OLEH
NIM :P
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga proposal
penelitian yang berjudul “hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di
kelurahan Mattiro Walie Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone“ . Penyusunan proposal
penelitian ini diajukan untuk memenuhi tugas Riset Keperawatan.
Penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak A.Pasinringi,SKM.M.kes ,M.Epid, selaku dosen
yang telah memberikan bimbingan. Penulis memahami sepenuhnya bahwa proposal ini tak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
perbaikan di masa mendatang. Semoga proposal ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca
untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga proposal penelitian ini bermanfaat.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone tahun 2013 kejadian hipertensi yaitu 45.187 kejadian
terdiri dari 41.981 (92,9%) hipertensi primer dan 3.206 (7,1%) hipertensi sekunder. Sementara
kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie dari tahun ke tahun pun
mengalami peningkatan. Jumlah pasien baru hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan
Mattiro Walie menunjukan kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 tercatat terdapat 671 kasus
hipertensi, sedangkan pada tahun 2012 kejadian hipertensi meningkat menjadi 732 kasus dan pada
tahun 2013 terjadi lagi peningkatan kasus hipertensi menjadi 912 kasus. Peningkatan kasus
hipertensi yang terjadi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie ini perlu mendapatkan
perhatian yang serius.
Tingginya kejadian hipertensi di tengah-tengah masyarakat perlu dikaji secara mendalam dan
diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pentingnya kajian mengenai hipertensi ini maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan gaya hidup dan kepribadian dengan
kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie Kabupaten Bone Tahun
2014”.
B. Rumusan masalah
1. Apakah ada hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah
kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
b. Diketahuinya hubungan antara gaya hidup dan kepribadian dengan kejadian hipertensi di
wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan mengenai perilaku
kesehatan masyarakat khususnya gaya hidup dan kepribadian di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan
Mattiro Walie sehingga menjadi bahan evaluasi untuk meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada
masyarakat untuk mencegah hipertensi melalui perilaku hidup sehat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai kebiasaan-
kebiasaan masyarakat yang dapat menimbulkan penyakit hipertensi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan ilmiah yang
bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya tentang penyakit
hipertensi.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan tentang penyakit hipertensi dan
faktor-faktor yang menjadi penyebabnya serta menambah pengalaman dalam melakukan penelitian
di lapangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Defnisi
a. Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani, 2006).
b. Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah. (Marliani, 2007).
c. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. (Rohaendi, 2008).
2. Etiologi
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun
3. Jenis hipertensi
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak 90-95 persen kasus
hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress
sebagai tuduhan utama, setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar juga
menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko untuk
juga menderita penyakit ini.
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10 persen kasus
sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung,
diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan
memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
5. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi
Tekanan darah Sistol
tekanan Tekanan darah Diastol (mmHg)
(mmHg)
darah
Hipertensi
140-159 Atau 90-99
stadium 1
Hipertensi
> 160 Atau > 100
stadium 2
6. Manifestasi klinis
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus.
Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat
dikontrol, antara lain:
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari
penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita
pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,
yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasil
lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. (Anggraini dkk,
2009).
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak
menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini
sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua
cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi
pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati
mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada
kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi
pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk
samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri
dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena
hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %
dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi
akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat
meningkatkan risiko hipertensi
3) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko
menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi
esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi (Marliani, 2007). Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi
cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang mengidap
tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama
hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena
penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
1) Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi
penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas,itu sebabnya berat badan meningkat.
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan
mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT = ------------------------------------------------
2) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga
isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
(untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.Kurangnya aktivitas fisik
menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-
orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa
semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60
menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita
tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan
beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang
aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL
(Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan
peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat
hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14
batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti
dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi
terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani,
2007).
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola
konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar yodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam)
perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume
cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
5) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain,
termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko
hipertensi (Marliani, 2007).
6) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg
kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
7) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan
saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi
angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota
(Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009) menagatakan Stress akan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis.
Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik
personal
8. Komplikasi
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih keras dan
membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Berikut
beberapa kompliasi hipertensi,antara lain :
a. Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama
di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini.
b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa
darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik
jantung.
c. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada
pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga
dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah
menyempit.
d. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi
sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit
cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal
baru.
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata
menjadi kabur atau kebutaan.
9. Pencegahan hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik
(stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai
berikut:
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari.
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan.
Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar
kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding
pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh
nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan
secara tidak langsung memperparah hipertensi.
4. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan endapan kolesterol
dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot
tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan
melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang
berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
a. Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya melindungi dari penyakit
jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan darah.
b. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah mengandung magnesium dan
potasium. Potasium dikenal cukup efektif menurunkan tekanan darah tinggi.
c. Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan darah lebih sehat. Pisang
mengandung kalium dan serat tinggi yang bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga
menunjukkan bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan darah tinggi.
d. Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan Anda. Salah satunya dalah
menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat
bermanfaat bagi kesehatan.
e. Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat. Padahal kandungan
mineral, serat dan potasium pada kentang sangat tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan
tekanan darah.
f. Coklat pekat
Pecinta cokelat pasti akan senang, karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu
menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida. Nitrat oksida membuat
sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih relaks, dan menyebabkan aliran darah
meningkat.
b. Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan dengan menggunakan
garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan kaleng, kornet, dan ebi.
c. Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi asin, asinan, acar.
f. Bumbu yang mengandung garam dapur yaitu terasi, kecap, saus tomat, petis, tauco.
B. Konsep Perilaku
Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain,
perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif maupun aktif (melakukan tindakan)
(Maulana, 2009).
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai
bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi.
Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung (Notoatmodjo, 2007). Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan
organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik dan hidup terutama perilaku manusia. Faktor
keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu
selanjutnya, sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku
tersebut (Sudarma, 2008).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada diri manusia baik
secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku yang penting dan mendasar bagi manusia
adalah perilaku kesehatan.
C. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2007) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan. Becker (1979) dalam Notoatmodjo
(2007), membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan yang terdiri dari:
Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya yang mencakup antara lain:
b. Olahraga teratur
c. Tidak merokok
f. Mengendalikan stress
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak berganti-ganti
pasangan dalam hubungan seks.
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap
sakit, pengetahuan tentang gejala dan penyebab penyakit, dan sebagainya.
Orang sakit (pasien) mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang harus diketahui oleh
orang sakit itu sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya).
D. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya (Sakinah, 2002). Menurut Lisnawati (2006) gaya hidup sehat menggambarkan pola
perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada
dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat
badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil
dalam mengelola stres yang dialami.
E. Kepribadian
Kepribadian merupakan sejumlah pola tingkah laku yang aktual dan potensial yang ditentukan oleh
bawaan dan lingkungan yang dihubungkan melalui interaksi fungsional dari aspek kognitif dan afektif
ke dalam pola tingkah laku. Sadli (2004) mengemukakan bahwa kepribadian adalah proses be
coming, yaitu suatu proses dinamis yang berkelanjutan dimulai sejak individu dilahirkan sampai ia
meninggal.
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati dan diukur
melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini faktor
yang berhubungan dengan kejadian hipertensi yang diteliti adalah gaya hidup dan kepribadian. Hal
tersebut diangkat dari teori perilaku bahwa kedua faktor tersebut merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang untuk mencapai derajat kesehatannya. Artinya bahwa
penyakit hipertensi yang berkembang saat ini diakibatkan oleh gaya hidup dan kepribadian
seseorang dalam berperilaku hidup sehat. Berdasarkan hal tersebut maka kerangka konsep dalam
penelitian ini dapat dilihat pada diagram berikut:
(Independen) (Dependen)
Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
memiliki atau yang didapatkan oleh satuan-satuan penelitian tentang suatu konsep tertentu
(Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable independen (variabel bebas)
dan variable dependen (variabel terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah gaya
hidup dan kepribadian, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian
hipertensi.
Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian
Hipertensi
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Gaya Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian
Hipertensi
1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7
Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara gaya hidup dengan kejadian hipertensi di wilayah PosKesDes Kelurahana
Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.
2. Ada hubungan antara kepribadian dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja PosKesDes
Kelurahana Mattiro Walie Kabupaten Bone tahun 2014.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan case control
yaitu suatu penelitian dimana efek (penyakit atau status kesehatan) diidentifikasikan pada saat ini,
kemudian faktor resiko diindentifikasi adanya atau terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo,
2005).
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini
adalah penduduk yang ada di wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie. Populasi dalam
penelitian ini terbagai menjadi dua kelompok yaitu populasi kontrol dan populasi kasus. Populasi
kasus adalah penduduk yang mempunyai hipertensi. Sedangkan populasi kontrolnya adalah
penduduk yang memiliki riwayat keluarga hipertensi tapi tidak hipertensi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2006).
Sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 50 sampel terdiri dari 25 sampel kasus dan 25
sampel kontrol.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling yaitu
sampel ditentukan berdasarkan kriteria tertentu dan banyaknya sesuai dengan jumlah sampel yang
ditetapkan. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah responden merupakan penduduk di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Majalengka dan tidak sedang menjalani pengobatan penyakit
tertentu (diet dan sebagainya).
a. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi untuk kelompok kasus dan kontrol adalah penduduk di wilayah kerja PosKesDes
Kelurahan Mattiro Walie yang tidak bisa membaca dan menulis atau memahami kuesioner.
Penelitian ini dilaksanakan di PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie bulan november - desember tahun
2014.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu berupa kuesioner
untuk mengukur variabel dependen dan independen. Pengumpulan data dimulai pada bulan
november 2014. Setelah didapatkan subjek penelitian, kemudian dilakukan pengumpulan data
dengan teknik angket. Angket dan pengambilan kuesioner dilakukan pada subjek penelitian di
wilayah kerja PosKesDes Kelurahan Mattiro Walie .
E. Etika Penelitian
1. Informed Concent, diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed concent adalah lembar
persetujuan untuk menjadi responden.
2. Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data
(kuesioner). Peneliti hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data tersebut.
3. Confidentiality, kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian.
F. Pengolahan Data
2. Coding (pengkodean), tahap ini memudahkan dalam memasukan data dan pengolahan
pemberian data, maka pertanyaan yang telah diajukan diberi tanda/ kode.
4. Tabulasi data, dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang diteliti,
guna memudahkan dalam analisis.
1. Analisa Univariat
Analisis univariat yang dilakukan terhadap variabel-variabel, dari hasil yang diperoleh dalam
penelitian, pada umumnya dari hasil analisis, menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap
variabel-variabel yang ada, dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat dengan distribusi
proporsi (Sugiyono, 2009).
2. Analisa Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Yang terhormat,
Bapak/Ibu
di PosKesDes / PosKesLu
Saya adalah mahasiswa Program S1 Keperawatan STIKes Puangrimaggalatung Bone , saat ini sedang
menyelesaikan tugas riset keperawatan. Dalam rangka mengumpulkan data, saya memohon
kesediaan dan bantuan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini. Hasil dari
kuesioner ini sepenuhnya akan digunakan untuk kepentingan penelitian tentang “Hubungan Gaya
Hidup dan Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan Mattiro Walie Wilayah Kerja
PosKesDes Kabupaten Bone tahun 2014”.
Jawaban kuesioner ini akan terjamin kerahasiannya, oleh karena itu Bapak/Ibu tidak perlu
menuliskan nama. Mengingat keberhasilan penelitian ini akan sangat tergantung kepada
kelengkapan jawaban, dimohon dengan sangat agar kiranya jawaban Bapak/Ibu dapat diberikan
selengkap mungkin.
Kejujuran serta kesungguhan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini akan sangat berarti dan sangat
saya hargai. Atas kesediaan serta kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan banyak terima kasih.
Watampone , 23 november 2014
Peneliti
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama :………………………….
Alamat :………………………….
Dengan ini menyatakan dengan sebesar-besarnya bahwa saya telah mendapat penjelasan mengenai
tujuan, manfaat, dan prosedur dari penelitian ini dengan judul “Hubungan Gaya Hidup dan
Kepribadian dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan Mattiro Walie Wilayah Kerja PosKesDes
Kabupaten Bone Tahun 2014”.
Selanjutnya saya dengan ikhlas dan sukarela menyatakan ikut serta dalam penelitian ini sebagai
responden. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada paksaan
dari pihak manapun.
Watampone, 23 november 2014
Yang menyatakan,
…………………………….
(Responden)
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
A. Identitas Responden
1. Nomor Responden :
2. Inisial Responden : ______________________
Perempuan
a. Ya
b. Tidak
B. Gaya Hidup
Petunjuk :
Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda “V” pada kolom yang sesuai dengan keadaan dan
pendapat anda!
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak