Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar
Disusun oleh :
Anggota Kelompok 6
1. Anggi Bela Viona (NIM 1802051)
2. Elviana Indah Saputri (NIM 1802061)
3. Leni Sylviana Susanti (NIM 1802071)
4. Riskawati (NIM 1802081)
I B / DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN
TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah ”Prosedur Ketrampilan
pada Pemenuhan Kebutuhan Memiliki dan Dimiliki” guna memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Dasar ini dapat kami selesaikan.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kehidupan setiap individu hanya ada satu hal yang pasti, yaitu individu
tersebut akan meninggal dunia . Kematian merupakan rasa kehilangan terakhir. Saat
terjadinya kematian merupakan saat-saat yang tidak diketahui waktunya. Kematian
dapat terjadi singkat dan tidak terduga seperti seorang anak yang meninggal akibat
kecelakaan, kematiaan dapat berlangsung mendadak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, misalnya seseorang yang pingsan dan dalam waktu 24 jam sudah
meninggal, kematian dapat diperkirakan sebelumnya melalui diagnosis medis tetapi
saat kematian itu sendiri biasa terjadi mendadak,atau pasien dapat mengalami dahulu
stadium terminal penyakit dalam waktu yang bervariasi mulai dari berapa hari hingga
berbulan-bulan.
Prosedur Perawatan Jenazah sangat diperlukan pada ketrampilan seorang
perawat dalam membimbing pasien saat mengalami sakaratul maut serta membimbing
berdoa dan dapat mengurus pasien usai mengalami sakaratul maut dan kemudian
dalam keadaan yang sudah meninggal .
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Standar Operasional Prosedur cara perawatan jenazah?
b. Bagaimana praktek membimbing doa untuk dalam menghadapi sakaratul maut?
3. Tujuan
a. Untuk dapat mengetahui cara perawatan jenazah berdasarkan Standar
Operasional Prosedur (SOP)
b. Untuk dapat mempraktekkan membimbing doa kepada pasien saat menghadapi
sakaratul maut
BAB II
PEMBAHASAN
Kematian memisahkan individu secara fisik dari individu yang penting dalam
kehidupannya secara permanen dan menyebabkan ketakutan, kesedihan, dan
penyesalan bagi individu yang sekarat, anggota keluarga, teman, serta pemberi
layanan (Craib, 2003). Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan,
nadi, dan tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi
jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap.
Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian (Mubarak Wahit Iqbal dkk.
2014.Ilmu Keperawatan Dasar:373), diantaranya :
1. Rigor mortis (Kaku mayat),
Rigor mortis adalah kekakuan pada otot tanpa atau disertai pemendekan serabut
otot.
2. Algor mortis (Penurunan suhu jenazah
Algor mortis merupakan salah satu tanda kematian yaitu terhentinya produksi panas,
sedangkan pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat adanya perbedaan panas
antara mayat dan lingkungan.
3. Livor mortis (Lebam mayat)
Livor mortis (lebam mayat) terjadi akibat peredaran darah terhenti mengakibatkan
stagnasi maka darah menempati daerah terbawah sehingaa tampak bintik merah
kebiruan.
1. Pengertian Perawatan Jenazah
Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan
termasuk menyiapkan jenasah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi ke
kamar jenasah dan melakukan disposisi (penyerahan) barang-barang milik klien.
(Mubarak Wahit Iqbal dkk. 2014.Ilmu Keperawatan Dasar:390)
2. Tujuan
a. Penghormatan terhadap jenasah
b. Menjalankan kewajiban hukum fardlu ‘ain. (muslim)
c. Jenasah dalam keadaan bersih
3. Indikasi
Perawatan jenasah dimulai setelah dokter menyatakan kematian pasien. Jika
pasien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat kriminalitas, perawatan
jenasah dilakukan setelah pemeriksaan medis lengkap melalui autopsy. (Mubarak
Wahit Iqbal dkk. 2014.Ilmu Keperawatan Dasar:390)
4. Hal yang diperhatikan :
a. Berikan barang-barang milik klien pada keluarga klien atau bawa barang tersebut
kekamar jenasah. Jika perhiasan atau uang diberikan pada keluarga, pastikan ada
petugas/ perawat lain yang menemani. Minta tanda tangan dari anggota keluarga yang
sudah dewasa untuk verifikasi penerimaan barang-barang berharga atau status dimana
perhiasan masih ada pasien.
b. Berikan support emosional kepada keluarga yang ditinggalkan dan teman dan kepada
klien lain yang sekamar.
c. Mengangkat jjenasah dilakukan secara perlahan untuk mencegah lecet dan kerusakan
kulit.
5. Sasaran
Pasien yang sudah meninggal
6. Tenaga
Dokter, Perawat dan Bidan
7. Kelengkapan Sarana
A. Sarana Medis
1). Kasa/verban secukupnya 5). Plastik jenazah / pembungkus jenazah
2). Sarung tangan bersih 6). Plester penahan untuk menutup luka (bila ada
luka)
3). Pads 7). Bengkok 1 buah
4). Kapas secukupnya 8). Troli
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis. “
Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir
seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu siksa
neraka yang membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50).
Alangkah dasyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada)
dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan
tangannya (sambil berkata) “keluarkanlah nyawamu!)” Pada hari ini kamu dibalas
dengan siksaan yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap
ALLAH perkataan yang tidak baik.
Melihat betapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –upaya
sebagai berikut :
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT.
Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah
sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang
dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah, selanjutnya
Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangka-sangka hambaku, oleh
karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik .
2.Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah.
Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien
terminal menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang
terakhir. Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi
kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar
diupayakan meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah.
Pasien dalam keadaan sakaratul maut perlu dituntun untuk mengucapkan kalimat
tauhid, yang disebut talkin.Talkin adalah proses/upaya mengingatkan kepada
seseorang yang sedang menghadapi sakaratul maut. “Tuntunlah orang yang hendak
meninggal dunia di antara kalian supaya mengucapkan
kalimat La ilaha illalah“ (HR Muslim).
Digdowirogo HS, dkk.2019.Etika Melayani Pasien Muslim pada Stadium Terminal.
Jurnal Etika Kedokteran Indonesia. Vol 3 (1).35
3. Berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya.
Di samping berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu
berkomunikasi terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah
SAW bersabda: Bila kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati,
hendaklah kami berbicara yang baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan
terhadap apa yang kamu ucapkan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
http://kumpulansopkeperawatan.blogspot.com/2017/02/sop-perawatan-jenazah-
procedure-caring.html
https://keperawatanreligionabdulaziz.wordpress.com/
http://www.ilmiah.id/index.php/jeki/article/view/35/35
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=jFP3wEzyqu0C&oi=fnd&pg=PA1&
dq=Berbicara+yang+Baik+dan+Do%C2%B4a+untuk+jenazah+ketika+menutupkan+
matanya&ots=5A5RDnGw-
K&sig=yqQeM0aZ1oNct1EYgxL2d7jAeQA&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false