Anda di halaman 1dari 30

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN TENTANG HIPERTENSI

HUBUNGAN GAYA HIDUP DAN KEPRIBADIAN DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI DI KELURAHAN MATTIRO WALIE
KECAMATAN TANETE RIATTANG BARAT KABUPATEN BONE

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

NAMA : KARTINA
NIM : 11 14201 007

STIKES PUANGRIMAGGALATUNG BONE


2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga proposal penelitian yang berjudul “hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan

kejadian hipertensi di kelurahan Mattiro Walie Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten

Bone“ . Penyusunan proposal penelitian ini diajukan untuk memenuhi tugas Riset Keperawatan.

Penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak A.Pasinringi,SKM.M.kes ,M.Epid, selaku

dosen yang telah memberikan bimbingan. Penulis memahami sepenuhnya bahwa proposal ini tak
luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi

perbaikan di masa mendatang. Semoga proposal ini dapat memberikan inspirasi bagi para

pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga proposal penelitian ini

bermanfaat.

Watampone, 23 november 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone tahun 2013 kejadian hipertensi yaitu

45.187 kejadian terdiri dari 41.981 (92,9%) hipertensi primer dan 3.206 (7,1%) hipertensi

sekunder. Sementara kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie

dari tahun ke tahun pun mengalami peningkatan. Jumlah pasien baru hipertensi di wilayah kerja

PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie menunjukan kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2011

tercatat terdapat 671 kasus hipertensi, sedangkan pada tahun 2012 kejadian hipertensi meningkat

menjadi 732 kasus dan pada tahun 2013 terjadi lagi peningkatan kasus hipertensi menjadi 912

kasus. Peningkatan kasus hipertensi yang terjadi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro

Walie ini perlu mendapatkan perhatian yang serius.


Tingginya kejadian hipertensi di tengah-tengah masyarakat perlu dikaji secara mendalam

dan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pentingnya kajian mengenai hipertensi ini

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan gaya hidup dan

kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie

Kabupaten Bone Tahun 2014”.

B. Rumusan masalah

1. Apakah ada hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi ?

2. Bagaimana pengaruh gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi ?

3. Bagaimana pola gaya hidup dan kepribadian yang baik ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di

wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro

Walie Kabupaten Bone tahun 2014

b. Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di

wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014

c. Diketahuinya pola gaya hidup dan kepribadian yang baik

D. Manfaat

1. Bagi PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan mengenai

perilaku kesehatan masyarakat khususnya gaya hidup dan kepribadian di wilayah kerja

PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie sehingga menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan

kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk mencegah hipertensi melalui perilaku hidup

sehat.

2. Bagi Pasien Hipertensi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai

kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan ilmiah

yang bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya tentang

penyakit hipertensi.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang penyakit

hipertensi dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya serta menambah pengalaman dalam

melakukan penelitian di lapangan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
1. Defnisi
a. Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan

tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006).

b. Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai

dengan peningkatan tekanan darah. (Marliani, 2007).

c. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di

atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. (Rohaendi, 2008).

2. Etiologi

Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi adalah terjadinya perubahan – perubahan

pada :

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

3. Jenis hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,

yaitu:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer


Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak 90-95 persen

kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar

menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan

para pakar juga menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik)

dengan resiko untuk juga menderita penyakit ini.

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10 persen kasus

sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung,

diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur

akan memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat

vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang

berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai

respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi.

5. Klasifikasi hipertensi

a. Klasifikasi hipertensi menurut JNC (Joint National Committee On Prevention, Detection,

Evaluation, And The Treatment Of High Blood Pressure), yang dikaji oleh 33 ahli hipertensi

nasional Amerika Serikat. Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang

sebelumnya dipertimbangkan normal ternyata dapat menyebabkan peningkatan resiko

komplikasi kardiovaskuler.

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII

Klasifikasi
Tekanan darah Sistol Tekanan darah Diastol
tekanan
(mmHg) (mmHg)
darah

Normal < 120 Dan < 80


Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi
140-159 Atau 90-99
stadium 1
Hipertensi
> 160 Atau > 100
stadium 2

(Sumber: Crea, 2008:8)


b. WHO dan ISHWG (International Society Of Hypertension Working Group) mengelompokkan

hipertensi ke dalam klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi

sedang, dan hipertensi berat yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Kategori Sistol Diastol


Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal – tinggi 130 – 139 85 – 89
Tingkat 1 (hipertensi
140 – 159 90 – 99
ringan)
140 – 149 90 – 94
Sub grup: perbatasan
Tingkat 2 (hipertensi
160 – 179 100 – 109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi
≥ 180 ≥ 110
berat)
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub-gruo: perbatasan 140 – 149 < 90

(Sumber: Crea, 2008:9)

c. Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan pedoman penanganan

hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman Negara maju dan Negara tetangga. Dan

klasifikasi hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik dan diastolic dengan

merujuk hasil JNC 7 dan WHO yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi Hasil Consensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia

Tekanan darah Sistol Tekanan darah


Kategori tekanan darah
(mmHg) Diastol (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120 – 139 Atau 80-89
Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90-99
Hipertensi stadium 2 > 160 Atau > 110
Hipertensi sistol
≥ 140 < 90
terisolasi

(Sumber: Crea, 2008:9)

6. Manifestasi klinis
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :

a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala


b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i. Rasa berat di tengkuk
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan ( keluar darah dari hidung).
7. Faktor yang mempengaruhi hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak
dapat dikontrol, antara lain:

a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :


1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari
penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause
dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah
dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya
sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55
tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis
kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih
banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah
wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).

2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia
lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada
usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-
benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada
wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya
perubahan hormon sesudah menopause.

Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah
produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat
dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku,
arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena
hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %
dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi
akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat
meningkatkan risiko hipertensi

3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu

mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium

intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua

dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada

orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%

kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009).

Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007). Menurut Rohaendi (2008), mengatakan

bahwa Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari

orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang

sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan

darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.

b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:

1) Obesitas

Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga

mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas,itu sebabnya berat badan

meningkat.

Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan

dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

Berat Badan (kg)

IMT = ------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

2) Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena

olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan

darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung

harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.Kurangnya aktivitas

fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.
Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung

mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus

memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki

selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah.

Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak

menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan

wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan

sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran

arteri (Rohaendi, 2008).

3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan
peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari
Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak
ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek
merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari.
Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15
batang perhari (Rahyani, 2007).

4) Mengkonsumsi garam berlebih


Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi.
Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram
yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-
organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu
faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).

6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung
75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah
5 -10 mmHg.

7) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat
yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi
aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,
ekonomi, dan karakteristik personal

8. Komplikasi
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih

keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih

cepat. Berikut beberapa kompliasi hipertensi,antara lain :

a. Penyakit jantung koroner dan arteri

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras,

terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang

mengeras ini.

b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi

memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau

system listrik jantung.

c. Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu

tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi

pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian.

Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang

sudah menyempit.

d. Kerusakan ginjal

Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi

sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih

sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan

cangkok ginjal baru.

e. Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata

menjadi kabur atau kebutaan.

9. Pencegahan hipertensi

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang

baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara

sebagai berikut:

1. Mengurangi konsumsi garam.


Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap

hari.

2. Menghindari kegemukan (obesitas).

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak

berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.

3. Membatasi konsumsi lemak.

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar

kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding

pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh

nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan

secara tidak langsung memperparah hipertensi.

4. Olahraga teratur.

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan endapan

kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua

sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda.

Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi,

karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.

5. Makan banyak buah dan sayuran segar.

6. Tidak merokok dan minum alkohol.

7. Latihan relaksasi atau meditasi.

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.

8. Berusaha membina hidup yang positif.

10. Makanan yang diperbolehkan


Makanan yang diperbolehkan ,antara lain :

a. Bayam

Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya melindungi dari penyakit

jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan darah.

b. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah mengandung magnesium dan

potasium. Potasium dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah tinggi.

c. Pisang

Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan darah lebih sehat.

Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit jantung.

Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu mencegah

tekanan darah tinggi.

d. Kedelai

Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan Anda. Salah satunya

dalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang

sangat bermanfaat bagi kesehatan.

e. Kentang

Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat. Padahal kandungan

mineral, serat dan potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan

tekanan darah.

f. Coklat pekat

Pecinta cokelat pasti akan senang, karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu

menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat oksida membuat
sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran darah

meningkat.

11. Makanan yang tidak diperbolehkan

Makanan yang diperbolehkan ,antara lain :

a. Roti, kue yang dimasak dengan garam dapur atau soda.

b. Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan dengan menggunakan

garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan kaleng, kornet, dan ebi.

c. Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi asin, asinan, acar.

d. Garam dapur, soda kue, baking powder , MSG (penyedap rasa).

e. Margarin dan mentega biasa.

f. Bumbu yang mengandung garam dapur yaitu terasi, kecap, saus tomat, petis, tauco.

B. Konsep Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia

dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan

kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari

luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif maupun aktif (melakukan

tindakan) (Maulana, 2009).

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, yang

mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir,

persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat

diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2007). Perilaku dan gejala yang

tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama

perilaku manusia. Faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan
perilaku makhluk hidup itu selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan

untuk perkembangan perilaku tersebut (Sudarma, 2008).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada diri manusia

baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku yang penting dan mendasar bagi

manusia adalah perilaku kesehatan.

C. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan. Becker (1979) dalam

Notoatmodjo (2007), membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yang terdiri dari:

1. Perilaku Hidup Sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang mencakup antara lain:

a. Makan dan menu seimbang (appropriate diet)

b. Olahraga teratur

c. Tidak merokok

d. Tidak minum-minuman keras dan narkoba

e. Istirahat yang cukup

f. Mengendalikan stress

g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti

pasangan dalam hubungan seks.

2. Perilaku sakit (IIInes behaviour)


Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya

terhadap sakit, pengetahuan tentang gejala dan penyebab penyakit, dan sebagainya.

3. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang harus

diketahui oleh orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya).

D. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat

dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan

lingkungannya (Sakinah, 2002). Menurut Lisnawati (2006) gaya hidup sehat menggambarkan

pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial

berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian

berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan

terampil dalam mengelola stres yang dialami.

E. Kepribadian

Kepribadian merupakan sejumlah pola tingkah laku yang aktual dan potensial yang

ditentukan oleh bawaan dan lingkungan yang dihubungkan melalui interaksi fungsional dari

aspek kognitif dan afektif ke dalam pola tingkah laku. Sadli (2004) mengemukakan bahwa

kepribadian adalah proses be coming, yaitu suatu proses dinamis yang berkelanjutan dimulai

sejak individu dilahirkan sampai ia meninggal.

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati dan

diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian

ini faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi yang diteliti adalah gaya hidup dan
kepribadian. Hal tersebut diangkat dari teori perilaku bahwa kedua faktor tersebut merupakan

faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang untuk mencapai derajat

kesehatannya. Artinya bahwa penyakit hipertensi yang berkembang saat ini diakibatkan oleh

gaya hidup dan kepribadian seseorang dalam berperilaku hidup sehat. Berdasarkan hal tersebut

maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

(Independen) (Dependen)

Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

memiliki atau yang didapatkan oleh satuan-satuan penelitian tentang suatu konsep tertentu

(Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable independen (variabel

bebas) dan variable dependen (variabel terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

gaya hidup dan kepribadian, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian

hipertensi.

Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian

Hipertensi

Definisi Cara Alat Skala


No Variabel Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
1 2 3 4 5 6 7
1 Gaya Pola hidup Ang Kuisi0 = Berisiko, jika memiliki Ordina
hidup seseorang di ket oner kebiasaan merokok/ l
dunia yang minum beralkohol/
diekspresikan minum kopi/ kurang
dalam aktifitas, olah raga
minat dan 1 = Tidak berisiko, jika
opininya tidak memiliki
kebiasaan merokok,
minum beralkohol,
minum kopi dan
kebiasaan olah raga
teratur

1 2 3 4 5 6 7
2 Kepribadi Karakteristik Ang Kuisi0 = Kepribadian introvert Nomin
an seseorang yang ket oner1 = Kepribadian ekstrovert al
menyebabkan
munculnya
konsistensi
perasaan,
pemikiran, dan
perilaku
3 Kejadian Keadaan Ang Kuisi0 = Hipertensi, jika Ordina
Hipertens responden ket oner tekanan darah > 140/90 l
i dengan tekanan mmHg
darah > 140/90 1 = Tidak hipertensi, jika
mmHg tekanan darah < 140/90
mmHg

Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di wilayah PosKesDes Kelurahana

Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.

2. Ada hubungan antara kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes

Kelurahana Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Desain dan jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan

case control yaitu suatu penelitian dimana efek (penyakit atau status kesehatan)

diidentifikasikan pada saat ini, kemudian faktor resiko diindentifikasi adanya atau terjadinya

pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2005).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam

penelitian ini adalah penduduk yang ada di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie.

Populasi dalam penelitian ini terbagai menjadi dua kelompok yaitu populasi kontrol dan populasi

kasus. Populasi kasus adalah penduduk yang mempunyai hipertensi. Sedangkan populasi

kontrolnya adalah penduduk yang memiliki riwayat keluarga hipertensi tapi tidak hipertensi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

2(Arikunto, 2006). Sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 50 sampel terdiri dari 25

sampel kasus dan 25 sampel kontrol.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive

sampling yaitu sampel ditentukan berdasarkan kriteria tertentu dan banyaknya sesuai dengan

jumlah sampel yang ditetapkan. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah responden merupakan penduduk di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka dan tidak sedang menjalani pengobatan penyakit

tertentu (diet dan sebagainya).

a. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah penduduk di wilayah kerja

PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie yang tidak bisa membaca dan menulis atau memahami

kuesioner.

C. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie bulan november -

desember tahun 2014.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu berupa

kuesioner untuk mengukur variabel dependen dan independen. Pengumpulan data dimulai pada

bulan november 2014. Setelah didapatkan subjek penelitian, kemudian dilakukan pengumpulan

data dengan teknik angket. Angket dan pengambilan kuesioner dilakukan pada subjek penelitian

di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie .

E. Etika Penelitian

Etika penelitian yang meliputi (Arikunto, 2006):

1. Informed Concent, diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed concent adalah lembar

persetujuan untuk menjadi responden.

2. Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuesioner).

Peneliti hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data tersebut.


3. Confidentiality, kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.

F. Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut:

1. Editing (pemeriksaan data), langkah ini dimaksudkan untuk melakukan pengecekan kelengkapan

data, kesinambungan data dan keseragaman data.

2. Coding (pengkodean), tahap ini memudahkan dalam memasukan data dan pengolahan

pemberian data, maka pertanyaan yang telah diajukan diberi tanda/ kode.

3. Transfering (pemindahan data), memindahkan data ke dalam tabel master penelitian.

4. Tabulasi data, dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang diteliti,

guna memudahkan dalam analisis.

5. Mengeluarkan informasi yang dibutuhkan.

G. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat yang dilakukan terhadap variabel-variabel, dari hasil yang diperoleh dalam

penelitian, pada umumnya dari hasil analisis, menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap

variabel-variabel yang ada, dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan

distribusi proporsi (Sugiyono, 2009).

2. Analisa Bivariat

Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.
LAMPIRAN
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yang terhormat,
Bapak/Ibu
di PosKesDes / PosKesLu

Saya adalah mahasiswa Program S1 Keperawatan STIKes Puangrimaggalatung Bone ,


saat ini sedang menyelesaikan tugas riset keperawatan. Dalam rangka mengumpulkan data, saya
memohon kesediaan dan bantuan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini.
Hasil dari kuesioner ini sepenuhnya akan digunakan untuk kepentingan penelitian tentang
“Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan Mattiro
Walie Wilayah Kerja PosKesDes Kabupaten Bone tahun 2014”.
Jawaban kuesioner ini akan terjamin kerahasiannya, oleh karena itu Bapak/Ibu tidak perlu
menuliskan nama. Mengingat keberhasilan penelitian ini akan sangat tergantung kepada
kelengkapan jawaban, dimohon dengan sangat agar kiranya jawaban Bapak/Ibu dapat diberikan
selengkap mungkin.
Kejujuran serta kesungguhan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini akan sangat berarti
dan sangat saya hargai. Atas kesediaan serta kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima
kasih.

Watampone , 23 november 2014

Peneliti
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama :………………………….
Alamat :………………………….

Dengan ini menyatakan dengan sebesar-besarnya bahwa saya telah mendapat penjelasan

mengenai tujuan, manfaat, dan prosedur dari penelitian ini dengan judul “Hubungan Gaya Hidup

dan Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan Mattiro Walie Wilayah Kerja

PosKesDes Kabupaten Bone Tahun 2014”.

Selanjutnya saya dengan ikhlas dan sukarela menyatakan ikut serta dalam penelitian ini

sebagai responden. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada

paksaan dari pihak manapun.

Watampone, 23 november 2014


Yang menyatakan,

…………………………….
(Responden)
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi


di kelurahan Mattiro walie wilayah kerja PusKesDes
Kabupaten Bone Tahun 2014

A. Identitas Responden

1. Nomor Responden :

2. Inisial Responden : ______________________

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

4. Umur Responden : ……..tahun

5. Apakah Anda mempunyai riwayat keluarga hipertensi?

a. Ya

b. Tidak

B. Gaya Hidup

Petunjuk :
Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda “V” pada kolom yang sesuai dengan
keadaan dan pendapat anda!

No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah anda mempunyai kebiasaan merokok?
2. Apakah anda mempunyai kebiasaan minum minuman
beralkohol?
3. Apakah menurut anda kebiasaan minum kopi tidak akan
mengganggu kesehatan jika kita mengkonsumsinya tidak
berlebihan/terlalu banyak?
4. Apakah anda suka melakukan olahraga secara teratur?

C. Tipe Kepribadian

Petunjuk:
Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda “V” pada kolom yang sesuai dengan
keadaan anda!

Jawaban
NO PERNYATAAN
BENAR SALAH
1 Saya suka berbicara di depan umum
2 Saya merasa tidak nyaman sebagai pusat perhatian

3 Saya suka bersosialisasi dengan banyak orang


4 Saya lebih suka berbicara secara personal dengan
orang lain
5 Saya suka memberi kejutan
6 Saya lebih suka di rumah dan membaca buku
Jawaban
NO PERNYATAAN
BENAR SALAH
7 Saya suka memainkan permainan yang ramai dan
penuh tantangan
8 Jika sedang melakukan sesuatu saya tidak suka
diganggu
9 Saya sering bertindak sesuai dengan dorongan hati
saya
10 Saya perlu suasana yang tenang untuk bekerja secara
efektif
11 Kadang-kadang saya sering mengatakan sesuatu
tanpa berfikir terlebih dahulu
12 Saya memiliki beberapa orang yang benar-benar
merupakan teman baik saya

D. Hipertensi

1. Apakah Anda pernah mendengar istilah darah tinggi (hipertensi) sebelumnya?

a. Pernah

b. Belum pernah

2. Tekanan darah Anda (hasil pemeriksaan yang terakhir) = ……/….. mmHg

3. Apakah Anda sering memeriksakan tekanan darah ke Puskesmas?

a. Ya

b. Tidak
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. M. 2005. Psikologi Perkembangan. Penerbit Renika Cipta.


Andra. 2007. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. http://www.majalah-farmacia.com,
diakses 27 Maret 2012.
Anggraini, A.D., dan Waren, A. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Pasien yang berobat di Poliklinik Dwasa Puskemas Bangkiang periode Januari
sampai Juni 2008. Http://yayanakhyar.wordpress.com, diakses tanggal 2 April 2012.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Crea, M. 2008. Hypertension. Jakarta: Medya.
Elsanti, S. 2009. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & Serangan
Jantung. Yogyakarta: Araska.
Irza, S. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung
Sumatera Barat. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Kumar, 2005. Hipertensi Penyakit Vaskuler. http://www.medicine.com/, diakses tanggal 12
Maret 2012.
Marliani, L. 2007. 100 Question & Answers Hipertensi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Gramedia.
Mifbakhuddin. 2007. Hubungan antara Faktor Karakteristik, Konsumsi Garam dan Konsumsi
Energi dengan Kejadian Hipertensi Penduduk Usia Lebih Dari 30 Tahun di Desa Pasar Banggi
Rw 4 Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Semarang: Universitas Muhammdiyah.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Parkinson, M. 2004. Test Yourself: Personality Questionnaires, Memahami Kuesioner
Kepribadian. Solo: Tiga Seragkai.
Price, L. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai