Anda di halaman 1dari 19

1

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Upaya peningkatan kesehatan masyarakat meningkat secara signifikan selama
beberapa dekade terakhir, namun masih terdapat kendala dalam pemerataan
kesehatan. Terdapat tantangan yang cukup besar untuk membuat kemajuan dibidang
kesehatan. Dibutuhkan pengetahuan tentang bagaimana membuat suatu program atau
intervensi, informasi tentang banyaknya biaya yang dibutuhkan, dan pengelolaan
sumber daya secara efektif.
Pengambil keputusan seringkali dihadapkan pada tantangan dalam mengelola
sumber daya yang ada. Sumber daya adalah barang yang terbatas, oleh karena itu
mereka harus dapat mengalokasikan sumber daya dengan bijaksana. Alokasi sumber
daya khususnya di bidang kesehatan harus memenuhi dua kriteria etika utama. Etika
pertama yaitu dengan biaya yang terbatas dapat memaksimalkan manfaat kesehatan
bagi masyarakat. Etika kedua adalah alokasi dan distribusi sumber daya harus adil
pada setiap individu atau kelompok.
Salah satu sumber daya yang cukup penting untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat adalah biaya. Efektivitas biaya tidak sekedar menjadi perhatian bidang
keekonomian, karena meningkatkan kesehatan masyarakat dan kesejahteraan
merupakan masalah moral. Alokasi sumber daya yang tidak efektif menghasilkan
manfaat yang lebih sedikit daripada yang mungkin terjadi dengan alokasi yang
berbeda.
CEA adalah salah satu metode untuk mengidentifikasi strategi yang dapat
memberikan keefektifan biaya paling tinggi dari serangkaian pilihan pilihan dengan
tujuan

yang

sama.

Dalam

analisis

keefektifan

biaya

dilakukan

dengan

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
membandingkan input dan output. Input adalah biaya yang diukur dalam satuan
moneter, sedangkan output adalah manfaat diukur dalam peningkatan kesehatan.
Dengan membagi biaya dengan manfaat, seseorang dapat memperoleh rasio
keefefektifan biaya untuk setiap intervensi. Intervensi yang efektif dapat memberikan
lebih banyak manfaat pada lebih banyak orang sehingga menjadi pertimbangan
penting dalam mengevaluasi tindakan dan kebijakan sosial.

I.2

Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian CEA (Cost Effectiveness Analysis)?
2. Bagaimana prinsip dasar CEA (Cost Effectiveness Analysis)?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan CEA (Cost Effectiveness Analysis)?
4. Bagaimana tahapan pada tujuan CEA (Cost Effectiveness Analysis) dan bagaimana
contoh penerapannya?

I.3

Tujuan
1. Mengetahui pengertian CEA (Cost Effectiveness Analysis).
2. Mengetahui perbedaan CBA (Cost Benefit Analysis) dan CEA (Cost Effectiveness
Analysis).
3. Mengetahui prinsip dasar CEA (Cost Effectiveness Analysis).
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan CEA (Cost Effectiveness Analysis).
5. Mempelajari tahapan pada tujuan CEA (Cost Effectiveness Analysis) dan contoh
penerapannya.

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
I.4

Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian CEA (Cost Effectiveness Analysis).
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar CEA (Cost Effectiveness Analysis).
3. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan CEA (Cost Effectiveness
Analysis).
4. Mahasiswa dapat mempelajari tahapan pada tujuan CEA (Cost Effectiveness
Analysis) dan contoh penerapannya.

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1

Pengertian Cost Effectiveness Analysis (CEA)


Menurut Henry M. Levin, analisis efektifitas biaya adalah evaluasi yang
mempertimbangkan aspek biaya dan konsekuensi dari sebuah alternatif pemecahan
masalah. Ini adalah sebuah alat bantu pembuat keputusan yang dirancang agar
pembuat keputusan mengetahui dengan pasti alternatif pemecahan mana yang paling
efisien.
Menurut Diana B. Petitti, analisis efektifitas biaya adalah model yang
digunakan untuk menilai alternatif keputusan yang paling tepat dengan cara
membandingkan alternatif tersebut dalam hubungannya dengan keuangan yang harus
dikorbankan.
Menurut Shepard (1979) dalam First Principles Of Cost-Effectiveness
Analysis in Health, CEA adalah suatu metode untuk menentukan program mana yang
dapat menyelesaikan tujuan tertentu dengan biaya minimum.
Costeffectivenessanalysis atau CEA merupakan suatu metoda yang didesain
untuk membandingkan antara outcome kesehatan dan biaya yang digunakan untuk
melaksanakan program tersebut atau intervensi dengan alternatif lain yang
menghasilkan outcome yang sama (Vogenberg, 2001). Outcome kesehatan
diekspresikan dalam terminologi yang obyektif dan terukur seperti jumlah kasus yang
diobati, penurunan tekanan darah yang dinyatakan dalam mmHg, dan lain-lain dan
bukan dalam terminologi moneter (Vogenbeg, 2001).
Analisis cost-effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan
menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda dengan

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian pogram mana yang akan
dipilih adalah berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing alternatif program
sehingga program yang mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan
dipilih oleh para analisis/pengambil keputusan (Tjiptoherianto dan Soesetyo, 1994).
Menurut kelompok kami, Cost Effectiveness Analysis adalah salah satu bentuk
evaluasi ekonomi pada program kesehatan untuk menentukan program mana yang
lebih efisien, baik ditinjau dari ketercapaian tujuannya maupun dari segi biayanya.

II.2

Pengertian Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait
dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai.
Seperti yang diungkapkan oleh Etzioni, dkk (1985) dalam Rukmini (2009), efektivitas
adalah Sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan
dan sasaran. Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas merupakan suatu
konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan.
Sedangkan berdasarkan pendapat Mahmudi (2005) dalam Rukmini (2009),
Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar
kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif
organisasi, program atau kegiatan.
Efektivitas berfokus pada outcome (hasil). Program atau kegiatan yang dinilai
efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.
Secara umum telah dikemukakan bahwa konsep efektivitas itu sendiri paling baik jika
dilihat dari sudut sejauh mana organisasi berhasil mendapatkan sumber daya dalam

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
usahanya mengejar tujuan strategi dan operasional (Steers (1985) dalam Ridha
(2008).
Menurut Handayaningrat (1983) dalam Ridha (2008) memberikan definisinya
mengenai efektivitas yaitu pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya.Sedangkan menurut segi kesehatan, Muennig
(2008) memberikan penjelasan mengenai definisi efektivitas sebagai berikut:
Effectiveness is the performance of health interventions in the real world
Efektivitas adalah kinerja dari intervensi kesehatan di dunia nyata Lebih lanjut
Muennig menjelaskan bahwa efektivitas menunjukkan bagaimana bagusnya kinerja
dari tes, pengobatan atau program kesehatan di dunia nyata.Menurut kelompok kami,
efektivitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh tercapainya suatu
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

II.3

Prinsip DasarCost Effectiveness Analysis


Terdapat beberapa metode analisis biaya yakni Cost Benefit Analysis (CBA)
dan Cost Effectiveness Analysisi (CEA). Keduanya mengevaluasi unsur ekonomi
dengan melihat input dan output. Unsur masukan dalam CEA dan CBA dinyatakan
dalam bentuk besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan program,
misalnya Rp 1.000.000,-, Rp 2.000.000,- dan seterusnya. Unsur keluaran berupa
manfaat CBA yang dihasilkan dinyatakan dalam nilai uang, Sedangkan pada CEA
unsur

keluarannya

berupa

ketepatan

(effectiveness)

dalam

menyelesaikan

masalah, dinyatakan dalam ukuran tertentu yang untuk bidang kesehatan adalah
berupa parameter kesehatan (Jacobs, 1987).
Cost

Effectiveness

Analysis

(CEA) digunakan apabila

benefit

sulit

ditransformasikan dalam bentuk uang sehingga CEA sangat baik untuk mengukur

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
efisiensi di bidang sosial, khususnya bidang kesehatan yang bersifat program atau
intervensi pada tingkat daerah.Sesungguhnya untuk bidang kesehatan memberikan
nilai rupiah bagi setiap hasil yang diperoleh tidaklah mudah. Sekalipun misalnya dua
program sama-sama berhasil memperpendek atau mempersingkat lama perawatan,
misalnya dari lima menjadi dua hari, namun nilai tiga hari yang berhasil
ditekan tersebut tidak sama antara satu program dengan program yang lain.
Untuk orang yang kebetulan tidak mempunyai pekerjaan, tentu nilai rupiahnya
akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan seseorang yang kebetulan
menjabat

menjadi seorang manajer. Karena kesulitan mengubah hasil program

kesehatan ke dalam bentuk nilai uang, maka tidak mengherankan kalau bidang
kesehatan banyak menggunakan teknik analisis efektifitas biaya atau CEA.
Beberapa ciri pokok CEA menurut Azwar, A (1989) adalah sebagai berikut :
A. Bermanfaat untuk mengambil keputusan.
CEA

berguna

untuk

membantu

pengambilan

menetapkan program terbaik yang akan dilaksanakan.

keputusan

dalam

Dengan ciri ini

jelaslah bahwa CEA terutama diterapkan sebelum suatu program dilaksanakan,


jadi masuk dalam tahap perencanaan.
B. Berlaku jika tersedia dua atau lebih program.
CEA tidak dapat dipergunakan jika berhadapan dengan satu program saja.
Perlu ada program lain sebagai perbandingan, misalnya program butuh biaya
Rp 1.000.000,- yang apabila dilaksanakan akan berhasil menyembuhkan 300
pasien.

Program B butuh biaya Rp 1.000.000,- yang apabila dilaksanakan

akan berhail menyembuhkan 500 pasien. Dengan adanya program B sebagai


pembanding akan tampak bahwa program B lebih tepat dari program A karena
dengan biaya yang sama berhasil menyembuhkan pasien lebih banyak.

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
C. Mengutamakan unsur input (masukan) dan unsur output (keluaran).
Pada CEA yang diutamakan hanya unsur masukan yang dibutuhkan oleh
program serta unsur keluaran yang dihasilkan oleh program. Unsur lainnya,
seperti proses, umpan balik dan lingkungan agak diabaikan.
D. CEA terdiri dari tiga proses, yaitu :
1. Analisis biaya dari setiap alternatif atau program.
2. Analisis efektifitas dari tiap alternatif atau program.
3. Analisis hubungan atau ratio antara biaya dan efektifitas alternatif atau
program.
Prinsip dasar dari Cost-effectiveness analysis (CEA) menurut Shepard adalah
cara untuk merangkum health benefits dan sumber daya yang digunakan dalam
program-program kesehatan sehingga para pembuat kebijakan dapat memilih diantara
itu. CEA merangkum semua biaya program ke dalam satu nomor, semua manfaat
program (efektivitas) menjadi nomor kedua, dan menetapkan aturan untuk membuat
keputusan berdasarkan hubungan diantara keduanya. Metode ini sangat berguna
dalam analisis program kesehatan preventif, karena metode ini menyediakan
mekanisme untuk membandingkan upaya yang ditujukan kepada populasi dan
penyakit yang berbeda. CEA membutuhkan langkah yang sedikit merepotkan
dibandingkan cost-benefit analysis, karena CEA tidak berusaha untuk menetapkan
nilai moneter untuk health outcomes dan benefits. Sebaliknya, CEA mengungkapkan
manfaat kesehatan yang lebih sederhana, lebih deskriptif, seperti years of life yang
diperoleh.
Untuk melaksanakan CEA, harus ada beberapa kondisi di bawah ini:
a. Ada satu tujuan intervensi yang tidak ambigu, sehingga ada ukuran yang jelas
dimana efektifitas dapat diukur. Contohnya adalah dua jenis terapi bisa

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
dibandingkan dalam hal biayanya per year of life yang diperoleh, atau, katakanlah,
dua prosedur screening dapat dibandingkan dari segi biaya per kasus yang
ditemukan. Atau;
b. Ada banyak tujuan, tetapi intervensi alternatif diperkirakan memberikan hasil
yang sama. Contohnya adalah dua intervensi bedah memberikan hasil yang sama
dalam hal komplikasi dan kekambuhan.

Dalam evaluasi ekonomi, pengertian efektivitas berbeda dengan penghematan


biaya, dimana penghematan biaya mengacu pada persaingan alternatif program yang
memberikan biaya yang lebih murah, sedangkan efektivitas biaya tidak semata-mata
mempertimbangkan aspek biaya yang lebih rendah (Grosse, 2000).
CEA membantu memberikan alternatif yang optimal yang tidak selalu berarti
biayanya lebih murah. CEA membantu mengidentifikasi dan mempromosikan terapi
pengobatan yang paling efisien (Grosse, 2000). CEA sangat berguna bila
membandingkan alternatif program atau alternatif intervensi dimana aspek yang
berbeda tidak hanya program atau intervensinya, tetapi juga outcome klinisnya
ataupun terapinya. Dengan melakukan perhitungan terhadap ukuran-ukuran efisiensi
(cost effectiveness ratio), alternatif dengan perbedaan biaya, rate efikasi dan rate
keamanan yang berbeda, maka perbandingan akan dilakukan secara berimbang
(Grosse, 2000).
Cost Effectiveness Analysis digunakan apabila benefit sulit ditransformasikan
dalam bentuk uang sehingga CEA sangat baik untuk mengukur efisiensi di bidang
sosial, khususnya bidang kesehatan yang bersifat program/intervensi pada tingkat
kabupaten/kota.

10

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
Ada 2 macam analisis efektivitas biaya, yaitu :
a. Analisis jangka pendek
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu kurang dari 1 tahun.
Analisis jangka pendek ini merupakan analisis yang paling banyak dan sering
dilakukan. Dalam analisis jangka pendek ini biaya satuan (unit cost) dihitung dari
biaya depresiasi.
b. Analisis jangka panjang
Merupakan analisis yang dilakukan untuk jangka waktu lebih dari 1 tahun. Dalam
analisis jangka panjang ini biaya satuan (unit cost) yang digunakan adalah berupa
nilai

discounted

unit

cost,

dimana

dalam

perhitungannya

tanpa

mempertimbangkan biaya depresiasi.

II.4

Kelebihan Dan Kelemahan Cost Effectiveness Analysis


A. Kelebihan
1. Mengatasi kekurangan dalam Cost Benefit Analysis saat benefit sulit
ditransformasikan dalam bentuk uang sebab dalam CEA dilakukan
perhitungan perbandingan outcome kesehatan dan biaya yang digunakan jadi
tetap dapat memilih program yang lebih efektif untuk dilaksanakan meskipun
benefitnya sulit untuk diukur.
2. Hemat waktu dan sumber daya intensif
CEA memiliki tahap perhitungan yang lebih sederhana sehingga lebih dapat
menghemat waktu dan tidak memerlukan banyak sumber daya untuk
melakukan analisis.

11

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
3. Lebih mudah untuk memahami perhitungan unsur biaya dalam CEA lebih
sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami. Meskipun demikian CEA
masih cukup peka sebagai salah satu alat pengambil keputusan.
4. Cocok untuk pengambilan keputusan dalam pemilihan program.CEA
merupakan cara memilih program yang terbaik bila beberapa program yang
berbeda

dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Sebab, CEA

memberikan penilaian alternatif program mana yang paling tepat dan murah
dalam menghasilkan output tertentu. Dalam hal ini CEA membantu penentuan
prioritas dari sumber daya yang terbatas.
5. Membantu penentuan prioritas dari sumber daya

B. Kelemahan
1. Alternatif tidak dapat dibandingkan dengan tepat
Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa sulitnya ditemui CEA yang ideal,
dimana tiap-tiap alternatif identik pada semua kriteria, sehingga analisis dalam
mendesain suatu CEA, harus sedapat mungkin membandingkan alternatifalternatif tersebut.
2. CEA terkadang terlalu disederhanakan.
Pada umumnya CEA berdasarkan dari analisis suatu biaya dan suatu pengaruh
misalnya rupiah/anak yang diimunisasi. Padahal banyak program-program
yang mempunyai efek berganda. Apabila CEA hanya berdasarkan pada satu
ukuran keefektifan (satu biaya dan satu pengaruh) mungkin menghasilkan satu
kesimpulan yang tidak lengkap dan menyesatkan.

12

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
3. Belum adanya pembobotan terhadap tujuan dari setiap program.
Akibat belum adanya pembobotan pada tujuan dari setiap program sehingga
muncul pertanyaan biaya dan pengaruh mana yang harus diukur?.
Pertanyaan ini timbul mengingat belum adanya kesepakatan diantara para
analis atau ahli. Disatu pihak menghendaki semua biaya dan pengaruh diukur,
sedangkan yang lainnya sepakat hanya mengukur biaya dan pengaruhpengaruh tertentu saja.
1. Cost Effectiveness Analysis terkadang terlalu disederhanakan
2. Seharusnya ada pembobotan terhadap tujuan dari setiap proyek karena
beberapa tujuan harus diprioritaskan.

II.5

Alasan Menggunakan Cost Effectiveness Analysis


a. Benefit bidang kesehatan
1. Sulit mengukur benefit tingkat kesembuhan, hilangnya produktivitas akibat
sakit atau cacat dan lain-lainnya.
2. Program kesehatan yang bersifat lintas sektoral sulit menentukan dampak
suatu program tertentu.
3. Program terpadu sulit menentukan keluaran program yang murni.
b. Cost bidang kesehatan
1. Program terpadu dan lintas sektoral akan menyulitkan menilai sarana peralatan
maupun personil yang benar-benar digunakan untuk program tersebut.
2. Pendayagunaan peran serta masyarakat akan menyulitkan menentukan biaya
operasional.
3. Bantuan lokal, regional, nasional, dan internasional.

13

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
Contoh : bantuan lokal yang berupa transportasi.Sering biaya transportasi
digabungkan dengan dinas dan lain-lain. Dari beberapa alasan tersebut, masih
ditunjang dengan adanya sistem pencatatan dan pelaporan yang masih lemah,
sehingga CEA masih cukup peka untuk mengukur efisiensi.

II.6

Kegunaan Cost Effectiveness Analysis


Analisis efektivitas biaya merupakan alat utama untuk membandingkan biaya
intervensi kesehatan dengan keuntungan kesehatan yang diharapkan. Intervensi dapat
dipahami sebagai aktivitas apapun, dengan menggunakan berbagai input, yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan. CEA sering digunakan untuk mengukur
efisiensi dari macam-macam program dengan tujuan yang sama.

Gambar 2.4.1Different programs in the same objective


Kadang-kadang CEA juga digunakan untuk mengukur efisiensi dari sumber
daya (masukan) satu atau lebih dari satu program dengan derajat tujuan (hierachy of
objectives).
Keuntungan CEA dibandingkan CUA dan CBA adalah perhitungan unsur
biaya lebih sederhana, dan cukup peka sebagai salah satu alat pengambil keputusan.
Kerugiannya adalah hasil keluaran yang berupa efek program tidak diperhitungkan.

14

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
II.7

Tahap Penghitungan Cost Effectiveness Analysis


Tahapan dalam menghitung Cost Effectiveness Analysis (CEA) yaitu sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi unsur biaya dari alternatif program yang ada.
b. Menghitung total cost atau present value cost dengan rumus:
c.
d. Dimana (

atau

merupakan nilai discount factor

e. Menghiitung objective atau output yang berhasil.


f. Menghitung cost effectiveness ratio (CER):
g.

h. Membandingkan CER dari masing-masing alternatif program.


i. Memilih CER yang terkecil dari program untuk direkomendasi.

15

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi

BAB III
STUDI KASUS

III.1

Contoh Implementasi Cost Effectiveness Analysis


Puskesmas A dan B melaksanakan imunisasi campak pada anak balita, melalui
tenaga juru imunisasi dengan metode yang berbeda. Puskesmas A memberikan
imunisasi campak dengan cara mendatangi penduduk (satu desa dikunjungi sekali
sebulan).Hasil pencapaian imunisasi selama setahun, Puskesmas A adalah 900 bayi
dengan menghabiskan 300 flacon vaksin, sedangkan Puskesmas B pencapaian
imunisasi adalah 600 bayi dengan

menghabiskan 100 flacon vaksin. Apabila

diketahui target imunisasi 4% dari jumlah penduduk, di mana penduduk masingmasing puskesmas adalah 30.000 jiwa, maka
Efektifitas Puskesmas A

= 900 : (4% x 30.000)x 100%


= 75%

Efektifitas Puskesmas B

= 600 : (4%x30.000)x100%
= 50%

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Puskesmas A lebih efektif daripada


Puskesmas B. Demikian pula bila hanya dilihat waktu yang dipergunakannya untuk
pencapaian yang sama, maka Puskesmas A lebih efisien (efisiensi teknis).
Sedangkan untuk Cost Effectiveness Analysis-nya, diasumsikan bahwa tenaga
juru imunisasi pada kedua Puskemas sama-sama satu orang. Puskesmas A
menggunakan biaya untuk pembelian flacon dan tenaga juru imunisasi. Sedangkan
puskesmas B menggunakan biaya untuk tenaga juru imunisasi, pembelian flacon,
serta biaya termos dan es untuk digunakan selama satu setengah tahun. Diasumsikan

16

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
tenaga juru imunisasi menghabiskan biaya yang sama untuk puskemas A dan B,
sehingga tidak dimasukkan dalam perhitungan.
a. Puskesmas A menghabiskan biaya sebesar 300 fl x Rp 3.000,00 = Rp 900.000,00
(1 fl harganya Rp 3.000,00)
b. Puskesmas B menghabiskan biaya sebesar 100fl x Rp 3.000,00 = Rp 300.000,00
ditambah Rp 18.000,00 yaitu biaya termos dan es selama satu setengah tahun
sehingga total adalah Rp 318.000,00
Sedangkan untuk perbandingan output yang berhasil :
Puskesmas A = 75% x 900 = 675
Puskesmas B = 50% x 600 = 300
Perbandingan Cost Effectiveness Ratio (CER) :
CER Puskesmas A

= total cost : output yang yang berhasil


= 900.000 : 675 = Rp1.333,33

CER Puskesmas B

= total cost : output yang yang berhasil


= 318.000 : 300 = Rp 1.060

Kesimpulan:
a. CER puskesmas B lebih kecil daripada CER puskesmas A, itu berarti biaya yang
dikeluarkan puskesmas B untuk menghasilkan output yang berhasil lebih rendah
dibandingkan puskesmas A.
b. Oleh karena CER puskesmas B lebih kecil, dapat direkomendasikan bahwa untuk
imunisasi dengan efektifitas yang lebih tinggi dapat menggunakan program seperti
yang dilakukan oleh puskesmas B.

17

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi

BAB IV
PENUTUP

IV.1

Kesimpulan
Costeffectivenessanalysis atau CEA merupakan suatu metoda yang didesain
untuk membandingkan antara outcome kesehatan dan biaya yang digunakan untuk
melaksanakan program tersebut atau intervensi dengan alternatif lain yang
menghasilkan outcome yang sama.
Cost Effectiveness Analysis digunakan apabila benefit sulit ditransformasikan
dalam bentuk uang sehingga CEA sangat baik untuk mengukur efisiensi di bidang
sosial, khususnya bidang kesehatan yang bersifat program/intervensi pada tingkat
kabupaten/kota.
CEA sering digunakan untuk mengukur efisiensi dari macam-macam program
dengan tujuan yang sama. Kadang-kadang CEA juga digunakan untuk mengukur
efisiensi dari sumber daya (masukan) satu atau lebih dari satu program dengan
beberapa derajat tujuan (hierachy of objectives).

18

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi

DAFTAR PUSTAKA

Grosse D.S.,Teutsch M.S. Developing, Implementing and Population Intervention. Genetics


and Prevention Effectiveness. Genetics and Public Health in 21st Century: Oxford
University Press 2000.
https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:jukrgLBjRfAJ:kk.mercubuana.ac.id/files/3108
3-14-596663522618.doc+&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEESiwjXF1WgBXVlJus_bIi24P6ibg160Zj5l2OsIlxyFHdE7qQTwQ4jaTSMBw0NRRhEEhQgOIbb
TMeMv3tR9QIPli_Txnk0FuUUjJ1qWk3A3Xcx2vgyu5kC6jh3zcPal9Ww8nvY&sig=AHIEt
bQxOptx7Q9qjOKKxLjr9tw9Cobxsw. Sitasi pada 30 Oktober 2012.
Muennig, Peter. 2008. Cost Effectiveness Analysis in Health: A Practical Approach. San
Fransisco: Jossey-Bass.
Ridha, Muhamad. 2008. Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Polman Sulawesi Barat. Skripsi. http://www.docstoc.com/docs/21610818/EFEKTIVITASPELAYANAN-KESEHATAN-DI-RUMAH-SAKIT-UMUM-KABUPATEN . Sitasi pada 30
Oktober 2012.
Rukmini. 2009. Efektivitas Pelayanan Publik Mengenai Sertifikat Tanah melalui Sistem
Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) pada Kantor pertanahan Kota
Tangerang Tahun 2007. Skripsi.jbptunikompp-gdl-iiphimawan-22764-7-babii.pdf.

Sitasi

pada 30 Oktober 2012.


Sewell, Meg and Mary Marczack. 2011. Using Cost Analysis in Evaluation.
ag.arizona.edu/sfcs/cyfernet/cyfar/costben2.htm. Sitasi pada 30 Oktober 2012.
Shepard, Donald S. and Mark S.Thompson. First Principles Of Cost-Effectiveness Analysis
in Health. English Publication in Public Health Reports 93:535 543, 1979.

19

Cost Effectiveness Analysis


Farmakoekonomi
Tjiptoherijanto, Prijono dan Soesetyo, Budhi. 1994. Ekonomi Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Vogenberg R.F. Introduction to Applied Pharmacoeconomics. New York: McGraw-Hill.
Medical Publishing Division 2001.

Anda mungkin juga menyukai