Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN

HASIL PRAKTEK KLINIK


Lokasi :
PUSKESMAS SIPATANA

Disusun Oleh :
SITI RAHMATYA O MILE
NIS ......................

BIDANG KEAHLIAN

KEPERAWATAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


SMK NEGERI 1 BULANGO SELATAN
2018
1
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Siti Rahmatya O Mile


Program Keahlian : Keperawatan
Lokasi Praktek Klinik : Puskesmas Sipatana

Gorontalo -MEI-2018
Disahkan / disetujui :

Penanggung Jawab / CI Penanggung Jawab / CI


Pembimbing Sekolah Puskesmas Sipatana

....................................... ........................................
NIP :............................... NIP :...............................

Mengetahui :
Kepala Sekolah
SMK Negeri 1 Bulango Selatan

Sutarmin Madjid, S.Pd


NIP : 19791130 200501 1 009

2
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Siti Rahmatya O Mile


Program Keahlian : Keperawatan
Lokasi Praktek Klinik : Puskesmas Sipatana

Laporan ini telah diuji di Depan Dewan Penguji

Hari / Tanggal : 14 MEI 2018


Pukul :
Tempat :

Dewan Penguji :
1. .................................. ......................................
2. .................................. ......................................
3. .................................. ......................................
4. .................................. ......................................

Mengetahui :
Kepala SMK Negeri 1 Bulango Selatan

Sutarmin Madjid, S.Pd


NIP : 19791130 200501 1 009

3
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah laporan tentang Atritis ini dapat di selesaikan dengn tepat waktu.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa rohmat dan terimakasih yang
tulus kepada :
1. Bapak Sutarmin Madjid S,PD selaku kepala sekolah SMK NEGERI 1 BULANGO
SELATAN
2. Ibu Rusni Rahman S.Pd, selaku ketua jurusan keperawatan SMK Negeri 1 Bulango Selatan
3. Ibu Yuyun Tangguda, S,KM, Ibu Amanda Iin Melisa Harun S, KEP, dan Ibu Hasrin Djou S,
KM selaku guru pembimbing praktek
4. Ibu Sartin Halid S.Pd, selaku pembimbing sekolah
5. Ibu Ismiyatie Utiarahman SKM, selaku kepala puskesmas Tapa
6. Ibu Satira Harun , selaku ketua tata Usaha Puskesmas Tapa
7. Ibu Karmila Mertosono S.Kep,Ns, selaku pembimbing dudi
8. Sahabat dan guru-guru yang tidak sempat disebutkan satu persatu, yang telah membantu baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian laporan ini.
Semoga bantuan, bimbingan serta petunjuk yang diberikan oleh sahabat dan para
guru akan memperoleh imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata dari
penulis, semoga laporan tentang pneumonia ini dapat bermanfaat dan akan menambah
wawasan bagi kita semua.

Gorontalo, Maret 2018

Penulis
Hairunnisa S Ngabito

4
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan …............................................................


Lembar Persetujuan/Pengesahan CI
Lembar Persetujuan/ Pengesahan Pembimbing Sekolah
Kata Pengantar ......................................................................
Daftar Isi ...............................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................
1.2 `Tujuan ................................................................
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori Kasus dan penyakit
2.1.1 Definisi penyakit
2.1.2 Penyebab
2.1.3 Anatomi Fisiologi
2.1.4 Patofisiologi
2.1.5 Manifestasi klinik
2.1.6 Pemeriksaan
1). Pemeriksaan fisik
2). Pemeriksaan Laboratorium
2.1.7 Therapy
1). Pengobatan
2). Farmakologi obat
2.1.7 Prognosis
2.1.8 Pencegahan

5
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Profil Puskesmas
3.1.1 Letak Puskesmas
3.1.2 Daftar 10 Penyakit menonjol di Puskesmas
3.1.3 Grafik
3.2 Kompetensi dasar Keperawatan
3.2.1 Mencuci tangan medical
3.2.2 Menyiapkan tempat tidur tertutup dan terbuka
3.2.3 Menerima pasien baru
3.2.4 Memindahkan pasien
3.2.5 Melakukan personal hygine pada pasien
3.2.6 Membersihkan dan Merapikan ruangan pasien
3.2.7 Mengukur Tanda-tanda vital & mengukur berat badan dan tinggi badan
3.2.8 Melaksanakan prosedur kesehatan keselamatan kerja
3.2.9 Melaksanakan mobilisai pasif terhadap klien/pasien
3.2.10 Menunjukan kemampuan mengasuh bayi sesuai dengan tingkat perkembangan
3.2.11 Menunjukan kemampuan melakukan komunikasi terapeutik
3.2.12 Memberikan penyuluhan kesehatan
3.2.13 Mengobservasi/Melakukan perawatan luka
3.3 Kasus
3.3.1 Cerita tentang proses pengambilan kasus dari pertama di Wilayah puskesmas
3.3.2 Kondisi lingkungan Pasien
3.3.3 Identitas Pasien

6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
4.3 Daftar Pustaka

LAMPIRAN
5.1 Dokumentasi kegiatan/Lensa kegiatan
5.1.1 Dokumentasi di Puskesmas
5.2.2 Dokumentasi di RS
5.2 Jurnal harian
5.2.1 Jurnal harian di Puskesmas
5.2.2 Jurnal harian di RS
5.3 Daftar hadir
5.3.1 Daftar Hadir di Puskesmas
5.3.2 Daftar Hadir di RS
5.4 Lembar Kontrol
5.4.1 Lembar kontrol di Puskesmas
5.4.2 Lembar kontrol di RS
5.5 Profil Penulis

7
BA B I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi
cair (mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua
kriteria penting harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air
besar sehari tiga kali tapi tidak cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga
apabila buang air besar dengan tinja cair tapi tidak sampai tiga kali dalam sehari,
maka itu bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan sebagai inflamasi pada
membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan diare, muntah
muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz, 2009).
Penyakit diare di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Kejadian diare pada bayi dan balita lebih banyak ditemukan dibandingkan
dengan kelompok umur lainnya. Hasil survei Dekes RI, diperoleh angka kesakitan diare
untuk tahun 2000 sebesar 301 per 1.000 penduduk
Angka kesakitan Diare pada tahun 2016 di Provinsi Gorontalo mencapai 7,3 per 1.000
penduduk. Kasus terbanyak terdapat di Kota Gorontalo sebesar 7165 dengan angka kesakitan
41 per 1.000 penduduk. Kabupaten Gorontalo utara memiliki angka kesakitan diare terendah
yaitu 0,1 per 1.000 penduduk. Tahun 2010 angka kesakitan Diare Provinsi Gorontalo
mencapai 33 per 1000 penduduk, Kabupaten/Kota yang melaporkan kasus tertinggi adalah
Kabupaten Gorontalo sebanyak 13.409 kasus dengan angka kesakitan 37,8 per 1000. Dinas
Kesehatan Provinsi Gorontalo 35. Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Tahun 2011
Penduduk. Terendah yaitu Kabupaten Boalemo sebanyak 1920 kasus dengan angka
kesakitan 14,9 per 1000 penduduk. Untuk persentase Diare yang ditangani di Kabupaten/kota
se Provinsi Gorontalo tahun 2011
Adapun trend angka kesakitan dari kasus Diare di kabupaten Bone Bolango mengalami
penurunan dari tahun 2007 s.d. tahun 2011.
Jika dilihat dari data SIK tahun 2011 yang dilampirkan, Jumlah kasus diare pada yang
paling banyak berada di kecamatan yang sama dengan tahun kemarin yakni masih di wilayah
kerja Puskesmas Tapa yakni 557 kasus namun jumlah kasusnya menurun dibanding tahun
kemarin yakni sebesar 897 kasus dan yang paling sedikit berada di Kecamatan Bulawa
sebesar 9 kasus, lebih rendah dari tahun kemarin yang berjumlah 41 kasus, sedangkan untuk
Kecamatan Bulango Ulu dan Kecamatan Pinogu tidak ada data.

8
Profil Kesehatan Kabupaten Bone Bolango Tahun 2011
Menurunnya jumlah penderita diare disebabkan karena semakin tingginya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya hidup bersih selain itu pengetahuan masyarakat yang
semakin berkembang dimana ketika sakit mereka langsung mencari obat serta peran
serta instansi-instansi pemerintah dan swasta dalam mensosialisasikan PHBS
membuat masyarakat lebih menyadari akan pentingnya kebersihan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan di buatnya laporan ini terbagi menjadi 2, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus.
1) Tujuan umum
Untuk mengetahui mengapa terjadi penyakit DIARE di Wilayah Puskesmas Tapa
2) Tujuan khusus :
Adapun tujuan khusus dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1.2.1 Untuk mengetahui mengapa penyakit DIARE dapat terjadi pada Anak umur
1.2.2 Untuk mengetahui Definisi dari penyakit DIARE
1.2.3 Untuk mengetahui Penyebab dari penyakit DIARE
1.2.4 Untuk mengetahui Anatomi fisiologi dari pada DIARE
1.2.5 Untuk mengetahui Patofisiologi penyakit DIARE
1.2.6 Untuk mengetahui Manifestasi klinik dari penyakit DIARE
1.2.7 Untuk mengetahui cara pemeriksaan dari penyakit DIARE
1.2.8 Untuk mengetahui Therapy/ tindakan yang di berikan pada penyakit DIARE
secara Pencegahan dari penyakit DIARE

9
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan teori
2.1.1 Definisi penyakit
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih
dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi
tinja dari penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).
Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi
feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja.Frekuensinya bisa
terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi
kurang dari 14hari.Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang
besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi
encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam
tinja.Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu
keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung atau usus.
1.Jenis-jenis Diare
1),Diare Akut
Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang
ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang
dari 14 hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang
menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak-anak.
2) Diare Bermasalah
Merupakan yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi
laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang
ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Diarae ini umumnya
10
diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul
darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya
tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.
3) Diare Persisten
Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare
persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan
diare akut.
2.1.2 Etiologi
1 Faktor infeksi
 Infeksi enteral: infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,
dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang
dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya.
2 Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
3 Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

11
2.1.3 Anantomi

Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Mulut dibatasi pada
kedua pipi yang dibentuk oleh muskolus basiratorius atapnya adalah palatum yang
memisahkan dari hidung dan bagian atas dan faring, lidah membentuk bagian
terbesar dari mulut.
1 Lidah
Lidah menempati kavum oris dan melekat secara langsung pada epiglotis
dalam paring.
2. Gigi
Manusia dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa kehidupan
yang berbeda-beda. Set pertama adalah gigi primer atau susu. Set kedua atau
set permanen menggunakan gigi primer mulai tumbuh pada sekitar umur 6
tahun.
3 Esofagus
Esofagus merupakan tuba otot. Berukuran 8-10 cm dari kartilago krikoid
sampai bagian kardia lambung panjang berganda selama 3 tahun setelah
kelahiran sesudahnya kecepatan pertumbuhan lebih lambat hingga mencapai
panjang dewasa yaitu 23-30 cm.

4 Lambung

12
Kapasitas lambung adalah antara 30-35 ml saat lahir dan meningkat sekitar
75 ml pada minggu kedua, pada akhir bulan pertama sekitar 10 ml dengan
terjadinya perkembangan bayi, lambung berkembang sehingga mempunyai
seluruh gambaran dari lambung dewasa.

5 Usus kecil
Usus kecil dibagi lagi menjadi deudenum, jejenum, ileum. Panjangnya saat
lahir sekitar 300 sampai 350 cc meningkat sekitar 50 persen selama tahun
pertama kehidupan. Dinding usus dibagi menjadi beberapa lapisan mukosa,
sub mukosa, muskuler dan serosa (peritoneal).

6 Usus Besar
Usus besar berjalan dari katup ileosaekal ke anus. Dibagi dalam lima bagian
Caekum, kolon asenden, kolon transversum dan kolon desenden serta kolon
sigmoid.
7 Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum
dengan dunia luar. Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3
spingter yaitu spingter ani internus, spingter levator dan spingter ani ekstemus.

Fisiologi
1) Mulut
Fungsi saliva terutama adalah mekanis, membantu menelan, membantu
berbicara, dan juga mempunyai aksi antiseptik.

2) Lambung
Fungsi utama dari lambung adalah menyiapkan makanan untuk pencernaan usus,
pemecahannya penambahan makanan cairan pada makanan ketika direduksi menjadi
konsistensi setengah cair dan meneruskannya ke duodenum.

3) Usus kecil
Mensekresikan cairan alkali yang kaya mukus, yang melindungi absorbsi.

13
Fungsi dari usus besar yaitu mensekresikan mukus yang mempermudah jalannya feces
dan mengeluarkan fraksi zat yang tidak terserap.
5) Anus
Anus berfungsi untuk mengeluarkan feces.

2.1.4 Patofisiologi/Patomekanisme Penyakit

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:


1). Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit
ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2). Gangguan sekresi


Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul
diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3). Gangguan motilitas usus.


Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

2.1.5 Manifestasi Klinis


Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin
disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makinlama makin berubah kehijau-hijauan karena
tercampur dengan cairan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet dan kemerahan karena
seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam
laktat, yang beasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah
dapat terjadi sebelumatau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
14
meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah
kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan
turun, turgor kulit berkurang , mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir
dan mulut sert3ea kulit tampak kering.

Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan
berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasama dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotoniik,
isotonik dan hipertonik.

Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam sehari,
yang kadang disertai:
1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
3. Panas
4. Tidak nafsu makan
5. Darah dan lendir dalam kotoran

2.1.6 Pemeriksaan
1).Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini terbagi menjadi dua antara lain:
 .Pemeriksaan umum :
Dijumpai penurunan berat badan terutama pada tirotoksikosis dan malabsorpsi. Anemia
terutama pada colitis, penyakit Crohn usus halus. Demam menunjukkan adanya proses
peradangan.
 Pemeriksaan khusus :
Pemeriksaan abdomen tidak banyak membantu).Sewaktu mengadakan colok rektal
diperhatikan adanya fisura dan fistula daerah perianal yang biasa dijumpai pada penderita
diare kronik adalah rektosigmoidoskopi disertai pemeriksaan tinja secara makroskopis dan
mikroskopis.
2).Pemeriksaan Laboratorium beserta interprestasinya
Pada proses peradangan terdapat peninggian LED tetapi pada kasus penyakit Crohn dan
Kolitis kadang-kadang nilai LED normal.Pada malapsorpsi dan proses peradangan dapat
terjadi anemia.Albumin merendah pada penyakit Crohn dan Coeliac. Pada malapsropsi

15
dijumpai hipokalsemia dan avitaminosis D, peninggian masa protrombin.Pemeriksaan gula
darah atau tes toleransi glikosa perlu dilakukan untuk penderita pankreatitis.
 Radiologis
Pada foto polos abdomen dapat dijumpai pengapuran (kalsifikasi) di daerah pankreas yang
menunjukkan kemungkinan adanya pankreatitis kronik,umumnya peminum alkohol yang
berat biasanya menderita diare dengan steatorea.
 Barium meal
Dapat dijumpai adanya fistula gastrokolik yang disebabkan karsinoma lambung dan tungkak
peptik kronik.Barium follow through:dapat dijumpai adanya kelainan radiologis penyakit
Crohn usus halus dan divertikulosis jejunum.Barium enema:dapat menunjukkan kelainan
kolon antara lain:skip lesion ditambah tukak apthosa pada penyakit Crohn,filling defect pada
karsinoma kolon,spasme pada sindrom kolon iritabel,gambaran tidak adanya haustre disertai
tumpukan bubur barium pada kolitis.
 Kolonoskopi
Pemeriksaan kolonoskopi dapat dianjurkan pada sangkaan adanya colitis walaupun hasil foto
kolon dengan kontras ganda menunjukkan gambaran yang normal.koloskopi masih
dianjurkan pada sangkaan adanya proses peradangan kolon,karena dengan kolonoskopi kita
bisa melihat seluruh kolon bahkan sampai ileum terminal dan biopsi jaringan.
2.1.7 Therapy / Penatalaksanaan atau Tindakan
1).Pengobatan
1. Zinc 1x1
2. Garam Oralit 4 bungkus
3. Cotrimoksazole 2x1
2).Farmakologi Obat
1. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya
a. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang
bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6
bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula
garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
b. Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
16
 Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4
tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
 Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
 Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1
ml=20 tetes).
 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
 Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
 Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8
tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
 Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian
NaHCO3 1½ %).
 Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg,
jenis makanan:
o Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh.
o Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
o Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak
mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.
 Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung
elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
2.1.8 Prognosis
17
Prognosis diare kronik ini sangat tergantung pada penyebabnya.Prognosis adalah
baik,
pada penyakit endokrin. Pada penyebab obat-obatan,tergantung pada kemampuan untuk
menghindari pemakaian obat-obat tersebut.
Pada pasca bedah prognosis tergantung pada sejauh mana akibat tindakan operasi pada
penderita di samping faktor penyakit dasarnya sendiri.
2.1.9 Pencegahan Penyakit
Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan
sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst
tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan
jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban
(juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak
terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya

18
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Profil Puskesmas Tapa
Puskesmas tapa adalah sebuah puskesmas yang terletak di kecamatan tapa kabupaten
bone bolango provinsi gorontalo. Puskesmas tapa didirikan pada tahun 1963.
3.1.1 Letak Puskesmas Tapa
Letak puskesmas secara geografis batas wilayah kerja berbatasan dengan puskesmas
bulango utara di sebelah barat & utara. Sementara di sebelah timur berbatasan dengan
puskesmas bulango timur dan di sebelah selatan berbatasan dengan puskesmas bulango
selatan.
Puskesmas tapa dalam angka 2016 menunjukan bahwa puskesmas tapa memiliki luas
wilayah sebesar 64,42 km2 atau 3,24% dari total luas kabupaten bone bolango. Desa dengan
luas paling besar adalah desa meranti dengan luas 48,82 km2 atau mencapai 75,78% dari luas
wilayah puskesmas tapa, sedangkan luas desa yang terkecil adalah desa talulobutu selatan
yang hanya memiliki luas 0,75 km2 atau 1,16% dari luas wilayah puskesmas tapa.
Sumber(Data Kecamatan Tapa).
Berdasarkan ketinggiannya dari permukaan laut puskesmas tapa sebagian besar
daerahnya berada di ketinggian 100-500 meter dari permukaan laut.
3.1.2 Daftar 10 penyakit yang menonjol di Puskesmas Tapa

NO Jenis Penyakit Jumlah Penderita


1. DIARE 1000
2. DBD 860
3. TUBERKULOSIS (TBC) 787
4. HIV 650
5. MALARIA 554
6. KUSTA 438
7. AFP 376
8. FILARIASIS 249
9. PD31 142
10. PNEUMONIA 68
TOTAL 5,124

19
3.1.3 Grafik Perkembangan Penyakit DIARE di wilayah kerja Puskesmas Tapa

3.2 Kompetensi keperawatan dasar


3.2.1 Mencuci Tangan Medical
1 Definisi
Mencuci kedua tangan merupakan prosedur awal yang dilakukan oleh petugas kesehatan sebelum
memberikan tindakan, dengan cara menggosok tangan dari kotoran dengan sabun maupun
antiseptik yang dibilas dengan air mengalir.
2 Tujuan
Tujuan cuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadinya infeksi
silang melalui tangan dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan.
3 Persiapan Alat dan Bahan
1) Bak cuci/air yang mengalir
2) Handuk atau pengering
3) Sabun atau anti septik
4 Cara Pelaksanaan
1)Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir, ambil
sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut

2)Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

20
3) Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih

4) Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan

5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

21
7) Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian diakhiri
dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai
handuk atau tisu.

Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun cair sangat disarankan untuk
kebersihan tangan yang maksimal.

7 langkah mencuci tangan di atas umumnya membutuhkan waktu 15 – 20 menit. Pentingnya


mencuci tangan secara baik dan benar memakai sabun adalah agar kebersihan terjaga secara
keseluruhan serta mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke tubuh anda.

3.2.2 Menyiapkan tempat tidur tertutup dan terbuka


Menyiapkan Tempat Tidur Tertutup

1Definisi
Tempat tidur tertutup merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan dan masih tertutup dengan
sprei penutup (over laken) di atasnya.
2Tujuan
1) Agar siap pakai sewaktu-waktu.
2) Agar tampak selalu rapi
3) Memberi rasa senang dan nyaman kepada klien.

22
3 Persiapan alat
1) Tempat tidur, kasur, dan alat.
2)Alat-alat tenun disusun menurut pemakaiannya.
3)Alat kasur.
4)Laken/sprei melintang.
5)Perlak.
6)Stik laken/sprei melintang.
7)Sellimut yang sudah dilipat terbalik (bagian luar dilipat dan posisinya di bagian dalam).
8)Sarung bantal dan guling.
9)Over laken/sprei penutup penutup.

3 Prosedur pelaksanaan
1)Cuci tangan.
2)Letakkan alat tenun yang telah disusun sesuai pemakaian di dekat tempat tidur.
3)Pasang alas kasur dan kasur.
4)Pasang seprei besar/laken dengan ketentuan: Garis tengah lipatan diletakkan di tengah
kasur; Bentangkan seprei, masukkan seprei dengan kepala ke bawah kasur, ±30 cm; demikian
juga pada bagian kaki, tarik setegang mungkin; Pada ujung setiap sisi laken dengan membentuk
sudut 90 derajat, lalu memasukkan seluruh tepi seprei ke bawah kasur dengan rapi dan tegang.
5)Letakkan perlak melintang pada kasur ±50 cm dari bagian kepala.
6)Letakkan stik laken di atas seprei secara melintang, kemudian masukkan sisi-sisinya ke bawah
kasur dengan rapi dan tegang.
7)Pasang boven laken pada kasur bagian kaki, pada bagian atas yang terbalik masukkan ke bawah
kasur ±10 cm, kemudian ujung sisi bagian bawah (kaki) dibentuk 90 derajat dan masukkan ke
bawah kasur. Tarik sisi atas sampai tampak garis/petanya.
8)Pasang selimut pada kasur bagian kaki, pada bagian atas yang tebalik dimasukkan ke bawah
kasur ±10 cm, kemudian ujung sisi-sisinya dibentuk 90 derajat, lalu masukkan ke bawah kasur.
Tarik sisi atas sampai terbentang.
9)Lipat ujung atas boven sampai tampak garis/pitanya.
10)Masukkan bantal ke dalam sarungnya dan letakkan di atas tempat tidur dengan bagian yang
tebuka di bagian atas.
11)Pasang seprei penutup (over laken).
12)Cuci tangan.

23
3.2.3 Menerima pasien baru
1Pengertian
Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara ataupun pedoman dalam menerima pasien baru
masuk. Penerimaan pasien baru merupakan suatu prosedur yang dilakukan oleh perawat ketika ada
pasien baru datang ke sebuah ruangan rawat inap.

2Tujuan :
1) Mengetahui keadaan pasien dan keluarga
2) Pasien bisa langsung menempati ruang perawatan
3) Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat MRS

3Prosedur
Persiapan :
1) Tempat tidur dalam keadaan bersih dan siap pakai
2) Fasilitas yang bersedia dalam kondisi baik

24
3) Meja dan kursi pasien dalam keadaan bersih
4) Paket perawatan / sovenir
5) Lembar orientasi pasien baru dan keluarga
6) Berkas rekam medis
7) Peralatan untuk pemeriksaan dalam yang terdiri dari termometer, tensimeter, timbangan BB bila
perlu.

1Tahapan Penerimaan Pasien Baru


1)Menyiapkan kelengkapan administrasi
2)Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan
3)Menyiapkan format penerimaan pasien baru
4)Menyiapkan buku status pasien dan fornmat pengkajian keperawatan
5)Menyiapkan inform consent sentralisasi obat
6)Menyiapkan nursing kids
7)Menyiapkan lembar tata tertib pasien, keluarga dan pengunjung ruangan

2Tahap Pelaksanaan Pasien Baru


1)Pasien datang diruangan diterima oleh kepala ruanmgan atau perawat primer atau perawat yang
diberi delegasi
2)Perawat memperkenalkan diri pada klien dan keluarganya
3)Perawat bersama dengan karyawan lain memindahkan pasien ke tempat tidur (apabila pasien datang
dengan berangkat atau kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman
4)Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar
5)Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan perawat memberikan informasi kepada klien
dan keluarga tentang orientasi ruangan. Perawatan (termasuk perawat yang bertanggung jawab dan
sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab dan jadwal visit) dan tata tertib ruangan.
6)Perawat menanyakan kembali tentang kejelas dan informasi yang telah disampaikan
7)Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai dengan format
8)Perawat menunjukkan kamar atau tempat tidur klien dan mengantarkan ke tempat yang telah
ditetapkan.
9)Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta untuk menendatangani Inform Consent
sentralisasi obat

3.2.4 Memindahkan pasien

25
1Memindahkan Pasien dari tempat tidur ke Kursi roda

1. Pengertian :
Memindahkan pasien yang tidak dapat/tidak boleh berjalan, dilakukan dari tempat yang satu ke
tempat yang lain.
2. Tujuan :
1) Mengurangi/menghindarkan pergerakan pasien sesuai dengan keadaan fisiknya
2) Memenuhi kebutuhan konsultasi atau pindah ruangan
3. Kebijakan :
Pelaksanaan dilakukan oleh petugas yang terampil

4. Prosedur :

1) Persiapan Alat :
 Kursi roda
 Handscun atau sarung tangan (jika perlu)
2) Persiapan Pasien :
 Pasien berada di tempat tidur
 Jelaskan prosedur pada pasien
 Atur posisi tempat tidur pasien pada posisi paling rendah, sampai kaki pasien bisa menyentuh lantai.
 Letakkan kursi roda sejajar atau sedekat mungkin dengan tempat tidur, kunci semua roda kursi
5. Pelaksanaan :
1)Bantu pasien duduk di tepi tempat tidur
2)Kaji postural hipotensi
3)Intruksikan pasien untuk bergerak ke depan dan duduk di tepi bed
4)Intruksikan mencondongkan tubuh ke depan mulai dari pinggul
5)Intruksikan meletakkan kaki yang kuat di bawah tepi bed, sedangkan kaki yang lemah berada di
depannya
6)Meletakkan tangan pasien di atas permukaan bed atau diatas kedua bahu perawat
7)Berdiri tepat di depan pasien, condogkan tubuh ke depan, fleksikan pinggul, lutut, dan pergelangan
kaki.
8)Lebarkan kaki dengan salah satu di depan dan yang lainnya di belakang
9)Lingkari punggung pasien dengan kedua tangan perawat
10) Tangan otot gluteal, abdominal, kaki dan otot lengan anda siap untuk melakukan gerakan

26
11) Bantu pasien untuk berdiri, kemudian bergerak-gerak bersama menuju korsi roda
12) Bantu pasien untuk duduk, minta pasien untuk membelakangi kursi roda, meletakkan kedua
tangan di atas lengan kursi roda atau tetap pada bahu perawat
13) Minta pasien untuk menggeser duduknya sampai pada posisi yang paling aman
14) Turunkan tatakan kaki, dan letakkan kedua kaki pasien di atasnya
15) Buka kunci roda pada kursi
2. Memindahkan Pasien dari kursi roda ke tempat tidur
1. Pengertian :
membantu pasien berjalan memerlukan persiapan.perawat mengkaji toleransi terhadap
aktivitas,kekuatan,adanya nyeri,koordinasi dan keseimbangan pasien untuk menentukan jumlah
bantuan yang diperlukan pasien. aktivitas ini mungkin memerlukan alat seperti kruk,tongkat dan
walker. namun pada prinsipnya perawat dapat melakukan aktivitas ini meskipun tanpa
menggunakan alat.

2. Tujuan :
1) memulihkan kembali toleransi aktivitas
2) mencegah terjadinya kontraktur sendi dan flaksit otot

3. Prosedur kerja :
1) jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) cuci tangan
3) minta pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau memegang telapak tangan perawat
4) berdiri disamping pasien berpegang telapak dan lengan tangan pada bahu pasien
5) bantu pasien untuk jalan ketempat tidur
6) observasi respon pasien saat berdiri dari kursi roda
7) cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8) catat tindakan dan respon pasien
3. Memindahkan Pasien dari tempat tidur ke kereta
1. Pengertian:
Adalah memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, tidak boleh
melakkukan sendiri, atau tidak sadar dari tempat tidur ke brankar yang dilakukan oleh dua atau tiga
orang perawat.

2. Tujuan:

27
memindahkan pasien antar ruangan untuk tujuan tertentu (misalnya pemeriksaan diagnostik, pindah
ruangan, dll.)

3. Alat dan Bahan :


1) Brankar
2) Bantal bila perlu

4. Prosedur :
1) Ikuti protokol standar
2) Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap tempat tidur
3) Dua atau tiga orang perawat menghadap ke tempat tidur/pasien
4) Silangkan tangan pasien ke depan dada
5) Tekuk lutut anda , kemudian masukkan tangan anda ke bawah tubuh pasien
6) Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher/bahu dan bawah pinggang, perawat kedua
meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien, sedangkan perawat ketiga meletakkan
tangan dibawah pinggul dan kaki.
7) Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan pindahkan ke brankar
8) Atur posisi pasien, dan pasang pengaman.
9) Lengkapi akhir protokol
3.2.5 Melakukan personal hygine pada pasien
1. Pengertian Personal Hygiene
Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Ukuran kebersihan atau penampilan seseorang dalam pemenuhan
kebutuhan Personal Hygiene berbeda pada setiap orang sakit karena terjadi gangguan pemenuhan
kebutuhan. Perawat dapat memberikan informasi-informasi tentang personal hygiene yang lebih
baik terkait dengan waktu atau frekuensi aktifitas, dan cara yang benar dalam melakukan perawatan
diri.

2. Macam-macam personal hygiene


1. Memandikan
2. Mencuci rambut
3. Memotong kuku

4. Memandikan pasien

28
1. Pengertian
Memandikan pasien adalah suatu tindakan membersihkan seluruh bagian tubuh pasien dengan
posisi berbaring di tempat tidur dengan menggunakan air bersih, sabun dan larutan antiseptic.
Memandikan pasien merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak
mampu mandi secara sendiri dengan cara memandikannya di tempat tidur.

2. Indikasi
 Pada pasien bed rest
 Pada pasien yang tidak dapat dan tidak diizinkan mandi sendiri
 Pada pasien baru yang dalam keadaan kotor.

3. Kontraindikasi
 Pada pasien luka bakar
 Hindari tindakan yang menimbulkan rasa malu pada pasien dan tetap menjaga kesopanan.
 Pada pasien yang koma
 Pada pasien yang terpasang alat-alat kesehatan

4. Pelaksanaan
1. Alat dan bahan
 Handuk mandi 2 buah
 Waslap 3 buah
 Sabun mandi pada tempatnya
 Selimut ekstra 1 buah
 Baskom air kecil 1 buah
 Alat rias pribadi pasien, seperti :
Bedak atau kolonye, Deodorant, Losion atau krim tubuh, Minyak zaitun
2. Cara kerja
1). Identifikasi kebutuhan pasien
2). Jelaskan tujuan dan prosedur tindakanyang akan dilakukan
3). Siapkan alat alat dan susun diatas troli
4). Dekatkan ke pasien
5). Pasang tirai untuk menjaga privasi pasien
6). Atur pasien pada posisi supine atau semifowler
7). Cuci tangan dengan prinsip bersih

29
8). Pasang selimut ekstra sambil menurunkan selimut pasien
9). Buka pakaian pasien dibawah selimut
10). Pasang handung dibawah kepala pasien
11). Wajah Basahi waslap lalu basuh wajah dan leher pasien, dimulai dari dahi. Tanyakan apakah
pasien mau menggunakan sabun wajah?
12). Basuh dan bersihkan bibir dengan arah melingkar
13). Basuh kelopak matamenggunakan air bersih dengan arah dari dalam ke luar
14). Bersihkan seluruh daun telinga dengan perlahan
15). Keringkan wajah dan telinga dengan handuk
Lengan
16). Letakan handuk memanjang pada lengan yang terjauh
17). Basahi dan sabuni lengan dengan arah dari pergelangan tangan sampai pangkal lengan atau
dari bagian bersih ke bagian yang kotor.
18). Rendam tangan pasien lalu bersihkan telapak dan kukunya menggunakan sikat dan sabun
19). Bilas dan bersihkan aeluruh lengan dengan air bersih lalu keringkan dengan handuk, setelah
kering lengan diposisikan ke arah atas
20. Pindahkan handuk ke lengan terdekat, lakukan langkah langkah yang sama pada lengan
sebelumnya
21). Dada Pindahkan handuk memanjang untuk menutupi bagian dada dan perut pasien
22). Basahi dan sabuni bagian dada hingga atas simfisis dengan arah gerakan dari dada ke
bawah atau dari yang bersih ke bagian yang kotor
23). Bilas dan bersihkan dengan air bersih lalu keringkan dengan handuk setelah kering tutup
dengan baju atau selimut bersih
24). Kaki, Letakan handuk dibawah kaki yang terjauh dari perawat
25). Basahi dan sabuni kaki tersebut dengan arah
26). gerakan dari telapak kaki ke paha atau dari bagian yang bersih ke bagian yang kotor
Rendam kaki lalu bersihkan kuku dan telapaknya dengan menggunakan sikat dan sabun
27). Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan handuk
28). Setelah kering, tutup dengan selimut bersih
Letakan handuk dibawah kaki yang terdekat dengan perawat, bersihkan dengan cara yang sama.

 Mencuci rambut pasien


1. Pengertian

30
Mencuci rambut adalah menghilangkan kotoran rambut dan kulit kepala dengan menggunakan
sampo.
2. Indikasi
1). Pasien yang rambutnya kotor dan keadaan umumnya mengizinkan.
2). Bagi pasien yang berkutu dan sebelum dicuci harus diobati dan di pasang kap kutu lebih
dulu.
3). Pasien yang akan menjalani operasi besar ( Bila keadaan umum mengizinkan).

3. Kontraindikasi
1). Apabila teridentifikasi lesi actual ketidak normalan ada kulit kepala
2). Intregritas kulit kepala berhubungan dengan gangguan parasit

4. Pelaksanaan
1). Alat dan bahan
a. Pengalas
b. Sisir biasa
c. Tisu dan tempatnya
d. Bengkok berisi larutan lisol 2-3%
e. Kantong plastic
f. Karet pengikat (jikaperlu)
g. Minya krambut (jikaperlu)
h. Peniti (jikaperlu)
i. Talang karet (perlak dan handuk yang dibuat sebagai talang)
j. Handuk 1 buah
k. Sampo
l. Kom kecil 1 buah
m. Kain kasa dan kapas bulat dalam tempatnya
n. Gayung air
o. Baskom berisi air hangat (±400 C)
p. Ember kosong
q. Kain pel.

2. Cara kerja
a. Identifikasi kebutuhan pasien

31
b. Identifikasikan tingkat kemandirian pasien terkait kemampuan mencuci rambut
c. Lakukan kontrak dengan pasien (waktu, tempat dan tindakan)
d. Informasikan tujuan dilakukannya tindakan
e. Siapkan alat-alat dan susun di troli
f. Bawa alat-alat ke dekat pasien
g. Angkat bantal, lalu pasang pengalas dan handuk di bawah kepala pasien
h. Pasang ujung rambut di atas bahu pasien
i. Atur posisi kepala pasien agar berada di pinggir tempat tidur
j. Pasang talang di bawah kepala pasien dengan ujung talang dimasukkan ke dalam ember
kosong, alasi ember dengan kain pel
k. Sisir rambut pasien
l. Tutup lubang telinga dengan kasa dan jika perlu tutup juga mata pasien
m. Basahi rambut mula dari pangkal sampai ke ujung rambut.
n. Oleskan sampo ke seluruh permukaan kulit kepala dan batang rambut kemudian usap sambai
berbusa
o. Bilas rambut sampai bersih
p. Angkat penutup telinga dan mata
q. Angkat talang masukkan karet ke dalam ember dan angkat handuk
r. Keringkan rambut dengan handuk, jika perlu dibungkus
s. Sisir rambut
t. Atur kembali posisi pasien (jika pasien pada posisi tidur, alasi bantal dengan handuk)
u. Rapikan kembali alat-alat
v. Cuci tangan
w. Observasi keadaan pasien
x. Catat tindakan yang dilakukan dan hasilnya

 Memotong kuku pasien


1. Pengertian
Memotong kuku adalah mengurangi panjang kuku tangan dan kuku kaki dengan menggunakan alat
pemotong kuku agar kotoran tidak masuk ke dalam tubuh melalui kuku sehingga kuku tetap dalam
keadaan sehat dan bersih. Menjaga kebersihan kuku merupakan aspek penting dalam
mempertahankan perawatan diri karena kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui kuku. Yang
bermanfaat mencegah infeksi, rasa nyaman pada pasien, mencegah musuknya mikroorganisme ke
dalam kuku yang panjang, bau kaki dan cidera pada jaringan lunak

32
2. Indikasi
Pada pasien yang kukunya panjang yang tidak dapat melakukan sendiri.

3. Kontraindikasi
1. Memotong kuku pasien tidak terlalu dalam
2. Pada pasien diabetes memotong kuku harus dengan hati hati karena bisa berakibat fatal

4. Pelaksanaan
1. Alat dan bahan
a. Gunting kuku dan pengikir
b. Bengkok berisi larutan lisol 2-3 % 1 buah
c. Baskom berisi air hangat (40-42˚C) 1 buah
d. Baskom berisi air bersih 1 buah
e. Handuk 1 buah
f. Pengalas perlak atau kain 1 buah
g. Sikat kuku 1 buah
h. Sabun 1 buah
i. Aseton dan kapas 1 buah
j. Lesion atau minyak 1 buah
k. Kain pel 1 buah (jika perlu)

2. Cara kerja
a. Identifikasi kebutuhan pasien.
b. Jelaskan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.
c. Siapkan alat-alat sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Cuci tangan.
e. Pasang sampiran/penutup pintu.
f. Atur posisi pasien.
g. Pasang pengalas di bawah tangan tepat pada bagian kuku yang akan dibersihkan. Bersihkan cat
kuku dengan aseton (bila pasien menggunakan cat kuku), kemudian letakkan baskom berisi air
hangat.
h. Rendam kuku tangan dengan air hangat selama 1-2 menit.
i. Sikat kuku dengan sikat khusus kuku dan sabun, lalu bersihkan dan keringkan.

33
j. Dekatkan bengkok berisi larutan lisol 2-3% kepasien. Kemudian tangan diletakkan diatasnya.
Potong kuku tangan dengan lurus dan tidak boleh sampai batas dasar kuku, kemudian kikir
pinggiran-pinggiran kuku.
k. Cuci kuku dan tangan dengan air bersih dan keringkan (jika perlu berikan lotion pada jari-jari).
l. Angkat pengalas dan pindahkan ketangan yang lainnya. Lakukan langkah-langkah sampai
dengan j
m. Atur kembali posisi pasien.
n. Rapikan alat-alat dan kembalikan ketempatnya
o. Cuci tangan.
p. Observasi keadaan pasien.
q. Cacat tindakan yang dilakukan dan hasilnya.

3.2.6 Membersihkan dan Merapikan ruangan pasien


Merapikan tempat tidur
Merapikan tempat tidur merupakan tanggung jawab perawat. Perawat menjaga kebersihan dan
kemyamanan tempat tidur. Hal ini memerlukan pemeriksaan yang sering untuk memastikan linen
tempat tidur bersih, kering, dan bebas kerutan. Perawat biasanya merapikan tempat tidur klien
setelah klien mandi, selama klien mandi atau showering, atau ketika klien keluar ruangan untuk tes
atau prosedur. Sepanjang hari perawat meluruskan linen yang menjadi tak beraturan atau berkerut.
Linen tempat tidurjuga harus diperiksa dari partikel makanan setelah makan dan menjadi basah atau
kotor. Linen tempat tidur yang basah atau kotor harus diganti.

Tujuan tindakan
Pemenuhan kebutuhan ini untuk memberi kenyamanan pada pasien dalam memenuhi
kebutuhan dirinya.

Alat dan bahan


1. Tempat tidur, kasur, dan bantal
2. Seprai besar
3. Seprai kecil
4. Sarung bantal
5. Perlak
6. Selimut

34
Prosedur kerja
1. Cuci tangan.
2. Atur tempat tidur, kasur, dan bantal.
3. Pasang seprai besar dengan garis tengah lipatan tepat di tengah kasur/tempat tidur,
bagian atas seprai dimasukkan di bawah kasur kemudian bagian bawahnya.
4. Atur sisi kedua samping seprai atau tempat tidur dengan sudut 90 derajat, lalu masukan
ke bawah kasur.
5. pasang perlak di tengah tempat tidur.
6. Pasang seprai kecil di atas perlak.
7. Lipatkan selimut menjadi 4 secara terbalik dan pasang bagian bawah, ujung selimut
masukkan ke dalam bawah kasur.
8. Pasang sarung bantal.
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
3.2.7 Mengukur Tanda-tanda vital & mengukur berat badan dan tinggi badan
Pengertian :
1. Pernafasan
menghitung jumlah pernafasan ( inspirasi yang diikuti ekspresi selaman 1 menit.
2. Nadi

menghitung frekuensi denyut nadi ( loncatan aliran darah yang dapt teraba yang terdapat di
berbagai titik anggota tubuh melalui perabaan pada nadi, yang lazim diperiksa atau diraba pada
radialis

3. Tekanan darah

35
melakukan pengukuran tekanan darah ( hasil dari curah jantung dan tekanan darah perifer
)mdengan menggunakan spygnomanometer dan sttoskop.
4. Suhu

mengukur suhu tubuh dengan mengguanakan termometer yang di pasangkan di mulut, aksila dan
rektal.
Tujuan :
1. Pernafasan
1) Mengetahui keadaan umum pasien
2) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam rentan 1 menit
3) Mengikuti perkembangan penyakit
4) Membantu menegakkan diagnosis

2. Nadi
1) Mengetahui denyut nadi selama rentan waktu 1 menit
2) Mengetahui keadaan umum pasien
3) Mengetahui intgritas sistem kardiovaskulr
4) Mengukuti perjalanan penyakit

36
3. Suhu
1) Mengetahui suhu tubuh pasien untuk menentukan tindakan keperawatan
2) Membantu menegakkan diagnosis

4. Tekanan darah
1) Mengetahui keadaan hemodinamik pasien
2) Mengetahui keadaan kesehatan pasien secara menyeluruh
Indikasi
1) Pada pasien yang baru masuk dan untuk dirawat
2) Secara rutin pada pasien yang dirawat
3) Sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan pasien
1 Persiapan alat :
1) Pernafasan
Stop watch atau jam tangan, pena dan buku
2) Nadi
Stop watch atau jam tangan, pena dan buku
3) Tekanan darah
Stotoskop, spygnomanometer, pena dan buku
4) Suhu
Termometer aksila, atau termometer mulut atau rektum, tissue, air bersih, air sabun, air
desinfektan, savlon didalam bitol, pena dan buku.
Prosedur kerja :
1. Tahap prainteraksi
1. Baca status pasien
2. Lakukan verifikasi order yang ada untuk pemeriksaan
3. Mencuci tangan
4. siapkan alat

2. Tahap orientasi
1. Menberi salam, pangil pasien dengan panggilan yang di senangi
2. Memperkenalkan nama pasien
3. Jelaskan prosedur dab tujuan tindakan pada pasien dan keluarga
4. Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk bertanya
5. Jaga privacy pasien

37
3. Tahap kerja
1. Memberikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya sebelum tindakan dimulai
2. Menggunakan sarung tangan
3. Menanyakan keluhan utama melakukan penilaian sesuai dengan prosedur
4. Melakukan kegiatan sesuai perencanaan
1. Penilaian pernafasan
1. Menjelaskan prosedur kepada pasien bila hanya khusus menilai pernafasan
2. Membuka baju pasien jika perlu untukmengobservasi gerakan dada
3. Letakan tangan pada dada, mendobservasikeadaan dan kesimetrisan gerak pernafasan
4. Menentukan irama pernafasan
5. Menghitung pernafasan slama 1 menit atau 60 detik
6. Mendengarkan bunyi pernafasan, kemungkinana ada bunyi abnormal
7. Mencuci tangan

2. Penilaian denyut nadi radialis


1. Mengatur posisi pasien dengan nyaman dan rileks
2. Menekan kulit pada area arteri radialis dengan menggunakan 3 jari yang kemudian meraba
denyut nadi
3. Menekan arteri radialis kuat dengan menggunakan jari-jari 1 menit atau 60 detik, jika tidakteraba
denyutan, jari-jari digeser kekanan atau kekiri hingga denyut nadi dapat dirasakan
4. Denyut pertama akan terasa atau teraba kuat, jika denyut hilang rabalah, tekanlah hinggadenyut
terasa kuat kembali
5. Mencuci tangan

3. Penilaian tekanan darah


1. Menyiapkan posisi pasien
2. Menyingsingkan lengan baju pasien
3. Memasang manset 1 inchi ( 2,5 cm ) diatas nadi branchialis ( melakukan palpasi nadi branchialis )
4. Mengatur tensi meter agar siapdipakai ( untuk tensi air raksa ) menghubungkan pipa tensi meter
dengan pipa manset, menutup sekrup balon manset, membuka kunci resevoir

38
5. Meletakan diafragma stotoskop diatas tempat denyut nadi tanpa menekan nadi branchialis
6. Memompa balon manset ±180 mmHg
7. Mengendorkan pompa dengan cara membuka skrup balon manset hingga melawati bunyi
denyut nadi yang terdengar terakhir
8. Pada saat mengendurkan pompa perahtikan bunyi denyut nadi pertama ( syistol ) sampai denyut
nadi terakhir ( diastol ) jatuh diangka berapa sesuai dengan sekala yang ada di tensi meter
9. Jika pengukuran belum yakin, tunggu 30 detik dan lalu lengan ditinggikan diatas jantung untuk
mengalirkan darah dari lengan setelah itu ulangi lagi, hingga merasa yakin dan mendapat hasil yang
akurat
10. Melepaskan manset
11. Mengembalikan posisi pasien dengan senyaman mungkin
12. Mencuci tangan

4. Penilaian suhu pada aksila


1. Mengamati angka yang di tunjuk air raksa dengan benar
2. Menurunkan air raksa bila perlu
3. Mengatur posisi pasien
4. Meletakan termimeter di ketiak tangan kanan atau tangan kiri dengan posisi ujung termometer
dibawah kemudian pasien disuruh menjepit termometer dengan cara tangan kanan atau tangan kiri
memegang bahu secara bersilangan
5. Menunggu sekitar 5 menit
6. Mengambil termometer setelah 5 menit kemudian mengelap termometer dengan cara berputar
dari urutan yang paling bersih keurutan yang paling kotor
7. Menbaca hasil pengukuran suhu yang ditunjukan air raksa dengan segera
8. Merapikan baju dan posisi pasien senyaman mungkin
9. Mencelupkan termometer dengan urutan air savlon, air sabun dan bilas dengan sir bersih
10. Mengeringkan termometer dengan menggunakan tissue
11. Mengembalikan atau menurunkan posisi air raksa
12. Mencuci tangan

4. Tahap terminasi
1. Menanyakan kepada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan
2. Menyimpulkan prosedur yang telah dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

39
4. Berikan penghargaan sesuai dengan kemampuan pasien
5. Mengakhiri kegiatan dengan memberikan salam

5. Dokumentasi
Catat seluruh hasil kegiatan tindakan dalam buku, beri waktu pelaksanaan kegiatan dan tanda
tangan perawat jaga.
3.2.8 Melaksanakan prosedur kesehatan keselamatan kerja
Alat pelindung Diri (APD)
Pendahuluan
• Pengguanaan APD (alat pelindung diri ) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan
standar
• Penggunaan APD perlu pengawasan , krn dengan penggunaan APD yg tdk tepat akan
menambah cost
Pengertian APD
Adl seperangkat alat yg digunakan oleh tenaga kerja utk melindungi seluruh / sebagian tubuhnya
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/ kecelakaan kerja
Tujuan penggunaan APD
Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan darah , semua jenis cairan tubuh ,
sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien.

Jenis Alat Perlengkapan Diri


• TOPI
• SARUNG TANGAN
• MASKER
• KACA MATA/ PELINDUNG WAJAH
• BAJU KERJA / CELEMEK / SKORT
• SEPATU KARET / BOT
PENUTUP KEPALA|
Tujuan :
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat –alat
daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala / rambut petugas dari percikan bahan
bahan dari pasien
Manfaat penutup kepala
• Petugas

40
• terhindar dari paparan / percikan darah dan cairan tubuh
• Pasien
• Mencegah jatuhnya mikroorganisme dari rambut dan kulit petugas kepada pasien
Indikasi Pemakaian Tutup Kepala
• Tindakan operasi
• Tindakan invasif
• Tindakan intubasi
• Penghisapan lendir

Sarung tangan
Tujuan : Melindungi tangan dari kontak dengan darah , cairan tubuh, sekret, ekskreta, mukosa, kulit
yang tidak utuh, dan benda yang terkontaminasi
Jenis sarung tangan
• Sarung tangan bersih
• Sarung tangan steril
• Sarung tangan rumah tangga
Indikasi
Tindakan yang kontak atau yang diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah , cairan tubuh ,
sekret, ekskreta , kulit yang tidak utuh , selaput lendir pasien dan benda yang terkontaminasi

Manfaat Pemakaian Sarung Tangan


• Petugas : Mencegah kontak tangan dengan darah , cairan tubuh, benda yang terkontaminasi
• Pasien : Mencegah kontak mikroorganisme dari tangan petugas memakai sarung tangan
steril
Persiapan alat
• Sarung tangan steril
• Bengkok berisi larutan desinfektan
Tahap kerja
• Mencuci tangan
• mengambil sarung tangan
• Memasukkan jari jari tangan sesuai dgn jari jari sarung tangan
• Lakukan juga dengan tangan yang lain
• Melepas sarung tangan , kmd masukkan kedalam bengkok berisi larutan desinfekatan
• Mencuci tangan

41
Sikap
• Menjaga kesterilan sarung tangan
• Tidak menyentuh benda benda lain ( yang tidak steril )
Hal yang harus diperhatikan pd penggunaan sarung tangan
• Cuci tangan sebelum memakai dan sesudah melepaskan sarung tangan
• Gunakan sarung tangan berbeda utk setiap pasien
• Pahami tehnik memakai dan melepaskan sarung tangan
skort/ jas/ celemek
Tujuan :
Melindungi petugas dari kemungkinan genangan / percikan darah atau cairan tubuh lainnya yang
dpt mencemari baju petugas
Jenis
• Tidak kedap air
• Kedap air
• Steril
• Non steril
Persiapan
• Celemek
• Kantong cucian ( ember pakaian kotor )
Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Memakai celemek / skort menutupi semua pakaian luar
3. Melepas skort dgn bagian dlm disebelah luar
4. Masukkan ke dlm kantong cucian / ember
5. Mencuci tangan
Sikap
• Skort yang akan dipakai bersih dan tali/kancingnya lengkap
• Sesuai dengan ukuran
• tdk memakai skort diluar kamar pasien
• Mengganti skort yang basah
• menghindari kontaminasi
• Skort dipakai hanya satu kali
Memakai Masker

42
Manfaat Masker
• Petugas : mencegah membran mukosa petugas terkena kontak dgn percikan darah dan
cairan tubuh Pasien mencegah kontak droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung
mikroorganisme saat bicara , batuk ,bersin.

PERSIAPAN
• MASKER
• TEMPAT MASKER
• LARUTAN DESINFEKTAN
Tahapkerja
Memasang masker
• Memasang masker menutupi hidung dan mulut à mengikat tali talinya
• bagian atas lewat atas telinga ke blkg kpl
• bag bawah di belakang leher
Menanggalkan masker
• Menanggalkan masker dg melepaskan tali talinya
• Masker dilipat dgn kedua permukaan dalamnya bertemu
• Madker dimasukkan ke tempat khusus / direndam dg larutan desinfektan
Sikap
• Masker dipakai satu kali
• Jika sdh lembab harus digantià tdk efektif lagi
• Jangan menggantung masker di leher dan kmd dipakai lagi
• Tidak memakai masker ke luar dari lingkungan pasien
Sepatu pelindung
• Tujuan : Melindungi kaki petugas dari tumpahan / percikan darah , cairan tubuh lainnya dan
mencegah dari kemungkinan tudukan benda tajam / kejatuhan alat kesehatan
• Sepatu karet / plastik yg menutupi seluruh ujung dan telapak kaki
• Sepatu pelindung hrs digunakan selama didlm ruang operasi dan tidak boleh dipakai ke luar
• Sandal , sepatu terbuka dan telanjang kaki tidak dianjurkan
3.2.9 Melaksanakan mobilisai pasif terhadap klien/pasien

2. Posisi fowler
Pengertian

43
adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau
dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
pernapasan pasien.
Tujuan
 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
 Meningkatkan rasa nyaman
 Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru.
 Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap.

Indikasi
 Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
 Pada pasien yang mengalami imobilisasi

Alat dan bahan :


 Tempat tidur khusus
 Selimut

Cara kerja :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Dudukkan pasien
 Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat tidur.
 Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
 Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.
3. Posisi semi fowler
Pengertian
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat

Tujuan
 Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
 Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan

Cara / prosedur
 Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
 Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas klien lumpuh

44
 Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan lutut dari tempat
tidur yang rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital ( di bawah lutut )
4. Posisi Sim
Pengertian
Posisi Sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan
dan memberikan obat melalui anus (supositoria).

Tujuan :
 Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
 Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
 Memasukkan obat supositoria
 Mencegah dekubitus

Indikasi :
 Untuk pasien yang akan di huknah
 Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus

Alat dan bahan :


 Tempat tidur khusus
 Selimut

Cara kerja :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengah
telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
 Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.
 Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan
paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
 Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur.

5. Posisi Trendelenburg
Pengertian

45
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian
kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

Alat dan bahan :


 Tempat tidur khusus
 Selimut

Indikasi :
 Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
 Pasien shock
 Pasien hipotensi.

Cara kerja :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengan
telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
 Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.
 Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan
paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
 Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur

6. Posisi Dorsal Recumbent


Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi (ditarik atau direnggangkan)
diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta pada proses
persalinan.

Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.

Indikasi :
 Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
 Untuk persalinan

46
Alat dan bahan :
 Tempat tidur
 Selimut

Cara kerja :
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung tempat tidur
pasien dan berikan bantal dibawah lipatan lutut
 Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan
meninggikan bagian kaki pasien.
7. Posisi Litotomi
Pengertian
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut.
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
Indikasi :
 Untuk ibu hamil
 Untuk persalinan
 Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi

Alat dan bahan :


 Tempat tidur khusus
 Selimut

Cara kerja:
 Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah perut
 Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
 Letakkan bagian lutut / kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
 Pasang selimut

8. Posisi Genu pectrocal / Knee chest


Pengertian

47
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian alas
tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.

Tujuan :
 Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
 Indikasi :
 Pasien hemorrhoid
 Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

Cara kerja :
 Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada mencmpel pada
kasur tempat tidur.
 Pasang selimut pada pasien

3.2.10 Menunjukan kemampuan mengasuh bayi sesuai dengan tingkat perkembangan

48
3.2.11 Menunjukan kemampuan melakukan komunikasi terapeutik
1. Tahap Pre-interaksi
Tahap pertama ini merupakan tahap dimana perawat belum bertemu dengan pasien. Tugas perawat
dalam tahap ini adalah menggali perasaan, fantasi dan rasa takut dalam diri sendiri; menganalisis
kekuatan dan keterbatasan profesional diri sendiri; mengumpulkan data tentang klien jika
memungkinkan; dan merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien.
2. Tahap orientasi

49
Yakni tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien. Tugas perawat dalam tahap ini
meliputi: menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan; membina rasa percaya, penerimaan dan
komunikasi terbuka; menggali pikiran, perasaan dan tindakan-tindakan klien; mengidentifikasi
masalah klien; menetapkan tujuan dengan klien; dan, merumuskan bersama kontrak yang bersifat
saling menguntungkan dengan mencakupkan nama, peran, tanggung jawab, harapan, tujuan, tepat
pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk terminasi dan kerahasiaan.

3. Tahap kerja
Tahap komunikasi terapeutik yang ketiga ini adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan
komunikasi. Tugas perawat pada tahap ini adalah menggali stresor yang relevan; meningkatkan
pengembanganpenghayatan dan penggunaan mekanisme koping klien yang konstruktif; serta
membahas dan atasi perilaku resisten.

i. Memberikan penyuluhan kesehatan


Dalam melakukan penyuluhan kesehatan kita harus melakukan persiapan supaya penyuluhan
berlangsung sesuai dengan apa yang kita inginkan dan rencanakan.

Persiapan penyuluhan kesehatan :


adapun yang harus dipersiapkan dalam melakukan penyuluhan kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Tempat
Lokasi dimana akan dilakukan penyuluhan, dimana penentuan tempat ini harus disusuaikan dengan
jumlah orang atau warga yang akan diberi penyuluhan.

2. Materi
Bahan yang akan diberikan dalam penyuluhan, agar dalam pelaksanaan penyuluhan dapat berjalan
dengan lancar.

3. Media
Yang dimaksud media pendidikan adalah alat Bantu pendidikan. Disebut media pendidikan karena
alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan kesehatan bagi masyarakat.
Berdasar fungsinya sebagai penyalur pesan, dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Media cetak

50
• Booklet adalah suatu media menyampaikan pesan kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan
maupun gambar
• Leaflet, suatu media menyampaikan pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat, dapat
berupa kalimat atau gambar.
• Flyer/selebaran ialah seperti leaflet tetapi tidak dilipat
• Flipchart/ lembar balik : suatu media menyampaikan pesan kesehatan dalam bentuk lembar
balik, bentuk buku berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau
informasi berkaitan dengan gambar tersebut.
• Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/ informasi kesehatan yang biasa
ditempel ditembok-tembok, ditempat umum atau kendaraan umum.
2. Media elektronik
• TV , Radio
• Video
• Slide dan lain-lain.
3. Media papan/papan tulis
Papan tulis biasanya ditempel ditempat umum atau kelas (tempat yang akan diadakan penyuluhan)
4. Jenis atau Metode Pelaksanaan penyuluhan kesehatan
1). Ceramah – Diskusi
Ceramah adalah salah satu cara dalam penyuluhan kesehatan dimana kita menerangkan atau
menjelaskan sesuatu dengan lisan disertai dengan Tanya jawab (diskusi) kepada sekelompok
pendengar, serta dibantu oleh beberapa alat peraga yang dianggap perlu.

Ciri-ciri ceramah :
• Ada sekelompok pendengar yang sudah dipersiapkan
• Ada suatu ide yang akan disampaikan dengan lisan (uraian lisan)
• Ada kesempatan bertanya bagi pendengar, yang harus dijawab oleh penceramah.
• Ada alat-alat peraga yang dipakai untuk menjelaskan sesuatu yang sudah dijelaskan.
2). Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara penyajian pengertian atau ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk
memperlihatkan bagaimana cara menjelaskan suatu prosedur. Cara penyajian ini disertai dengan
penjelasan-penjelasan lisan atau dengan menggunakan alat peraga adan Tanya jawab.
Dalam demonstrasi pelatih menunjukkan, memepragakan dalam mengerjakan sesuatu hal atau
kegiuatan, misalnya :
• Memilih sayuran yang baik yang mengandung vitamin A

51
• Memperagakan pembuatan larutan gula garam
"Note : dalam demonstrasi, pelatih mengerjakan dulu kemudian diikuti oleh peserta, dan dalam
memperagakan contoh atau bahan, pelatih diharapkan berdiri lebih dekat dengan peserta".
3). Simulasi
Simulasi adalah suatu metode untuk menyiapkan situasi yang nyata dalam kelas dimana peserta
melakukan suatu kegiatan dalam keadaan yang mirip keadaan sesungguhnya. Misalnya : peserta
bertindak sebagai seorang kader dalam rangka memberikan penyuluhanperorangan kepada ibu
balita, ibu hamil.
4). Bermain Peran
Bermain peran adalah bentuk sederhana dimana peserta memerankan suatu tokoh tertentu dan
berbuat seperti dalam kenyataan. Karena tidak ada scenario maka mereka terpaksa berbuat sesuai
dengan pendapatnya. Peserta kemudian mencoba mengambil makna sandiwara untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
5). Curah Pendapat
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi
kelompok. Bedanya pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah
kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (cara pendapat). Tanggapan ditampung
dengan ditulis pada papan tulis atau flipchart. Sebelumnya tidak boleh diberi komentar apapun oleh
siapapun, baru setelah semua memberikan komentar tiap anggota dapat mengomentari akhirnya
terjadilah diskusi.

Langkah - Langkah dalam melakukan penyuluhan kesehatan


Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan penyuluhan
sesuai dengan langkah – langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat sebagai berikut (Effendy,
1998) :

1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.


2. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat.
3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan kesehatan
masyarakat.
4. Menyusun perencanaan penyuluhan
• Menetapkan tujuan
• Penentuan sasaran
• Menyusun materi / isi penyuluhan

52
• Memilih metoda yang tepat
• Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan
• Penentuan kriteria evaluasi.
5. Pelaksanaan penyuluhan
6. Penilaian hasil penyuluhan
7. Tindak lanjut dari penyuluhan

Sasaran dan Target


1). Sasaran : Cakupan area warga yang akan diberi penyuluhan
2). Target : misalnya ibu hamil atau lansia

Strategi Pelaksanaan
Dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kita harus mengatur strategi dalam hal ini menentukan
kapan dan penentuan waktu dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan supaya penyluhan
kesehatan dapat terselenggara dengan baik. adapun hal yang harus diatur dan ditentukan dengan
pas adalah sebagai berikut :

1). Hari
2). Tanggal
3). Waktu

ii. Mengobservasi/Melakukan perawatan luka


1. Perawatan Luka Dengan Balutan Basah Dan Lembap (Kompres)
Pengertian
Tindakan perawatan luka dan kompres yang membutuhkan balutah basah atau lembap
Tujuan

53
1. Mencegah, membatasi, atau mengontrol infeksi
2. Mengangkat jaringan nekrotik untuk meningkatkan penyembuhan luka
3. Menyerap drainase (eksudat)
4. Mempertahankan lingkungan luka yang lembap
5. Mengompres mata
Indikasi
1. Luka kronis dan banyak drainase/ pus
2. Luka yang banyak kehilangan jaringan kulit.

Persiapan alat
1. Satu set steril sesuai kebutuhan
2. Plester
3. Kasa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
4. Sarung tangan bersih
5. Sarung tangan steril
6. Larutan normal saline steril (NaCl 0,9%)
7. Kantong sampah infeksius
8. Perlak dan alasnya
9. Tempat penyimpanan barang steril, seperti bengkok (piala ginjal) dan mangkuk steril
(kopyes) diatas troli
Prosedur
1. Cek instruksi dokter dan rencana perawatan
2. Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli
3. Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur
4. Berikan privasi
5. Tinggikan tempat tidur dan turunkan penghalang tempat tidur untuk bekerja di samping
pasien
6. Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang kotor di dekat pasien
7. Cuci tangan
8. Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti balutan
9. Pakai sarung tangan bersih (tidak steril)
10. Lepaskan plester ke arah luka atau buka ikatan balutan
11. Tuang larutan normal saline pada balutan

54
12. Lepaskan kasa satu per satu, lalu buang ke kantong plastik
13. Lepaskan sarung tangan
14. Buka set steril dengan tetap mempertahankan kesterilan alat
15. Tuang larutan normal saline ke dalam kopyes dan letakkan beberapa potong kasa di daerah
steril tersebut
16. Pakai sarung tangan steril
17. Bersihkan area luka menggunakan kasa, tekan kasa pada daerah depresi atau lubang
18. Kaji luka, ukur, identifikasi tipe dan tentukan apakah ada tanda-tanda infeksi
19. Bentangkan kasa lembap dan basa dalam lapisan tunggal dan tempatkan di bagian atas
menutupi seluruh area
20. Kemudian tutup dengan kasa kering pada balutan untuk menahannya
21. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam kantong sampah infeksius
22. Plester hanya pada bagian ujung-ujung balutan, plester montgomeri dapat digunakan untuk
mencegah iritasi kulit yang berlebihan dan kerusakan yang disebabkan oleh ganti balutan yang
sering. Untuk daerah tertentu, dapat ditambah gulungan perban untuk memperkuat fiksasi
23. Kembalikan pasien ke posisi semula. Turunkan tempat tidur dan kembali naikkan penghalang
tempat tidur
24. Buang materi yang kotor ke dalam wadah yang tepat (sampah infeksius)
25. Cuci tangan
26. Bereskan alat-alat
27. Catat dalam rekam medik

2. Perawatan Luka Dengan Balutan Kering


Pengertian
Tindakan pembersihan luka dan penggantian balutan kering
Tujuan
1. Mencegah infeksi sekunder
2. Luka bersih dan kering
3. Meminimalkan mikroorganisme

Indikasi
Untuk luka atau insisi pembedahan yang mempunyai drainase minimal dan tidak ada jaringan yang
hilang

55
Persiapan alat
1. Satu alat steril sesuai kebutuhan
2. Plester
3. Kasa steril dalam tempatnya, perban bila perlu
4. Sarung tangan bersih
5. Sarung tangan steril
6. Larutan normal saline steril (NaCl 0,9 %)
7. Kantong sampah infeksius
8. Perlak dan alasnya
9. Tempat penyimpanan barang steril, seperti bengkok (Piala ginjal) dan mangkuk steril
(Kopyes) diatas troli

Prosedur
1. Cek instruksi dokter dan rencana perawatan
2. Siapkan alat-alat, termasuk peralatan steril di meja/troli
3. Identifikasi pasien, jelaskan tujuan dan prosedur
4. Berikan privasi
5. Tinggikan tempat tidur dan turunkan penghalang tempat tidur untuk bekerja di samping
pasien
6. Tempatkan kantong untuk meletakkan balutan yang kotor di dekat pasien
7. Cuci tangan
8. Bentangkan perlak di bawah daerah yang akan diganti balutan
9. Pakai sarung tangan bersih (tidak steril)
10. Lepaskan plester ke arah luka atau buka ikatan balutan
11. Tuang larutan normal saline pada balutan
12. Lepaskan kasa satu per satu, lalu buang ke kantong plastik
13. Lepaskan sarung tangan
14. Buka set steril dengan tetap mempertahankan kesterilan alat
15. Tuang larutan normal saline ke dalam kopyes dan letakkan beberapa potong kasa di daerah
steril tersebut
16. Pakai sarung tangan steril
17. Bersihkan area luka menggunakan kasa, tekan kasa pada daerah depresi atau lubang
18. Kaji luka, ukur, identifikasi tipe dan tentukan apakah ada tanda-tanda infeksi

56
19. Jika ada selang drain, bersihkan area drain dan sekitar area dengan gerakan sirkulasi
(memutar kearah luar). Jangan menggunakan zat kimia sitotoksik atau yang berbahaya
20. Pasang beberapa kasa pada drain
21. Tutup daerah luka dengan kasa steril
22. Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke dalam kantong sampah infeksius
23. Plester hanya pada bagian ujung-ujung balutan, plester montgomeri dapat digunakan untuk
mencegah iritasi kulit yang berlebihan dan kerusakan yang disebabkan oleh ganti balutan yang
sering. Untuk daerah tertentu, dapat ditambah gulungan perban untuk memperkuat fiksasi
24. Kembalikan pasien ke posisi semula. Turunkan tempat tidur dan kembali naikkan penghalang
tempat tidur
25. Buang materi yang kotor ke dalam wadah yang tepat (sampah infeksius)
26. Cuci tangan
27. Bereskan alat-alat
3.3 Kasus
3.3.1 Cerita tentang Proses pengambilan kasus pada pasien Anak yang mengidap
ISPA.
“ 15 JANUARI 2018, Adalah hari pertama saya dan teman-teman seangkatan
berada di Puskesmas Tapa dengan dalam rangka memenuhi tujuan selanjutnya sebagai siswa
SMK yang dengan jurusan KEPERAWATAN, otomatis tempat yang akan menjadi lokasi
praktek adalah tak lain Puskesmas Tapa yang berlokasi di desa kramat, Kecamatan Tapa
Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.
Peserta Prakerin (Praktek Kerja Industri) berjumlah 5 Orang dengan saya
sendiri. Diantara semua peserta Prakerin adalah siswi. Jadi, keakraban kami sangat bertambah
saat di Lokasi Prakerin. Hari-hari pertama di Lokasi Prakerin terasa sangat lambat,
maklumlah masih pertama jadi merasa tidak betah, namun saat itu kami mulai belajar
beradaptasi dengan lingkungan kerja yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tapa.
Tak ketinggalan setiap kegiatan pasti kami di bimbing oleh senior/CI yang
berstatus sebagai Pegawai dan karayawan/Karyawati yang ada di Puskesmas Tapa, sampai
tiba saatnya kami teringat bahwa salah satu yang akan menjadi persyaratan saat selesai dari
Prakerin adalah membuat laporan dari segala kegiatan yang telah kami lalui di Lokasi
Prakerin. Yaitu dengan mengangkat suatu kasus yang akan menjadi bahan atau acuan untuk
di bahas di sebuah Laporan dan tentunya berkaitan dengan Kesehatan.
Kami berlima pun meminta bimbingan dari senior yang ada di Puskesmas
Tapa tentang 10 penyakit menonjol yang ada di Puskesmas Tapa itu sendiri, dan kemudian

57
kami pun mulai memilih kasus apa saja yang layak untuk di bahas di laporan nanti saat
selesai Prakerin, lalu kami sudah mendapatkan satu per satu Kasus yang akan di bahas di
laporan. Saya sendiri sangat tertarik dengan salah satu kasus/penyakit yaitu DIARE.
Kasus DIARE sendiri adalah penyakit tertinggi yang berada di wilayah
kerja puskesmas, terlebih-lebih yaitu di Desa Talulobutu dengan jumlah penderitanya setiap
waktu pasti meningkat.
A. Kasus
a. Tanggal : 26-02-2018
b. Di : Puskesmas : Tapa
c. Biodata
 Identitas
Nama Ibu :Ny.
Nama Ayah :Tn.
Nama Pasien : An. M.B.D
Umur : 1 tahun 3 bulan
Agama : Islam
Alamat : Desa Talumopatu
 Riwayat kesehatan
Keluhan Utama : BAB Cair
Riwayat keluhan / Penyakit / Operasi, yang telah dialami sebelumnya : -
 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Nampak Lemas
Palpasi : Demam
 Pemeriksaan Laboratorium : -
 Diagnosa Dokter : DIARE
 Terapi : - Zinc 1x1
-Garam Oralit 4 bungkus
- Cotrimoksazole 2x1

58
BAB VI

59

Anda mungkin juga menyukai