintangan dalam
menentukan nilai uang kehidupan manusia.
Menurut kelompok kami, CEA merupakan sebuah alat yang
digunakan untuk menganalisis biaya dan mengambil keputusan terhadap
program kesehatan mana yang lebih efisien, baik ditinjau dari ketercapaian
tujuannya maupun dari segi biayanya.
5
diketahui bahwa efektivitas lebih memfokuskan pada akibat atau pengaruh
sedangkan efisiensi menekankan pada ketepatan mengenai sumber daya, yaitu
mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam
pelaksanaannya tepat waktu.
Sedangkan menurut Kurniawan (2005) dalam bukunya Transformasi
Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas adalah
kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi)
daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
ketegangan diantara pelaksanaannya”. Sehubungan dengan hal-hal yang
dikemukakan di atas, maka secara singkat pengertian daripada efisiensi dan
efektivitas adalah, efisiensi berarti melakukan atau mengerjakan sesuatu secara
benar, “doing things right”, sedangkan efektivitas melakukan atau mengerjakan
sesuatu tepat pada sasaran “doing the right things”.
Menurut Mahmudi (2005), efektivitas terkait dengan hubungan antara
hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektifitas
merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi
output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program,
atau kegiatan. Jika ekonomi berfokus pada input dan efisiensi pada output atau
proses, maka efektifitas berfokus pada outcome (hasil).
Efektivitas menggambarkan akibat (efek) yang diinginan dari suatu
program, kegiatan, institusi dalam usaha mengurangi masalah kesehatan.
Efektivitas juga digunakan untuk mengukur derajat keberhasilan dari suatu usaha
tersebut dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Supriyanto, S. 1988).
Menurut Steers (1985) dalam Ridha (2008) efektivitas berfokus pada
outcome (hasil). Program atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang
dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan. Secara umum telah
dikemukakan bahwa konsep efektivitas itu sendiri paling baik jika dilihat dari
sudut sejauh mana organisasi berhasil mendapatkan sumber daya dalam
usahanya mengejar tujuan strategi dan operasional. Menurut kelompok kami,
efektivitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh tercapainya
suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
2.4 Perbedaan CBA (Cost Benefit Analysis) dan CEA (Cost Effectiveness
Analysis)
6
CEA berbeda dengan CBA dalam perhitungan biaya dan alternatif cara
yang dibandingkan untuk mencapai hasil yang telah ditentukan. Tujuan CEA
tidak hanya menggunakan dana dengan lebih efisien tetapi juga harus
tercapainya output yang spesifik. Output dalam CEA tidak dinyatakan dalam nilai
uang, tetapi dalam satuan keberhasilan program atau satuan status kesehatan.
Nilai akhir yang diharapkan dari CEA adalah ditemukannya alternatif atau
program yang paling cost effective.
Drummond (1987) dalam Nursyafrisda (2012) membedakan CBA dan
CEA berdasarkan metodologi evaluasi ekonomi. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada tabel 1.
7
CEA sekarang digunakan sebagai alat mengambil keputusan mengenai program
atau alternatif manakah yang akan dipilih dan dilakukan.
Terdapat beberapa metode analisis biaya yakni Cost Benefit Analysis
(CBA) dan Cost Effectiveness Analysisi (CEA). Keduanya mengevaluasi unsur
ekonomi dengan melihat input dan output. Unsur masukan dalam CEA dan CBA
dinyatakan dalam bentuk besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
menyelenggarakan program, misalnya Rp 1.000.000,-, Rp 2.000.000,- dan
seterusnya. Pada CBA, unsur keluaran berupa manfaat yang dihasilkan
dinyatakan dalam nilai uang, Sedangkan pada CEA unsur keluarannya
berupa ketepatan (effectiveness) dalam menyelesaikan masalah, dinyatakan
dalam ukuran tertentu yang untuk bidang kesehatan adalah berupa
parameter kesehatan (Jacobs, 1987).
Prinsip dasar dari Cost-effectiveness analysis (CEA) menurut Shepard
adalah cara untuk merangkum health benefits dan sumber daya yang digunakan
dalam program-program kesehatan sehingga para pembuat kebijakan dapat
memilih diantara itu. CEA merangkum semua biaya program ke dalam satu
nomor, semua manfaat program (efektivitas) menjadi nomor kedua, dan
menetapkan aturan untuk membuat keputusan berdasarkan hubungan diantara
keduanya. Metode ini sangat berguna dalam analisis program kesehatan
preventif, karena metode ini menyediakan mekanisme untuk membandingkan
upaya yang ditujukan kepada populasi dan penyakit yang berbeda.
Cost Effectiveness Analysis (CEA) digunakan apabila benefit sulit
ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga CEA sangat baik untuk
mengukur efisiensi di bidang sosial, khususnya bidang kesehatan yang bersifat
program atau intervensi pada tingkat daerah. Sesungguhnya untuk bidang
kesehatan memberikan nilai rupiah bagi setiap hasil yang diperoleh tidaklah
mudah. Sekalipun misalnya dua program sama-sama berhasil memperpendek
atau mempersingkat lama perawatan, misalnya dari lima menjadi tiga hari,
namun nilai dua hari yang berhasil ditekan tersebut tidak sama antara satu
program dengan program yang lain. Untuk orang yang kebetulan tidak
mempunyai pekerjaan, tentu nilai rupiahnya akan jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan seseorang yang kebetulan menjabat menjadi seorang
manajer. Karena kesulitan mengubah hasil program kesehatan ke dalam
bentuk nilai uang, maka tidak mengherankan kalau bidang kesehatan
banyak menggunakan teknik analisis efektifitas biaya atau CEA.
8
Menurut Gani (1994) dalam Nursyafrisda (2012), karakteristik dari Cost
Effectiveness Analysis adalah:
9
atau alternatif intervensi dimana aspek yang berbeda tidak hanya program atau
intervensinya, tetapi juga outcome klinisnya ataupun terapinya. Dengan
melakukan perhitungan terhadap ukuran-ukuran efisiensi (cost effectiveness
ratio), alternatif dengan perbedaan biaya, rate efikasi dan rate keamanan yang
berbeda, maka perbandingan akan dilakukan secara berimbang.
Cost Effectiveness Analysis digunakan apabila benefit sulit
ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga CEA sangat baik untuk
mengukur efisiensi di bidang sosial, khususnya bidang kesehatan yang bersifat
program/intervensi pada tingkat kabupaten/kota. Ada 2 macam analisis
efektivitas biaya, yaitu :
a. Analisis jangka pendek
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun.
Analisis jangka pendek ini merupakan analisis yang paling banyak dan sering
dilakukan. Dalam analisis jangka pendek ini biaya satuan (unit cost) dihitung
dari biaya depresiasi.
b. Analisis jangka panjang
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun.
Dalam analisis jangka panjang ini biaya satuan (unit cost) yang digunakan
adalah berupa nilai discounted unit cost, dimana dalam perhitungannya tanpa
mempertimbangkan biaya depresiasi.
10
Gambar 1. Different programs in the same objective
Kadang-kadang CEA juga digunakan untuk mengukur efisiensi dari
sumber daya (masukan) satu atau lebih dari satu program dengan derajat tujuan
(hierachy of objectives).
Keuntungan CEA dibandingkan CUA dan CBA adalah perhitungan unsur
biaya lebih sederhana, dan cukup peka sebagai salah satu alat pengambil
keputusan. Kerugiannya adalah hasil keluaran yang berupa efek program tidak
diperhitungkan.
11
1. Alternatif tidak dapat dibandingkan dengan tepat
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sulitnya ditemui CEA yang ideal,
dimana tiap-tiap alternatif identik pada semua kriteria, sehingga analisis
dalam mendesain suatu CEA, harus sedapat mungkin membandingkan
alternatif- alternatif tersebut.
2. CEA terkadang terlalu disederhanakan.
Pada umumnya CEA berdasarkan dari analisis suatu biaya dan suatu
pengaruh misalnya rupiah/anak yang diimunisasi. Padahal banyak program-
program yang mempunyai efek berganda. Apabila CEA hanya berdasarkan
pada satu ukuran keefektifan (satu biaya dan satu pengaruh) mungkin
menghasilkan satu kesimpulan yang tidak lengkap dan menyesatkan.
3. Belum adanya pembobotan terhadap tujuan dari setiap program.
Akibat belum adanya pembobotan pada tujuan dari setiap program sehingga
muncul pertanyaan “biaya dan pengaruh mana yang harus diukur?”.
Pertanyaan ini timbul mengingat belum adanya kesepakatan diantara para
analis atau ahli. Disatu pihak menghendaki semua biaya dan pengaruh
diukur, sedangkan yang lainnya sepakat hanya mengukur biaya dan
pengaruh-pengaruh tertentu saja.
4. Cost Effectiveness Analysis terkadang terlalu disederhanakan
5. Seharusnya ada pembobotan terhadap tujuan dari setiap proyek karena
beberapa tujuan harus diprioritaskan.
12
Langkah-langkah Cost Effectiveness Analysis (Gani, A.1999, Reynold & Gaspari,
1985) antara lain:
13
2.8 Studi kasus CEA (Cost Effectiveness Analysis)
Contoh 1.
Dinas Kesehatan Kota Kabupaten X mempunyai dua program dengan tujuan
yang sama, yaitu program A dan program B. Program A dengan biaya sebesar
Rp. 25.000.000 dari kegiatan tersebut dapat menyelamatkan 125 orang.
Sedangkan program B dengan biaya sebesar Rp 15.000.000 dapat
menyelamatkan 100 orang. Maka analisis CEA nya adalah:
Biaya (cost total) Orang yang CER
terselamatkan (CT/Output)
(output)
Program A Rp 22.950.000 135 170.000/life
Program B Rp 15.000.000 100 150.000/life
Pada contoh sederhana tabel diatas didapatkan CER untuk program A sebesar
170.000/life dan program B sebesar 150.000/life. Karena nilai CER ratio program
B lebih rendah daripada CER program A, maka program B lah yang dipilih
karena lebih efektif dari program A.
Contoh 2.
Puskesmas Sukamaju dan Sumberkasih melaksanakan imunisasi campak pada
anak balita, melalui tenaga juru imunisasi dengan metode yang berbeda. Jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sukamaju adalah 25.000 jiwa dengan
hasil pencapaian imunisasinya adalah 600 bayi dengan menghabiskan 250
flacon vaksin. Sedangkan Puskesmas Sumberkasih memberikan imunisasi
campak dengan cara mendatangi penduduk (satu desa dikunjungi sekali
sebulan) dengan jumlah penduduk sebanyak 30.000 jiwa, pencapaian imunisasi
selama setahun adalah 800 bayi dengan menghabiskan 300 flacon vaksin.
Apabila diketahui target imunisasi 5% dari jumlah penduduk, maka:
Efektifitas Puskesmas Sukamaju = 600 : (5% x 25.000) x 100%
= 48%
Efektifitas Puskesmas Sumberkasih = 800 : (5% x 30.000) x100%
= 53,33%
14
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Puskesmas Sumberkasih lebih efektif
daripada Puskesmas Sukamaju. Sedangkan untuk Cost Effectiveness Analysis-
nya, diasumsikan bahwa tenaga juru imunisasi pada kedua Puskemas sama-
sama satu orang. Puskesmas Sukamaju menggunakan biaya untuk tenaga juru
imunisasi, pembelian flacon, serta biaya termos dan es untuk digunakan selama
satu setengah tahun. Sedangkan puskesmas Sumberkasih menggunakan biaya
untuk pembelian flacon dan tenaga juru imunisasi. Diasumsikan tenaga juru
imunisasi menghabiskan biaya yang sama untuk puskemas Sukamaju dan
Sumberkasih, sehingga tidak dimasukkan dalam perhitungan.
a. Puskesmas Sukamaju menghabiskan biaya sebesar 250 fl x Rp 3.000,00 =
Rp 750.000,00 (1 fl harganya Rp 3.000,00) ditambah Rp 22.000,00 yaitu
biaya termos dan es selama satu setengah tahun sehingga total adalah Rp
772.000
b. Puskesmas Sumberkasih menghabiskan biaya sebesar 300 fl x Rp 3.000,00
= Rp 900.000,00
15
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
CEA (Cost Effectiveness Analysis) merupakan salah satu metode analisis
ekonomi menyeluruh, yaitu menganalisis program kesehatan dengan mengacu
pada input dan outputnya. Ciri utama dari CEA adalah unsur keluarannya
berupa ketepatan (effectiveness) dalam menyelesaikan masalah, dinyatakan
dalam ukuran tertentu yang untuk bidang kesehatan berupa parameter
kesehatan.
CEA merupakan alat yang digunakan untuk memilih beberapa program
kesehatan dengan tujuan yang sama, dengan berfokus pada hasil utama yang
ditargetkan dari program tersebut dan biaya yang paling murah.
CEA dahulu digunakan dalam tahapan evaluasi, namun sekarang
digunakan dalam tahapan perencanaan sebelum program tersebut dilakukan.
Analisis CEA dilakukan dengan cara memilih CER (Cost Effectiveness
Ratio) yang paling kecil dari beberapa program atau alternatif yang disediakan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17