PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,
karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan
metabolismenya. apabiala seseorang berhasil mencapai usia lanjut, maka salah satu upaya utama
adalah mempertahankan atau membawa status gizi yang bersangkutan pada kondisi optimum
agar kualitas hidupan yang bersangkutan tetap baik. Perubahan ststua gizi pada lansia disebabkan
perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.
Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia dekade 70-an. Faktor lingkunagn antara
lain meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi akibat memasuki masa pensiun dan
isolasi sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya meninggal. Faktor kesehatan yang
berperan dalan perubahan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi penyakit degenerasi
maupun non-degenerasi yang berakibat dengan perubahan dalam asupan makanan, perubahan
dalam absorpsi dan utilisasi zat-zat gizi di tingkat jaringan, dan beberapa kasusu dapat
disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus diminim para lansia oleh karena penyakit yang
sedang dideritanya.
Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam
proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain
itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik.
Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan
istirahat, misalnya untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN
sel-sel parietal mukosa lambung akan mengakibatkan penurunan absorpsi kalsium dan non-hemiron.
Terjadi pula overgrowth bakteri yang akan menurunkan bioavailability B12, malabsorbsi lemak,
fungsi asam empedu yang menurun dan diare. Selain itu terjadi penurunan motilitas usus,
hiungga terjadi konstipasi.
d. Metabolisma
Pada lansia dapat terjadi penurunan toleransi glukosa yang akan mengakibatkan kenaikan
glukosa di dalam plasma sekitar 1,5 mg/dl untuk tiap dekade umur. Hal ini terjadi mungkin
karena penurunan produksi insulin atau karena respon jaringan terhadp insulin yng menurun.
Metabolisma basal (BM) menurun sekitar 20% antara usia 30-90 tahun. Hal ini terjadi karena
berkurangnya lean body mass pada lansia.
e. Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 50 % antara usia 30-80 tahun. Reaksi respon asam basa terhadap
perubahan-perubahan metabolik melambat. Pembuangan sisa-sia metabolisma protein dan
elektolit yang harus dilakukan ginjal akan merupakan beban tersendiri.
f. Fungsi jaringan
Pada usia sekitar 75 tahun, maka prosentsenya fungsi jaringan yang tertinggal adalah 82 % untuk
cairan/air tubuh, 56% glomerulus, 63 % serat syaraf, 36 % taste buds dan 56 % berat otak.
b.
Terjadi kekurangan gizi pada lansia oleh karena sebab-sebab yang bersifat primer
maupaun sekunder. Sebab-sebab primer meliputi ketidaktahuan isolasi sosial, hidup seorang diri,
baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan indrera, gangguan mental,
Tanda-tanda yang masuk ke tiga kategori dapat ditemukan di berbagai organ seperti
rambut, lidah, konjungtiva, bibir, kulit, hati, limpa dan sebagainya. Pemeriksaan antropometrik
adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh secara umum pada
berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan. Pemgukuran yang dilakukan meliputi berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Semua hasil pengukuran
tersebut harus dikontrol terhadap umur dan jenis kelami. Dalam melakukan interpretasi,
digunakan berbagai bahan baku (standard) internasional maupun nasional seperti baku WHO,
NCHC, Havard, dan sebagainya.
Perlu ditekankan disini bahwa pemeriksaan tinggi badan pada lansia dapat memberikan
nilai kesalahan yang cukup bermakna oleh karena telah terjadinya osteoporosis pada lansia yang
akan berakibat pada kompresi tulang-tulang columna vertebral. Untuk itu para ahli sepakat
bahwa sebagai gantinya tinggi badan dapat dipakai panjang rentang tangan (armspan) dalam
penentuan indeks massa tubuh (BMI) (Rabe, Thamrin, Gross, Salomons, Schultink,1995).
Ternyata korelasi koefisien antara BMI dengan BMA (body mass-armspan) cukup tinggi yaitu
0,83 dan 0,81 untuk wanita dan untuk pria dengan nilai p-0,001.
Pemeriksaan biokimia dapat dilakukan terhadap berbagai jaringan tubuh, namun yang
paling lazim, mudah dan praktis adalah darah dan urine. Zat-zat gii tertentu dapat dievaluasi
statusnya melalui pemeriksaan biokimiawi seoerti vitamin A, besi, iodium protein dan
sebagainya.Pemeriksaan biofisik dilakuakan misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat
osteoporosis, jantung untuk kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa organ tertentu.
Penimbangan Berat Badan
a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai
peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari
0.5 Kg dalam 1 minggu beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat
badan lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm 100)
Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm,
digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam cm 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
5. Serat
Salah satu gangguan yang seringkali dikeluhkan oleh lansia adalah sembelit
Gangguan ini akan timbul manakala frekuensi pergerakan usus berkurang, yang akhirnya
memperpanjang masa transit tinja,hal ini terjadi karena kelemahan tonus otot dinding saluran
cerna akibat penuaan (kegiatan fisik berkurang) serta reduksi asupan cairan dan serat
6. Vitamin
Meskipun tampak sehat, kekurangan sebagian vitamin dan mineral tetap berlangsung pada
lansia, dianjurkan untuk meningkatkan asupan vitamin B6, B12, vitamin D dan asam folat
tanggal, gigi berlubang, dan gigi palsu yang tidak nyaman. Kesemuanya ini berisiko
menimbulkan kurang gizi.
Contoh Menu Lansia Dalam 1 Hari
Waktu Makan Pria (2200 kal)
1 gls nasi/ pengganti
100
gr
sayuran
Kangkung)
Nutrisi
dan
Mineral Yang
Dapat
Meningkatkan
Sistem Imun
Orang Tua
Nutrisi
dan
mineralSnack/buah (Nagasari)
Snack/buah
mineral yang
dapat
1 gls nasi
1 gls nasi
meningkatkan
sistem
imun
50 gr daging/ikan/unggas 50 gr daging/ikan/unggas
orang
tua
(Pepes Ikan)
antara
lain
25 gr tempe/kacang-kacangan
25 gr tempe/kacang-kacangan (Dickinson A,
(Tempe bb Tomat)
2002) :
150 gr sayuran (Sayur Asem) 150 gr sayuran
1. Betaglucan.
1 ptg buah
1 ptg buah (Semangka)
1 gls susu skim
Pukul 10.00
Siang
Pukul 17.00
Snack/ buah
(Bubur Kacang Hijau)
1 gls nasi
Malam
Snack/ buah
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas
50 gr daging/ikan/unggas
(Basho Daging)
50 gr tahu
50 gr tahu (Hot Tahu)
150 gr sayuran
150 gr sayuran (Sup Sayur)
1 ptg buah
1 ptg buah (Pisang)
Adalah sejenis
gula kompleks
(polisakarida)
yang diperoleh
dari
dinding
sel ragi roti,
gandum, jamur
(maitake).
Hasil beberapa
studi menunjukkan bahwa beta glucan dapat mengaktifkan sel darah putih (makrofag dan
neutrofil).
2. Hormon DHEA.
Studi menggambarkan hubungan signifikan antara DHEA dengan aktivasi fungsi imun pada
kelompok orang tua yang diberikan DHEA level tinggi dan rendah. Juga wanita menopause
mengalami peningkatan fungsi imun dalam waktu 3 minggu setelah diberikan DHEA.
3. Protein: arginin dan glutamin.
Lebih efektif dalam memelihara fungsi imun tubuh dan penurunan infeksi pasca-pembedahan.
Arginin mempengaruhi fungsi sel T, penyembuhan luka, pertumbuhan tumor, dans ekresi
hormon prolaktin, insulin, growth hormon. Glutamin, asam amino semi esensial berfungsi
sebagai bahan bakar dalam merangsang limfosit dan makrofag, meningkatkan fungsi sel T dan
neutrofil.
4. Lemak
Defisiensi asam linoleat (asam lemak omega 6) menekan respons antibodi, dan kelebihan intake
asam linoleat menghilangkan fungsi sel T. Konsumsi tinggi asam lemak omega 3 dapat
menurunkan sel helper, produksi cytokine.
7. Zinc.
Menurunkan gejala dan lama penyakit influenza. Secara tidak langsung mempengaruhi fungsi
imun melalui peran sebagai faktor dalam pembentukan DNA, RNA, dan protein sehingga
meningkatkan pembelahan sellular. Defisiensi Zn secara langsung menurunkan produksi limfosit
T, respons limfosit T untuk stimulasi atau rangsangan, dan produksi IL-2.
8. Lycopene.
Meningkatkan konsentrasi sel Natural Killer (NK)
9. Asam Folat
Meningkatkan sistem imun pada kelompok lansia. Studi di Canada pada sekelompok hewan
tikus melalui pemberian asam folate dapat meningkatkan distribusi sel T dan respons mitogen
(pembelahan sel untuk meningkatkan respons imun). Studi terbaru menunjukkan intake asam
folat yang tinggi mungkin meningkatkan memori populasi lansia (Daniels S, 2002).
10. Vitamin E
Melindungi sel dari degenerasi yang terjadi pada proses penuaan. Studi yang dilakukan oleh
Simin Meydani, PhD. di Boston menyimpulkan bahwa vitamin E dapat membantu peningkatan
respons imun pada penduduk lanjut usia. Vitamin E adalah antioksidan yang melindungi sel dan
jaringan dari kerusakan secara bertahap akibat oksidasi yang berlebihan. Akibat penuaan pada
respons imun adalah oksidatif secara alamiah sehingga harus dimodulasi oleh vitamin E (Murray
F, 1991).
11. Vitamin C.
Meningkatkan level interferon dan aktivitas sel imun pada orang tua, meningkatkan aktivitas
limfosit dan makrofag, serta memperbaiki migrasi dan mobilitas leukosit dari serangan infeksi
virus, contohnya virus influenzae.
12. Vitamin A.
Berperan penting dalam imunitas nonspesifik melalui proses pematangan sel-sel T dan
merangsang fungsi sel T untuk melawan antigen asing, menolong mukosa membran termasuk
paruparu dari invasi mikroorganisme, menghasilkan mukus sebagai antibodi tertentu seperti:
leukosit, air, epitel, dan garam organik, serta menurunkan mortalitas campak dan diare. Beta
karoten (prekursor vitamin A) meningkatkan jumlah monosit, dan mungkin berkontribusi
terhadap sitotoksik sel T, sel B, monosit, dan makrofag. Gabungan/kombinasi vitamin A, C, dan
E secara signifikan memperbaiki jumlah dan aktivitas sel imun pada orang tua. Hal itu didukung
oleh studi yang dilakukan di Perancis terhadap penghuni panti wreda tahun 1997. Mereka yang
diberikan suplementasi multivitamin (A, C, dan E) memiliki infeksi pernapasan dan urogenital
lebih rendah daripada kelompok yang hanya diberikan plasebo.
13. Vitamin D.
Menghambat respons limfosit Th-1.
14. Kelompok Vitamin B.
Terlibat dengan enzim yang membuat konstituen sistem imun. Pada penderita anemia defisiensi
vitamin B12 mengalami penurunan sel darah putih dikaitkan dengan fungsi imun. Setelah
diberikan suplementasi vitamin B12, terdapat peningkatan jumlah sel darah putih. Defisiensi
vitamin B12 pada orang tua disebabkan oleh menurunnya produksi sel parietal yang penting bagi
absorpsi vitamin B12. Pemberian vitamin B6 (koenzim) pada orang tua dapat memperbaiki
respons limfosit yang menyerang sistem imun, berperan penting dalam produksi protein dan
asam nukleat. Defisiensi vitamin B6 menimbulkan atrofi pada jaringan limfoid sehingga merusak
fungsi limfoid dan merusak sintesis asam nukleat, serta menurunnya pembentukan antibodi dan
imunitas sellular.
Angka kecukupan energi dan zat gizi yang dianjurkan untuk Lansia dalam sehari :
MENU
PORSI
Pagi
Roti-telur-susu
1 tangkep 1 gelas
Selingan
Papais
2 bungkus
Siang
Nasi
1 piring
Semur
1 potong
Pepes tahu
1 bungkus
Sayur bayam
1 mangkok
Pisang
1 buah
Selingan
Kolak pisang
1 mangkok
Malam
Mie baso
1 mangkok
Pepaya
1 buah
Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :
1.
Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda karena
tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia lanjut
di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria.
2.
Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap ideal.
3.
Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber karbohidrat
adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong, dll.
4.
5.
Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu, telur, ayam
tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-20% dari total
kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.
6.
Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau sekitar 50 gram
sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi seperti otak,
kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan mentega.
7.
Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak nabati
atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll.
8.
9.
10. Tingkatkan konsumsi makanan yang mengandung serat. Kebutuhan serat sehari untuk usia
lanjut adalah 25-30 gram. Serat banyak diperoleh dari sayuran dan buah-buahan, serta biji-bijian
seperti kacang.
11. Konsumsi cukup makanan yang mengandung kalsium, seperti susu, tempe, yogurt, dll.
Kalsium penting untuk kesehatan tulang.
12. Usahakan waktu makan teratur. Jadwal makan dapat dibuat lebih sering namun porsi kecil.
13. Pilihlah makanan yang mudah dikunyah dan mudah dicerna serta hindari makanan yang
terlalu gurih dan manis.
14. Batasi minum kopi atau the dan hindari rokok dan alkohol.
Selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia juga perlu beberapa kegiatan yang harus
dilakukan seperti :
1. Olah raga yang teratur dan sesuai
Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban ringan atau
sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.
Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah jalan kaki, dengan segala
bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukut, senam
dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan.
2. Istirahat, tidur yang cukup
Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau kekebalan tubuh,
mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur tubuh memperbaiki jaringan
tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada umumnya akan merasa segar
setelah istirahat.
3. Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan dan juga
pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah mandi dua kali sehari,
mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi setelah selesai
makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan organ intim),
memakai alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih.
Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air.
Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi selalu makanan di
meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah termasuk kamar mandi dan WC harus
dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari keluarga atau orang
yang tinggal bersama Lansia.
4. Memeriksakan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari
upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia dianjurakan untuk
memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit dapat diketahui lebih dini
sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada faktor beresiko yang menyebabkan
penyakit dapat dicegah.
5. Mental dan batin tenang dan seimbang
Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, hal ini
akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan yang akan
merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung dan sebagainya.
Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih menarik dan disukai semua orang. Tertawa
membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi yang tinggi dan untuk
melemaskan otak dari kelelahan.
6. Rekreasi
Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah beraktifitas selama seminggu, bisa di pantai, di
taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan tetangga.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih ( UU 13 tahun 1998 ).
Umur manusia sebagai makluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam, maksimal sekitar enam
kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor
biologik yang terdiri dari 3 fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif. Dalam fase
regresif mekanisme lebih ke arah kemunduran yang dimulai dalam sel atau komponen terkecil
dari tubuh manusia. Sel-sel menjadi aus karena lama berfungsi sehingga mengakibatkan
kemunduran yang dominan dibandingkan terjadinya pemulihan. Di dalam struktur anatomik
proses menjadi tua terlihat sebagai kemunduran di dalam sel. Proses ini berlangsung secara
alamiah, terus-menerus dan berkesinambungan, yang selanjutnya akan menyebabkan perubahan
anatomis, fisiologis pada jaringan tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan badan secara keseluruhan. Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan
masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran
fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran,
penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas
emosional meningkat dan kurang gairah.
DAFTAR PUSTAKA